- Zulfa Ananda Adyastuti
- Aug 13, 2023
- 9 min read
Updated: Aug 13, 2023
Narasi Perjuangan
Halo semua! Perkenalkan namaku Zulfa Ananda Adyastuti, teman-temanku memanggilku Zulfa. Sebelum bergabung ke dalam keluarga FKUI ini, aku menghabiskan masa putih abu-abuku di SMA Al-Abidin Bilingual Boarding School Surakarta. Banyak rintangan yang aku hadapi selama bersekolah di sini, tangis dan tawa, suka dan duka, datang silih berganti dalam mendampingi perjalananku hingga dapat diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia program reguler melalui jalur SNBT.
Dokter, nama sebuah profesi yang selalu terngiang dan menjadi obsesiku sejak kecil. Ketika duduk di bangku Sekolah Dasar, simple saja aku menilai profesi dokter. Berpenampilan bersih, menyenangkan orang lain dengan senyumnya, dan suka menolong. Sampai akhirnya kesan itu mempengaruhi obsesi dan cita-citaku menjadi dokter di masa mendatang. Itu juga yang memotivasi aku dan memberiku energi besar untuk mencari tahu tentang dunia kedokteran, dan aku makin hobi dengan pelajaran-pelajaran dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler sekolah yang berhubungan dengan dunia kesehatan. Sampai akhirnya dengan perasaan riang gembira aku mengikuti pelatihan dokter kecil semasa SD. Aku juga terpilih menjadi peserta Lomba Dokter Kecil tingkat Kecamatan, alhamdulillah menjadi juara, dan berlanjut ke tingkat Kabupaten (Pekalongan). Dan sampai akhirnya , ketertarikanku, obsesi, dan cita-citaku mengantarkanku menjadi Dokter Kecil Terbaik Tingkat Kabupaten Pekalongan Tahun 2016.
Sampai ketika aku duduk di bangku SMA, keinginan dan cita citaku tentang dokter masih tetap bertahan, bahkan aku merasakan cita-cita itu semakin kuat. Aku merasakan semakin dekat dengan gerbang untuk meraihnya. Sehingga aku tidak hanya sekedar kagum dan terobsesi saja. Tapi aku merasa bahwa saat ini, aku harus lebih mengkerucutkan arah, fokus akan ke mana aku setelah lulus SMA. Aku harus menentukan dimana aku harus meneruskan belajar untuk mewujudkan cita-cita ku.
Cita-cita yang tertanam sejak kecil, mendorongku untuk meraih dan mencapainya dengan perfect. Pertengahan kelas dua SMA, aku tergerak mencari informasi, mencari perguruan tinggi yang harus bonafide dan berkualitas. Berbekal mencari informasi di internet, sharing dengan teman, kakak kelas, dan dewan guru, terutama guru BK, aku menemukan pilihan dan mantap dengan sebuah perguruan tinggi negeri, Universitas Indonesia.
Aku mempunyai konsep yang bisa dikatakan perfect, dalam menentukan tempat landingku di Perguruan Tinggi terbaik sebagai langkah awal mewujudkan cita-citaku. Aku tertarik dengan dunia kedokteran. Aku harus mencari, menggali, belajar, dan mendapat ilmu kedokteran di sebuah Perguruan tinggi yang mempunyai andil dengan cikal bakal adanya profesi dokter di Indonesia karena korelasinya. Perguruan tinggi tersebut dapat dipastikan adalah perguruan tinggi yang bisa dikatakan perguruan tinggi tertua, khususnya di fakultas kedokterannya. Karena menurutku, apapun itu, semakin banyak usia sesuatu, pasti dia akan menjadi sesuatu yang kuat, berpengalaman, mapan, dan lebih profesional. Dan bagiku, itu adalah Universitas Indonesia. Dan cikal bakal berdirinya Universitas Indonesia adalah dari fakultas kedokterannya.
Dari sejarah berdirinya, bagiku Universitas Indonesia adalah perguruan tinggi yang bisa dipastikan bahwa dia adalah perguruan tinggi yang berbobot, berpengalaman, mapan, kuat, bonafide, dan profesional. Dan tak hanya tentang usia, dari segi prestasi baik di tingkat nasional maupun internasionalpun, Universitas Indonesia berhasil membuktikan eksistensinya sebagai perguruan tinggi yang terbaik dan senior. Sedangkan tentang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menurutku adalah fakultas yang membanggakan. Karena berawal dari sinilah Universitas Indonesia berdiri. Sebuah perguruan tinggi tertua, dengan terinisisasi dari fakultas kedokterannya ia berdiri, merupakan nilai yang sangat plus, dan bagiku adalah sebuah keberadaan yang tak diragukan dan dipungkiri lagi untuk menjadi alasan aku memilih meneruskan jenjang pendidikan untuk meraih impian dan cita-citaku.
Dokter Djawa School (tahun 1849), kemudian berubah menjadi School tot Opleiding van Indische Artsen atau STOVIA (tahun 1898), lalu menjadi Universiteit van Indonesie, lalu berubah menjadi Universitas Indonesia pada tahun 1950. Melihat dari sejarah perubahan namanya saja aku sudah bisa menyimpulkan, bahwa Fakultas Kedokteran adalah program pendidikan yang menjadi tonggak sejarah berdirinya Universitas Indonesia [1].
Perjalanan panjang Universitas Indonesia dalam sejarah berdirinya hingga saat ini, sangat memotivasiku untuk bergabung, menimba ilmu, meneruskan jenjang pendidikan, dan tentunya menjadi bagian dari deretan prestasi-prestasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sejarah lahirnya pendidikan kedokteran di Indonesia tidak luput dari berdirinya Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) sebagai sekolah kedokteran pertama di Indonesia. Setelah hampir satu abad, FKUI senantiasa menjadi pusat pendidikan dan penelitian kedokteran terbaik di Indonesia. FKUI telah melahirkan 20% populasi dokter nasional yang dapat bersaing secara global dengan mengedepankan nilai-nilai budaya FKUI yaitu integrity, visionary, excellence and care for others.
Dengan berlandaskan misi sebagai penyelenggara pendidikan kedokteran berbasis riset dalam menghasilkan lulusan terbaik, FKUI berhasil menjadi satu-satunya institusi kedokteran di Indonesia yang berhasil masuk QS World Ranking Top 300. Hal ini mengukuhkan reputasi FKUI di kancah internasional melalui berbagai upaya-upaya yang telah dilakukan.
Upaya internasionalisasi telah dilakukan FKUI dengan diterapkannya Kurikulum 2012 yang berlandaskan World Federation for Medical Education (WFME). Tantangan globalisasi diwujudkan dengan didirikannya program Kelas Khusus Internasional (KKI) yang berkolaborasi dengan University of Melbourne (Australia), Monash University (Australia), dan University of Newcastle upon Tyne (United Kingdom). Proses pembelajaran di FKUI juga didukung oleh implementasi e-learning dan aksesibilitas ribuan jurnal ilmiah internasional.
Transformasi pendidikan kedokteran di FKUI pun tidak luput dengan terintegrasinya Academic Health System. AHS-UI menjadi salah satu AHS yang dijadikan percontohan di Indonesia. Selain itu, UI juga dipercaya menjadi regional officer untuk AAHCI South East Asia [2]. Laman resmi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia inilah yang juga makin memotivasiku untuk bertekad menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Tekadku makin bulat, aku harus bisa menjadi bagian dari perguruan tinggi dimana fakultas kedokteran yang aku ambil adalah fakultas percontohan, fakultas tertua, fakultas inisiator berdirinya sebuah perguruan tinggi ternama, fakultas berprestasi, dan menjadi kiblat kedokteran di Indonesia [3].
Aku menyadari, bahwa obsesi dan keinginanku masuk di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bukanlah hal yang mudah. Memerlukan persiapan, perjuangan, dan kegigihan. Aku harus mempersiapkan segala sesuatunya. Sejak kecil sampai pertengahan kelas dua SMA, aku berhasil mengistiqomahkan cita-citaku. Tidak ingin menjadi yang lain. Hanya ingin menjadi seorang dokter. Harapan dan cita-cita itu sudah tertanam sejak kecil. Ketika aku sudah mulai mantap ingin menambatkah cita-cita di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, aku menyampaikannya kepada orang tuaku. Dan alhamdulillah, orang tuaku menyetujui. Satu kata motivasi dari orang tuaku, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu memang berbobot, dan sulit untuk ditembus. Tanamkan dalam mindsetmu sulit, tapi aku bisa. Bukan bisa tapi aku mengalami kesulitan. Dan motivasi itulah yang kemudian aku ingat sampai sekarang, dan akan aku ingat sampai kapanpun. Akhirnya aku mulai membut skema persiapan-persiapan untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Konsep-konsep persiapannya aku sodorkan kepada orang tuaku, bahwa aku perlu mengikuti bimbingan belajar disamping mengikuti pembelajaran di sekolahku. Memang agak susah mengatur waktunya. Apalagi aku sekolah di Boarding School. Pasti akan terjadi bentrok waktu antara jadwal bimbingan belajar dan kegiatan boarding. Minimal aku kekurangan waktu istirahat karena sederetan kegiatan sekolah, bimbingan belajar, dan boarding harus dilaksanakan semua. Tapi aku selalu mengingat pesan orang tuaku. Sulit tapi bisa, bukan bisa tapi sulit. Dan alhamdulillaah, aku bisa melaluinya sampai dengan kelas tiga akhir sekolah. Meski dengan susah payah mengatur waktu dan menjaga fisik agar selalu siap melaksanakan agenda kegiatanku. Orang tuaku juga sering aktif memantau kegiatan-kegiatanku, meningkatkan komunikasi dengan guru bimbingan belajar, dan terutama berkomunikasi dengan aku sebagai bentuk motivasi dan dukungan mereka kepadaku.
Di semester akhir SMA, saat masuk jadwal SNBP, alhamdulillaah aku masuk dalam daftar siswa eligible. Aku punya kesempatan untuk masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan jalur SNBP. Berbekal nilai rata-rata raport 94.48 dan tiga buah sertifikat olimpiade nasional, aku berharap lolos dalam jalur ini. Tapi, Allaah swt belum berkehendak. Aku belum bisa lolos jalur SNBP. Aku sempat kecewa dan hampir putus asa. Aku menangis sejadi-jadinya karena merasa ini adalah kegagalan terbesarku. Tapi, orang tuaku selalu mensupport aku. Mereka berpesan, bahwa Allaah swt akan memberikanmu lolos dengan jalan lain. Masih ada jalur SNBT, PPKB dan simak UI. Di atas kertas mungkin persyaratanmu memenuhi, tapi Allaah swt ingin melihat kamu lebih gigih lagi, lebih memaksimalkan ikhtiar lagi, lebih meningkatkan ibadah, dan doamu kepada-Nya. Setelah ikhtiar benar-benar dimaksimalkan dan doa sudah serius serta istiqomah dipanjatkan, tak ada yang lain, pasti Allaah swt kabulkan semuanya. Itu yang membuat aku termotivasi kembali, bangkit, dan semakin bersemangat.
Setelah selesai Ujian Akhir Sekolah, aku mempunyai waktu luang sekitar satu setengah bulan di rumah. Kembali aku mohon ijin kepada orang tuaku untuk mengikuti bimbingan belajar di Pekalongan. Orang tuaku menyetujui. Domisiliku di daerah pinggiran Kabupaten Pekalongan. Geografis khas daerah pegunungan, dengan jarak tempuh yang jauh dan medan jalan yang berkelak kelok untuk menuju ke tempat bimbingan belajar. Ayah, kembali pasang badan untuk memfasilitasi mengantarku ke tempat bimbingan. 35 km, Google Map menunjukkan jarak rumahku ke bimbingan belajarku. 70 km pulang pergi, dan itu empat kali dalam seminggu. Bismillah, aku dan ayahku sepakat siap menjalani, sepakat dengan semangat, sepakat dengan ikhlas dan tawakkal sebagai bentuk ikhtiar kami kepada Allaah swt.
Paket bimbingan belajar sudah aku selesaikan. Panas dan hujan aku nikmati selama perjalanan satu setengah bulan. Orang tuaku juga berpesan, aku harus selalu minta didoakan setiap bertemu dengan sanak keluarga, sahabat, kakek nenek dan guru-guruku SD sampai SMA. Kita tidak pernah tau doa dari mulut siapa yang akan dikabulkan, maka perbanyaklah mendoakan orang lain dan minta didoakan orang lain. Sampai akhirnya, hari H yang ditunggu-tunggu, pengumuman SNBT tiba. Waktu itu, aku tidak berani membuka link pengumuman. Bagaimanapun juga, ada rasa takut dan trauma membuka pengumuman. Sampai akhirnya Ibuku yang waktu itu berada di luar kota, menanyakan apakah aku sudah membuka link pengumuman dan beliau meminta aku membukanya. Akhirnya dengan didampingi ayah dan adikku yang masih kelas 2 SMP, aku membukanya. Dan, alhamdulillaah melihat hasil pengumuman SNBT, aku dinyatakan lulus SNBT SNPMB 2023. Kami bertiga mengucap tahmid bersama, sujud syukur dengan perasaan bahagia. Tangiskupun tak terbendung. Aku segera mengabari ibuku bahwa aku lulus SNBT. Ibukupun menangis dan mengucap syukur dan selamat. Kebahagiaan terasa memenuhi keluarga kami. Rasa capek, khawatir, was-was, dan takut spontan hilang. Alhamdulillaah, puji syukur kepada Allaah swt.
Sekarang, aku sudah menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Perjalanan pencapaian menjadi mahasiswa yang sarat dengan pelajaran hidup untuk diriku. Semula, aku adalah siswa yang hanya selalu percaya diri dengan kemampuanku, namun aku belum mempersiapkan diri ketika mendapatkan hasil yang tidak sesuai dengan obsesiku. Dan akhir masa SMAku menuju status siswa menjadi mahasiswa, aku belajar banyak tentang makna bangkit, tentang bagaimana cara bermindset, bersikap, dan berperilaku untuk meraih sebuah obsesi, harapan, dan keinginan. Aku belajar bagaimana cara bangkit dari kegagalan. Dan komitmenku, aku akan, harus, dan selalu menjadi pribadi yang lebih tangguh, lebih gigih, lebih optimistis, dan lebih berbaik sangka kepada Allaah swt bahwa Allaah pasti akan memberikan sesuatu yang terbaik dengan cara dan kuasa-NYA
Harapanku pribadi kepada diriku sendiri sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah bahwa aku harus bisa menimba ilmu, mengasah skill, memperluas pengetahuan, menambah pengalaman dengan semaksimal mungkin, sebaik mungkin, dan seefektif mungkin. Dan harapanku untuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2023 adalah semoga FKUI 2023 bisa menjadi angkatan yang terbaik, selalu kompak, mengutamakan persatuan dan kebersamaan, saling membantu, dan menjadi angkatan yang visioner dan lebih berprestasi.
Menurutku, fakultas kedokteran adalah sebuah fakultas yang benar-benar menjadi sebuah kawah candradimuka bagi mahasiswanya. Fakultas yang akan menjadi tempat pendadaran, penggemblengan, pembentukan sebuah profesi mulia yang mana profesi tersebut adalah profesi kemanusiaan yang dalam situasi tertentu harus bisa semaksimal mungkin mempertahankan agar orang lain bisa melanjutkan hidup di dunia. Dengan kata lain, bahwa profesi dokter sebagai output dari fakultas kedokteran adalah profesi yang erat kaitannya dengan kemanusiaan dan usaha menyelamatkan nyawa manusia. Dengan demikian, dokter yang ideal adalah seorang dokter yang dengan ilmu, pengetahuan, skill, dan kemampuan komprehensipnya, mampu menolong, mengurangi, bahkan membebaskan orang lain dari penderitaan penyakitnya, dan mampu dalam situasi tertentu menyelamatkan nyawa orang lain selama dalam ilmu medis dia masih bisa diselamatkan.
Sisi lain idealisme seorang dokter adalah bahwa dia harus menjadi contoh atau teladan bagi orang lain bagaimana bersikap dan berperilaku agar terhindar dari sakit, bahkan terhindar dari penyakit yang mengancam hidup (nyawa). Karena seorang dokter secara pendidikannya memiliki ilmu, pengetahuan, kemampuan analisa tentang penyebab, perjalanan, dan bagaimana sebuah penyakit terjadi.
Melihat bagaimana konsep idealisme seorang dokter, menurutku seorang dokter harus menjunjung nilai luhur kemanusiaan, keikhlasan, dan menjunjungtinggi nilai keadilan.
Aku hidup di daerah pelosok. Di sebuah pedesaan dengan geografis pegunungan. Belum ada tenaga dokter yang menetap di sana. Hanya dokter puskesmas yang aktif bekerja di jam kerja pagi sampai siang. Jika kelak aku menjadi dokter, aku akan kembali ke desaku. Aku ingin menjadi dokter yang bermanfaat untuk tanah kelahiranku, aku ingin menjadi dokter yang mempermudah masyarakat di desaku untuk mendapatkan pelayanan medis, sehingga mereka tidak perlu bersusah payah dengan perjalanan puluhan kilo meter untuk mendapatkan pelayanan medis. Secara pribadi, aku akan menjunjung nilai luhur kemanusiaan, keikhlasan, dan keadilan didalam menjalankan profesi dokter.
Pendidikan dokter diawali dari tahapan preklinik. Tahapan dimana mahasiswa diajarkan pencapaian keterampilan dan sikap dasar pendidikan dokter [4]. Aku akan dengan serius mempelajari teori-teori dasar kedokteran dengan sebaik mungkin dan semaksimal mungkin. Aku akan memanfaatkan perpustakaan sebagai pusat literasiku untuk mendapat pengetahuan melalui real book maupun melalui e-book.
Setelah menyelesaikan program S1 Kedokteran (tahap preklinik), tahapan berikutnya adalah mengikuti program profesi dokter atau yang biasa kita kenal dengan istilah koas (dokter muda) [5]. Ini adalah tahapan klinik Pendidikan Dokter. Aku akan mengaplikasikan apa yang aku dapatkan dari tahap preklinik. Aku akan bersentuhan langsung dengan pasien dan tentunya aku akan mendapatkan kasus-kasus penyakit real. Aku juga akan belajar tentang klinis sedetail-detailnya dengan para dokter. Aku akan selalu menjaga komunikasi dengan mereka agar skill yang aku dapatkan benar-benar maksimal.
Aku memiliki harapan-harapan kepada masyarakat, terkait dengan kesehatan. Aku teringat betul saat aku SD dan mengikuti pelatihan dokter kecil, bahwa menjaga lebih baik daripada mengobati. Artinya, meskipun aku memilih menjadi seorang dokter yang notabenenya di masyarakat adalah profesi mengobati orang yang sedang sakit, namun aku tetap beharap bahwa masyarakat bisa menjaga dirinya agar tidak jatuh dalam kondisi sakit atau terkena penyakit, dengan pola-pola hidup yang baik dan sehat, kebiasaan yang sehat, dan menjaga lingkungan yang sehat.
Untuk yang terakhir, aku ingin menyampaikan kiat kepada adik kelas yang ingin masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Bahwa kunci utama sukses masuk di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah yakin dengan tekad bulat bahwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah yang terbaik. Sehingga ini akan memotivasi kita, memberikan energi kita, memacu optimisme kita untuk meraihnya. Karena semua manusia pasti ingin yang terbaik. Kunci yang kedua adalah memaksimalkan upaya dengan cara belajar giat, gigih, dan pantang menyerah. Kunci yang ketiga adalah jangan berputus asa ketika kita gagal masuk FKUI dengan salah satu jalur karena masih ada jalur lainnya. Dan kunci yang terakhir adalah selalu berdoa agar kita diberi kemudahan dalam menggapai cita-cita.
Daftar Pustaka :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Profil sejarah [Internet]. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2022 [cited 2023 Aug 7]. Available from: https://fk.ui.ac.id/sejarah.html
Syam AF. Profil sambutan dekan [Internet]. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2022 [cited 2023 Aug 7]. Available from: https: //fk.ui.ac.id/sambutan-dekan.html
Islami Z. 5 Kampus Tertua di Indonesia, di Urutan Berapa Perguruan Tinggi Kamu? [Internet]. Jakarta: Viva Media Baru; 2023 Jun 10 [cited 2023 Aug 7]. Available from: https://www.viva.co.id/edukasi/1607892-5-kampus-tertua-di-indonesia-di-urutan-berapa-perguruan-tinggi-kamu
Larasati C. 6 Tahap Penting Sebelum Mahasiswa Jurusan Kedokteran Dapat Izin Praktik [Internet]. Jakarta: Medcom; 2022 Apr 25 [cited 2023 Aug 8]. Available from: https://www.medcom.id/pendidikan/tips-pendidikan/yKXqxL9N-6-tahap-penting-sebelum-mahasiswa-jurusan-kedokteran-dapat-izin-praktik
Bagus I. Mempersiapkan Kematangan Co-Ass [Internet]. Singaraja: Fakultas Kedokteran Undiksha; 2023 [cited 2023 Aug 8]. Available from: https://fk.undiksha.ac.id/mempersiapkan-kematangan-co-ass-prodi-profesi-dokter-fk-undiksha-gelar-pradik-pra-pendidikan/#:~:text=Singaraja%20%E2%80%93%20Koas%20adalah%20program%20profesi,atau%20singkatan%20dari%20co%2Dassistant.
Comments