- Yugas Maghfiratul Putra
- Aug 13, 2023
- 13 min read
Narasi Perjuangan
Jawaban manis dari sang Ilahi. Perjalanan hidup yang tak terduga sebelumnya, mengejutkan, dan meningkatkan rasa syukur kepada sang kuasa. Keyakinan dan tekad yang kuat menjadikan semuanya nyata. Seorang anak yang berasal dari daerah tertinggal, perbatasan negara, akhirnya juga mampu untuk seperti anak-anak kota lainnya. Anak yang berasal dari keluarga ekonomi seadanya, akhirnya mampu mewujudkan impiannya seperti anak-anak dari ekonomi menengah atas lainnya. Mewujudkan impian berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah hal yang tidak disangka sebelumnya. Semua itu membuatku semakin yakin, bahwa tidak ada yang tidak mungkin.
Perkenalkan namaku Yugas Maghfiratul Putra, biasanya dipanggil Yugas. Aku adalah anak kedua dari dua bersaudara atau acapkali disebut dengan anak bungsu. Walaupun aku adalah anak bungsu, namun aku dari kecil memiliki cita-cita yang tinggi yaitu menjadi seorang dokter. Mulai dari TK ketika aku ditanya ingin menjadi apa, dengan bangganya aku menjawab, ingin menjadi seorang dokter. Namun, aku sadar bahwa cita-citaku bukan main-main. Dan sejak aku smp, aku bertekad kuat, bahwa cita-cita tersebut memang harus diwujudkan. Ketika SMP, aku bersekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ushuluddin Singkawang dan melanjutkan SMA di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia Sambas. Ya, sejak SMP sampai SMA, aku bersekolah di sekolah Islam, yang mana sebelumnya ketika aku SD, aku bersekolah di salah satu SDN yang ada di daerahku. Aku berhasil masuk di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur SNBP (Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi) yang sebelumnya dikenal dengan SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Atas izin Allah, alhamdulillah aku dapat diterima di kampus dan prodi impianku yang sudah aku impikan sejak aku kecil. Support dan doa orang tua, keluarga, guru-guru, dan teman-temanku akhirnya itu semua bisa terwujud.
Notabene santri berprestasi alhamdulillah sudah aku raih sejak aku MTs sampai dengan MA. Sejak MTs, aku selalu meraih peringkat 1 di kelas dan selalu mendapatkan juara umum pada tiap semesternya, sehingga aku dimasukkan di kelas unggulan yang merupakan program dari sekolah MTs ku. Begitu juga dengan masa SMA, hadza min fadhli rabbi (ini termasuk karunia Tuhanku), aku masih bisa mempertahankan juara 1 dikelas dan juara 1 umum dari kelas 10 hingga kelas 12. Di sini aku juga banyak mengasah kemampuanku untuk mengikuti berbagai macam lomba dari banyak macam mata pelajaran yang dilaksanakan oleh lembaga perlombaan, universitas, dan puspresnas. Kimia, fisika, matematika, biologi, astronomi, pkn, hingga kedokteran dasar, alhamdulillah sudah pernah aku ikuti. Hingga prestasi internasional pernah aku raih walaupun hanya sebagai finalist pada ajang lomba astronomi yang diikuti oleh 4 negara yaitu Malaysia, Brunei, Singapura, dan Indonesia. Tentunya semua itu perlu perjuangan yang kuat disertai dengan doa dan restu orang tua, sehingga itu semua dapat terwujud.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah salah satu Fakultas Kedokteran yang terbaik di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai perangkingan yang ada yang dibuat oleh banyak lembaga, bahwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah yang terbaik di Indonesia. Jalur masuk yang ketat, membuatku meyakini bahwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah impian banyak siswa yang ingin melanjutkan pendidikannya di bidang kedokteran. Hal ini membuatku berfikir, bahwa dengan masuk di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, aku akan bertemu dengan teman-teman yang hebat yang berasal dari berbagai daerah, diajar oleh tenaga pengajar yang hebat dan terbaik, dan tentunya diberikan fasilitas terbaik guna memudahkan jalannya proses pendidikan.
“Jadi dokter itu keren ya.”
“Pasti yang jadi dokter itu orangnya pintar.”
“Mau jadi dokter, supaya bisa bantu orang yang kesusahan.”
Kalimat-kalimat tersebut kerap terbayang ketika aku melihat seorang dokter, bahkan ketika aku masih kecil. Cita-cita menjadi seorang dokter sering kali aku dengar saat aku masih TK. Ketika guruku bertanya kepada teman-teman sebayaku, cita-citanya mau jadi apa, banyak yang bilang, aku mau jadi dokter. Tak terkecuali dengan aku, entah mungkin karena kata “Dokter” telah kerap terdengar atau mungkin memang dokter sekeren itu untuk dijadikan sebagai cita-cita. Mewujudkan cita-cita menjadi dokter umum pertama dalam keluarga adalah suatu hadiah dari yang kuasa yang tak dapat dinilai dengan angka. Tak ada cara lain selain usaha dan doa, menjadi dokter memang panggilan jiwa. Orang tua, keluarga, serta masyarakat juga merupakan motivasiku untuk menjadi seorang dokter. Orang tua yang selalu men-support dan selalu mendoakan yang terbaik, mendidik dengan baik, menjadi motivasi paling kuat, sehingga aku dapat berada di titik ini. Membantu masyarakat yang kesusahan terutama dalam bidang kesehatan adalah hal mulia yang aku inginkan. Karena ilmunya bermanfaat bagi orang banyak.
Perjuangan untuk masuk di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tidaklah semudah menghayal. Banyak usaha dan doa yang telah dilalui sehingga dapat mencapai impian untuk berkuliah di sini. Dimulai sejak MTs ketika aku masih kelas 7, di sinilah pertama kalinya aku merantau untuk menempuh pendidikan. Kurang lebih 5 jam lamanya perjalanan dari rumahku untuk sampai di sekolahku itu, itupun kalau antrian di penyebrangan sepi, jika ramai, bisa menghabiskan waktu 6-8 jam untuk sampai di sekolahku tersebut. Ya, karena aku tinggal di sebuah desa yang memang jauh dari kota dan belum ada akses jembatan yang menghubungkan antara daerahku dengan daerah menuju sekolahku, inilah salah satu hal yang mengharuskanku untuk tinggal di asrama selain jarak yang jauh, dan merasakan pertama kalinya berpisah dengan kedua orang tua untuk melanjutkan pendidikan.
Hari pertama, tentu aku merasa sedih, karena jauh dari orang tua, namun rasa sedih itu dapat terkendali setelah hari ketujuh. Aku mendapat banyak sekali motivasi dari sini. Mendapat banyak teman yang seperjuangan. Dan dari sinilah aku mulai berkomitmen kepada diriku sendiri, bahwa aku yang telah disekolahkan jauh-jauh, dibiayai pendidikan, diberikan tempat pendidikan dan fasilitas terbaik, maka aku tidak boleh mengecewakan orang tuaku dengan apapun itu, terutama dalam masalah pendidikan.
Setiap hari aku belajar dengan giat. Belajar di sekolah, berusaha memahami dan menghafal setiap apa yang disampaikan guruku, menjadi siswa yang aktif di kelas, dan tentunya lanjut belajar pada malam hari secara mandiri untuk mendalami apa yang telah disampaikan. Hingga akhirnya, aku dimasukkan ke dalam kelas unggulan yang telah menjadi program dari sekolahku tersebut. Aku merasa senang dan bersyukur karena dapat masuk di kelas unggulan, di sisi lain aku juga merasa tertantang karena kelas unggulan diisi oleh 20 murid terbaik dari angkatan yang berjumlah sekitar 250-an. Aku mulai lebih serius lagi dalam belajar, dan alhamdulillah, aku selalu mendapatkan juara satu dan juara umum dari 3 angkatan sekaligus dari aku kelas 7 sampai aku kelas 9. Inilah yang membuat aku semakin percaya, bahwa kalimat man jadda wajada yang selalu diucapkan para santri itu memang benar adanya. Keberkahan guru memang benar adanya. Mahfudzat yang selalu diucapkan guruku, wamaladzatu illa ba’da ta’abi (tidak ada kenikmatan tanpa adanya kesusahan sebelumnya) tidak diragukan lagi kebenarannya.
Namun, perjalananku ternyata masih panjang. Selanjutnya aku memutuskan untuk mendaftar sekolah ke pendidikan yang lebih tinggi. Di sini aku mulai bingung untuk mendaftar di sekolah mana. Sampai akhirnya aku disarankan oleh keluargaku untuk mendaftar di MAN IC Sambas. Ya, MAN IC Sambas adalah SMA/MA terbaik di provinsi Kalimantan Barat. Akhirnya aku mencoba untuk mendaftar dan mengikuti berbagai seleksi yang cukup panjang. Hari pengumuman pun tiba, dan alhamdulillah aku diterima di sekolah tersebut.
Mulai dari pembelajaran daring selama 1 semester pertama akibat dari pandemi Covid-19 yang membuat culture shock. Masalah susah sinyal, web e-learning eror, sudah menjadi makanan sehari-hari waktu itu. Sinyal susah mengharuskanku lebih beradaptasi lagi. Tidak bisa ikut zoom meeting, membuat pembelajaranku sedikit terhambat. Setiap harinya aku harus menanya kepada temanku “Hari ini ada tugas apa? Materi apa saja yang disampaikan tadi? Kita ulangan hariannya kapan?”. Namun, itu bukan menjadi alasanku untuk menyerah. Bahkan itulah yang membuatku lebih semangat lagi untuk belajar. Aku belajar mandiri lebih giat. Pagi, siang, malam, supaya tidak ketinggalan materi. Memanfaatkan e-book yang diberikan guru, mendownload video pembelajaran melalui youtube ketika berada di tempat jangkauan sinyal. Dan hal itu akhirnya membuatku terbiasa dan menambah banyak pengetahuanku. Usaha tidak akan pernah menghianati hasil. Walaupun dengan segala hambatan, alhamdulillah aku tetap bisa menjadi siswa yang aktif. Mengikuti organisasi yang ada disekolah, olimpiade, dan tetap mempertahankan juara 1 dan juara umum walaupun pembelajaran daring yang sangat menghambat.
Ketika belajar secara tatap muka dimulai, di sini aku mulai mencari sebanyak-banyaknya teman. Relasi untuk belajar dan saling mendukung memang diperlukan. Aku mulai mengikuti banyak perlombaan dari berbagai mata pelajaran. Matematika, kimia, fisika, biologi, pkn, astronomi, sampai kedokteran dasar aku ikuti. Mencoba mencari jati diri, ikut berbagai macam olimpiade, meskipun hasilnya tak selalu sesuai harapan. Ikut KBS (Klub Belajar Siswa) Astronomi walaupun aku merasa astronomi bukanlah bidangku. Hal itu juga membuatku gagal dalam ksn astronomi dan berakhir pada tingkat provinsi. Tidak ikut ksm, karena bidang astronomi tidak diselenggarakan pada ksm. Padahal dua olimpiade besar itu hanya diselenggarakan setahun sekali. Sedih, memang dirasakan. Tapi aku tidak mau kesedihan itu terus berkelanjutan. Aku yakin, segala sesuatunya pasti punya jalan keluar. Aku akhirnya memutuskan untuk mengikuti berbagai olimpiade dari banyak penyelenggara lomba dan universitas. Dan hasilnya, mulai dari tingkat kabupaten sampai dengan tingkat internasional. Alhamdulillah selalu diucapkan atas pencapaian yang pernah didapatkan. Mempertahankan nilai dari kelas 10 sampai dengan kelas 12, mempertahankan peringkat 1 dan juara umum, mengumpulkan piagam dan sertifikat. Untuk memperjuangkan impian yang ada sejak kecil. Sampai akhirnya pengumuman siswa eligible untuk pendaftaran SNBP. Aku terpilih sebagai sebagai siswa eligible.
Banyak kebimbangan yang dirasakan untuk menentukan pilihan. “Kalau aku milihnya di sini, lolos ga ya? Emang aku layak untuk kuliah di sini? Mahal ga ya?” pertanyaan itulah yang selalu menghantui pikiranku. Apalagi cita-citaku yang berat, yaitu untuk menjadi seorang dokter. Tapi aku selalu mengingat doa yang selalu aku panjatkan setiap aku sholat. Hal itu membuatku untuk selalu ingin berprasangka baik terhadap segalanya. Ingat karena aku hanya ingin satu cita-cita yang telah aku impikan sejak aku kecil yaitu “Kuliah kedokteran di Universitas Indonesia dan menjadi dokter yang bermanfaat”. Aku meminta petunjuk kepada Allah, melakukan sholat istikharah dan sholat tahajud. Minta doa dan restu dari orang tua, meminta pendapatnya. Meminta doa dan restu dari guru-guru dan teman-teman. Hingga pada akhirnya kebimbanganku mulai terobati. Aku merasakan petunjuk dari Allah untukku. Mulai dari algoritma sosial media yang banyak mengenai Universitas Indonesia sampai bermimpi diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Orang tua yang selalu meyakinkanku, “Jika itu memang takdirmu, maka tetap akan menjadi milikmu”, membuatku semakin merasa percaya diri untuk memantapkan pilihanku. Setelah seluk beluk menentukan pilihan, akhirnya aku memilih Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebagai pilihan pertama. Menggunakan nilai 5 semester yang telah aku perjuangkan dan menggunakan 3 sertifikat nasional yaitu juara 3 olimpiade astronomi tingkat nasional, juara 1 olimpiade biologi tingkat nasional, dan juara harapan 1 fisika tingkat nasional, aku memantapkan pilihanku untuk memilih Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebagai pilihan pertama pada jalur nasional pertama yaitu SNBP. Tidak lupa, aku juga mempersiapkan untuk SNBT. Mengikuti bimble online dan offline yang telah diprogram oleh sekolah ataupun diluar. Mengerjakan tryout SNBT yang diselenggarakan oleh beberapa bimble online maupun offline. Dan tentunya berdoa untuk kelulusan SNBP.
Sampai di hari pengumuman, benar-benar pasrah untuh hasil yang akan dihadapi. Tiba-tiba insomnia pada malam sebelum pengumuman. Menunggu detik-detik pengumuman hanya bisa melalukan usaha terakhir, yaitu meminta doa dan restu orang tua, bersholawat, serta berdoa untuk kelulusan SNBP. Sampai pada akhirnya “SELAMAT! ANDA DINYATAKAN LULUS SELEKSI SNBP 2023”. Bahagia, sedih, semua tercampur aduk. Betapa baiknya Allah, dan inilah jawaban dari-Nya atas segala yang telah aku lalui. Merasa menjadi orang yang paling beruntung telah memiliki keluarga yang selalu men-support untuk masa depanku. Dan inilah jawaban doa dari orang tuaku, doa dari setiap waktu mereka, setiap sholat mereka. Jawaban doa dari guruku, temanku yang mendukungku. Jawaban dari usaha dan doaku yang selalu aku usahakan dan aku panjatkan di setiap sholatku. Aku sadar, bahwa ini barulah permulaan, dan perjalananku masih jauh untuk ke tujuan akhir. Masih panjang untuk mengerahkan seluruh tenaga bagi masa depanku dan untuk kedua orang tuaku.
Komitmen kepada diriku yaitu berusaha untuk menjadi mahasiswa yang aktif di bidang akademik maupun non akademik, bersosisalisasi dengan baik antar teman sejawat maupun non sejawat, menaati segala aturan dan tata tertib yang ada, menjadi mahasiswa yang bertanggung jawab, belajar dengan sungguh-sungguh, berlomba-lomba dalam kebaikan secara sehat antarsesama, mengembangkan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas, dan semua hal yang menghantarkan pribadi menjadi lebih baik dari sebelumnya. Karena pada dasarnya, harapan terbaiklah yang selalu diharapkan oleh setiap orang pada kedepannya. Dan menjadi lebih baik itu seharusnya sudah menjadi suatu keharusan, bukan hanya sekedar obsi yang diangan-angankan untuk waktu yang akan datang. Menjadi mahasiswa yang bekompeten dan berintegritas adalah harapan guna mencetak diri untuk menjadi seorang dokter yang profesional, berkualitas, dan memiliki sikap jujur yang tinggi. Mahasiswa yang mampu memberikan kontribusi baik dalam dunia pendidikan, dimudahkan dalam jalannya pendidikan, meraih IPK tinggi, dan dapat menjadi salah satu lulusan terbaik. Mampu mengerahkan seluruh tenaga dan ilmu pengetahuan untuk masyarakat dan dapat berkontribusi dalam kesejahteraan terutama dalam bidang kesehatan pada masyarakat, khususnya daerah asalku. Dan pastinya ingin menjadi anak yang berbakti dan membahagiakan kedua orang tua. Harapanku untuk angkatanku yaitu semoga bisa menjadi angkatan yang memiliki sikap solidaritas yang tinggi, saling membantu satu sama lain terutama ketika ada yang membutuhkan, saling berbagi ilmu, saling memberi manfaat antarsesama, bekerjasama secara sehat, mampu mengingatkan ketika ada teman yang salah, menjadi angkatan yang jujur, dan dapat menjadi angkatan yang terbaik.
Secara operasional, definisi dari “Dokter” adalah seseorang tenaga kesehatan yang menjadi tempat kontak pertama pasien dengan dokternya untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang dihadapi tanpa memadang jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis kelamin, sedini dan sedapat mungkin, secara menyeluruh, paripurna, bersinambung, dan dalam koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya, dengan menggunakan prinsip pelayanan yang efektif dan efesien serta menjunjung tinggi tanggung jawab profesional, hukum, etik, dan moral. Dokter yang ideal adalah dokter yang mampu untuk memberikan teladan yang baik bagi orang sekelilingnya, dapat berkontribusi untuk kemajuan kesehatan tanpa membeda suku, agama, ras, dan antargolongan dimanapun ia berada, mampu untuk bekerjasama dengan baik antarsesama demi memajukan kesehatan, mampu untuk melakukan tugas secara profesional, efektif, dan efisien, serta menjunjung tinggi tanggung jawab profesional, hukum, etik, dan moral.
Hakikat profesi dokter adalah bisikan hati nurani dan panggilan jiwa untuk mengabdikan diri pada kemanusiaan berlandaskan moralitas yang kental. Prinsip-prinsip kejujuran, keadalian, empati, keikhlasan, peduli sesama dalam rasa kemanusiaan, rasa kasih sayang, dan ikut merasakan penderitaan orang lain yang kurang beruntung. Dengan demikian , seorang dokter tidak boleh egois, melainkan harus mengutamakan kepentingan orang lain, membantu untuk mengobati orang sakit. Seorang dokter harus mempunyai Intellectual Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ) yang tinggi dan seimbang. Sikap mental fundamental yang harus melekat secara mutlak pada pribadi seorang dokter yang baik dan bijaksana yang mendasari profesi luhur dokter diantaranya: ketuhanan, rasa kemanusiaan, kemurnian niat, keluhuran budi, kerendahan hati, kesungguhan kerja, integritas ilmiah, dan sosial.
Kontribusi seorang dokter kepada masyarakat sudah menjadi tujuan utama dari profesi dokter. Tugas tenaga kesehatan-khususnya dokter, tidak hanya untuk mengobati, tetapi bertugas sebagai advokat di bidang kesehatan pada masyarakat. Dokter menjadi pendamping bagi pasien, memberikan edukasi, menjelaskan dengan detail apa saja yang akan dilakukan oleh dokter terhadap pasien sampai pasiennya paham, memberikan informasi, memberikan dukungan, memampukan pasien, mengajari keterampilan pemecahan masalah , pendekatan kepada pasien, keluarga pasien, dan komunitasnya. Selain itu, mampu secara holistik untuk melihat pasien secara keseluruhan biopsikososialkulturalspiritual. Tidak hanya memeriksa, memberikan resep dan memberi obat, tetapi juga berinteraksi dengan berbagai faktor munculnya penyakit, dampak penyakit bagi pasien dan bagi keluarganya. Dokter tersebut juga mampu untuk menangani pasien secara komprehensif yaitupromotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif . Perawatan paliatif untuk pasien terminal (yang tidak bisa disembuhkan) bertujuan untuk mempertahankan kualitas hidup, mencapai kematian yang baik , serta memberikan konseling duka cita. Dokter ini bekerja di komunitas dan secara irasional serta berkelanjutan untuk mengikuti perjalanan kesehatan pasien. Harus bekerjasama dengan perawatan primer, perawatan sekunder, dan perawatan tersier . Sehingga pasien yang belum sakit dapat melakukan upaya promotif dan preventif, bila sudah sakit dapat diselesaikan secara tepat.
Dokter yang baik adalah seorang dokter yang memiliki kemampuan intelektual yang baik, memahami undang-undang yang berlaku, komitmen untuk pelayanan masyarakat, dan harus memiliki etika sehingga nantinya benar-benar akan terwujud dokter dengan professional behavior. Menjadi seorang dokter yang berwawasan luas, mampu untuk memberikan edukasi yang baik kepada masyarakat, mempunyai banyak pengalaman, selalu siap untuk dihubungi siapa saja, memiliki reputasi yang baik, menjunjung tinggi tanggung jawab profesional, hukum, etik, dan moral, serta mampu untuk berkontribusi besar terhadap kualitas kesehatan masyarakat adalah beberapa dari banyaknya karakteristik yang diinginkan untuk menjadi seorang dokter kedepannya.
Rencana jangka pendek selama pre-klinik adalah menjadi mahasiswa yang aktif, mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mampu memahami dan menguasai ilmu-ilmu kedokteran, meningkatkan kemampuan bersosialisasi dan kerjasama antarsesama, memperoleh nilai IPK yang tinggi. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara menjadi mahasiswa yang menjaga attitude baik, tidak malu bertanya, tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, memerhatikan setiap mata pelajaran yang ada, belajar dengan sungguh-sungguh, aktif memberikan respon di kelas, dan mengatur waktu dengan baik. Selanjutnya untuk rencana jangka panjang selama klinik adalah dapat menambah pengalaman sebanyak-banyaknya terutama dengan hal yang berkaitan dengan pasien, dengan harapan supaya menjadi dokter yang berkompeten dan terpercaya. Menjadikan ajaran dan masukan dari dokter atau professor yang membimbingku sebagai ilmu yang tidak terlupakan guna keberlangsungan menjadi dokter yang berkualitas, melanjutkan pendidikan ke dokter spesialis, dan tentunya dapat berkontribusi bagi masyarakat yang membutuhkan.
Harapan bagi masyarakat terkait dengan kesehatan yang terkait dengan rencana jangka panjang adalah semoga masyarakat dapat menerima manfaat dalam bidang kesehatan terutama masyarakat yang membutuhkan terkhususnya masyarakat di daerahku. Akses kesehatan yang sulit untuk ditempuh, jalan rusak, harus menyebrang sungai melalui kapal fery untuk kerumah sakit yang letaknya bersebrangan dengan daerahku dan jaraknya yang jauh, fasilitas puskesmas daerah yang kurang memadai, minimnya kesadaran mengenai kesehatan dari masyarakat setempat, beredarnya hoaks tentang kesehatan dan mudahnya menyerap informasi tanpa menyaring, masih menjadi permasalahan di daerahku. Maka daripada itu aku berharap dapat mengerahkan tenaga dan ilmu pengetahuan dalam berkontribusi bagi masyarakat terutama dalam masalah kesehatan dengan membantu masyarakat yang kurang mampu untuk memperoleh hak keasehatannya sebagai manusia, mendirikan klinik yang dapat membantu kemudahan masyarakat setempat dalam bidang kesehatan, dan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai hoaks serta cara menyaringnya supaya tidak terlalu mudah membuat kesimpulan dari berita yang beredar.
Pesan untuk adik kelas adalah jika ingin menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, maka tanamkanlah sikap pantang menyerah. Usaha dan doa memang sangatlah berperngaruh. Jangan lupa juga minta doa dan restu dari orang tua. Kalau merasa ada yang susah dari usaha yang sedang dijalani, jangan putus asa. Karena itu adalah proses, dan semuanya memang butuh proses. Sulit paham pelajaran, maka tanyakan kepada orang yang paham. Merasa tidak yakin dengan satu jalan, maka buatlah jalan lain yang kamu yakini itu bisa. Buatlah obsi yang dapat menunjang mencapai impian. Selain usaha dan doa untuk jalur prestasi, maka siapkan juga usaha dan doa untuk jalur tes. Perbanyak latihan soal, mengikuti tryout, mengevaluasi kemampuan. Maka jika usaha dan doa telah dilakukan secara maksimal, semua itu bisa terjadi, karena tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Ir. Soekarno pernah berkata “Gantungkan cita-citamu setinggi langit. Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang.”. Maka jangan takut untuk gagal, tetapi takutlah jika tidak pernah mencoba.
Reference:
Ubay. Dokter adalah [Internet]. Bandung: jabarsatu.id; 2023 [updated 2023 Jul 28; cited 2023 Aug 11]. Available from: https://jabarsatu.id/dokter/
Daskivich T, Luu M, Noah B, Fuller G, Anger J, Spiegel B. Perbedaan peringkat konsumen online penyedia layanan kesehatan di seluruh spesialisasi kesehatan medis, bedah, dan sekutu: studi observasi terhadap 212.933 penyedia. J.Med. Res Internet. 2018; 20 (5):e176. [ Artikel gratis PMC ] [ PubMed ] [ Google Scholar ]
Di Nuovo F, Onorati M, Nicola M, Cassoni M. Melihat perbedaan gender dokter dalam praktik medis. Jurnal Kedokteran Khusus Jenis Kelamin Italia. 2018; 4 (1):34–35. [ Google Scholar ]
Deng Z, Hong Z, Zhang W, Evans R, Chen Y. Pengaruh upaya online dan reputasi dokter pada pilihan pasien: analisis data gelombang 3 dari situs web dokter china yang baik. J.Med. Res Internet. 2019;(21:3) e10170. [ Artikel gratis PMC ] [ PubMed ] [ Google Scholar ]
Rokom. 3 karakter ini harus dimiliki seorang dokter [Internet]. Jakarta: Sehat Negeriku Kemenkes; 2018 Des 15 [updated 2018 Des 16; cited 2023 Aug 11]. Available from: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20181215/4928833/3-karakter-harus-dimiliki-seorang-dokter/
Situmeang I, Situmeang I. Komunikasi dokter yang berpusat pada pasien di masa pandemi [Internet]. Jakarta: Umbuton; 2021 Feb 15 [cited 2023 Aug 11]. Available from: https://jurnal-umbuton.ac.id › article › download
Afandi D. Nilai-nilai luhur dalam profesi kedokteran: suatu studi kualitatif. Jurnal Kesehatan Melayu [Internet]. 2017 [cited 2023 Aug 11];1(1). Available from: http://jkm.fk.unri.ac.id/index.php/jkm/article/view/22
Darwin E, Hardisman. Etika profesi kesehatan [Internet]. 1st ed. Yogyakarta: Deepublish; 2014 Maret. [cited 2023 Aug 11]. Available from: http://repo.unand.ac.id/28951/1/Buku%20Etika%20Hardisman-Chapter-1.pdf
Peran dokter layanan primer, menyehatkan penduduk Indonesia [Internet]. Yogyakarta: UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS KEDOKTERAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN; 2017 [updated 2017 Apr 4; cited 2023 Aug 11]. Available from: https://fkkmk.ugm.ac.id/peran-dokter-layanan-primer-menyehatkan-penduduk-indonesia/
Comments