top of page
  • Youtube
Search
  • Writer: Valerie Shannon
    Valerie Shannon
  • Aug 12, 2023
  • 9 min read

“Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil” – Lukas 1:37

Dokter dan perawat itu menghembuskan nafas lega. Operasi sesar pagi itu berjalan dengan sangat lancar. Tangisan seorang anak pecah seolah meminta disambut atas kedatangannya ke dunia ini. Setelah penantian selama 9 bulan lamanya, anak perempuan itu akhirnya melihat dunia untuk pertama kalinya. Senyumnya lekas terlukis usai ia puas dengan tangisannya. Diberinya nama Valerie Shannon Sumito, sebab orang tuanya berharap kelak ia akan menjadi anak yang kuat dan bijaksana, selaras dengan arti namanya.

Banyak orang yang mengatakan “Jika tak kenal maka tak sayang”, maka, perkenalkan nama saya Valerie Shannon Sumito, biasa dipanggil Shannon. Saya berasal dari SMAN 26 Jakarta dan puji Tuhan saat ini saya diberikan kesempatan untuk bergabung menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia program reguler, usai diterima melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) pada tanggal 28 Maret 2023 lalu.


Dokter merupakan salah satu cita-cita yang cukup populer di kalangan anak kecil. Seiring berjalannya waktu, ada beberapa dari mereka yang mengalihkan cita-citanya ke pekerjaan lain karena berbagai alasan dan ada juga yang tetap terus berjuang untuk mencapai impiannya itu. Saya termasuk ke dalam kelompok yang kedua. Keinginan dan tekad saya untuk menjadi dokter terus bertumbuh setiap harinya seiring dengan bertambahnya usia, dimana saya menyaksikan berbagai pengalaman hidup orang di sekitar saya mengenai berbagai penyakit yang mereka derita. Ditambah dengan berbagai berita yang kerap didengar di kalangan masyarakat mengenai masalah kesehatan di Indonesia, atau bahkan di dunia, berhasil membuat saya membulatkan tekad untuk menjadi dokter sehingga nantinya saya dapat berkontribusi dan mengabdi dalam bidang kesehatan. Meskipun dalam keluarga saya belum pernah ada yang memiliki latar belakang sebagai dokter, saya tidak merasa takut. Sebaliknya, saya justru semakin merasa bersemangat mengingat bahwa saya akan menjadi dokter yang pertama dalam keluarga saya.


Perjalanan yang saya lalui untuk bisa ada di titik ini tentu saja bukanlah hal yang mudah. Sejak SD, saya selalu berusaha untuk belajar dengan usaha maksimal sehingga kemudian mendapatkan hasil yang memuaskan. Berkat dukungan dan arahan orang tua, saya berhasil untuk terus mempertahankan prestasi sebagai peringkat teratas di sekolah, bahkan hingga memperoleh nilai sempurna di mata pelajaran matematika pada Ujian Nasional (UN) dan menjadi salah satu lulusan dengan nilai terbaik di sekolah saya pada saat itu.


Nilai Ujian Nasional itulah yang kemudian mengantarkan saya untuk masuk ke dalam salah satu SMP favorit di Jakarta Selatan, yaitu SMPN 107 Jakarta. Tidak sampai disitu saja, saya juga berhasil lulus tes untuk menjadi siswa kelas unggulan di sekolah tersebut. Selama masa SMP, saya tetap mempertahankan prestasi dalam bidang akademik dengan mempertahankan peringkat 3 besar dan juga posisi sebagai murid kelas unggulan. Berkat hal tersebut, saya akhirnya beberapa kali diberi kesempatan untuk mewakili nama sekolah di beberapa perlombaan yang dilaksanakan pada berbagai tingkat. Di samping itu, saya juga mengimbangi dengan prestasi non-akademik, yakni dengan menjadi pengurus OSIS.


Perjalanan akademik saya selama SMP bisa dikatakan cukup mulus hingga akhirnya dunia dihadapkan pada suatu situasi baru secara cukup mendadak, yakni pandemi COVID-19. Seluruh kegiatan dialihkan menjadi kegiatan daring. Situasi ini pun tentunya cukup menyulitkan bagi semua orang, terutama para pelajar. Kami dipaksa untuk cepat beradaptasi dengan keadaan yang baru. Saat itu, saya sedang berada pada masa akhir kelas 9, dimana angkatan saya harus mempersiapkan ujian praktek serta ujian sekolah. Pandemi ini kemudian mendorong pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan ditiadakannya Ujian Nasional sebagai syarat kelulusan siswa. Kebijakan ini pun berdampak pada rencana yang sudah saya buat mengenai pilihan SMA yang akan dituju untuk menempuh jenjang pendidikan selanjutnya.


Lika-liku yang saya lalui dalam memilih SMA sebenarnya cukup panjang. Awalnya saya mendaftar di salah satu SMA swasta yang ternama di Jakarta, yakni Santa Ursula. Setelah menjalani beberapa rangkaian tes untuk masuk ke sekolah tersebut, saya pun dinyatakan diterima pada jurusan IPA. Namun, karena satu dan lain hal, akhirnya dengan sangat berat hati saya memutuskan untuk tidak mengambil kesempatan tersebut. Selanjutnya, saya mencoba peruntungan saya dan mendaftar di SMA Negeri Unggulan (SMANU) MHT yang saat itu menduduki peringkat pertama SMA terbaik di Indonesia. Pilihan saya ini pada awalnya bukan sepenuhnya keinginan saya, melainkan anjuran dari salah satu guru SMP saya pada waktu itu. Beliau mengatakan bahwa dengan potensi yang saya miliki, tidak ada salahnya untuk mencoba mendaftar ke sekolah tersebut. Akhirnya, saya memberanikan diri untuk mendaftar. Singkat cerita, saya tidak berhasil diterima di SMANU MHT karena gagal pada tahap akhir tes penerimaan, yakni tes wawancara. Kegagalan ini tidak mematahkan semangat saya karena saya percaya ketika satu pintu menuju tujuan itu tertutup, masih banyak pintu lain yang bisa kita coba buka.


Sebagai dampak dari ditiadakannya UN, jalur masuk ke sekolah negeri diubah menjadi sistem zonasi yang diurutkan berdasarkan usia calon peserta didik. Lagi-lagi saya harus gagal dalam penerimaan murid baru. Orang tua saya pun mengarahkan saya untuk mendaftar ke SMA swasta saja, yakni SMA Regina Pacis Jakarta. Meskipun perjalanan mencari SMA saya berakhir di SMA yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya, saya tetap bersyukur karena bisa melanjutkan pendidikan di jenjang SMA. Selama 3 semester saya menjadi murid di SMA Regina Pacis, ada banyak pengalaman baru yang saya dapatkan. Beberapa di antaranya yang paling berkesan bagi saya adalah menjadi wakil ketua OSIS dan bisa memenangkan perlombaan film pendek tingkat nasional yang dilaksanakan oleh Kemenpora sehingga berkesempatan bertemu langsung dengan Menteri Pemuda dan Olahraga pada saat itu, yakni Bapak Zainudin Amali.


Saat memasuki semester 4, saya memutuskan untuk mengikuti tes mutasi ke SMA negeri dan puji Tuhan diterima di SMAN 26 Jakarta. Meskipun pada awalnya saya merasa kesulitan untuk beradaptasi karena saya baru masuk satu bulan setelah semester tersebut dimulai, sehingga saya harus mengejar banyak ketertinggalan tugas. Saya sangat bersyukur bisa bertemu dengan banyak teman baru yang mau membantu saya beradaptasi di sekolah baru. Walaupun saya tidak bisa langsung bersaing di peringkat atas dengan teman-teman sekelas, saya tetap berusaha mempertahankan indeks nilai yang ada. Kenyataan bahwa nilai saya tidak setinggi teman-teman saya pun membuat saya menjadi tidak berani untuk mengejar PTN, sehingga saya mempersiapkan diri untuk mendaftar ke perguruan tinggi luar negeri (PTLN) yang menawarkan beasiswa. Di saat teman-teman lain belajar untuk UTBK, saya belajar untuk tes IELTS dan SAT yang merupakan syarat beasiswa PTLN. Meskipun materi yang kami pelajari berbeda, tetapi kami tetap saling mendukung satu sama lain. Keputusan saya untuk mengejar PTLN pun membuat saya berencana untuk mengundurkan diri apabila nantinya nama saya masuk dalam pemeringkatan eligible.


Singkat cerita, saat pengumuman siswa eligible, pengumuman tersebut hanya diikuti oleh orang tua murid saja, sehingga kami hanya menunggu informasi lanjutan. Sambil menunggu, saya dan teman-teman sekelas pun melanjutkan mengerjakan tugas yang ada hingga akhirnya muncul notifikasi dari salah satu orang tua murid yang sangat kami nantikan. Ketika membuka notifikasi itu pun saya langsung terkejut. Tidak pernah saya bayangkan sebelumnya jika pada akhirnya saya akan menduduki peringkat 1 eligible angkatan. Meskipun demikian, pada awalnya saya tetap pada keputusan awal saya untuk mundur dari eligible mengingat kecilnya kemungkinan saya untuk diterima melalui jalur tersebut. Perolehan rata-rata nilai rapot yang sempat turun, tidak adanya alumni yang pernah diterima di FK UI melalui jalur SNBP, serta latar belakang sebagai murid mutasi pun membuat nyali saya ciut untuk mendaftar SNBP. Saya merasa akan sayang sekali jika saya tetap memaksa untuk mendaftar, padahal teman-teman saya yang lain memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk diterima. Berkali-kali saya mengkonsultasikan hal ini kepada guru BK saya. Berkali-kali juga beliau meyakinkan saya untuk tetap mendaftar karena tidak ada salahnya untuk mencoba dahulu. Saya pun akhirnya memberanikan diri untuk mencoba mendaftar. Pada saat itu juga saya terus berdoa kepada Tuhan melalui doa novena. Saya memasrahkan seluruh masa depan saya kepadaNya karena saya percaya bahwa Tuhan memiliki rencana yang terbaik untuk saya.


Setelah mendaftar pada jalur SNBP, saya pun fokus melanjutkan hari-hari saya sebagai pelajar SMA yang sibuk menghadapi persiapan kelulusan. Mulai dari persiapan ujian praktek hingga pelaksanaan ujian sekolah. Jadwal akhir kelas 12 yang cukup padat membuat saya tidak terlalu memikirkan hasil dari SNBP. Hal tersebut pun terus berlanjut hingga satu minggu menjelang pengumuman SNBP. Meskipun saya cukup pesimis dengan hasilnya, sejujurnya hati kecil saya benar-benar berharap untuk diterima. Padahal sebelumnya saya sudah berjanji pada diri saya untuk tidak menaruh ekspektasi yang terlalu tinggi pada jalur ini karena khawatir akan membuat saya patah semangat di kemudian hari.


Hari pengumuman SNBP pun akhirnya tiba. Pengumuman tersebut bertepatan dengan penjualan tiket konser salah satu penyanyi favorit saya, yakni SUGA BTS. Tingginya peminat konser pun kemudian membuat orang yang ingin menonton harus berebutan tiket yang dijual secara online. Demi mendapat tiket tersebut, saya sampai pergi ke Perpusnas yang terletak di Jakarta Pusat untuk mendapat jaringan internet yang cepat. Namun, sangat disayangkan saya tidak berhasil mendapatkan tiketnya. Tentu saja saya merasa sangat sedih. Waktu penjualan tiket berakhir tepat ketika waktunya pengumuman SNBP. Pada saat itu, saya sudah berasumsi sendiri bahwa saya akan ditolak. Maka saya tidak langsung membuka pengumumannya karena takut akan sedih dua kali di saat yang hampir bersamaan. Saya berencana untuk membukanya saat menjelang malam, atau bahkan di keesokan harinya.


Rencana itu pun mendadak digagalkan oleh satu panggilan telepon dari guru BK saya. Saya mengira beliau hanya akan bertanya bagaimana hasil pengumuman saya saja. Namun, ternyata beliau sudah membukakan pengumuman saya lebih duluan. Satu kalimat dari beliau yang tidak akan pernah saya lupakan sampai kapan pun adalah “Shannon selamat kamu masuk FK UI”. Saat mendengar kalimat tersebut, perasaan saya sungguh campur aduk. Ditambah lagi dengan banyaknya notifikasi dari orang-orang yang mengucapkan selamat kepada saya. Kejadian pada hari itu akan terus melekat pada benak saya. Selamanya saya akan terus percaya dan mengatakan bahwa saya lolos di FK UI melalui jalur langit. Tidak mungkin saya bisa diterima kalau bukan karena kuasa Tuhan.


Apabila ada yang bertanya mengapa saya akhirnya mendaratkan pilihan jurusan di FK UI padahal ada begitu banyak pilihan jurusan lainnya, saya rasa jawabannya seharusnya sudah bisa ditebak. Menilik sejarah dan prestasinya sebagai fakultas kedokteran tertua dan salah satu fakultas kedokteran terbaik di Indonesia(1), saya percaya bahwa FKUI dapat membimbing saya untuk mencapai impian saya untuk menjadi seorang dokter melalui berbagai program akademik yang ada. Di samping itu, saya yakin bakat dan potensi yang saya miliki dapat semakin dikembangkan melalui berbagai kegiatan yang diadakan oleh Universitas Indonesia sehingga dapat membuka berbagai peluang prestasi baru bagi saya.


Dalam perjalanan saya untuk menjadi dokter yang dimulai di FK UI, saya bertekad untuk menjadi seorang dokter yang ideal. Dokter ideal adalah seseorang yang berdedikasi pada dunia medis(2), dapat menggabungkan keahlian individunya dengan berbagai situasi medis yang ada dalam lingkup masyarakat luas(3), serta merupakan seorang yang berjiwa mulia dan memiliki rasa empati yang tinggi(4). Bagi saya, menjadi dokter yang ideal merupakan salah satu hal yang sangat penting karena berdampak secara signifikan pada pasiennya maupun masyarakat luas, mengingat bahwa peran dokter tidak terbatas pada perawatan medis saja, namun juga pada kontribusinya dalam masyarakat yang dilaksanakan dengan tetap berpegang pada nilai luhur profesi kedokteran. Nilai tersebut merupakan nilai yang mengutamakan kepentingan/keselamatan pasien, serta mengabdikan seluruh hidupnya demi kepentingan pasien(5). Selain itu, menurut pandangan saya, kepekaan terhadap isu terkait kesehatan yang berkembang dalam masyarakat sangat penting untuk dimiliki oleh seorang dokter sehingga nantinya dapat menumbuhkan sikap inisiatif dalam diri untuk turut berkontribusi dalam menyelesaikan isu tersebut.


Perjalanan pendidikan saya di FK UI tentu kurang lengkap tanpa disertai komitmen dan rencana untuk kedepannya. Saya berkomitmen untuk menjadi pribadi yang lebih baik, dimulai dari mengubah kebiasaan saya yang kerap kali menunda-nunda dalam melakukan sesuatu. Saya akan memulai untuk belajar mengatur waktu dengan baik sehingga nantinya dapat menyeimbangkan antara kegiatan akademik, non akademik, dan juga kegiatan pribadi. Selain itu, saya berkomitmen untuk memaksimalkan potensi yang saya miliki dengan menjadi mahasiswa yang aktif dan berprestasi guna mengharumkan nama FK UI. Guna menjalankan komitmen tersebut, saya sudah membuat beberapa rencana, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk rencana jangka pendek, selama 4 tahun masa preklinik, saya berencana untuk mengikuti organisasi dan juga UKM yang ada di Universitas Indonesia guna mengasah kemampuan saya dalam bidang terkait. Selain itu, mungkin sama seperti kebanyakan mahasiswa pada umumnya, saya akan berjuang untuk mendapat IPK yang tinggi dan tetap stabil di setiap semesternya. Saya juga berharap nantinya bisa mengikuti program IISMA agar bisa mendapatkan pengalaman sekaligus bekal untuk berkuliah di luar negeri. Sementara itu, rencana jangka panjang selama klinik dan menjadi dokter adalah berusaha untuk menjadi dokter yang ideal, selaras dengan kriteria yang sudah saya jelaskan sebelumnya. Untuk mendukung rencana tersebut, saya juga berencana untuk melanjutkan studi hingga S3 guna mendalami ilmu kedokteran dengan lebih baik lagi sehingga nantinya dapat memberikan dampak positif pada masyarakat, serta berkontribusi pada pengembangan dunia kedokteran.


Saya sadar bahwa kehidupan saya sebagai mahasiswa FK UI tidak akan selalu mulus dan mudah. Berbagai rintangan, ujian, serta kesulitan pastinya sudah tidak sabar untuk menyapa saya dan juga teman-teman seangkatan. Namun, saya yakin ada banyak juga hal-hal seru dan menarik yang dapat membantu kami untuk menjalani pendidikan di FK UI dengan baik sebagai satu angkatan yang soild. Semoga kami, angkatan 2023 Gelora, yang masuk bersama di FK UI, dapat lulus bersama juga pada waktunya nanti.


Teruntuk adik kelas yang ingin masuk FK UI, tetaplah berusaha dengan giat untuk mengejar impian kalian itu. Mungkin pada prosesnya kalian akan menemukan berbagai kegagalan, tetapi yakinlah bahwa semua yang kalian lalui itu akan membentuk pribadi kalian menjadi lebih baik lagi. Tetaplah yakin pada segala proses yang kalian lalui. Apabila ada orang yang meremehkan mimpi kalian untuk menjadi bagian dari FK UI, janganlah berkecil hati dan merasa pesimis. Sebaliknya, jadikanlah hal tersebut sebagai motivasi kalian untuk maju lebih jauh lagi karena tidak ada mimpi yang terlalu besar. Terakhir, ingatlah untuk selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap rencana hidup kalian karena tidak ada kuasa yang lebih besar dari kuasaNya.


REFERENSI

  1. UI. Fakultas Kedokteran [Internet]. Depok: Universitas Indonesia; 2022 [cited 2023 Aug 08]. Available from : https://www.ui.ac.id/akademik/fakultas/fakultas-kedokteran/

  2. Borraci RA, Gallesio JMA, Ciambrone G, Matayoshi C, Rossi F, Cabrera S. What patients consider to be a good doctor, and what doctors consider to be a good patient. Rev Med Chile [Internet]. 2020 Jul [cited 2023 Aug 08];148(7):930-938. Available from : https://www.scielo.cl/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S0034-98872020000700930&lng=en&nrm=iso&tlng=en#B2

  3. Grundnig JS, Hofbauer VS, Drexler V, Holzinger A. You are exactly my type the traits of a good doctor: a factor analysis study on public’s perspectives. BMC [Internet]. 2022 Jul 8 [cited 2023 Aug 08];22(1):886. Available from : https://bmchealthservres.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12913-022-08273-y

  4. Alpert JS, Frishman WH. The most important qualities for the good doctor. The American Journal of Medicine. July 2021;134(7):825-826. Available from : https://www.amjmed.com/article/S0002-9343(20)31012-3/fulltext

  5. Afandi D. Nilai-nilai luhur dalam profesi kedokteran : suatu studi kualitatif. Jurnal Kesehatan Melayu [Internet]. 2017 Sep 14 [cited 2023 Aug 09]:25-28. Available from : https://www.researchgate.net/publication/320174492_Nilai-Nilai_Luhur_dalam_Profesi_Kedokteran_Suatu_Studi_Kualitatif

 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

Comments


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page