top of page
  • Youtube
Search
  • Tsania Fatina Faza
  • Aug 13, 2023
  • 6 min read

Narasi Perjuangan


”Someday”


Satu kata yang selalu terucap dalam hati ketika membayangkan kehidupan impian di masa depan, berharap suatu hari impian itu menjadi kenyataan. Entah besok, lusa, atau nanti.


Rahasia Tuhan memang selalu menakjubkan. Semenakjubkan menghirup udara di kehidupan yang dulu kita mimpikan. Semenakjubkan roda kehidupan yang tetap bergulir menempuh jalanan terjal menuju sebuah gerbang. Tinggi, kokoh, dan terkunci. Seperti sebuah kemustahilan, namun nyatanya kini kunci itu dalam genggaman.


Perkenalkan saya Tsania Fatina Faza, namun orang-orang di sekitar saya biasa memanggil dengan sebutan Anya. Saya lahir dan tumbuh di sebuah kabupaten di Jawa Barat, yakni Tasikmalaya. Saya merupakan bungsu dari dua bersaudara yang tumbuh dikelilingi kasih sayang dan segenap cinta.


Setiap ditanya tentang cita-cita, jawaban saya tidak pernah berubah yakni menjadi seorang dokter. Menjadi dokter memang impian sejak kecil bahkan sebelum saya mengerti apa-apa. Hanya ikut-ikutan saja, karena di mata saya seorang dokter terlihat begitu pintar dan keren.

Seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa hakikat kehidupan adalah tentang kebermanfaatan. Bunga-bunga tidak harum untuk diri mereka, pun mentari tidak bersinar untuk dirinya sendiri. Seorang dokter mengemban tugas yang begitu mulia, melahirkan secercah harapan melalui uluran tangan.


Saya sudah tahu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sejak SD dan boleh dibilang inilah “cinta pertama”. Meskipun, cinta itu cukup saya simpan dalam diam. Perjuangan menjadi seorang mahasiswi kedokteran di salah satu universitas terbaik di Indonesia[1] tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan dan satu-satunya hal yang bisa saya lakukan ialah menebusnya dengan perjuangan.


Sejak kecil saya senang mengikuti perlombaan, mulai dari lomba modelling, dongeng, pidato, cipta dan baca puisi, sajak Sunda, menulis cerpen, hingga olimpiade matematika dan sains. Awalnya hanya sekadar untuk melatih mental dan menambah pengalaman, hingga akhirnya saya menikmati berkompetisi dan mencoba peruntungan di berbagai kesempatan. Meski demikian, orang tua saya selalu berpesan bahwa menang adalah hadiah dan jikapun kalah tak jadi masalah. Bagi mereka, yang terpenting saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan yang terbaik. Kalimat itu yang membuat saya tumbuh menjadi seseorang yang tidak takut melangkah dan siap menerima apapun yang sudah menjadi takdir saya.


Saya semakin semangat mengikuti berbagai perlombaan setelah menyadari bahwa prestasi bukan hanya sekadar kebanggaan, tetapi bisa mengantarkan kita pada keberhasilan. Saya yang dulu mengenyam pendidikan dasar di SD Negeri Cibungbun, sebuah sekolah yang letaknya di tengah perkampungan, berhasil mendapat beasiswa di salah satu SMP ternama di Kota Bandung. Namun, letak sekolah yang berada di luar kota menuntut saya untuk tinggal di asrama, saya memutuskan untuk tidak mengambil kesempatan tersebut karena tidak mengantongi restu dari kedua orang tua. Akhirnya, dengan prestasi yang saya miliki, saya memutuskan untuk memilih melanjutkan jenjang pendidikan di SMP Negeri 1 Tasikmalaya, salah satu SMP terbaik di kota saya. Tentu saja saya tidak menyia-nyiakan setiap kesempatan untuk terus mengembangkan potensi dan meningkatkan prestasi saya hingga memperoleh berbagai penghargaan tingkat nasional bahkan Asia. Saya pun lulus dengan predikat lulusan terbaik sehingga mengantarkan saya lolos ke SMA impian saya, SMA Negeri 2 Tasikmalaya.


Awal masa SMA ternyata tak seindah yang diharapkan. Pandemi Covid-19 mengharuskan saya dan teman-teman untuk melakukan pembelajaran jarak jauh. Berubahnya keadaan menuntut saya untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru dengan segala keterbatasannya. Hal itu tidak menyurutkan semangat saya untuk mengukir prestasi dan selalu berusaha untuk mempelajari materi pembelajaran secara mandiri. Sampai di penghujung semester tiga, akhirnya saya bisa merasakan masa-masa SMA yang sesungguhnya. Berkumpul bersama teman-teman, mempelajari hal-hal baru, juga menikmati akhir masa remaja dengan kenangan yang begitu berkesan. Tak terasa masa SMA segera berlalu, hari demi hari berganti begitu cepat menyisakan kekhawatiran akan masa depan.


Namun, hidup memang selalu dihadapkan pada pilihan dan langkah yang harus kita lakukan adalah mengambil keputusan. Begitupun ketika harus menentukan kampus untuk studi lanjutan saya. Cinta yang saya simpan sejak belia sebenarnya tidak pernah berubah, hanya saja seiring bertambah dewasa kemampuan berpikir pun semakin didasarkan pada realita. Dengan berbekal ranking 1 eligible dan berbagai prestasi yang telah diperoleh, tidak cukup membuat saya merasa percaya diri. Saya yang konon tidak takut melangkah, nyatanya tetap saja dirundung resah. Keberanian dan keyakinan saya ditampar oleh kenyataan bahwa saya hanyalah seorang siswi dari kota kecil, yang mana sudah belasan tahun belum ada lagi alumni sekolah saya yang lolos jalur SNMPTN baik ke FKUI maupun fakultas lain di UI. Selain itu, kabar tentang sulitnya menembus FKUI sebagai salah satu Fakultas Kedokteran terbaik di Indonesia[2] sudah tidak terbantahkan lagi. Rasanya mustahil FKUI melirik gadis kecil ini, apalagi membalas cintanya. Sampai akhirnya ia mengubur harapan kepada sang cinta pertama.


Singkat cerita, dengan berbagai pertimbangan disertai dorongan semangat dari orang-orang terdekat, cinta yang saya kubur kembali bersemi. Di hari terakhir pendaftaran Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi, saya mantap menempatkan FKUI pada pilihan pertama. Sebuah keputusan yang krusial dan menjadi penentu masa depan, namun dilakukan dengan begitu berani atas segala konsekuensi dan risiko penolakan.


Sesaat setelah mendaftar, yang bisa saya lakukan hanyalah berpasrah kepada-Nya dan memohon do’a dari orang-orang di sekitar saya. Di sepanjang hari saya selalu menguatkan mental untuk menerima kemungkinan terburuk yang akan terjadi dan menyiapkan diri untuk kembali berjuang di jalur seleksi yang lain. Untungnya, saya memiliki keluarga dan teman-teman yang begitu suportif. Probabilitas saya diterima di FKUI memang begitu kecil namun tidak nol. Mereka yakin masih ada kemungkinan meski hanya mengharap sebuah ”keajaiban”.


Sore itu, 28 Maret 2023, saya tak berniat membuka laman pengumuman tepat pukul 15.00 WIB. Kala itu saya tengah mengikuti kelas bimbingan belajar untuk persiapan SNBT, rasanya bukan waktu yang tepat untuk merayakan sebuah penolakan. Tanpa disangka sebuah pesan dari guru SMA saya muncul di kolom notifikasi, berisi ucapan selamat telah lolos di FKUI. Saya tak percaya begitu saja dan menganggap itu hanyalah berita palsu yang dibuat oleh tangan-tangan jahil, lalu entah bagaimana bisa sampai ke guru saya. Namun, di saat itu pula teman-teman sekelas saya terus memaksa agar segera membuka laman pengumuman untuk memastikan kebenaran. ”Selamat! Anda dinyatakan lulus seleksi SNBP 2023, Pendidikan Dokter (S1 Reguler) Universitas Indonesia”. Sebuah ucapan selamat berlatar biru yang tampak di layar gawai, lantas setelah itu beribu pertanyaan menghujam pikiran. Sekujur tubuh saya bak membeku, lidah pun rasanya kelu. Antara bahagia dan tak menyangka mimpi itu benar-benar menjadi nyata. Di sinilah saya sekarang sebagai bagian dari FKUI, di kehidupan yang dulu saya anggap sebuah imajinasi.


Mulai hari ini saya bertekad untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik dari kemarin dengan menjadikan masa lalu sebagai pelajaran untuk masa yang akan datang sehingga tidak mengulangi kesalahan. Saya juga akan lebih bijak memanfaatkan waktu karena saya menyadari bahwa setiap detik begitu berharga. Begitu pula di masa preklinik nanti, saya akan mengatur waktu sebaik mungkin dengan membuat skala prioritas sehingga saya melakukan segala sesuatu dengan tepat, mendahulukan kewajiban saya sebagai seorang mahasiswi, dan mengesampingkan hal-hal yang dirasa kurang memberikan dampak positif bagi diri saya di masa depan. Upaya tersebut dilakukan demi memaksimalkan diri selama perkuliahan sehingga menjadi seorang mahasiswi yang kompeten dengan nilai optimal.


Setelah melalui masa preklinik dan resmi menjadi seorang dokter, saya berencana untuk mendedikasikan diri kepada masyarakat dengan menjadi dokter yang selalu memegang teguh prinsip kemanusiaan dan berlandaskan ketulusan dalam membantu mereka yang membutuhkan. Saya juga memiliki rencana untuk menjadi seorang akademisi yang berkontribusi dalam perkembangan ilmu kedokteran.


Selain itu, saya menitipkan harapan kepada teman-teman FKUI 2023: Gelora agar senantiasa menjaga solidaritas dan kekeluargaan, serta bahu-membahu mengasah kemampuan satu sama lain sehingga di kemudian hari dapat mengharumkan almamater tercinta sebagai dokter-dokter yang kompeten, berprestasi, dan ideal.


Ideal memiliki arti sangat sesuai dengan yang dicita-citakan atau diangan-angankan atau dikehendaki[3]. Dokter ideal ialah mereka yang memenuhi kriteria-kriteria yang diharapkan ada pada diri seorang dokter. Seorang dokter dapat dikatakan ideal jika memiliki 3 karakter, yakni kesantunan, kesejawatan, dan kebersamaan[4]. Kesantunan berarti seorang dokter harus memiliki berperilaku dan bertutur kata yang baik, serta memiliki kemampuan berkomunikasi, baik kepada pasien, teman sejawat, maupun orang-orang di sekitarnya. Kesejawatan artinya seorang dokter harus menjunjung tinggi profesionalitas, etika profesi, dan senantiasa meningkatkan kompetensi. Kebersamaan bermakna bahwa setiap dokter terkoneksi satu sama lain dalam melakukan pelayanan kesehatan. Ketiga hal tersebut merupakan nilai-nilai yang dianut dan menjadi dasar dalam menjalankan profesi dokter.


Terbentuknya dokter-dokter yang ideal dan kompeten menjadi salah satu indikator yang dapat meningkatkan kualitas dan inovasi layanan kesehatan. Hal ini tentunya berpengaruh pada derajat kesehatan masyarakat dan tentunya dalam jangka panjang akan berpengaruh pula pada pembangunan sumber daya manusia di Indonesia karena untuk memiliki SDM yang unggul, kesehatan merupakan salah satu kriteria utama yang harus dipenuhi[5].


Satu pesan saya untuk adik-adik angkatan 2024 dan seterusnya yang memiliki cita-cita melanjutkan studi di FKUI, tetaplah berpegang pada tujuan. Sesesorang dapat dikatakan sukses jika ia punya tujuan. Jangan pernah berhenti bermimpi, karena cita-cita bisa diraih dengan konsistensi. Semangat dan selamat berjuang menggapai Sang Makara Hijau!


Akhir kata, terima kasih teruntuk kalian yang sudah tiba pada penghujung narasi ini. Sebuah kisah panjang yang dalam perjalanannya tentu menemu rintangan dan tantangan. Namun, itulah esensi dari sebuah perjuangan, agar kita senantiasa mensyukuri dan mengapresiasi diri atas apa yang telah kita dapatkan. Sampai di titik ini pun bukan akhir dari segalanya, melainkan merupakan awal dari perjalanan untuk sampai ke sana.


”Your only limit is your mind.

Take the risk or lost the chance.”




Referensi

  1. List of 100 best universities in Indonesia [Internet]. United States: EduRank; 2023 [cited 2023 Aug 10]. Available from: https://edurank.org/geo/id/

  2. Indonesia’s 75 best medical schools [Internet]. United States: EduRank; 2023 [cited 2023 Aug 10]. Available from: https://edurank.org/medicine/id/

  3. KBBI daring [Internet]. Jakarta: Balai Pengembangan dan Pembinaan Bahasa; 2016 Oct 28 [updated 2023 Apr; cited 2023 Aug 11]. Available from: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/ideal

  4. Rokom. 3 karakter ini harus dimiliki seorang dokter [Internet]. Jakarta: Sehat Negeriku; 2018 Dec 15 [updated 2018 Dec 16, cited 2023 Aug 11]. Available from: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20181215/4928833/3-karakter-harus-dimiliki-seorang-dokter/

  5. Doni. Tingkatkan kualitas pelayanan Kesehatan sebagai investasi pembangunan SDM yang produktif [Internet]. Jakarta: Kominfo; 2020 Dec 18 [cited 2023 Aug 11]. Available from: https://www.kominfo.go.id/content/detail/31578/tingkatkan-kualitas-pelayanan-kesehatan-sebagai-investasi-pembangunan-sdm-yang-produktif/0/berita





 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

Opmerkingen


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page