- Tradygta Chantya Raissa Natanggi
- Aug 12, 2023
- 11 min read
Haloo semuaa! Perkenalkan, saya adalah seorang gadis biasa yang bernama Tradygta Chantya Raissa Natanggi atau yang lebih kerap dipanggil Tasya. Saya berasal dari SMA Negeri 8 Jakarta yang terletak di Jakarta Selatan dan kini, Alhamdulillah berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Kelas Khusus Internasional melalui jalur SIMAK KKI.
Apabila diminta untuk melihat kembali perjuangan yang telah saya lalui untuk bisa berada di titik ini, tidak ada perasaan yang bisa menggambarkan betapa bersyukurnya saya untuk bisa melewati semua rintangan tersebut dan diberi kekuatan untuk terus bisa mengejar mimpi yang telah saya cita-citakan dari kecil. Hingga detik saya menuliskan narasi ini, saya masih tidak percaya bahwa pada akhirnya, dengan izin dan kuasa Allah SWT, saya berhasil menggapai salah satu mimpi saya untuk berkuliah di fakultas kedokteran tertua di Indonesia.
FKUI merupakan salah satu tempat terbaik di Indonesia untuk menempuh pendidikan sebelum menjadi seorang dokter. Tempat seorang mahasiswa kedokteran menghabiskan 6 tahunnya untuk menimba ilmu dan memantaskan diri untuk menjadi versi dirinya yang terbaik sebelum membantu dan mengabdi kepada masyarakat, rumah para dokter hebat yang dengan tulusnya memberikan pengalaman serta ilmunya untuk calon dokter yang akan menggantikan jasanya suatu hari nanti, serta rumah bagi para mahasiswa kedokteran yang akan bertemu keluarga baru yang akan membersamai setiap langkah perjuangan sebelum kelak pantas mengemban sebutan “dokter”.
Melihat profesi kedua orang tua saya sebagai seorang dokter menjadi inspirasi awal saya sejak saya kecil. Melihat mereka bertemu dengan pasien, menyembuhkan, dan menyelamatkan mereka membuat saya berandai-andai betapa cantik dan indahnya diri saya di masa depan mengobati pasien sambil mengenakan stetoskop di pundak saya. Walaupun kedua orang tua saya dokter, mereka tidak memaksakan profesi tersebut pada saya dan keyakinan saya untuk menjadi dokter tumbuh semakin kuat saat saya mengalami kecelakaan pada tahun 2019 silam.
Saya merupakan seorang remaja usia 14 tahun yang sedang mempersiapkan ujian nasional pada saat itu. Saat itu, saya pulang sekolah lebih cepat karena adanya cedera di lutut saya yang menyulitkan saya untuk berjalan dan melakukan kegiatan yang melibatkan lutut saya. Kecelakaan tersebut terjadi secara tiba-tiba di Tol Jagorawi saat saya sedang menonton dokumentasi operasi mata di Youtube (ntah kenapa saat itu saya suka melihat tayangan operasi yang tersebar di internet). Ada guncangan hebat yang saya rasakan saat mobil saya menabrak sebuat truk tronton dan ditabrak lagi oleh sebuah mobil sedan di belakang saya. Saya yang terjungkal berusaha untuk memposisikan kembali diri saya sambil menyadari bahwa ibu saya sudah terbanting ke dashboard mobil dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Saya, seorang anak yang sedang mendalami ilmu biologi dasar tersebut, tidak bisa berpikir dengan jernih dan hanya terpikir untuk membantu ibunya duduk ke kursi dan membuka pintu mobil agar ada aliran udara di mobil. Dengan gilanya, saya menyebrangi jalan tol sembari menggendong ibu saya dan memberhentikan sebuah ambulans yang sedang melewati jalanan tersebut tanpa bantuan seorang pun. Walaupun kejadian tersebut traumatis, saya merasa bahagia luar biasa saat melihat ibu saya bisa menjadi dokter hebat yang bisa menyebarkan ilmunya sebagai seorang dosen dan menyelesaikan studi doktoralnya sembari menjalani pemulihan dari intracranial bleeding yang disebabkan oleh kecelakaan tersebut. Kejadian tersebut meyakinkan saya bahwa saya ingin menjadi seorang dokter yang akan melihat pasiennya pulih dan menjalankan kehidupannya dengan normal setelahnya.
Saat saya duduk di bangku sekolah menengah, saya merasa menjadi seorang anak minoritas yang berasal dari Bogor dan menempuh 53 km setiap hari dari Bogor ke Rawamangun untuk menimba ilmu. Saya merupakan alumni SMP Labschool Jakarta dan menjadi alumni pertama SD Madania di SMP tersebut. Perjuangan tersebut tidaklah mudah dengan jarak tersebut ditambah dengan lelahnya keseharian saya sebagai seorang Ketua 1 OSIS pada saat itu. Saat itu, saya berangkat pukul 04.30 serta rutin melaksanakan ibadah sholat subuh di Masjid Sunda Kelapa sambil menunggu matahari terbit dan pulang saat matahari bahkan sudah tidak terlihat lagi. Semua itu tidak akan bisa saya tempuh tanpa dukungan dan support dari kedua orang tua saya yang mendukung mimpi saya merantau ke Jakarta dan perlahan mendekatkan diri ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Memang sepertinya saya ini bukan orang yang bisa diam. Dengan lamanya perjalanan yang saya tempuh untuk sekolah, saya masih ingin berorganisasi dan berkontribusi untuk sekolah saat itu. Hal ini saya lakukan untuk menambah ilmu, relasi, juga untuk ikut berpartisipasi memberi dampak bagi almamater saya yang tercinta. Setelah menjabat sebagai Ketua 1 OSIS di kelas 8, saya kemudian mengganti prioritas saya dengan belajar untuk bisa mencapai NEM yang tinggi agar bisa masuk SMA Negeri unggulan Jakarta.
Dengan banyaknya waktu, perjuangan, istirahat , dan energi yang saya korbankan, Alhamdulillah saya mendapatkan NEM yang cukup untuk bisa diterima di salah satu SMA Negeri favorit pada saat itu yaitu SMA Negeri 8 Jakarta. Tentu saja rasa bangga ada dalam diri saya karena menjadi bagian dari salah satu SMA dengan nilai NEM tertinggi di ibukota sebagai warga Bogor.
Ada banyak stigma di SMP saya bahwa bersekolah di SMAN 8 berarti menjerumuskan diri pada lingkungan kompetitif yang penuh dengan insan individualis di dalamnya. Akan tetapi, saya tetap meneguhkan diri untuk bisa masuk dan bertahan di SMA yang memiliki julukan favorit dan rawan banjir ini. Melihat semua yang saya alami selama 3 tahun bersekolah di tempat yang biasa disebut Bukit Duri, meyakini saya bahwa banyaknya rintangan, tantangan, dan pengalaman yang saya dapati memberi peran besar untuk menjadikan Tasya yang sekarang seperti saat ini.
Perjalanan saya di SMA dibuka dengan kaderisasi yang saya ikuti untuk menjadi bagian dari Perwakilan Kelas (PK), badan legislatif tertinggi di SMA Negeri 8 Jakarta. Saat saya kelas 10, open recruitment organisasi yang dibuka paling awal yaitu Perwakilan Kelas dengan prestis yang menurut saya paling tinggi diantara organisasi lain karena rangkaian kaderisasinya yang paling panjang. Saya dengan bangga bisa berkata bahwa PK merupakan salah satu warna dari SMA saya yang memberi pengaruh sangat besar dalam kehidupan saya. Berawal dari 115 orang pendaftar hingga mengurucut pada 24 orang insan dengan keunikannya masing-masing yang saya anggap keluarga sendiri, hingga akhirnya saya dilantik dengan jabatan impian saya yaitu Ketua Komisi Aspirasi Perwakilan Kelas XXVII.
Rutinitas saya saat menduduki bangku kelas 11 tidak lepas dari menyeimbangkan kehidupan akademis saya dengan tanggung jawab sebagai seorang Ketua Komisi di organisasi legislatif tertinggi di SMA Negeri 8 Jakarta. Datangnya pandemi COVID-19 menimbulkan banyak penyesuaian dalam diri saya, seperti rutinitas untuk zoom meeting hampir 18 jam setiap harinya ditambah dengan bimbingan belajar, kursus privat, dan diskusi organisasi, disamping sekolah. Alhamdulillah, dengan izin Allah SWT, saya memiliki nilai rapot yang meningkat setiap tahunnya dan berhasil membawa saya menjadi peringkat 1 di kelas pada beberapa semester.
Semua pengalaman saya di SMA membawa diri saya pada masa kelas 12, masa saat saya mengeluarkan 100% usaha saya untuk bisa menggapai mimpi saya. Masa saya di PK telah usai dan kini, saatnya untuk memprioritaskan nilai akademis dan mempersiapkan diri untuk mengikuti tes masuk perguruan tinggi. Seluruh usaha, baik secara duniawi maupun ukhrawi saya ikhtiarkan. Kala itu, saya mengikuti bimbingan belajar, kelas privat tambahan, camp UTBK, dan juga melakukan belajar mandiri. Hingga tibalah saat pengumuman siswa eligible yang bertuliskan “Tradygta Chantya Raissa Natanggi” pada lembar pertamanya. Mengetahui hal tersebut, jujur tidak membuat saya terlalu berharap mengingat kuota untuk masuk FKUI yang memang ketat dan masih banyaknya siswa dengan ranking lebih tinggi dari saya. Oleh karena itu, saya tetap memperisapkan diri untuk UTBK dan tidak berharap banyak pada peluang SNMPTN.
Waktu pun berlalu dan tibalah saat pengumuman jalur SNMPTN. Seperti yang sudah saya perkirakan, saya belum mendapat posisi melalui jalur ini dan saya langsung kembali mempersiapkan diri untuk jalur masuk selanjutnya. Semakin dekat dengan hari pelaksanaan ujian, perasaan dan pikiran saya semakin tidak tenang dan penuh rasa gelisah. Bagaimanapun juga, saya tau bahwa UTBK merupakan suatu fase yang harus saya hadapi untuk bisa menggapai mimpi saya, sehingga yang bisa saya lakukan hanyalah berikhtiar, berdoa, dan bertawakal. Pada 2 minggu terakhir menjelang pelaksanaan ujian, saya mengikuti camp yang berlokasi di Bandung bersama dengan teman-teman baru yang memiliki cita-cita dan universitas impiannya masing-masing. Hanya kata syukur yang bisa saya ungkapkan saat bertemu dengan 8 orang lain yang menjadi kekuatan saya pada detik-detik terakhir menjelang UTBK.
UTBK pun berlalu dan tibalah saat pengumuman kelulusan melalui jalur UTBK. Saat itu seluruh perasaan menghampiri saya dan membuat pikiran saya tak jernih kembali. Walaupun saya sudah berusaha dengan keras memanjatkan seluruh doa yang bisa saya ucapkan, ternyata Tuhan berkata lain. Tertulis kata “maaf” pada laman yang saya buka dengan situs berwarna merah terang. Tentu saja perasaan saya sedih, tetapi saya sadar bahwa ada 1 kesempatan lagi yaitu untuk bisa masuk melalui SIMAK. Tak henti doa yang saya panjat bersama dengan ikhtiar yang saya lakukan.
Tak terasa tes SIMAK pun berlalu hingga pada akhirnya tibalah saat pengumuman SIMAK. Saat itu, saya sedang bersantai dan membuka pengumuman tersebut di tempat yang ramai. Akan tetapi, kembali tertulis kata “maaf” di situs tersebut. Sepertinya memang Tuhan belum menghendaki saya untuk berkuliah di FKUI pada tahun 2022. Seketika pikiran saya kosong, tak ada satu pun kata yang saya lontarkan, dan tanpa saya sadari air mata pun jatuh perlahan tanpa bisa saya kendalikan. Saya sempat mengasingkan diri dari orang-orang terdekat agar saya bisa menangis dengan puas sambil mempertanyakan “Apa yang akan saya lakukan?”. Saat itu seluruh keluarga dan teman-teman saya ikut khawatir. Bagaimana tidak? Saya menghilang tanpa kabar, tanpa bisa dihubungi di tempat umum. Banyak sekali pertanyaan yang berusaha saya jawab saat saya mengasingkan diri. “Kamu mau jadi apa?”, “Apa jalan kamu bukan jadi dokter?”, “Kenapa dunia ini gak adil?”, itulah beberapa pertanyaan yang saya coba pikirkan walaupun itu semua berujung pada kalimat “Aku gak tau harus apa”. Saat itu, saya merasa tidak memiliki tujuan dan harapan untuk bisa meneruskan pendidikan saya. Akan tetapi, kalau dipikirkan sekarang, Tasya pada masa 2022 sudah sangat kuat dengan menghadapi 12 penolakan jurusan di 8 penerimaan yang berbeda. Sudah sangat lelah rasanya menerima kata “maaf” dari setiap situs yang saya buka dengan segala usaha dan doa yang sudah saya ikhtiarkan selama 3 tahun persiapan di SMA.
Setelah berbagai pertimbangan yang telah saya diskusikan bersama kedua orang tua, saya memutuskan untuk menerima tawaran dari salah satu acceptance letter yang saya terima yaitu di Sekolah Bisnis dan Manajemen Intitut Teknologi Bandung. Menjalani kehidupan kampus di SBM yang penuh dengan projek dan praktik lapangan bersamaan dengan mempersiapkan untuk penerimaan tahun 2023 tidaklah mudah. Akan tetapi, saya yakin bahwa Allah SWT sudah menentukan rencana terbaik bagi saya yang membuat saya melakukan studi di Bandung terlebih dahulu. Tak ada kata yang bisa menggambarkan betapa bersyukurnya saya memiliki orang tua yang selalu ada untuk saya pada setiap fase perjalanan saya. Tanpa mereka yang tanpa bosan mendukung, menenangkan, dan memotivasi, saya tidak mungkin bisa kuat menjalani setiap proses perjuangan saya. Melihatnya sekarang, tanpa saya sangka, pengalaman studi saya di Bandung merupakan salah satu hal yang paling saya syukuri dalam hidup. Sepertinya memang Allah SWT dengan sengaja mempersiapkan diri dan mental saya di Bandung sebelum memasuki jurusan di universitas yang saya impikan sejak kecil, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya bertemu dengan teman-teman yang sangat suportif dalam mendukung mimpi saya, belajar menjadi seseorang yang jauh lebih mandiri dengan merantau, belajar hal-hal yang tidak mungkin saya pelajari di Fakultas Kedokteran, dan sadar bahwa ternyata bisnis merupakan soft skill yang dibutuhkan setiap individu untuk bertahan di dunia ini.
Kini, sudah akhir masa bahagia saya di SBM dan tibalah masa untuk saya mengejar cita-cita saya. Setelah melalui UTBK dan SIMAK, Alhamdulillah saya diterima di Fakutas Kedokteran Universitas Indonesia Kelas Khusus Internasional. Jatuhlah tangisan bahagia pertama saya selama 2 tahun saat saya dihubungi oleh pihak FKUI bahwa saya dapat melanjutkan seleksi tahap kedua, yaitu MMI dan MMPI. Rangkaian MMI dan MMPI pun dapat saya lalui dengan lancar dan hanya doa yang bisa saya panjatkan setelah mengerahkan ikhtiar terbaik saya hingga saya secara resmi melihat tulisan “Selamat” pada situs pendaftaran SIMAK UI.
Dengan perjuangan panjang tersebut, saya tidak ingin menyia-nyiakannya dan akan memberikan diri saya yang terbaik saat studi saya berlangsung. Saya berkomitmen untuk dapat mengevaluasi diri saya secara berkala, lebih bersyukur dalam setiap pengalaman dan rintangan yang saya hadapi, juga memanfaatkan setiap waktu di FKUI dengan baik. Dengan begitu, InsyaAllah saya dapat menjadi insan yang lebih baik setiap harinya hingga siap menjadi tokoh yang layak mengabdi pada masyarakat.
Menjadi bagian dari angkatan 2023 membuat saya berharap agar angkatan ini dapat terus berkembang menjadi angkatan yang menjunjung tinggi solidaritas dan persaudaraan kepada setiap anggotanya, baik dari kelas reguler maupun KKI. Saya juga berharap agar angkatan 2023 bisa saling membantu dalam setiap keadaan dan bisa tumbuh menjadi angkatan yang sukses dan berprestasi. Secara individu, saya juga berharap agar saya bisa terus mengembangkan diri baik secara akademis maupun nonakademis, menjadi insan yang bisa membantu temannya saat kesulitan, bisa mencetak prestasi-prestasi pada bidang yang saya gemari, juga bisa memperluas relasi dengan orang-orang yang jauh lebih ahli dan profesional di bidangnya.
Dokter ideal merupakan sebuah standar yang bisa mengklasifikasikan kesesuaian seseorang terhadap nilai, kompetensi, dan ilmu yang selayaknya dimiliki oleh seorang dokter. Dalam laman Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia(1), disebutkan bahwa terdapat 3 nilai yang patut dimiliki seorang dokter yang disebut sebagai 3K, yakni nilai kesantunan, kesejawatan, dan kebersamaan. Selain itu, seorang dokter yang ideal juga harus memiliki rasa kemanusiaan, menghargai hak pasien, seorang pengambil keputusan yang baik, memiliki keinginan untuk mengadvokasi, dan rasa keingintahuan yang tinggi.(2) Seorang dokter selayaknya menjunjung kredibilitas dan kejujuran yang tinggi, memiliki kerja sama yang baik, dan mampu mengelola dirinya dengan baik.(3) Mempertahankan profesionalisme di tengah perubahan zaman yang dinamis untuk memastikan bahwa seluruh lapisan masyarakat bisa merasakan layanan kesehatan yang baik juga merupakan nilai yang sebaiknya dimiliki oleh seorang dokter ideal.(4) Seorang dokter ideal bisa membawa suatu perubahan di dunia kesehatan dengan memiliki hubungan yang baik dengan pasien, pihak rumah sakit, maupun sejawat dokter lain.(5) Semakin banyak dokter yang menganut nilai-nilai tersebut, akan semakin banyak jumlah masyarakat yang mendapat layanan kesehatan yang baik pula.
Saat saya menjadi dokter nanti, saya ingin menjadi seorang dokter yang amanah, jujur, tulus, mampu menjadi tempat yang aman bagi pasien, menjunjung tinggi etika, juga memiliki rasa penasaran terhadap ilmu baru. Dengan begitu, InsyaAllah saya bisa mengaplikasikan ilmu-ilmu yang saja pelajari untuk bisa membawa inovasi terhadap dunia medis.
Sebagai mahasiswa preklinik, saya ingin mengambil ilmu sebanyak-banyak baik selama waktu perkuliahan maupun secara mandiri dengan melakukan active learning sebagai mahasiswa yang lebih proaktif. Selain itu, saya juga ingin mencapai Indeks Prestasi (IP) yang memuaskan dengan meluangkan waktu untuk mengulang setiap materi yang diajarkan serta mengikuti studi dengan sungguh-sungguh selama berkuliah di FKUI maupun saat overseas di UK ataupun Australia nanti. Selama masa preklinik, saya juga ingin menjalin sebanyak-banyaknya pertemanan dan koneksi, melakukan pendekatan secara individu baik dengan angkatan 2023, kakak tingkat, maupun dosen, dan berusaha untuk menciptakan lingkungan layaknya sebuah keluarga di FKUI.
Saat saya sudah memasuki fase klinik sebagai seorang koas, saya ingin menjadikan masa ini untuk mendapat pengalaman practical sebanyak-banyaknya dari orang-orang yang lebih ahli dan sudah profesional di bidangnya. Saya juga ingin menjadikan masa ini sebagai masa saya untuk berlatih menjadi dokter yang memiliki jiwa sosial dengan memanfaatkan momentum ini untuk terjun langsung pada masyarakat.
Ketika saat nanti saya disumpah dan dilantik menjadi seorang dokter, saya ingin bisa menjadi seseorang yang membawa inovasi dan perubahan pada dunia medis dengan melakukan riset yang relevan dengan perubahan zaman. Saya ingin menjadi seseorang yang bisa menolong banyak insan dengan jasa dan penemuan yang saya inovasikan. Selain itu, saya ingin bisa menjadi salah satu dokter yang bisa mengadvokasi suatu bidang kesehatan tertentu agar masyarakat dapat memiliki kesadaran yang lebih tinggi mengenai hal tersebut.
Saya berharap agar masyarakat bisa memiliki kesadaran yang lebih tinggi terkait pentingnya kesehatan pada kesejahteraan hidup setiap individu. Seiring dengan berkembangnya zaman, penyakit akan terus berkembang dan bertambah, saya harap agar masyarakat bisa menerima perubahan tersebut dengan baik dan memiliki keinginan untuk terus memperbaharui dirinya dengan informasi yang akan menghindari dirinya dari penyakit. Selain itu, teknologi di bidang kesehatan juga akan terus berkembang, saya harap agar masyarakat bisa membuka dirinya untuk menerima teknologi tersebut sebagai bagian dari usaha menjaga kesehatannya.
Terakhir, bagi teman-teman dan adik-adik yang sedang mendedikasikan hidupnya untuk menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya hanya ingin berpesan untuk terus bersemangat, tidak menyerah pada mimpi masing-masing, dan selalu berprasangka baik pada Allah SWT. Perjalanan kita semua sudah ditulis oleh-Nya dan tidak akan pernah tertukar dengan orang lain. Sangat wajar apabila merasa lelah, jenuh, dan ingin menyerah karena memang tidak mudah untuk bisa menjadi bagian dari fakultas kedokteran terbaik di Indonesia. Akan tetapi, percayalah bahwa Allah SWT itu Maha Baik dan akan selalu mengiringi setiap perjuangan kita. “One day you will thank yourself for not giving up” adalah tulisan yang saya baca setiap hari dan sudah saya rasakan sendiri kebenarannya. Semua yang terjadi pada hidup kita terjadi karena suatu alasan. Oleh karena itu, janganlah berhenti untuk memaknai setiap langkah hidup ini dan tetap konsisten mengejar cita-cita, semangat!!
DAFTAR PUSTAKA
1. Widyawati. 3 Karakter ini Harus Dimiliki Seorang Dokter – Sehat Negeriku [Internet]. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Available from: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20181215/4928833/3-karakter-harus-dimiliki-seorang-dokter/
2. Härgestam M, Jacobsson M, Bååthe F, Brulin E. Challenges in Preserving the “Good Doctor” Norm: Physicians’ Discourses on Changes to The Medical Logic during The Initial Wave of The COVID-19 Pandemic. Front Psychol. 2023 Jun 8;14:1–10.
3. George University School of Medicine. What Makes a Good Doctor? 7 Useful Physician Skills | SGU [Internet]. 2021. Available from: https://www.sgu.edu/blog/medical/what-makes-a-good-doctor/
4. Medical Schools Council. What Makes A Good Doctor? 2019 Jul; Available from: www.healthcareers.nhs.uk/explore-roles
5. Grundnig JS, Steiner-Hofbauer V, Drexler V, Holzinger A. You Are Exactly My Type! The Traits of A Good Doctor: A Factor Analysis Study on Public’s Perspectives. BMC Health Serv Res. 2022 Dec 1;22(886):1–11.
댓글