- Teuku Irfan kamal Azizi
- Aug 12, 2023
- 9 min read
Updated: Aug 13, 2023
NARASI PERJUANGAN
Nama saya adalah Teuku Irfan Kamal Azizi atau biasa dipanggil Irfan. Nama ini merupakan pemberian serta doa yang berharga dari orang tua saya yang memiliki arti Pengetahuan yang Sempurna. Saya dilahirkan tepat setelah Ayah saya menyelesaikan pendidikan S2-nya, hal inilah yang kemudian menjadi dasar penamaan saya. Untuk menjawab doa orang tua, saya berusaha untuk terus bergerak maju menggapai mimpi serta menyempurnakan pengetahuan yang saya miliki dalam perjalanannya.
Sebelumnya, saya menempuh pendidikan di SMAN 28 Jakarta, salah satu SMA terbaik yang terkenal dengan segudang prestasi yang dimilikinya, hal itulah yang membuat saya ingin menempuh pendidikan disana. Sekolah ini terletak di Jl. Raya Ragunan, Jati Padang, Kecamatan Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta. Letaknya yang cukup jauh dari rumah tidak menjadi alasan bagi saya untuk tidak bersekolah disana. Selain itu, SMAN 28 memiliki persentase murid diterima di PTN ternama yang cukup tinggi melalui jalur undangan dan tesnya. Untuk menggapai cita-cita, bersekolah di SMAN 28 adalah hal yang saya rasa diperlukan.
Tepat di tahun 2023 ini, saya lolos dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Kelas Khusus Internasional. Dapat diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bukanlah hal yang mudah. Selain persaingannya yang sangat ketat, berbagai tantangan dan rintangan harus saya lewati untuk mencapai titik ini. Setelah ditolak dalam seleksi masuk melalui SNBP, Talent Scouting, SNBT, dan PPKB, akhirnya saya dapat lolos melalui jalur SIMAK KKI.
Sejak dulu saya selalu ingin dapat menjadi seorang dokter yang hebat, hal itu dapat saya wujudkan dengan menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran terbaik yang ada di Indonesia menurut pandangan saya, yaitu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pandangan saya mengenai Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu tentunya bukan hanya sekedar omongan saja, tetapi berlandaskan fakta bahwa Universitas Indonesia telah melahirkan banyak dokter hebat dan ternama di Indonesia. Salah satunya adalah Ibu Hasri Ainun Habibie, istri dari Presiden Republik Indonesia yang ketiga yaitu Bapak B. J. Habibie. Dengan banyak melahirkan dokter yang hebat, saya merasa bahwa lingkungan belajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tentu saja sangat baik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memiliki dosen yang berpengalaman dan tentunya bukan sembarang orang. Mereka memiliki keahlian khusus dalam bidangnya masing-masing. Hal ini tentunya mempengaruhi kualitas pendidikan yang terdapat di fakultas ini. Selain itu, FKUI merupakan fakultas kedokteran tertua yang ada di Indonesia. Hal ini membuat FKUI memiliki pengalaman mengajar yang lebih lama dari Fakultas Kedokteran di Indonesia lainnya.
Selain untuk memperoleh ilmu di salah satu universitas terbaik di Indonesia, motivasi saya ingin menjadi seorang dokter dimulai saat saya masih anak-anak. Disebuah titik pada hidup seorang anak pastinya pernah bermimpi untuk mengikuti jalan yang ditempuh orang tuanya. Ayah saya adalah seorang dokter yang tidak pernah berhenti mengejar impiannya. Ia adalah dokter spesialis penyakit dalam gastroenterologi dan hepatologi. Ia menamatkan pendidikannya sejak S1 sampai Sp-2 di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Melihat itu membuat saya berpikir, mengapa walaupun ia sudah terjamin hidup sebagai dokter, ia tetap terus belajar untuk menggapai ilmu yang lebih tinggi. Semakin saya belajar, Saya menemukan bahwa lapangan pekerjaan dokter itu terus berubah secara konstan. Walaupun sulit, hal ini adalah tanggung jawab dari seorang dokter untuk terus belajar menemukan metode baru untuk kesehatan. Melihat ini, hal yang awalnya hanyalah sebuah rasa ingin mengikuti ayah berubah menjadi sebuah cita-cita yang saya pegang teguh sampai sekarang.
Saya bersekolah di Sekolah Dasar Avicenna Jagakarsa. Semenjak Sekolah Dasar, saya sudah bermimpi untuk berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia karena saya ingin mengikuti jejak ayah saya dalam meniti karir. Sejak saat kelas 2 SD, saya selalu mendapat peringkat 10 besar dikelas. Hal itu memacu saya untuk terus giat dalam belajar. Saat kelas 6 SD, saya mengikuti Ujian Nasional yang terdiri dari tiga mata pelajaran yaitu Matematika, IPA, dan Bahasa Indonesia. Alhamdulillah pada akhirnya saya mendapat NEM dengan peringkat kedua tertinggi di sekolah yaitu 27,5.
Saat SMP, saya bersekolah di SMP Al-Izhar Pondok Labu. Saya mengikuti ekstrakurikuler Math club dan Karya Ilmiah Remaja kala itu. Hal ini membuat saya semakin tertarik dengan IPA, terutama sains dan juga makhluk hidup. SMP Al-Izhar Pondok Labu sangatlah baik dalam mendidik anak muridnya. Disana saya diajarkan untuk selalu berpikir positif. Tiga tahun berlalu cepat tanpa saya sadari. Saya mungkin bukanlah lulusan terbaik saat itu, namun saya mendapat banyak pelajaran penting yang dapat saya gunakan dikemudian hari.
Dua tahun pertama saya belajar di SMAN 28, saya habiskan bersama Organisasi Pecinta Alam, di tahun ketiga saya mulai lebih fokus dalam belajar mempersiapkan diri menuju Kuliah. Saat kelas 3 SMA, saya mengikuti bimbingan belajar di Inten Pondok Labu dan beberapa tambahan belajar lainnya. Kelas 3 SMA adalah masa-masa yang sulit dilupakan karena adanya perubahan yang mengharuskan saya beradaptasi pada masa itu. Masa depan semua orang bisa dibilang ditentukan pada tahun terakhir masa SMA-nya. Masa-masa ini juga pastinya disibukkan oleh latihan-latihan soal dan belajar pengulangan materi dari awal kelas 1 SMA. Namun, ditengah pembelajaran saya di SMA, Menteri Pendidikan mengganti tes masuk menuju perguruan negeri yang awalnya TPA menjadi TPS. Mulai dari saat itu, saya mulai belajar TPS secara berkala, tidak lupa juga dengan TPA yang masih dibutuhkan untuk menghadapi sisa tahun terakhir saya di SMA.
Di pertengahan menuju akhir semester kelas 3 SMA, saya mengikuti kamp belajar PTN khusus TPS yang diselenggarakan oleh TDS. Disana, saya menginap di hotel dan belajar selama 3 hari 2 malam. Dari pagi sampai malam, saya belajar bersama teman-teman dan siswa dari sekolah lain yang juga mengikuti kamp tersebut. Memang masa-masa seperti ini sangatlah melelahkan, tetapi kita harus menikmati prosesnya.
Jalur seleksi pertama Perguruan Tinggi Negeri jalur SNBP pun akhirnya tiba. Saya termasuk murid eligible SNBP, masuk peringkat walaupun bukan peringkat 10 besar, saya tetap bersyukur. Saya hanya memilih Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia saja walaupun banyak peringkat di atas saya yang memilihnya. Saat tiba hari pengumuman, saya tidak berharap banyak karena saya berada di peringkat cukup jauh dari pertama yang memilih Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pada akhirnya, saya tidak lolos jalur seleksi SNBP.
Tidak terlalu lama setelah itu, saya mengikuti seleksi masuk Universitas Indonesia jalur Talent Scouting. Karena saya ingin memilih Fakultas Kedokteran saat itu, nilai Toefl yang dibutuhkan cukup tinggi. Namun, saya bisa mendapatkan nilai Toefl yang cukup untuk mengikuti seleksi masuk menuju Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Setelah itu saya membuat esai “Motivation Statement” dan mengumpulkan berkas yang menjadi salah satu hal yang dinilai dalam Talent Scouting. Akhirnya, saya dipanggil untuk mengikuti tes MMPI dan MMI sebagai langkah selanjutnya dari Talent Scouting untuk Fakultas Kedokteran. Saya melewati kedua tes tersebut dengan percaya diri. Namun sayangnya ketika hari pengumuman tiba, saya ditolak untuk kedua kalinya dari Universitas Indonesia.
Hari demi hari berlalu. Banyak waktu yang saya pakai untuk belajar dan mengulang materi. Terdapat banyak ujian kala itu, tetapi saya lebih memprioritaskan untuk belajar dan latihan soal SNBT. Saya pergi pagi pulang malam untuk menuntut ilmu. Tiada kenal lelah saya berkonsultasi tentang soal yang belum saya mengerti. Hal ini membuahkan hasil yang baik yaitu skor tryout Inten SNBT saya yang setiap hari terus meningkat.
Semakin hari, semakin dekat pelaksanaan SNBT. Saya merasa bahwa tes ini berjalan dengan lancar-lancar saja. Kala itu, saya cukup yakin bisa lulus SNBT di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Namun nyatanya saya tidak diterima di PTN manapun kala itu. Mungkin saya gagal karena waktu itu saya terlalu sombong dan yakin bisa lulus dipilihan pertama. Saya sempat hilang semangat karena saat itu saya sudah ditolak Universitas Indonesia sebanyak tiga kali. Namun perjuangan saya belumlah berakhir , karena masih ada tiga jalur masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yaitu jalur PPKB, SIMAK KKI, dan SIMAK Reguler.
Selanjutnya saya mencoba untuk mengikuti jalur masuk PPKB dengan tujuan yang sama seperti sebelumnya. Saya mengumpulkan berkas dan membuat Surat Pernyataan sebagai salah satu syarat mengikuti seleksi masuk jalur PPKB. Sudah ditolak sebanyak tiga kali tidak terlalu membuat saya kaget akan hasil yang akan datang. Benar saja, penolakan saya dari Universitas Indonesia terjadi untuk yang keempat kalinya.
Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, mata tes SIMAK yang TKA berbeda dari soal SNBT yang TPS, hal ini membuat saya harus belajar dua kali lipat. Terdapat dua jalur tersisa, yaitu SIMAK KKI dan Reguler, saya memutuskan untuk ikut seleksi masuk SIMAK KKI. Untuk mempersiapkan tes SIMAK, saya bolak-balik dari rumah menuju Inten setiap harinya. Saya terus belajar setiap cara dari suatu soal dan memahaminya dengan betul-betul. Hari pengumuman SIMAK KKI pun tiba. Pada akhirnya saya dapat diterima sebagai mahasiswa Universitas Indonesia pada percobaan kelima ini.
Dengan diterimanya saya sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya ingin tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Saya juga ingin lebih aktif dalam berbagai kegiatan yang ada di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sebagai calon dokter, nantinya saya akan mengemban amanah yang cukup berat. Maka dari itu, saya berkomitmen untuk selalu disiplin dan bertanggung jawab dalam menghadapi hal-hal yang ada di kehidupan ini. Saya juga berkomitmen untuk selalu tepat waktu karena waktu adalah hal yang berharga terutama dalam lapangan pekerjaan ini.
Harapan saya untuk diri saya nantinya adalah bisa lancar dalam menjalani perkuliahan, mendapatkan IPK yang baik, dan bisa keluar dari zona nyaman dengan mengikuti kegiatan yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya. Selain itu, saya juga berharap dapat menjalin hubungan dengan orang-orang baru dan menikmati waktu yang saya miliki di Universitas Indonesia ini. Saya juga berharap untuk angkatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2023 agar dapat sukses dan lulus bersama-sama tanpa meninggalkan seorang pun.
Dokter ideal adalah seorang dokter yang memiliki kemampuan personal maupun interpersonal yang baik, dapat mengkomunikasikan apa yang ada di pikirannya, menguasai materi, dan pastinya memiliki niat yang baik terhadap para pasiennya. Memberikan perhatian lebih pada komunikasi antara dokter dan pasien merupakan suatu hal yang penting. Komunikasi mencakup mendengarkan, bertanya, memberi ruang untuk berdiskusi, dan sebagainya. Dengan melakukan itu, menunjukkan bahwa seorang dokter menghargai pasiennya. Selain itu, menurut saya sifat dan karakter dari seorang dokter juga dapat menentukan ideal atau tidaknya seorang dokter. Terdapat banyak pandangan mengenai sifat dan karakter seperti apa yang harus dimiliki seorang dokter. Salah satu yang paling penting adalah kebaikan hati diikuti dengan empati. Hanya dengan menguasai materi saja tidak cukup, dengan begitu saja seorang dokter tidak dapat menjalin hubungan baik dengan pasiennya.
Altruisme adalah sikap memperhatikan dan mengutamakan kepentingan dan kebaikan orang lain. Altruisme merupakan satu dari banyaknya sikap yang membuat profesi dokter menjadi profesi luhur. Altruisme dan tenaga medis telah dikaitkan sepanjang sejarah kedokteran. Bagi beberapa dokter, altruisme dan perasaan dipanggil merupakan inti dari motivasi mereka untuk mempelajari ilmu kedokteran, sebagian lainnya tidak demikian. Sikap ini tentu harus diseimbangkan jika ingin bekerja dengan baik. Salah satu caranya adalah dengan mensinergikan minat diri sendiri dengan orang lain dalam hubungan yang saling menguntungkan.
Dengan menyelaraskan dan memenuhi kriteria dokter ideal dengan sifat-sifat tersebut, seorang dokter dapat memberikan kontribusi yang baik pada masyarakat sekitarnya. Suatu kegiatan sosialisasi dapat berjalan lancar dengan kemampuan komunikasi yang baik. Dengan memiliki empati dan sikap altruisme, akan ada banyak orang membutuhkan yang dapat ditolong. Menggabungkan semuanya akan membuat suatu keadaan dimana seorang pasien dapat mempercayakan dirinya kepada sosok dokter yang ideal ini.
Kelak saya ingin menjadi sama seperti sosok dokter ideal yang telah saya tuliskan sebelumnya. Seorang dokter yang memiliki kebaikan hati, bersifat empati, dapat berkomunikasi dengan baik, dan bersikap altruisme yang cukup. Terdapat banyak hal yang masih perlu saya pribadi pelajari untuk mencapai titik itu. Maka dari itu saya akan terus maju sedikit demi sedikit mengikuti jalan dokter ideal ini.
Rencana jangka pendek saya selama preklinik, saya ingin menguasai berbagai macam teori ilmu medis dan terampil dalam melakukan praktikum. Cara mencapai rencana ini, saya akan belajar dengan bersungguh-sungguh dan sering berlatih untuk mencapai hasil yang memuaskan. Saya akan memanfaatkan waktu sebaik mungkin dengan cara tidak menunda-nunda pengerjaan tugas yang akan diberikan nantinya. Untuk menguasai berbagai macam teori dalam ilmu medis, saya akan rajin membaca buku yang berkaitan dengan ilmu medis dan bertanya kepada orang yang menguasai ilmu tersebut.
Rencana jangka panjang saya selama masa klinik, saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengaplikasikan ilmu yang sudah saya miliki, menguasai keterampilan lanjutan seperti wawancara dengan pasien, dan terus memperluas ilmu yang saya miliki secara berkala. Selain itu, saya juga ingin dapat memberikan kontribusi yang cukup kepada masyarakat dalam bidang kesehatan, baik itu melalui sosialisasi maupun cara lainnya. Saya akan menjaga etika kedokteran karena hal itu merupakan hal yang penting untuk menghadapi pasien. Untuk menguasai beberapa ketrampilan, saya akan terus melatihnya dengan bersungguh-sungguh secara berulang.
Saya harap, masyarakat yang berada di Indonesia dapat sehat selalu dan mendapatkan fasilitas kesehatan yang layak. Saya ingin terciptanya fasilitas kesehatan yang memadai disertai juga dengan biaya konsultasi kesehatan yang tidak melambung terlalu tinggi. Saya harap, masyarakat juga sadar akan pentingnya menjaga pola hidup sehat seperti berolahraga secara rutin, konsumsi makanan yang sehat, cukup beristirahat, dan hentikan kebiasaan buruk seperti merokok dan sebagainya.
Untuk adik kelas yang ingin berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya berpesan untuk terus pantang menyerah dan selalu bersemangat dalam belajar, tentunya dengan tidak lupa untuk memperhatikan kesehatan diri sendiri. Jangan terlalu mendorong diri sendiri untuk belajar sampai lupa waktu karena kesehatan merupakan hal yang penting. Mintalah ridha kepada kedua orangtua agar dilancarkan dalam ujian karena ridha kedua orangtua bisa mengantarkan kita kepada keberhasilan. Jangan lupa juga untuk mendekatkan diri kepada Tuhan karena dengan izinnya lah semua hal dapat terjadi. Percayalah apapun hasilnya nanti, itulah yang terbaik menurut Allah SWT.
Daftar pustaka:
1. Borracci RA, Gallesio AJ, Ciambrone G, Matayoshi C, Rossi F, Cabrera S. What patients consider to be a 'good' doctor, and what doctors consider to be a 'good' patient. Rev Med Chil [Internet]. 2020 Jul [cited 2023 Aug 7];148(7):930-938. Available from: https://www.scielo.cl/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S0034-98872020000700930&lng=en&nrm=iso&tlng=en
2. Parker L, Ryan R, Young S, Hill S. Medications and doctor-patient communication. Aust J Gen Pract [Internet]. 2021 Oct [cited 2023 Aug 7];50(10):709-714. Available from: https://www1.racgp.org.au/ajgp/2021/october/medications-and-communication/
3. Alpert JS, Frishman WH. The most important qualities for the good doctor. Am J Med [Internet]. 2021 Jul [cited 2023 Aug 7];134(7):825-826. Available from: https://www.amjmed.com/article/S0002-9343(20)31012-3/fulltext
4. Vearrier L. Enlightened self-interest in altruism (ESIA). HEC Forum [Internet]. 2020 Jun[cited 2023 Aug 7];32(2):147-161. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7224037/
5. Prade A, Keis O, Sebastian T, Öchsner W. Understanding of professionalism among medical students in the first year of the COVID-19 pandemic - a qualitative monocentric study. GMS J Med Educ [Internet]. 2023 Apr 17 [cited 2023 Aug 7];40(2):Doc23. Available from: https://www.egms.de/static/en/journals/zma/2023-40/zma001605.shtml
Comments