top of page
  • Youtube
Search
  • Synesius Michael Tuwaidan
  • Aug 13, 2023
  • 7 min read

Narasi Perjuangan


Perkenalkan, nama saya Synesius Michael Tuwaidan. Biasa dipanggil Michael, saya berasal dari sekolah Santa Laurensia yang terletak di dekat rumah saya di Tangerang Selatan. Saya belajar di sekolah tersebut sejak kelas 7, dan sejak itu, saya membuat banyak kenangan indah di sekolah tersebut, dan mengalami banyak kenaikan dan keturunan pada berbagai hal. Walaupun waktu saya pada jenjang SMA terpotong karena COVID-19, saya masih dapat belajar dengan giat dan memperbaiki kebiasaan dan keturunan yang saya alami pada masa tersebut. Setelah saya akhirnya lulus SMA, saya berpamitan dengan sekolah ini dan saya akan melanjutkan pembelajaran saya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Kelas Khusus Internasional.


Sejak saya SMP, saya sudah mendengar Universitas yang namanya Universitas Indonesia. Karena nilai - nilai saya yang tidak terlalu tinggi dan hanya rata - rata, orang tua saya sudah mendorong saya untuk menyiapkan diri saya untuk mencoba masuk UI sejak kelas 8. Karena itu, saya sudah mengetahui bahwa Universitas Indonesia merupakan Universitas yang sangat konsisten dalam ranking dan kualitas. Karena itu, pandangan saya terhadap Universitas Indonesia selalu positif, dan saya mulai belajar lebih giat karena saya ingin memasuki universitas dengan kualitas yang terjamin. Sejujurnya, saya belum terlalu mengerti dampak dan perbedaan antar universitas saat saya SMP, dan saya hanya belajar untuk meningkatkan nilai, agar saya bisa meraih prestasi.


Saat mulai SMA, saya mulai memikirkan universitas yang akan saya incar dengan lebih serius. Sekitar minggu - minggu pertama kelas 10, saya mengikuti sebuah sesi sharing dari alumni dari sekolah saya yang belajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan saya mendengar tentang hidup yang dibebani pekerjaan dan pembelajaran yang berat. Tetapi hal - hal tersebut tidak menggoyang saya. Pada saat itu, saya hanya memiliki satu destinasi, yaitu menjadi dokter yang berkualitas dari sekolah kedokteran yang berkualitas. Dan Universitas mana yang berkualitas, jika bukan Universitas Indonesia, yang sekarang menempati ranking nomor 1 di Indonesia, dan ranking nomor 237 di dunia? Keinginan saya untuk menjadi dokter juga lebih membara setelah mendengar kisah - kisah dari para dokter sendiri, dan membaca media lain yang terkait dengan kedokteran, seperti sebuah puisi yang berjudul “I Became a Doctor”, yang saya temukan dalam sebuah jurnal saat saya bosan dan sedang menelusuri internet.[1] Puisi ini diambil dari sudut pandang seseorang yang sangat mirip dengan saya, dimana dia menjadi dokter karena melihat seseorang yang membutuhkan bantuan, dan keinginan untuk belajar tentang hal - hal baru yang belum pernah dia dengar.[1] Setelah itu, saya menghabiskan tiga tahun berikutnya dengan belajar dan beraktivitas untuk meraih prestasi dan meningkatkan nilai, tetapi dengan nilai - nilai yang hanya rata - rata, tidak mungkin saya bisa termasuk dalam kuota SNBP di sekolah saya, yang hanya dapat memasuki sebelas murid. Dengan itu, saya mencoba jalur internasional untuk kedokteran UGM. Walaupun saya dapat lolos fase satu tiga kali, saya tidak dapat lolos wawancara pada ketiga - tiga upaya saya. Saya juga berhalangan pada saat SNBT, dan tidak dapat mendaftar karena adanya ujian - ujian lain yang mendesak. Inilah waktu yang sangat membingungkan untuk saya, karena saya belum dapat universitas, dan saya tidak mendaftar ke universitas swasta, karena keinginan saya untuk masuk universitas yang lebih ternama, dan mendapat “gaji” yang lebih ideal untuk usaha saya.


Akhirnya, dengan kartu - kartu yang diberikan hidup, saya dialihkan orang tua saya ke jalur mandiri untuk kelas internasional, karena adanya lebih banyak kesempatan pada kelas tersebut. Saya belajar dengan kemampuan saya yang maksimal, dan akhirnya, saya mendapat undangan untuk mengikuti fase kedua SIMAK KKI, yang berupa interview. Sebelum saya mengikuti fase kedua, saya sejujurnya belum matang, dan masih harus dipandu untuk hal - hal seperti sebuah wawancara. Untungnya, saya mempunyai pengalaman dari wawancara di universitas lain, dimana saya belajar banyak tentang kepercayaan diri dan kekuatan maupun kekurangan saya. Karena itu, wawancara di Universitas Indonesia dapat saya lalui dengan kesulitan yang minimal.


Karena saya melalui semua hal ini saya dapat memasuki FKUI, dan saya akan mencoba untuk memaksimalkan pembelajaran dan pengalaman saya di universitas ini. Saya ingin mengisi masa saya di Universitas Indonesia dengan pengalaman berorganisasi, dan saya ingin menjadi bagian aktif dalam badan mahasiswa yang ada. Karena itu, saya memperbaiki beberapa hal tentang saya yang masih kurang. Saya memaksakan diri saya untuk lebih berinteraksi dan lebih aktif agar saya dapat bersambung dengan angkatan FKUI 2023, dan saya ingin menjadi mahasiswa yang teratur dan rapi, agar saya dapat menjadi individu yang lebih disiplin dan dapat belajar dengan lebih tenang. Saya mengingat kembali hal - hal yang membuat diri saya tidak lulus pada saat saya wawancara di Universitas Gadjah Mada, dan memperbaikinya untuk dapat memaksimalkan pembelajaran dan aktivitas saya di Universitas Indonesia. Saya juga berharap bahwa angkatan FKUI 2023 dapat berjuang bersama dan lulus seratus persen, agar kami semua dapat menjadi dokter - dokter yang teladan, dan saya berharap bahwa kami bisa menggapai impian kami masing - masing.


Tentunya, untuk menjadi dokter yang teladan, saya harus pertama, mendefinisikan dokter yang “teladan” dalam opini saya, dan dengan definisi yang lebih umum. Menurut opini saya pribadi, seorang dokter yang ideal adalah dokter yang mengikuti kode etika dokter dengan benar, dan dapat berinteraksi dengan pasien dalam cara yang efektif, ramah, dan konstruktif, agar solusi yang terbaik dapat disetujui dengan cepat. Menurut artikel dari Sehat Negeriku, seorang dokter harus mempunyai tiga sifat, yaitu Kesantunan, Kesejawatan, dan Kebersamaan.[2] Ketiga sifat ini yang sangat wajib dibutuhkan oleh seorang dokter dikatakan wajib karena memang pekerjaan seorang dokter berhubungan dengan nyawa para pasien, dan setiap pasien harus ditolong oleh sebuah dokter yang kompeten, berbudi luhur, bermartabat, dan bermutu, dalam cara yang berkualitas.[2] Selain itu, sebuah riset dari University of East Anglia melaporkan bahwa seorang dokter lebih disukai dengan pasiennya jika dokter tersebut mempunyai komunikasi dan kemampuan interpersonal yang sangat baik.[3] Saya ingin menjadi dokter dengan kualitas - kualitas tersebut, yang dapat santun dan komunikatif saat berinteraksi dengan pasien, mempunyai kesejawatan untuk dapat mengikuti sumpah dokter dengan sepenuhnya, dan saya ingin meningkatkan kemampuan saya untuk menjalani kebersamaan, untuk dapat bekerja dengan dokter - dokter lain dan pasien - pasien yang membutuhkan pertolongan, agar saya dapat membuat sebuah suasana kerja yang harmonis, dan perasaan aman diantara pasien.[2],[3] Saya merasa bahwa seorang dokter yang ideal dapat melakukan hal - hal ini dan mempunyai sifat - sifat yang telah disebut, dan dapat menolong masyarakat dengan menggunakan pengetahuan yang telah dipelajari, serta skill - skill yang diajar pada masa koas.


Dokter - dokter juga pasti mempunyai nilai luhur, yang diturunkan kepada generasi para dokter berikutnya. Nilai tersebut mencakupi beberapa hal, seperti mengutamakan keselamatan pasien, dan sifat rela berkorban, ikhlas, kasih sayang, usaha yang maksimal, dan pengabdian untuk masyarakat yang berlangsung selama kehidupan seorang dokter, dengan tujuan akhir yang sama, yaitu keselamatan dan kenyamanan pasien.[4]


Selain hal - hal yang sudah saya rencanakan atau jalani, saya juga harus merencanakan masa - masa mendatang, meskipun masih jauh. Seperti mahasiswa kedokteran lainnya, saya pasti harus menjalani masa preklinik, dimana saya akan belajar tentang ilmu yang akan saya butuhkan saat menjadi dokter. Rencana jangka pendek saya untuk masa ini adalah untuk belajar dengan giat pastinya, dan menemui work - life balance yang dibutuhkan jika saya belajar dan berorganisasi. Karena ilmu yang dipelajari di kelas harus dipraktekkan di masa depan, saya akan harus memahami semuanya dengan maksimal. Karena itu, saya telah mencari cara - cara membuat catatan dan pengaturan waktu yang cocok untuk saya. Saya telah menemukan cara yang menyarankan kita untuk membuat catatan yang baik, jelas, dan rapi, yaitu dengan mencatat dengan tangan, di buku tulis fisik, maupun tablet.[5] Sebuah penelitian dari Journal of Experimental Psychology: Applied menyarankan kita untuk melakukan hal tersebut, dan tidak hanya mengambil foto tentang materi, yaitu sesuatu yang sering saya lakukan saat kelas online masa pandemi.[5] Penelitian ini memperlihatkan bahwa kelompok yang menulis catatan dapat mendapat nilai lebih tinggi saat diuji jika dibandingkan yang hanya memotret materi, dan saya ingin mencatat materi dengan lebih serius agar tidak ketinggalan materi.[5]


Tentunya, saya juga mempunyai rencana jangka panjang selama preklinik. Masa preklinik adalah masa dimana kita belajar tentang ilmu penting untuk masa pengabdian sebagai dokter, dan saya merasa bahwa rencana jangka pendek pun harus disertai rencana jangka panjang. Rencana jangka panjang ini harus mencakupi beberapa hal, seperti rencana pembelajaran yang efektif sampai lulus, dan bagaimana mempertahankan ilmu yang dipelajari, agar dapat digunakan saat kelak nanti menjadi dokter. Pertama, saya harus memaksimalkan waktu saya di luar Indonesia. Karena saya merupakan mahasiswa kelas khusus internasional, saya telah mendapatkan kesempatan untuk mengalami dunia internasional, dan dapat membawa ilmu kembali ke Indonesia, maka saya harus dapat menggunakan ilmu tersebut untuk dapat memastikan bahwa saya dan rekan - rekan saya dapat menjalani masa koas dan seterusnya dengan lancar. Saya juga harus mengulangi materi yang sudah dipelajari, dan terus memantau komunitas ilmu kedokteran, kesehatan, dan lain lain untuk mengetahui inovasi terbaru dalam dunia medis. Dengan ini, saya akan dapat menolong masyarakat dengan cara yang efektif dan baik. Saya harap bahwa masyarakat akan bisa lebih sehat setelah kami dari Fakultas Kedokteran 2023 terjun ke dunia kedokteran, dan saya berharap bahwa kami dapat menimbulkan kemajuan dalam dunia kedokteran.


Sekian narasi perjuangan dan impian saya untuk tahun - tahun kedepan. Saya berharap bahwa kami semua dapat menjadi dokter yang berkualitas, dan bisa menjadi sinar terang di tengah masyarakat kita, dan saya berharap bahwa kita dapat berprestasi dalam masa kita di Universitas Indonesia, dan setelahnya. Saya juga berpesan kepada adik kelas yang ingin memasuki Universitas Indonesia, terutama Fakultas Kedokteran, untuk terus tekun belajar dan tidak putus asa, dan tidak minder atau berkecil hati karena ada yang lebih pintar yang ingin memasuki Universitas Indonesia, karena saya pun merasa seperti itu, tetapi saat saya melupakan semua kompetisi dan fokus pada diri saya saja, saya dapat melakukan ujian masuk dengan lebih santai dan fokus. Saya harap bahwa semua mahasiswa Universitas Indonesia dapat berjuang dengan tekun, dengan rasa solidaritas, dan bekerjasama.


DAFTAR PUSTAKA


  1. Michael Milano MD. I Became a Doctor. Psychoanalytic Perspectives. 2012 Feb 14; 8(1); 112-113

  2. Rokom. 3 Karakter ini Harus Dimiliki Seorang Dokter. Jakarta: Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat; 2018 Dec 16; Cited 2023 Aug 9. Available from: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20181215/4928833/3-karakter-harus-dimiliki-seorang-dokter/

  3. Susan Miles. Identifying professional characteristics of the ideal medical doctor: The laddering technique [dissertation], UK: Informa Healthcare; 2010

  4. Dedi Afandi. Nilai-Nilai Luhur dalam Profesi Kedokteran: Suatu Studi Kualitatif [dissertation]. Jurnal Kesehatan Melayu; 2017

  5. Wong, S. S. H., & Lim, S. W. H. Take notes, not photos: Mind-wandering mediates the impact of note-taking strategies on video-recorded lecture learning performance. Journal of Experimental Psychology: Applied. 2023; 29(1): 124–135.

 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

Comments


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page