- Rosa Nurmaharani Putri
- Aug 13, 2023
- 6 min read
Updated: Aug 13, 2023
NARASI PERJUANGAN
Sebuah perjalanan mencari temu.
Banyak perjalanan mencari dan bertemu yang telah saya lalui dan ini adalah salah satu dari sekian perjalanan yang paling berkesan. Sebuah perjalanan menuju universitas dengan makara hijau.
Halo, teman-teman! Nama saya Rosa Nurmaharani Putri, biasa dipanggil dengan Ocha, FKUI 2023 Reguler jalur SNBT. Berikut adalah kisah perjalanan saya bertemu dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, yang saya harap dapat memberikan dampak positif kepada teman-teman pembaca.
Ocha kecil adalah seorang pemimpi. Kalau ditanya “cita-citanya apa?”, mungkin jawabannya akan berubah setiap hari. Entah karena rasa ingin tahunya yang begitu tinggi, atau beragamnya buku fiksi yang ia baca, atau se-simple karena pandangannya terhadap dunia yang masih begitu terbuka. Intinya, ia ingin melakukan banyak hal. Karena itu, semangat belajarnya tumbuh sejak dini. Ia melewati masa SD hingga SMP dengan penuh eksplorasi.
Menjadi bagian dari SMP favorit di kota Depok membuat saya bertumbuh banyak. Saya mendapat dan mengasah banyak ilmu dari guru-guru hebat. Selain itu, saya juga bertemu dengan teman-teman suportif khususnya dalam hal akademis. Lingkungan belajar yang mendukung untuk berkembang ini juga mempertahankan semangat belajar saya. Sehingga, di tahun terakhir sekolah menengah pertama, saya mendapat nilai yang cukup memuaskan. Nilai itu membantu untuk dapat masuk ke SMA favorit kota Depok, SMAN 1 Depok.
Setidaknya, perjalanan “mencari” itu masih berlanjut sampai sekolah menengah atas. Sejak diterima menjadi siswi SMA, tertanam niat dalam diri untuk belajar dengan dengan lebih serius, mengingat masuk ke jenjang pendidikan selanjutnya tidaklah mudah. Benar saja, banyak lika-liku dalam perjalanannya, banyak usaha lebih yang dibutuhkan serta waktu yang dikorbankan.
Tahun itu adalah 2020, di mana pemerintah menetapkan pembelajaran jarak jauh. Hal itu cukup challenging bagi saya. Butuh waktu yang lama untuk beradaptasi dengan pembelajaran daring. Selama masa adaptasi itu, saya mengikuti berbagai ekstrakurikuler dan MPK/OSIS. Melakukan aktivitas sosial membantu saya keluar dari zona suntuk ketika belajar akademis. Di sana pulalah saya belajar banyak hal mengenai kepemimpinan, memperbaiki time-management, dan mengembangkan minat bakat. Saya juga mengasah keterampilan saya dengan berbagi ilmu kepada adik-adik kelas melalui acara-acara Ekskul.
Pada saat yang bersamaan, saya berusaha untuk tetap ingat pada tujuan awal ketika masuk SMA. Karenanya, saya berusaha memperluas wawasan ilmu dengan mengikuti berbagai olimpiade, khususnya di bidang matematika, bidang yang saya kuasai sejak kecil. Saya rutin mengikuti perlombaan mulai dari tingkat individu, hingga kelompok. Semua itu dilakukan sembari berusaha untuk menyeimbangkan organisasi dengan kegiatan akademik, agar nilai tetap stabil dan dapat masuk ke dalam siswa eligible SNBP di kelas 12 nanti.
Tibalah pada tahun terakhir SMA, banyak hal-hal seru yang sudah waktunya untuk ditinggalkan. Sudah waktunya pula menulis lembar terakhir dari perjalanan mencari, yaitu sebuah tujuan, sebuah temu. Titik temu itu saya jumpai di pertengahan kelas 12; seorang dokter. Sebenarnya, profesi ini sudah beberapa kali melintas di otak. Kecintaan saya terhadap belajar, rasa ingin tahu yang tinggi, dan ketekunan untuk mempelajari sesuatu mungkin menuntun saya dalam memilih jalan ini. Tetapi ada satu hal pasti yang akhirnya saya sadari, suatu alasan terbesar dalam penentuannya, yaitu “motivasi belajar” itu sendiri.
Saya kagum dengan bagaimana seorang dokter memiliki motivasi belajar yang mulia, yaitu untuk kebermanfaatan dan kesehatan banyak manusia. Seorang dokter memiliki motivasi itu tanpa berpikir akan imbalan atau ekspektasi apa pun. Mereka melakukannya semata-mata demi sebuah pengabdian. Sejak saat itu, saya yakin bahwa motivasi belajar inilah yang ingin saya miliki. Sejak saat itu, saya yakin bahwa ilmu ini adalah ilmu yang ingin saya tekuni. Sejak saat itu juga, rasanya tapak yang dipijak menjadi lebih kuat, karena akhirnya tahu kemana arah melangkah.
Sebagai anak yang besar di kota belimbing ini, Universitas Indonesia sudah melekat dengan kehidupan saya sejak kecil. Yang pada akhirnya, tanpa disadari, tumbuh mimpi untuk berkuliah di sana. Sebagai universitas dengan fakultas kedokteran tertua di Indonesia, yang pernah disebut sebagai STOVIA (School tot Opleiding voor Indische Artsen), saya semakin tertarik untuk menjadikan FKUI sebagai tujuan pendidikan selanjutnya. Berbagai alumni inspiratif yang kini sudah berkontribusi besar terhadap negara, tentunya di bidangnya masing-masing, juga menjadi salah satu motivasi. Saya percaya fakultas dan universitas ini berperan andil dalam membentuk mereka menjadi pribadi yang baik, serta dapat memanfaatkan ilmu yang mereka miliki untuk sesama.
Maka, waktu saat saya benar benar memperjuangkannya dimulai ketika berkesempatan mengikuti SNBP. Mengetahui bahwa saya termasuk ke dalam siswa eligible, dengan ranking dan nilai yang cukup memuaskan, membuat hadirnya rasa bangga. Saya merasa bahwa sedikit lagi usaha selama 3 tahun akan membuahkan hasil yang sebanding. Namun, ternyata, pada 28 Maret 2023, saya harus berhadapan dengan kegagalan pertama.
Penolakan tentu tidak pernah terasa mudah. Jadi, kalau bukan karena dukungan orang-orang sekitar, mungkin saya tidak akan bisa bangkit dari masa itu. Kala itu, Mama dan Papa mengatakan bahwa mereka percaya dengan saya. Mereka yakin saya dapat masuk melalui jalur tes dengan kemampuan sendiri. Jadi, sudah seharusnya saya juga percaya dengan kemampuan diri sendiri.
Maka, dengan segenap keberanian, saya menghadapi fakta bahwa harus berjuang lagi. April 2023 adalah bulan perjuangan, yang tak terduganya penuh hal-hal positif. Dalam mempersiapkan diri menuju Ujian Tulis Berbasis Komputer, saya mengikuti les yang sudah aku jalani sejak awal kelas 12. Di tempat itu, saya bertemu mereka yang juga sedang memperjuangkan mimpinya. Kami saling mengajari, berdiskusi, dan bertukar ilmu. Tetapi, yang lebih berarti bagi saya daripada hal-hal itu adalah support dari masing-masing mereka. Saat itu, saya sangat mengetahui bahwa kami sama sama memiliki ketakutan akan kegagalan, namun kami berusaha memberi keyakinan pada satu sama lain bahwa kami bisa. Karena hal-hal itu lah, setiap harinya, saya merasa bersyukur tidak mendapatkan FK melalui Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi. Karena mungkin saya tidak akan bertemu dan merasakan serunya berjuang bersama orang-orang hebat.
April 2023 juga merupakan bulan di mana saya menjadi jauh berkembang sebagai sebuah individu. Saya menjadi lebih percaya akan rencana Sang Pencipta. Perjalanan ini mengajari saya bahwa setiap orang memiliki timeline hidup yang berbeda beda dan saya harus yakin terhadap timeline diri sendiri. Saya juga kembali mengerti niat belajar yang benar, yang tidak hanya untuk mengejar nilai, tetapi juga karena ilmu itu sendiri.
Setiap paginya, saya pergi ke tempat les untuk menghadiri kelas. Siangnya, waktu untuk berdiskusi bersama teman-teman sekelas. Sore hingga malamnya, digunakan untuk me-review materi. Begitulah rutinitas setiap hari selama bulan April hingga Mei. Pada 20 Juni 2023, berkat kuasa Sang Pencipta; usaha diri; serta doa dari Mama, Papa, teman-teman, dan guru-guru, saya diterima menjadi mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Tes.
Butuh usaha yang begitu besar agar dapat menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2023. Oleh karenanya, saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang telah diberi. Di tempat yang kaya akan ilmu ini, saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk terus memperdalam ilmu ini hingga suatu saat siap menjadi dokter yang bermanfaat bagi bangsa dan negara.
Menurut Charles Boelen, ada 5 kriteria dokter ideal, yaitu care provider, decision maker, communicator, community leader, dan manager. Salah satu kriteria yang paling menarik di mataku adalah communicator, sebuah aspek yang penting.[1] Sebagai seorang dokter, komunikasi untuk membangun hubungan yang baik dengan pasien merupakan sebuah kewajiban. Hal tersebut akan berdampak pula pada tingkat kesehatan seorang pasien. Seperti yang dikatakan oleh Hippocrates “It is more important to know what sort of person has a disease than to know what sort of disease a person has”.[2] Untuk menjadi dokter seperti itu tentu dibutuhkan peran kecerdasan emosional. Maka, dokter-dokter ideal cenderung memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, yang tentunya hal tersebut dapat berubah dan diasah seiring masa belajar atau perjalanan karirnya.[3]
Selain itu, aku kagum dengan profesionalisme seorang dokter. Dokter yang mengesampingkan keadaan pribadinya demi kemaksimalan dalam melayani pasiennya.[4,5] Sebuah hal yang menakjubkan melihat bagaimana kontribusi seorang dokter terhadap kesehatan masyarakat Indonesia.
Maka, untuk dapat menjadi dokter seperti itu, tentunya dibutuhkan berbagai kemampuan. Saya harap saya dapat belajar untuk mengasah kemampuan-kemampuan tersebut di Fakultas Kedokteran terbaik bangsa ini. Saya berencana untuk belajar dengan giat dan mengerahkan kemampuan terbaik selama masa perkuliahan. Selain itu, saya juga berencana untuk menggali potensi tersebut melalui berbagai organisasi, lomba, dan kegiatan yang ada di FKUI.
Ketika sudah menjadi dokter nanti, saya ingin memberikan kontribusi baik terhadap sektor kesehatan Indonesia sehingga kualitas kesehatan masyarakat Indonesia dapat terus meningkat. Satu hal yang juga penting dalam peningkatan kualitas tersebut adalah sebuah “awareness”. Saya berharap masyarakat kita nantinya semakin memiliki kesadaran diri akan pentingnya kesehatan.
Untuk Gelora, FKUI angkatan 2023, teman-teman baru saya, kalian adalah pejuang tangguh dengan perjalanan mencari yang saya tahu tidak kalah hebat. Selamat karena telah sampai pada garis finish. Saya yakin kalian berkesempatan untuk mengenyam pendidikan di universitas ini bukan tanpa alasan. Jadi, semoga kita dapat menemukan apa yang sama-sama dicari di tempat belajar dan bertumbuh ini. Semoga, perjalanan menuju garis finish selanjutnya dapat dilewati dengan penjunjungan tinggi nilai solidaritas. Semoga tiap-tiap dari kita selalu peduli terhadap sesama dan saling membantu. Tidak hanya selama masa perkuliahan, tetapi juga hingga telah menjalankan profesi dokter sesungguhnya.
Dan teruntuk adik-adik yang kini berada dalam perjalanan mencari temu. Dalam perjalanan ini, banyak sekali langkah yang akan terasa sangat berat. Dalam perjalanan ini, banyak hal-hal tak terduga, yang tidak pernah ditemui sebelumnya, akan dijumpai. Satu yang pasti, semua hal itu menuju pada sebuah garis finish. Akan ada suatu masa di mana kamu akan berterima kasih ke diri sendiri karena telah mengerahkan kemampuan terbaik. Sampai saat itu tiba, semoga banyak warna dalam perjalanan mencarimu!
DAFTAR PUSTAKA
Siddiqui F, Malik AA. Promoting self-regulated learning skills in medical students is the need of time. Journal of Taibah University Medical Sciences [Internet]. 2019 Jun 1 [cited 2023 Aug 5];14(3):277-81. Available from: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1658361219300460
Sabety A. The value of relationships in healthcare. Journal of Public Economics [Internet]. 2023 Sep 1 [cited 2023 Aug 5];225:104927. Available from: https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0047272723001093
Kadadi S, Bharamanaikar SR. Role of emotional intelligence in healthcare industry. Drishtikon: A Management Journal [Internet]. 2020 Jan 1 [cited Aug 7 2023];11(1):1-37. Available from: https://www.researchgate.net/profile/Shama-Kadadi/publication/344955693_Role_of_Emotional_Intelligence_in_Healthcare_Industry/links/5f9b0c3192851c14bcf2c8e2/Role-of-Emotional-Intelligence-in-Healthcare-Industry.pdf?_sg%5B0%5D=started_experiment_milestone&origin=journalDetail
Marsa M, Roudlotulisa NP, Soularto DS. HUBUNGAN TINGKAT REFLEKSI KODE ETIK KEDOKTERAN TERHADAP SIKAP DOKTER MUDA DALAM BERKOMUNIKASI KE PASIEN. Jurnal Cahaya Mandalika ISSN 2721-4796 [Internet]. 2023 Jul 25 [cited Aug 7];4(3):775-81. Available from: https://ojs.cahayamandalika.com/index.php/JCM/article/view/1913/1544
Kamilova DN, Saydalikhujaeva SK, Rakhmatullaeva DM, Makhmudova MK, Tadjieva KS. Professional image of a teacher and a doctor. British Medical Journal [Internet]. 2021 Nov 24 [cited 8 Aug 2023];1(4). Available from: https://ejournals.id/index.php/bmj/article/download/310/291
Comentários