- Rifyal Ferdinansyah Rizal
- Aug 13, 2023
- 9 min read
Halo semua, perkenalkan nama saya Rifyal Ferdinansyah Rizal. Biasanya dipanggil Rifyal atau Rify. Sebelum diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya sekolah di SMA Labschool Rawamangun, Jakarta Timur. Saya di KKI diterima lewat jalur Talent Scouting. Kenapa memilih FKUI? FKUI itu di pandangan saya merupakan sebuah kuliah kedokteran yang menghasilkan banyak dokter ternama dan sukses. Motivasi saya untuk berjuang kuliah di kedokteran karena ingin membantu masyarakat, walaupun sempat memilih jurusan yang lain. Tidak hanya itu, akibat lingkungan keluarga yang di mana sebagian besar keluarga saya kerja di bidang kedokteran atau kesehatan.
Pada awal kelas tujuh, saya masih menjadi siswa SD yang tidak sadar sudah beranjak di SMP Labschool Rawamangun. Mulailah berteman dengan orang-orang baru, guru baru, sekolah, dan lingkungan yang baru. Belajar beradaptasi di lingkungan baru memang bukan hal yang mudah bagi seorang siswa SD. Butuh beberapa bulan agar bisa beradaptasi dan sadar bahwa saya sudah di tingkat SMP. Saat SD, belajar masih santai, sedangkan di SMP melakukan hal yang sama sehingga semester satu nilainya tidak terlalu bagus. Jadi mulai cara belajarnya saya ubah agar setidaknya bisa meningkat nilainya.
Di kelas tujuh ini, saya mengikuti ekstrakurikuler basket yang saya suka dari SD. Mulailah mengikuti semua latihan basket sampai daftar klub basket di dekat rumah, yaitu klub Cougar. Semester dua mulai lah saya diajak untuk latihan tim inti. Senang sekali rasanya telah diperintah oleh pelatih untuk latihan tim inti. Namun, takdir berkata lain. Setelah dua kali pertemuan latihan tim inti, saya rontgen kaki karena merasa kesakitan dalam beberapa minggu. Hasilnya menyatakan bahwa saya mengalami fraktur. Rasanya kaget dan sedih karena tidak bisa bermain basket dalam lama dan tidak bisa tanding menjadi tim inti resmi. Sedih dan capek lagi harus adaptasi belajar dan jalan ke area sekolah dengan kaki patah.
Kelas delapan, patah kaki saya belum sembuh sekali. Pergerakan saya masih terbatas. Hal itu tidak membuat saya sedih karena sudah merelakannya. Kelas ini, terdapat pendaftaran Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) yang saya ingin ikuti dari kelas tujuh. Namun, saya sempat merasa ragu mendaftar karena kaki saya yang tidak bisa membuat saya mengambil nilai fisik. Saya hiraukan saja sehingga saya tetap daftar mengikuti seleksi OSIS. Mulai tahap satu seleksi OSIS, di mana tahap ini hanya melihat nilai semester satu dan dua kelas tujuh. Saya lolos tahap satu dan lanjut ke tahap dua yang banyak penilaiannya. Seleksi tahap dua terdapat penilaian debat, makalah, tes fisik, dan wawancara. Saat debat, saya tidak terlalu aktif yang membuat penilain seleksinya tidak maksimal. Tes fisik tetap menjadi kelemahan karena belum sembuhnya patah kaki. Makalah dan wawancara saya lewati dengan lancar. Pada pengumuman seleksi tahap dua, saya dinyatakan tidak lulus sebagai calon OSIS. Rasanya kecewa karena tidak bisa lebih optimal di tes debat.
Naik tingkat ke kelas 9, kaki saya sudah mulai pulih dan tidak perlu menggunakan gips. Kelas ini, saya sudah fokus belajar agar bisa masuk ke SMA yang bagus. Terus belajar sampai mengikuti pendalaman materi yang diberikan oleh sekolah. Tahap kelas sembilan ini sayabelum memikirkan kuliah apa dan di mana. Akan tetapi, saya sudah tau SMA apa yang ingin saya daftar. Saya mendaftarkan Labschool sebagai cadangan karena mengincar SMA Negeri 8 Jakarta dari awal. Sistem masuk ke SMA negeri berubah yang awalnya berdasarkan jarak menjadi berdasarkan usia. Perubahan sistem ini membuat saya ragu untuk daftar di sekolah negeri. Namun, saya tetap lewati saja.
Menjelang akhir kelas sembilan, muncullah berita tentang semua sekolah diliburkan untuk dua minggu yang disebabkan oleh virus corona. Tentu sebagai pelajar rasanya senang mendapat berita bahwa sekolah ditiadakan selama dua minggu. Namun, libur dua minggu berubah menjadi satu bulan dan terus menambah tidak ada kepastian. Terpaksalah kelas sembilan ini harus mengikuti ujian praktek, ujian sekolah, wisuda, dan perpisahan secara daring. Di awal pandemi ini, saya mendaftar diri ke SMA Negeri 8 Jakarta walaupun pesimis dengan sistem umur. Sesuailah dengan dugaan bahwa hasilnya tidak diterima. Saya sempat ingin mencoba pendaftaran yang kedua tapi saya mikir lagi karena berdasarkan nilai. Pada saat itu, saya dan orang tua berdiskusi sekolah mana yang saya daftarkan. Akhirnya saya memilih SMA Labschool Rawamangun karena banyaknya ekstrakurikuler, organisasi yang bisa saya ikutin, dan takut sekolah negeri tidak memfasilitasi saat pandemi.
Masuk kelas sepuluh yang masih ditengah pandemi di mana semuanya menjadi serba daring. Masa perkenalan lingkungan sekolah melalui aplikasi zoom sehingga tidak merasakan benar-benar sudah menjadi siswa SMA. Mengenal guru yang baru lagi, teman kelas yang baru, semuanya menjadi terbatas di pandemi ini. Tentu juga di masa ini diperlukan adaptasi yang cukup lebih besar karenanya sudah dekat dengan kuliah dan semuanya menjadi daring.
Kelas sepuluh ini juga terdapat organisasi yang bisa diikuti yaitu Majelis Perwakilan Kelas (MPK). Tidak ada salahnya saya coba untuk mengambil pengalaman untuk berorganisasi di kelas sepuluh. Tahap pertama yang diuji berdasarkan nilai kelas sembilan dan prestasi. Saya lolos dan lanjut ke tahap kedua yang berisi makalah, essai, dan debat. Ujian essay dan debat lancar saya lalui karena belajar dari pengalaman di kelas delapan. Namun, ujian makalah tidak berjalan sesuai ekspektasi yang di mana saya menjawabnya terbata-bata. Alhasil saya tidak diterima ke MPK. Tidak usah berat hati, saya ingat bahwa kelas sepuluh ini bisa saya gunakan untuk meraih nilai yang bagus dan mempertahankannya di semester kedepannya agar bisa ke universitas melalui jalur rapor.
Setahun belajar secara daring, saya naik ke kelas sebelas dengan keadaan yang masih daring. Rasanya bosan karena tidak bisa keluar untuk melakukan semua hal seperti main basket bersama teman-teman, jalan sama teman pun tidak diperkenankan. Namun, hal ini tidak memberhentikan saya untuk meraih nilai yang bagus. Ada lagi kesempatan saya untuk berorganisasi di kelas sebelas ini. Tentunya saya coba lagi daftar menjadi anggota MPK. Namun, hasil tetap sama tidak diterima. Saya terima dengan lapang dada dan lanjut memprioritaskan nilai. Di semester dua, terjadi lah sebuah momen di mana setengah kelas bisa belajar secara langsung di sekolah. Mulailah saling berinteraksi dengan teman kelas serta teman lama yang melanjutkan SMA-nya di tempat yang sama. Senang rasanya bisa kembali belajar di sekolah dan bersosialisasi dengan teman-teman walaupun tidak bisa semuanya. Di sini, saya sudah sempat memikirkan jurusan yang saya inginkan di masa depan. Masih bingung mau memilih arsitek atau kedokteran. Ayah menceritakan program summer school tentang kedokteran. Hal ini membuat saya tertarik untuk mendaftarnya.
Liburan akhir tahun saya isi dengan program summer school ini. Kelasnya dilaksanakan setiap hari kerja selama dua jam dalam dua minggu. Pertemuan pertama dimulai dengan perkenalan setiap anggota kelas yang isinya saya sama gurunya yang pria dan sisanya perempuan semua. Dilanjuti dengan berapa lama sekolah dokter, apa aja specialis, dan pengenalan istilah-istilah kedokteran. Pertemuan berikut-berikutnya merupakan materi-materi dan membuat tugas. Pertemuan terakhir diisi oleh ujian. Ujiannya merupakan sebuah roleplay yang terdapat satu pasien yang memiliki keluhan. Kita siswa menjadi seorang dokter yang menanyakan dia. Mulai dari sakitnya bagaimana, di area apa sakitnya, riwayat keluarga, gaya hidupnya, dan lain-lain. Pengalaman summer school ini membuat saya semakin tertarik untuk mengejar FKUI.
Tiba lah di kelas dua belas yang penuh dengan fokus belajar dan jarang main. Di kelas ini semuanya sudah kembali normal. Tidak ada lagi kelas daring. Tiada hari tanpa les setelah sekolah dan di weekend. Tujuan saya untuk mencoba semua jalur yang disediakan oleh UI agar bisa meraih FKUI. Talent Scouting menjadi salah satu jalur yang diminati karena kesempatan mendapatkan dua gelar serta ke luar negeri. Mulai ikut zoom tentang talent scouting, webinar cara membuat surat motivasi, dan cara menjawab dalam wawancara MMI. MMI adalah latihan gaya OSCE yang terdiri dari beberapa pertemuan terfokus untuk menilai berbagai keterampilan kognitif dan non kognitif dari para kandidat (1).
Mulai lah semester yang cukup menegangkan, yaitu semester terakhir yang berisi pendaftaran universitas dan ujian-ujian akhir sebelum lulus. Saya mendaftar kabar bahwa agar bisa mencoba jalur talent scouting saya harus mengambil jalur SNBP (Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi) dan mengisi FKUI saja. Tetap saja saya coba walaupun merasa pesimis tidak diterima melalui jalur SNBP. Sembari menunggu hasil, mulai lah saya menulis dan merevisi surat motivasi sampai menurut saya dan guru saya sudah bagus. Saya kemudian mendaftarkan diri ke talent scouting dengan harapan yang tinggi. Semua berkas dilampirkan dan tinggal menunggu untuk lanjut ke tahap wawancara.
Saya melewati semuanya dengan doa dan belajar agar bisa mendapatkan hasil yang diinginkan. Semua ujian akhir saya lewati dan saatnya saya beristirahat bentar. Ditengah istirahat, muncullah sebuah pesan yang menyatakan bahwa saya lolos ke tahap wawancara MMI. Senang rasanya namun harus mulai saya siapkan wawancaranya agar bisa lancar dalam berbicara. Tanpa disadari, pengumuman SNBP telah tiba. Sesuai dengan dugaan, hasilnya merupakan sebuah warna merah. Hasil ini tidak membuat saya untuk berhenti latihan wawancara. Tibalah hari yang cukup menegangkan, hari wawancara talent scouting. Saya termasuk sesi satu jadi cukup gugup. Wawancaranya mencakupi delapan ruangan yang terisi enam pertanyaan dan dua sesi istirahat. Semua ruangan wawancara saya hadapi dengan gugup dan doa agar mendapatkan hasil yang bagus. Selesai lah wawancara dan hanya bisa berdoa di tahap ini. Menunggu hasil sembari belajar dan try-out SNBT. Datanglah hari pengumuman. Hari itu dipenuhi dengan kegugupan dan tawakal. Pukul empat sore, saya buka lah pengumuman dengan penuh doa. Melihat hasilnya saya langsung melompat dari kursi dan peluk kedua orang tua saya. Hasilnya menyatakan bahwa saya diterima sebagai mahasiswa FKUI KKI angkatan 2023.
Sejak masih di bangku SMP. saya terkadang sering menunda-nunda tugas. Kebiasaan ini terbawa ke SMA dan adanya pandemi membuat saya semakin melama-lamakan tugas. Saya berkomitmen untuk mengubah kebiasaan prokrastinasi saya setelah diterima di FKUI. Saya berusaha untuk mengerjakan atau setidaknya mencicil tugas di FKUI dan tidak menunda sampai harus melaksanakan sistem kebut semalam. Saya juga berkomitmen untuk tidak langsung meluapkan emosi jika ada sebuah tantangan di depan hadapan saya. Saya akan coba untuk memproses semua emosi dan menyelesaikan tantangan dengan tenang dan pikiran jernih.
Harapan saya di FKUI adalah menjadi mahasiswa yang lebih aktif, berorganisasi, dan selalu meningkatkan kemampuan-kemampuan saya. Terutama bisa mendapatkan nilai yang bagus sehingga bisa mencapai ke Newcastle di program internasional. Harapan saya untuk angkatan FKUI 2023 agar bisa solid, membuat lingkungan yang sehat di mana semuanya bisa saling membantu agar mencapai tujuan angkatan dan tidak adanya perpecahan sehingga bisa lulus menjadi dokter yang ideal.
Apa itu dokter yang ideal? Pertama, dokter merupakan sebuah lulusan pendidikan kedokteran yang ahli dalam hal penyakit dan pengobatan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ideal adalah sebuah kata yang mengartikan sangat sesuai dengan yang dicita-citakan atau diangan-angankan atau dikehendaki (3). Dapat disimpulkan bahwa dokter yang ideal adalah sebuah lulusan pendidikan kedokteran yang ahli dalam hal penyakit dan pengobatan dan menganutnya sesuai dengan kehendak yang tertata.
Dokter yang ideal yang memahami, menganut, dan bertindak sesuai Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI). KODEKI ini terdiri dari Kewajiban Umum yang tertera di pasal 1 sampai pasal 13. Bagian selanjutnya terdapat Kewajiban Dokter terhadap Pasien pada pasal 14 sampai pasal 17. Kewajiban Dokter terhadap Sejawat merupakan bagian selanjutnya yang terdapat di pasal 18 dan pasal 19. Terakhir pasal 20 dan pasal 21 mencakup Kewajiban Dokter terhadap Diri Sendiri (4).
Dokter ideal juga menganut sebuah pemahaman yaitu, Seven Stars Doctors. Pemahaman ini berisi tentang konsep dokter yang ideal. Terdiri dari dokter merupakan sebuah penyedia perawatan yang berarti seorang dokter harus berusaha yang terbaik untuk memberi pasien perawatan baik sehingga pasien merasa aman. Dokter juga harus bisa mengambil keputusan secara cepat dan tepat. Berkomunikasi dengan baik juga dibutuhkan untuk seorang dokter. Bisa memimpin, mengatur, dapat meneliti, dan mempunyai iman yang kuat juga diperlukan agar bisa menjadi dokter yang ideal (5).
Dengan menganut prinsip diatas, dokter yang ideal bisa berkontribusi terhadap masyarakat. Dengan adanya program seperti penyuluhan yang sesuai dengan prinsip-prinsip dokter yang ideal akan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan. Kesehatan masyarakat semakin maju dan semuanya terbuka untuk mengecek kesehatannya.
Rencana pendek saya selama preklinik adalah untuk menyerap ilmu sebanyak mungkin yang akan berguna di kemudian hari. Ilmu yang diberi oleh dosen dan kakak tingkat agar lebih mendalami dan memahami materi kedokteran. Tidak hanya ilmu dalam kelas, ilmu di luar kelas pun diperlukan juga seperti berorganisasi agar membangun relasi dan bisa bertukar pikiran dengan mahasiswa dari fakultas maupun kuliah yang berbeda. Saya juga ingin membangun diri saya menjadi pribadi yang lebih baik dan mengasah kemampuan. Hal ini bisa dicapai dengan mengikuti UKM yang diadakan oleh kampus.
Rencana panjang selama masa klinik atau dokter adalah bisa membantu masyarakat yang mengalami kesulitan dengan cara menggunakan ilmu yang telah dipelajari selama masa preklinik. Tentu masa ini saya juga ingin tetap mengembang diri saya menjadi lebih baik dengan cara mengambil program spesial. Belum ada program spesialis yang memikat di saya tetapi bedah plastik merupakan program spesialis yang cukup menarik.
Harapan saya untuk masyarakat adalah untuk saling mengingatkan betapa pentingnya kesehatan. Jika terdapat penyuluhan tentang penyakit umum atau penyakit yang sedang meningkat kasusnya, diharap diterima dengan baik dan menyampaikan ke sekitarnya. Juga tidak menyebar kesalahpahaman di antara masyarakat yang akan bisa menyebabkan kegaduhan yang tidak diingin.
Pesan saya untuk adik-adik yang ingin masuk ke FKUI adalah bersungguh lah dalam mengejar FKUI. Belajar lah dengan sungguh-sungguh, lewati semua tantangan yang ada dihadapan anda. Pasti ada saja di mana anda merasa bahwa semua hal itu melelahkan. Hal itu merupakan sesuatu yang wajar. Pentingnya kita beristirahat dengan cukup dan mengingat kembali bahwa semua ini anda lakukan agar bisa menggapai cita-cita anda. Janganlah lupa untuk tetap berdoa agar diberi keringanan dan dikabulkan cita-cita kalian semua.
Daftar Pustaka
Yusoff MSB. Multiple Mini Interview as an admission tool in higher education: Insights from a systematic review. Journal of Taibah University Medical Sciences [Internet]. 2019 May 10 [cited 2023 Aug 8];14(3):203-40 Available from: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1658361219300496
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia [Internet]: Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia; 2016 [cited 2023 Aug 8]. Available from: https://kbbi.kemdikbud.go.id
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia [Internet]: Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia; 2016 [cited 2023 Aug 8]. Available from: https://kbbi.kemdikbud.go.id
MKEK PB IDI. Kode etik kedokteran Indonesia [Internet]. Jakarta: MKEK PB IDI; 2016 [cited 2023 Aug 9]. Available from: https://mkekidi.id/kode-etik-kedokteran-indonesia/
Supiyanti I, Muhardi. Seven stars moslem doctor sebagai aplikasi internalisasi nilai-nilai islam dalam nilai tenaga kerja tenaga medis di Indonesia. Paradigma Jurnal Multidisipliner Mahasiswa Pascasarjana [Internet]. 2020 [cited 2023 Aug 9];1(1):40. Available from: https://jurnal.ugm.ac.id/paradigma/article/download/59573/pdf
Comments