top of page
  • Youtube
Search
  • Ratu Ayu Harmonique Manurung
  • Aug 13, 2023
  • 6 min read

Narasi Perjuangan


“Nanti kalau besar aku pasti kerjanya di tempat oma, tapi aku yang jadi dokternya.” Hal tersebut diucapkan olehku yang masih berusia 5 tahun. Saya, Ratu Ayu Harmonique Manurung, biasa dipanggil Moniq, anak perempuan pertama yang dari kecil memang sudah bermimpi tinggi untuk menjadi dokter. Bahkan lucunya dengan tempat kerja yang cukup spesifik, “tempat oma”, yaitu tak lain dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Walaupun saya tidak mempunyai anggota keluarga yang bergelar dokter, saya sudah mulai dikenalkan kepada lingkungan medis oleh nenek saya atau yang biasa saya panggil “oma” sejak berumur 5 tahun. Oma telah bekerja di RSCM untuk 21 tahun sampai akhirnya beliau mengundurkan diri pada tahun 2006. Sejak aku kecil, oma suka bercerita tentang pengalamannya bekerja di RSCM sebagai asisten dokter di bidang endokrin anak. Bahkan setelah oma tidak bekerja di RSCM lagi, oma terkadang masih suka membawaku ke RSCM untuk menemaninya bernostalgia. Saat saya menduduki bangku SD, saya sudah bertekad untuk menjadi mahasiswa kedokteran di universitas terbaik di Indonesia, Universitas Indonesia, agar bisa bekerja di RSCM.


Tentu saat masih duduk di bangku SD saya tidak langsung berambisi belajar untuk ujian masuk universitas. Walaupun demikian, saya telah membuat sebuah “strategi” untuk meraih cita-citaku menjadi dokter, yaitu untuk mendapatkan nilai UN yang tinggi dan memasuki sekolah SMP yang bergengsi lalu memasuki sekolah SMA negeri favorit agar peluang saya masuk Universitas Indonesia lebih besar. Puji Tuhan, nilai UN saya memang termasuk tinggi dan ayah saya mengarahkan saya untuk masuk sekolah Penabur International School Kelapa Gading atau yang biasa disebut PSKG. Mengapa bersekolah di sekolah internasional jika ingin menjadi mahasiswa di universitas negeri? Ternyata walaupun kedua orang tua saya sangat suportif akan cita-citaku menjadi dokter, ayah saya sebenarnya menginginkanku untuk berkuliah di luar negri, maka dari itu saya disekolahkan di sekolah internasional. Saat bersekolah di PSKG, saya cukup aktif bukan hanya dalam kelas saja, saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti konferensi Global Issue Network (GIN) yang diadakan di Bali, pada saat itu saya menjadi salah satu dari 13 anak yang terpilih dari PSKG, saya juga suka tampil bernyanyi atau menari pada beberapa acara sekolah seperti teater musikal. Saat saya telah duduk dibangku kelas 9, saya pun berdiskusi kembali dengan orang tua untuk meluruskan rencanaku kedepannya untuk melanjutkan sekolah SMA saya di SMA negeri favorit, tapi sayangnya aku tidak lolos seleksi PPDB untuk masuk ke SMA negeri pilihanku dan akhirnya disekolahkan kembali di SMA swasta, yaitu SMAK 5 Penabur Jakarta. Ya, Penabur lagi. Sekolah yang memang terkenal akan sistem ujian dan tugasnya yang sangat banyak.


Saya belajar banyak hal selama menjadi siswa di SMAK 5 Penabur, saya menjadi lebih produktif dan belajar untuk mengelola waktu saya agar dapat digunakan seefektif mungkin. Saat duduk dibangku SMA saya diberi kesempatan untuk mengikuti lomba Karya Ilmiah Remaja yang diadakan oleh BPK Penabur yang dimana kelompok saya berhasil mendapatkan juara 3. Selama di SMA, saya juga sering tampil menari mulai dari berbagai acara sekolah sampai mengikuti lomba tari juga. Beberapa lomba yang saya ikuti berbuah hasil, salah satu pencapaianku adalah meraih juara 1 pada lomba koreografi jingle yang diadakan oleh Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida). Saat baru duduk di bangku kelas 12, saya sadar bahwa rata-rata nilai raportku tidak mencapai angka 90 sehingga saya berasumsi bahwa sangat kecil kemungkinan untuk dapat lolos seleksi snbp 2023. Saya pun berinisiatif untuk mengikuti kelas tambahan di luar sekolah untuk membantuku mempersiapkan diri lebih matang untuk seleksi UTBK-SNBT nantinya. Hampir setiap hari saya pulang malam. Dirumah pun hanya untuk makan, tidur, dan belajar lagi dan esoknya mengulangi rutinitas yang sama.


Saya juga mulai mencari tahu tentang program kelas khusus internasional (KKI) yang Universitas Indonesia sediakan pada awal tahun 2023. Setelah menyelidiki dan menanyakan perihal program KKI kepada beberapa alumni Universitas Indonesia, saya percaya bahwa program KKI Universitas Indonesia akan memiliki manfaat jangka panjang bagi saya karena tujuan akhir karir saya adalah menjadi seorang dokter anak dan bagi saya program KKI adalah kesempatan bagi saya untuk belajar tentang penyakit yang lebih luas. yang sebagian mungkin belum cukup dikenal di indonesia. Saya pun berdiskusi kembali dengan orang tua saya tentang keinginan saya untuk mencoba program KKI yang dimana mereka pun setuju karena mereka juga berpikir bahwa program KKI yang Universitas Indonesia sediakan dengan keunggulan mendapatkan gelar ganda adalah suatu kesempatan yang luar biasa. Saya pun akhirnya mendaftar pada 3 jalur berbeda, yaitu seleksi SNBP, seleksi UTBK-SNBT, dan simak KKI, dengan harapan menjadi angkatan 2023 Universitas Indonesia. sayangnya saya tidak lolos seleksi SNBP dan UTBK-SNBT. Tentunya saya merasa hancur sekali karena merasa bahwa semua waktu dan kerja payahku selama 1 tahun terakhir di bangku SMA itu sia-sia. Tapi semangatku tidak terpatahkan, saya tahu saya masih ada 1 kesempatan lagi di simak KKI. Sekitar 1 bulan, dari pagi sampai malam, saya habiskan waktu mempersiapkan diri untuk simak KKI. Terus terang saja, beralihnya materi pembelajaran dari yang sebelumnya memakai Bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dalam waktu yang cukup singkat cukup sulit. Namun semua itu terbayarkan dengan kata “Selamat” yang muncul di layar laptopku saat membuka hasil seleksi simak KKI.


Saat masih menjadi siswa, komitmenku lumayan simpel yakni belajar. Lebih tepatnya belajar keras agar bisa masuk ke universitas terbaik di indonesia dengan jurusan impian. Tapi sekarang sebagai mahasiswa, saya sadar bahwa saya harus mengupdate komitmenku. Dengan status mahasiswa, saya sekarang berkomitmen bukan hanya untuk belajar keras tapi juga berkomitmen untuk membawa kontribusi baik kepada masyarakat, menjadi agen perubahan dengan menyalurkan ilmu kepada lingkungan sekitar. Setelah lulus dengan gelar ganda kedokteran dari Universitas Indonesia, saya akan mendedikasikan ilmu saya sebagai dokter di Indonesia dengan semua ilmu yang telah saya kumpulkan dari luar negeri untuk membangun aspek kesehatan Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi dengan menjadi dokter dimanapun itu, khususnya tempat-tempat yang terpencil di Indonesia. Saya juga berencana untuk melakukan penelitian lebih dalam tentang diabetes karena Saya percaya bahwa pasti ada cara lain bagi penderita diabetes, khususnya mereka yang masih anal-anak untuk tidak harus melalui begitu banyak jarum suntik di usia mereka yang masih dini.


Berdasarkan sebuah survey yang dilakukan dan ditinjau dalam artikel Characteristics of exceptionally good Doctors—A survey of public adults, seorang dokter yang ideal harus berciri-ciri:

  1. berpengetahuan luas

  2. Peduli

  3. Jujur

  4. Pandai berkomunikasi

  5. Peduli terhadap pasien

  6. memahami dan/atau menunjukkan empati

  7. memiliki kesabaran

  8. memiliki integritas [1].

Sedangkan ciri-ciri yang harus dimiliki seorang dokter yang ideal dari perspektif calon dokter atau dokter sendiri terbagi menjadi tiga, yaitu ciri-ciri yang bersifat mendasar untuk praktek dan cir-ciri saat rutinitas berpraktek. Tapi secara garis besar, seluruh ciri-ciri tersebut tak lain dari tanggung jawab terhadap pasien. Hal tersebut dianggap sebagai bagian integral dalam memenuhi peran seorang dokter [2].


Sebuah studi di Lebanon juga mengkaji informasi dari kuesioner yang mereka sebarkan kepada pasien perihal peran ahli medis menjadi pusat harapan mereka terhadap dokter yang kompeten dan ini sesuai dengan praktik global sekolah kedokteran dengan kesimpulan bahwa Enam kompetensi non-klinis yakni; profesionalisme, komunikasi, dan kepemimpinan yang dianggap sebagai kualitas kunci seorang “dokter yang baik” [3].


Dokter pada zaman sekarang diarahkan untuk dapat mencegah penyakit dibanding untuk menyembuhkan pasien. Dalam konteks tersebut, saya percaya seorang dokter yang ideal harus bisa memberikan informasi yang jelas dan komprehensif dengan kualitas:

1) Kejelasan: Dokter harus menyampaikan informasi medis dengan cara yang jelas dan mudah dimengerti, menghindari jargon atau istilah teknis yang rumit.

2) Kelengkapan: Memberikan informasi yang komprehensif melibatkan berbagi rincian yang relevan tentang diagnosis, pilihan pengobatan, risiko, dan manfaat.

3) Pendekatan yang sesuai: Dokter harus menyesuaikan gaya komunikasinya agar sesuai dengan kebutuhan setiap pasien, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti latar belakang budaya, kemampuan bahasa, dan tingkat literasi kesehatan.

4) Keterlibatan Pasien: Melibatkan pasien secara aktif dalam proses komunikasi mendorong mereka untuk mengajukan pertanyaan, mencari klarifikasi, dan berpartisipasi aktif dalam keputusan perawatan kesehatan mereka [4]. Dan jika saya gabungkan bersama dengan Jurnal tentang Tinjauan Etika terhadap Praktik Polifarmasi dalam Layanan Kedokteran yang menyatakan bahwa cara mencegah terjadinya pelanggaran etik terkait dengan praktik polifarmasi dalam pelayanan kedokteran Indonesia adalah dengan menggunakan Mediator pengembangan profesi dokter yaitu Etika Kedokteran (MKEK) sebagai pedoman dokter setiap mengambil langkah baik saat praktek atau pun saat sedang turun ke lingkungan masyarakat umum [5]. Maka kesimpulan yang saya ambil adalah seorang dokter ideal harus memiliki kualitas kunci: berintegritas, bertanggung jawab, dapat berkomunikasi dengan baik agar bisa menjalin interaksi yang baik dengan pasien ataupun masyarakat setempat, adaptif, berpengetahuan luas agar bisa jelas saat menerangkan atau mengobati pasien dan pastinya memiliki rasa empati yang tulus. Saya juga percaya seorang dokter yang ideal harus bisa bertindak untuk mencegah masyarakat jatuh sakit dengan cara memberi edukasi kepada masyarakat.


Maka dari itu saya berharap dan bertekad untuk memiliki kualitas seorang ideal dokter tersebut selama masa preklinik saat menjadi mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia maupun untuk jangka panjang nantinya saat saya menjadi dokter. Saya juga ingin membangun branding sosial untuk membantu saya mempublikasikan ilmu kesehatan kepada masyarakat guna mencegah penyebaran penyakit. Dengan itu saya berharap dengan kelulusan angkatan FKUI 2023 nanti, kami sebagai dokter bisa meningkatkan aspek kesehatan di Indonesia dan mencegah penyebaran apapun penyakit yang kita harus lawan. Saya ingin berpesan kepada siapapun yang ingin masuk Fakultas Kedokteran di Universitas Indonesia untuk mempersiapkan diri dan mempunyai tekad serta strategi agar tidak hanya bisa lolos seleksi masuk tapi juga untuk jangka waktu kedepannya saat menjadi mahasiswa dan dokter di kemudian hari.



Referensi

1.Schnelle C, Jones MA. Characteristics of exceptionally good Doctors—A survey of public adults. Heliyon [Internet]. 2023 Feb 1;9(2):e13115. Available from: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2405844023003225

2.Rashid-Doubell F, Doubell TP. “Thrown in at the Deep End”: The Experience of Graduates of Transnational Western Medical Education Transitioning into Middle Eastern Clinical Practice. International Journal of Higher Education. 2019 Sep 19;8(6):36.

3.Aoun M, Sleilaty G, Abou Jaoude S, Chelala D, Moussa R. How do Lebanese patients perceive the ideal doctor based on the CanMEDS competency framework? BMC Medical Education. 2019 Oct 29;19(1).

4.Rosa, E. Y. & Sugandi, M. S. (2023). The Ideal Doctor Image in Asian Countries: A Qualitative Study of Gen Z Patient's Perspective. Journal Eduvest. 3 (7): 1347-1366

5.Setiabudy R, Sulaiman A, Santosa F, Sundoro J, Harinda F. Tinjauan Etika terhadap Praktik Polifarmasi dalam Layanan Kedokteran. Jurnal Etika Kedokteran Indonesia. 2020 Feb 25;4(1):33.




 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

Comments


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page