- Rafiansya Rizal Asmadi
- Aug 12, 2023
- 15 min read
Updated: Aug 13, 2023
Narasi Perjuangan
Halo semuanya! Perkenalkan, nama saya Rafiansya Rizal Asmadi, biasa dipanggil Rafi. Saya lahir di Jakarta pada tanggal 17 September 2005 sebagai anak semata wayang dari orang tua saya. Saya merupakan lulusan dari SMA Labschool Kebayoran angkatan 2023. Alhamdulillah tahun ini saya berkesempatan untuk diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) di program studi Pendidikan Dokter S1 Reguler.
Melalui kakek saya, yang merupakan seorang dokter spesialis anak, FKUI merupakan fakultas dan universitas pertama yang dikenalkan kepada saya saat saya kecil. Dengan gagah berdirinya bangunan putih berplakat “Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia” di pusat ibukota, tidak sulit untuk membuat saya terpikat kepada FKUI bahkan di saat pertama kali saya melihatnya. Sebagai fakultas kedokteran tertua dan salah satu yang terbaik di Indonesia, FKUI selalu dianggap sebagai salah satu fakultas yang paling diminati di negara ini [1]. FKUI juga selalu berhasil untuk menarik banyak siswa dari dalam hingga luar negeri untuk menjadi bagian darinya—termasuk diri saya sendiri.
Ketertarikan saya pada dunia medis sudah ditempa sejak saya menduduki bangku taman kanak-kanak. Bahkan, ambisi saya untuk bekerja di lingkup kesehatan sudah muncul di benak saya jauh sebelum saya mengenal perkalian dan pembagian. Saat teman-teman sebaya saya memiliki keinginan untuk menjadi pahlawan super dan menyelamatkan dunia dari kejahatan, saya pun memiliki keinginan yang sama dengan mereka, dengan konteks yang tentunya berbeda. Sosok berjas putih dengan stetoskop di leher yang bertugas untuk menyelamatkan nyawa manusia dari berbagai penyakit—itulah definisi pahlawan bagi saya. Tidak hanya sekadar status dan prestise, tetapi juga ada komitmen dan tanggung jawab besar yang harus dipenuhi oleh para dokter dalam menjalani tugasnya. Terlihat dari berbagai dokter di kehidupan saya yang menangani saya, gairah yang terlihat dari mata mereka menunjukkan ketekunan dengan hal yang mereka kerjakan, makin membuat bara api semangat saya semakin memanas untuk menjadi seorang dokter.
Waktu yang saya habiskan di sekolah dasar saya digunakan untuk membangun karakter dan ilmu pengetahuan dasar yang saya pakai sampai sekarang. Banyak mata pelajaran yang saya pelajari, namun jiwa saya seperti memiliki keterikatan sendiri dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Selain itu, orang tua saya juga menempatkan saya di tempat kursus bahasa Inggris dan privat piano agar dapat mengasah otak saya untuk menjadi insan yang cerdas dan berguna di kemudian hari. Pada penghujung sekolah dasar, saya belajar giat untuk menjalani Ujian Nasional (UN) dan Alhamdulillah bisa mendapatkan nilai 100 di mata pelajaran Matematika. Saya mendaftarkan diri di 3 sekolah berbeda untuk lanjut ke jenjang pendidikan berikutnya. Saya juga mendaftarkan diri di lembaga bimbingan belajar agar saya dapat mempersiapkan diri mengikuti tes masuk sekolah dengan lancar. Dengan usaha, doa, dan restu melimpah yang diberikan oleh orang tua saya, saya dinyatakan lulus di semua sekolah yang saya daftarkan. Tanpa berpikir panjang, saya memilih sekolah impian saya sejak kelas 4 SD, yaitu SMP Labschool Kebayoran, sebagai tempat untuk menempuh 3 tahun pendidikan sekolah menengah pertama saya.
Masa SMP belum saya gunakan untuk menjadi wadah pengembangan diri saya. Di samping performa akademik saya yang standar, saya masih mengurungkan diri untuk mencoba mengikuti kesempatan-kesempatan baru yang terdapat di lingkungan saya. Apalagi saat ditolak saat mendaftarkan diri sebagai anggota OSIS, saya makin minder untuk mencoba hal-hal yang sekiranya dapat memberikan saya kemampuan dan manfaat yang bisa berguna bagi saya di masa depan. Akibat ketidakmaksimalan usaha saya selama SMP, saya tidak berkesempatan mendapatkan kuota untuk mengikuti jalur prestasi untuk masuk ke SMA impian saya, yaitu SMA Labschool Kebayoran. Saya juga lulus tanpa adanya penghargaan apapun dan dengan nilai ijazah yang tergolong biasa-biasa saja dibandingkan teman-teman saya. Namun, saya masih bersyukur bahwa saya bisa berkesempatan untuk bersekolah di salah satu SMP terbaik di Jakarta, tetap dapat mengikuti kepanitiaan di program Art, Culture, and Sports Exhibition (ACEX) serta Sky on Stage (SOS), dan bisa mengenal banyak orang baik yang masih menjadi teman-teman terdekat saya hingga saat ini. Saya berterima kasih karena pengalaman saya di SMP sudah menjadi salah satu batu loncatan agar saya bisa menjadi orang seperti sekarang, orang yang bisa menulis narasi ini.
Dikarenakan saya tidak bisa mengikuti jalur undangan untuk memasuki SMA impian saya, saya pun harus memperjuangkan SMA impian saya melalui jalur standar, yaitu jalur tes. Orang tua saya kembali menempatkan saya di bimbingan belajar agar bisa mempersiapkan tes dengan maksimal. Terdapat lebih dari 1.000 siswa lainnya yang berkeinginan untuk bersekolah di SMA impian saya. Oleh karena itu, orang tua saya sudah siap untuk mendaftarkan saya ke SMA lain jika saya tidak diterima pada tes masuk SMA ini. Namun, lagi-lagi usaha dan doa yang saya panjatkan pada masa ini kembali berbuah manis. Dengan penuh kepasrahan di saat saya membuka pengumuman, saya dinyatakan lulus seleksi di SMA impian saya, di SMA Labschool Kebayoran, di peminatan satu-satunya yang saya daftarkan, yaitu peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA). Selain bangga dengan diri sendiri atas perjuangan saya selama beberapa bulan ini, hal yang paling mengangkat beban diri saya orang tua saya tidak perlu pusing mencarikan saya sekolah lagi.
Sebelum semester 6 SMP dimulai, virus Covid-19 pertama kali menampakkan dirinya di Indonesia. Pandemi yang berhasil membuat satu dunia takut akan kehadirannya membuat semua pembelajaran di sekolah dialihkan menjadi pembelajaran daring. Ujian nasional pun dihapus dan ujian sekolah juga dilaksanakan secara daring [2]. Setelah wisuda, waktu luang yang saya punya digunakan untuk memfiksasi rencana saya untuk masa depan. Tidak sulit untuk menentukan rencana hidup yang saya ingin tempuh karena saya selalu konsisten mengenai mimpi saya yang sudah saya punyai sejak saya kecil—yaitu masuk FKUI. Bohong jika saya menyebut bahwa saya tidak pernah tergoyah untuk mengeksplor jurusan lainnya, namun sejauh manapun saya berkelana, FKUI selalu menjadi ujung dari petualangan saya. Keluarga besar saya juga mengharapkan saya untuk berkuliah di FKUI dikarenakan selain kakek saya, tidak ada anak-anaknya yang melanjutkan karirnya untuk menjadi dokter. Selain itu, 3 dari 4 cucu kakek saya juga sudah mengutarakan minat mereka untuk melanjutkan studi di rumpun sosial dan humaniora. Harapan satu-satunya kakek saya agar ada yang melanjutkan pekerjaannya alhasil mendarat di diri saya. Harapan itu akan dengan keras saya perjuangkan seumur hidup, dimulai dari masa SMA ini.
Saya memulai SMA kelas 10 dengan hanya 1 tujuan yang saya pasang di pikiran saya. FKUI. Berbeda dari SMP, saya berprinsip untuk mulai mencoba untuk menonjol secara akademik maupun non-akademik dan mencoba hal-hal baru di luar zona nyaman saya. Saya berpikir jika saat saya malas saya bisa menjadi siswa yang biasa saja, maka jika saya rajin, saya mampu untuk menjadi siswa yang terbaik. Namun, pikiran idealistis saya belum berjalan lancar di semester 1 saya di SMA. Adaptasi dari belajar luring menjadi daring, apalagi ditempatkan di kelas yang sangat ambisius membuat saya begitu kewalahan dalam menjalani pembelajaran. Walaupun tidak mendapat peringkat di kelas yang memuaskan, namun saya tetap mendapatkan kuota eligible sementara. Semester 2 saya digunakan untuk menjadi lebih aktif dan responsif terhadap guru-guru yang mengajar di kelas saya. Selain itu, saya juga mencoba untuk mengikuti proses pendaftaran OSIS di bidang Kesehatan dan Kemanusiaan Masyarakat yang linear dengan prospek karir yang saya targetkan di masa depan—yaitu untuk menjadi seorang dokter. Saya mengakhiri semester 2 dengan penuh kepuasan dan rasa syukur, dimana selain saya dinyatakan lulus seleksi anggota OSIS, saya juga berhasil meningkatkan peringkat paralel dan kelas saya.
Memulai kelas 11, saya disambut dengan kelas baru, lingkungan baru, dan teman-teman baru yang sangat suportif mendukung saya untuk menjadi siswa yang aktif dan teladan di kelas saya. Ditempatkan di kelas yang lebih “tenang” dibandingkan kelas 10 memberikan saya banyak kesempatan tersirat saya untuk menjadi siswa yang lebih aktif di kelas. Ambisi saya juga tersalur bagi saya untuk mengerjakan tugas dan belajar untuk ulangan dengan telaten. Saya juga mengikuti beberapa lomba yang membuat saya dapat meningkatkan naluri kompetitif saya. Alhasil, saya menempati peringkat 1 paralel dan kelas pada semester 3 ini. Sayangnya, semester 4 saya banyak digunakan untuk mengurus program kerja yang membuat manajemen waktu saya cukup berantakan. Performa akademik saya di semester ini tidak bisa saya jalankan secara maksimal seperti di semester kemarin. Akhirnya saya dipertemukan kembali dengan kata remidi dan banyaknya ketidakpahaman mengenai materi-materi yang diajarkan oleh para guru di semester ini. Benar saja, peringkat saya di semester 4 berubah total. Peringkat paralel saya terjun bebas walaupun saya masih bisa mendapatkan posisi 5 besar di kelas saya.
Pada saat kelas 12, mayoritas aktivitas dan program kerja sudah usai dilaksanakan. Hal positif ini membuat saya bisa kembali belajar melalui tempo yang saya gunakan di semester 3 dan lebih memfokuskan aspek akademik saya di sekolah ini. Saya juga mendapatkan banyak waktu luang untuk menelaah dan mempelajari materi-materi jikalau saya harus menempuh SBMPTN dan SIMAK UI nanti. Untuk ketiga kalinya, orang tua saya menempatkan saya di bimbingan belajar agar saya dapat menempuh semester “penentuan” ini dan mempersiapkan SBMPTN dengan baik. Saya mencoba memulai untuk lebih mendekatkan fokus dan minat saya dengan menyelesaikan tugas akhir mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam bentuk karya tulis ilmiah. Mengangkat bidang bedah toraks dan kardiovaskular, saya menelaah berbagai jurnal dan mewawancarai seorang dokter spesialis untuk mencari metode terbaik dalam pelaksanaan coronary artery bypass graft (CABG) di antara on-pump median sternotomy, off-pump median sternotomy, dan minimally invasive cardiac surgery (MICS). Karena semester 5 merupakan semester pertama dimana pembelajaran di SMA dilaksanakan penuh secara luring, ditambah jam belajar yang ditingkatkan dari selesai di jam 12 siang menjadi jam 3 sore, belum lagi sesi bimbingan belajar yang hampir tiap hari yang dilaksanakan hingga malam membuat saya kelelahan dan membuat imun tubuh saya turun. Di bulan September 2022, saya menerima hasil positif di tes Covid-19 untuk pertama kalinya. Saya pun terpaksa harus melewatkan studi lapangan angkatan saya. Namun, di balik segala rintangan yang saya hadapi khususnya di semester ini, FKUI selalu jadi motivator utama saya untuk terus bangkit dan berjuang kembali. Di semester 5 ini saya berhasil meningkatkan kembali ranking paralel dan kelas saya.
Pertengahan semester 5 siswa-siswi di seluruh Indonesia disambut oleh kabar penting yang muncul dari Menteri Pendidikan Indonesia sendiri, yaitu Bapak Nadiem Makarim. Beliau menyampaikan bahwa proses seleksi masuk PTN akan dirombak drastis, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya [3]. Perubahan 180 derajat ini menimbulkan banyak perasaan bercampur aduk di benak saya. Di satu sisi saya cukup puas karena saya tidak bisa mengerjakan Tes Potensi Akademik (TKA) Fisika dan Matematika sama sekali, namun saya juga panik karena dari awal saya hanya memfokuskan diri saya ke 6 mata pelajaran inti dan saya tidak memiliki gambaran mengenai ranking paralel saya ke depannya. Selain itu, saya juga harus menemui dan mempelajari materi-materi baru di tes literasi dan penalaran matematika yang tidak kalah susahnya dibandingkan dengan TKA. Beruntungnya, gabungan ilmu dasar mengenai tes skolastik yang saya dapatkan dari sekolah dan bimbingan belajar memberikan saya fondasi yang cukup kuat untuk mempelajari materi-materi SNBT dengan lebih dalam.
Sebelum memasuki semester 6, daftar siswa eligible untuk mendaftar Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) akhirnya diumumkan. Saya mendapatkan peringkat 17 dari 178 siswa di program MIPA angkatan saya. Walaupun mendapatkan peringkat yang cukup memuaskan, namun lubuk hati saya tau bahwa peringkat yang saya dapatkan belum cukup untuk menembus FKUI melalui jalur SNBP, apalagi kakak kelas saya yang lulus jalur undangan di FKUI selalu menempati peringkat 10 besar di angkatannya. Kendati demikian, saya memantapkan hati untuk tetap menempatkan FKUI sebagai pilihan satu-satunya di SNBP. Saya mulai mencoba untuk berpikir realistis dan belajar intensif untuk SNBT.
Semester 6 seperti tidak terasa lewatnya. Waktu untuk pemaparan materi banyak dialokasikan untuk membahas materi skolastik untuk persiapan SNBT. Pembelajaran akademik pun hanya seputar pengulangan kelas 10—12 untuk persiapan ujian sekolah di bulan Maret nanti. Setelah menyelesaikan rangkaian ujian sekolah, akhirnya semua kewajiban saya di SMA sudah selesai.
Berbeda dari SMP, akhir dari masa SMA saya tidak disambut dengan kata penyesalan. Selain dilantik menjadi OSIS selama masa SMA, saya juga berkesempatan untuk berpartisipasi di program-program kerja dari sekolah, seperti SKYCARE (program penyuluhan edukasi kesehatan dan lingkungan), Jakarta in Global (lomba seni dan bahasa), SKYTALK (seri webinar inspiratif yang ditargetkan untuk kalangan muda), SKYBLOOD (program pendonoran darah), SKYWALK (lomba band), SKYLITE MUSICALS (musikal), dan SKYAVENUE (festival musik). Terdapat pula program sukarelawan berbasis kesehatan masyarakat dan lingkungan yang saya pimpin, Troops for Humanity, dimana saya merekrut kurang lebih 200 panitia dan sukarelawan yang berpartisipasi untuk membersihkan kiloan sampah yang berserakan di Pantai Marunda, Jakarta Utara dan menanam 118 pohon gayam, namnam, dan nyamplung di Hutan Kota Srengseng, Jakarta Barat. Program ini juga menyelenggarakan kampanye kesehatan daring bertema penyakit Covid-19, HIV/AIDS, kanker, dan stroke yang mendatangkan dokter-dokter dan mantan-mantan penderita untuk memberikan edukasi kesehatan dan memberikan wadah untuk bercerita mengenai perjuangan mereka melawan penyakit-penyakit tersebut. Saya percaya bahwa berpartisipasi di semua program tersebut dapat mendatangkan manfaat sebagai wadah pengembangan untuk meningkatkan kemampuan kemanusiaan saya yang di kemudian hari dapat saya gunakan ketika saya sudah berprofesi sebagai seorang dokter yang kompeten.
Sembari menunggu pengumuman SNBP, guru-guru menekankan agar kami sudah mulai mempersiapkan SNBT sebagai alternatif jika kami belum berhasil di SNBP. Pada tanggal 28 Maret 2023, pukul 15:00, pengumuman hasil seleksi SNBP sudah bisa diakses. Saya membuka tanpa harapan dan afirmasi apapun, walaupun masih tetap mengharapkan keajaiban yang meloloskan saya di SNBP tahun ini. Namun, hasil seleksi SNBP saya sesuai dengan ekspektasi saya, yaitu tidak lulus. Saya tidak mengambil waktu yang lama untuk bersedih karena gagal SNBP. Dengan nilai yang naik turun dan peringkat yang tidak terlalu menonjol, apa yang bisa saya harapkan dari SNBP? Selain itu, saya sepenuhnya percaya bahwa Allah SWT memiliki rencana yang lebih baik untuk saya kedepannya. Di malam saya ditolak, saya langsung memetakan rencana pembelajaran SNBT saya. Pada hari setelahnya, konsentrasi saya 100% dialihkan kepada SNBT.
Memiliki jadwal yang tetap dari bimbingan-bimbingan belajar saya membuat saya bisa menjadi konsisten dalam mempelajari materi-materi yang penting untuk persiapan SNBT. Mengikuti 2 program bimbingan SNBT membuat saya harus merelakan waktu bersenang-senang saya sementara, tetapi berada di lingkungan yang suportif yang diberikan oleh ibu, guru-guru, dan teman-teman saya membuat proses pembelajaran saya selama kurang lebih 2 bulan terasa cukup santai dan menyenangkan, walaupun tentunya terdapat masa-masa dimana saya merasa tertekan dan minder apalagi ketika melihat nilai TO saya yang tidak konsisten dan pejuang FKUI lainnya yang selalu mendapat skor TO yang saking bagusnya tidak masuk akal. Selain belajar di 2 bimbingan belajar, yaitu TDS dan Bintang Pelajar, platform-platform belajar online lainnya seperti Zenius dan Pahamify juga sudah menjadi rutinitas bagi saya yang harus menemuinya setiap hari selama masa persiapan SNBT saya. Saking fokusnya saya dalam belajar SNBT, saya hampir tidak pernah keluar rumah dan hampir selalu menolak segala ajakan teman-teman saya untuk jalan-jalan dikarenakan saya menolak untuk bersenang-senang dengan beban besar yang memberatkan hati dan pikiran saya. Bahkan, saya merasa malu untuk berkumpul bersama keluarga besar saya di Hari Raya Idul Fitri karena dari semua cucu kakek saya, hanya saya yang belum sukses untuk mendapatkan status sebagai seorang mahasiswa. Namun, saya bersyukur karena semua orang di sekitar saya bisa memahami dan menghargai usaha saya dan mereka sepenuhnya mendukung saya bahkan rela menjadi pendengar keluh kesah saya di masa saya merasa lelah dan pesimis.
Setelah lamanya perjuangan saya untuk berusaha memahami materi-materi yang sekiranya akan keluar di SNBT, akhirnya waktu saya untuk mengerjakan soal-soal SNBT tiba. Saya mendaftar SNBT di akhir-akhir masa pendaftaran, membuat jadwal SNBT saya juga tergolong lebih terlambat dibandingkan teman-teman saya. Saya melaksanakan SNBT di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Gedung A, Ruang LKJ C pada tanggal 27 Mei 2023 pukul 12:30–16:15, gelombang 2 sesi siang. Saya juga sempat bertukar doa dengan salah satu teman seperjuangan saya yang berminat untuk berkuliah di tempat ujian saya, yaitu FEB UI, yang mengerjakan SNBT di tempat tujuan saya, yaitu Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK) UI. Setelah selesai mengerjakan SNBT, rasanya terdapat beban besar yang terangkat dari hati saya dan membuat saya bisa beristirahat terlebih dahulu. Namun, sebelum pengumuman SNBT resmi dikeluarkan, tentunya saya masih harus berjuang untuk mendapatkan FKUI.
Ditemani oleh bimbingan belajar saya, Bintang Pelajar, saya mempelajari materi-materi mata pelajaran yang dikeluarkan saat SIMAK UI. Walaupun saya merupakan seseorang yang tidak menyukai mata pelajaran teknis seperti Matematika dan Fisika, namun membayangkan jaket kuning dan makara berwarna hijau selalu berhasil memberikan saya dorongan untuk berusaha memahami materi-materi pembelajaran tersebut. Selain itu, saya juga mendapatkan kuota untuk mengikuti PPKB dari sekolah saya dimana saya harus mempersiapkan secarik surat motivasi. Saya banyak dibantu oleh tante saya yang ahli di bidang komunikasi agar dapat menyusun esai yang rapi, menarik, dan dapat menyatakan minat saya untuk berkuliah di FKUI dengan jelas.
Kurang dari satu bulan setelah saya menyelesaikan tes SNBT saya, akhirnya hari pengumuman SNBT datang pada sore hari Selasa tanggal 20 Juni 2023 pukul 15:00. Jauh berbeda dari masa-masa sebelum pengumuman SNBP, masa-masa sebelum pengumuman SNBT saya banyak dipenuhi oleh rasa yakin dan percaya bahwa Allah SWT tidak akan membawa saya sejauh ini hanya untuk gagal. Selain itu, perasaan berserah diri dan terus berprasangka baik kepada Allah SWT yang saya miliki terus meningkat. Membuka pengumuman di meja belajar saya, saksi langsung dari perjuangan saya untuk mendapatkan FKUI dari awal masuk SMA merupakan salah satu momen yang paling mengharukan dan tidak terlupakan di hidup saya. Dengan layar berwarna biru gradasi dan barcode besar di sisi kiri yang melengkapi, akhirnya saya dinyatakan lulus seleksi SNBT 2023 di pilihan pertama saya, yaitu program studi Pendidikan Dokter, Universitas Indonesia. Alhamdulillah.
Tonggak pencapaian diterimanya saya di FKUI bukan merupakan akhir, melainkan awal dari perjuangan saya untuk menjadi seorang dokter yang dapat berkontribusi banyak untuk kesehatan dan kesejahteraan warga dunia nantinya. Bersama teman-teman FKUI 2023 lainnya, saya berharap bahwa kami dapat menggunakan semangat kami untuk bangkit bersinergi dan mengedepankan solidaritas serta asas kekeluargaan untuk menghadapi segala rintangan di masa perkuliahan kami. Dalam jangka panjang, saya juga berharap agar saya dan teman-teman FKUI 2023 lainnya agar kami semua dapat menjadi dokter yang berkarakter unggul serta selalu setia mengabdi untuk masyarakat Indonesia bahkan di dunia di masa yang akan datang.
Salah satu tujuan hidup yang saya pasang setelah lulus dari FKUI adalah untuk menjadi seorang dokter ideal yang dapat memberikan inspirasi dan bantuan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan Indonesia dan dunia. Menurut saya, seorang dokter yang ideal perlu menciptakan lingkungan medis yang inklusif dan selalu menghormati semua orang, baik sehat maupun sakit, terlepas dari siapapun mereka maupun apapun status yang mereka punya. Ia harus memiliki kepribadian yang sabar dan bisa menyampaikan segala pendapat dan pertanyaan dengan sopan serta membiarkan orang lain berbicara dan mendengarkannya dengan baik. Ia juga perlu untuk memberikan saran dan diagnosa yang bersifat netral serta membiarkan semua pihak yang terlibat berpartisipasi aktif dalam semua keputusan yang berkaitan dengan kesehatan dan perawatan kesehatan mereka, menilai setiap situasi dengan hati-hati, dan membantu apapun situasinya. Selain itu, seorang dokter yang ideal memerlukan kemampuan yang mumpuni dalam mengikuti perkembangan zaman dan mengintegrasikan proses praktik mereka dan teknologi yang ada untuk mendukung para pasien dengan informasi, prosedur pengobatan, bahkan alternatif terbaik yang tersedia, sambil menghormati nilai dan preferensi individu mereka. Dengan dimilikinya karakteristik tersebut, seorang dokter ideal diharapkan dapat menciptakan lingkungan kesehatan yang memberikan keamanan dan kenyamanan bagi seluruh masyarakat. Sebagai seorang calon dokter, saya bertujuan untuk memiliki karakteristik dokter ideal yang tidak mementingkan diri sendiri, rendah hati, mudah beradaptasi, tegas, menjadikan pengalaman sebagai kunci evaluasi dan pembelajaran, serta memiliki kemampuan interpersonal dan komunikasi yang patut untuk dicontoh [4]. Saya berkomitmen untuk menjadi dokter yang taat dan paham dengan aturan hukum, selalu mengikuti Kode Etik Kedokteran Indonesia dari Ikatan Dokter Indonesia (KODEKI IDI), serta menjadikan Sumpah Dokter sebagai pedoman di setiap langkah saya selama berprofesi.
Awal dari perjuangan saya untuk menjadi seorang dokter dimulai dari tahap preklinik dan klinik. Saya berniat untuk menjalani proses akademik maupun non-akademik dengan sangat memuaskan dan mendapatkan IPK yang tinggi serta mengembangkan kemampuan interpersonal saya dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang disediakan. Saya juga berniat untuk memperluas jaringan relasi saya dengan mengikuti organisasi-organisasi di lingkup FKUI yang dapat memberikan saya pengalaman yang bermakna dan bermanfaat untuk saya di masa depan. Saya harap bahwa berkuliah di FKUI dapat memberikan saya pengetahuan yang dalam dan akses untuk ilmu pengetahuan serta teknologi terkini dalam dunia medis dengan nilai-nilai ilmiah dan karakter yang membudaya di FK UI—berintegritas, profesional, peduli, adaptif, dan unggul [5]. Selain itu, saya berharap bahwa FKUI bisa menjadi salah satu wadah dimana saya dapat mengembangkan nilai kemanusiaan saya untuk menjadi seorang dokter yang kritis dan kompeten. Tentunya, dibutuhkan komitmen yang konsisten serta mental yang kuat agar saya bisa mencapai target-target tersebut. Berkaca dari 12 tahun saya mengemban pendidikan—khususnya di SMP dan SMA, saya akan menghilangkan sifat pemalas dan menghargai setiap kesempatan yang melewati diri saya selama berkuliah. Sesuai dengan pesan dari orang tua saya, saya akan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan menelaah batasan diri agar tidak kewalahan serta dapat mengerjakan semua hal semaksimal mungkin. Saya juga akan memasang jadwal yang rutin serta mengatur manajemen waktu dengan baik agar saya tidak menunda-nunda pekerjaan yang berujung menumpuk. Terakhir, saya akan selalu menghadirkan restu orang tua dan Allah SWT kemanapun langkah saya pergi.
Memeratakan seluruh kebutuhan kesehatan masyarakat di seluruh Indonesia merupakan salah satu niat terpenting saya sebagai seorang dokter di jangka panjang. Setelah menyelesaikan tahap preklinik dan klinik serta mendapatkan gelar sarjana kedokteran dan menjalani proses yudisium di FKUI, saya akan mengikuti prosedur dimana saya harus menjalani proses internship selama 1 tahun dan dilanjut dengan menjalani wajib kerja sebagai dokter umum setelah saya mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR). Setelah semua proses selesai, saya berniat untuk mendaftarkan diri untuk lanjut mengemban pendidikan sebagai dokter residen di program yang saya minati nantinya. Saya berharap pengalaman dan kemampuan yang saya kembangkan selama berkuliah di FKUI bisa membantu saya untuk langsung terjun ke lapangan dan mengabdi kepada masyarakat yang membutuhkan. Saya berniat untuk menjalani proses koas sampai dengan wajib kerja dengan baik dimana saya sekaligus akan memperhatikan dan menaruh minat saya di salah satu stase yang paling cocok dengan saya. Guna menciptakan pemerataan kebutuhan kesehatan masyarakat di Nusantara, satu hal yang saya tahu pasti ialah saya akan mengambil spesialisasi yang masih banyak dibutuhkan oleh para masyarakat di Indonesia. Minat awal saya jatuh kepada spesialisasi Bedah Toraks dan Kardiovaskular dengan subspesialisasi di Bedah Jantung Dewasa, namun minat saya mungkin akan berubah mengikuti jalan hati saya selama menjalani proses koas sampai wajib kerja nanti. Dengan mengambil spesialisasi yang masih banyak dibutuhkan di Indonesia, saya berharap bahwa saya bisa menjadi salah satu katalisator agar dokter lain bisa mengambil langkah yang lebih jauh untuk mewujudkan pemerataan kebutuhan kesehatan di Indonesia, juga dunia. Saya juga berminat untuk meneruskan perjalanan akademik saya sampai mendapatkan gelar magister dan doktor—bahkan mengemban 2 amanah besar sebagai dokter praktik sekaligus pengajar akademik yang bisa meneruskan ilmu yang saya dapatkan kepada generasi dokter-dokter baru di Indonesia nantinya.
Di tengah maraknya perkembangan teknologi sekaligus ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan dunia medis, saya berharap agar masyarakat bisa mendapatkan edukasi yang akurat mengenai kesehatan dan bisa membedakan kebenaran dan kebohongan yang beredar mengenai kesehatan di sosial media. Saya juga berharap untuk dikelilingi oleh masyarakat yang memandang kesehatan sebagai salah satu prioritas untuk menjalani hidup yang sejahtera dan tidak mengesampingkan kesehatan demi hal yang tidak akan berdampak baik bagi tubuh mereka nantinya.
Untuk adik-adikku yang sedang berjuang demi bisa memakai jaket kuning dengan makara berwarna hijau di tahun yang akan mendatang, percayalah dengan diri kalian sendiri dan rencana yang dimiliki oleh Allah SWT untuk kalian. Tidak usah membandingkan diri kalian dengan orang lain dan fokuslah terhadap diri kalian sendiri. Jangan malas, jangan menunda-nunda, dan janganlah membuang kesempatan berharga yang mungkin suatu hari akan melewati kalian. Jangan terlalu bergantung kepada orang lain karena pada ujungnya hanya kalian dan Allah SWT yang bisa menentukan jalan hidup kalian nanti. Teruslah bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kalian. Terus berjuang dalam menghadapi segala rintangan karena saya percaya bahwa kalian pasti bisa melaluinya. Teruslah meminta restu dari orang tua, guru-guru, dan anugerah dari Allah SWT. Tetap semangat dan sampai bertemu di Kampus Perjuangan.
DAFTAR REFERENSI
FKUI. Sejarah [Internet]. Jakarta: Ui.ac.id; 2022 [cited 2023 Aug 7]. Available from: https://fk.ui.ac.id/sejarah.html
Sekretariat GTK. Terkait COVID-19, Pelaksanaan UN 2020 Resmi Ditiadakan [Internet]. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan; 2020 Mar 24 [cited 2023 Aug 8]. Available from: https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/terkait-covid19-pelaksanaan-un-2020-resmi-ditiadakan
Rauf AW. Mulai Tahun 2023 Tidak Ada Lagi Penerimaan Mahasiswa Baru Jalur SNMPTN dan SBMPTN [Internet]. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo; 2022 Dec 16 [cited 2023 Aug 8]. Available from: https://www.ung.ac.id/home/berita/mulai-tahun-2023-tidak-ada-lagi-penerimaan-mahasiswa-baru-jalur-snmptn-dan-sbmptn
Murphy B. These 8 traits make great doctors, and residents can develop them [Internet]. AMA; 2023 Jan 4 [cited 2023 Aug 9]. Available from: https://www.ama-assn.org/education/accelerating-change-medical-education/these-8-traits-make-great-doctors-and-residents-can
FKUI. Visi Misi [Internet]. Jakarta: Ui.ac.id; 2022 [cited 2023 Aug 10]. Available from: https://fk.ui.ac.id/visi-misi.html
Comments