- Raden Andika Wahyu Wardhana
- Aug 13, 2023
- 7 min read
Narasi Perjuangan
“Que sera sera, whatever will be will be. The future's not ours to see” . Mungkin kata-kata dari lagu karya Doris Day[1] itu adalah kalimat yang paling tepat untuk menggambarkan situasi saya diterima di Fakultas Kedokteran Indonesia. Kenapa ? Karena bahkan aku tidak pernah menyangka kalau aku akan jadi mahasiswa UI, terlebih lagi di Fakultas Kedokterannya, bahkan dulu saat masih kecil cita-cita saya adalah pilot. Mungkin diriku 10 tahun yang lalu akan marah kepadaku karena kenapa tidak jadi pilot, tapi setidaknya aku memiliki alasan yang baik untuk itu.
Perkenalkan, namaku Raden Andika Wahyu Wardhana, biasa dipanggil Raden atau Dika, dan saya adalah mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia program Kelas Reguler melalui jalur Seleksi Jalur Prestasi Olimpiade. Ini adalah kisah perjuanganku.
Mungkin sebelum bercerita mengenai pandangan dan motivasi kenapa aku masuk FK UI sebaiknya saya bercerita beberapa hal terlebih dahulu. Kenapa saya bisa tertarik dengan kedokteran. Sejak kelas 4 SD saya memiliki sebuah kegiatan untuk mencari uang saku tambahan yang cukup unik, yaitu dengan mengikuti lomba IPA dan menabung hadiah kejuaraannya, tapi semakin lama saya melakukannya motivasi saya berubah dari materialistik menjadi passion, saya jadi mendapat kesenangan tersendiri dalam belajar IPA. Hal itu berlanjut hingga akhirnya saya memutuskan untuk berfokus belajar biologi dibanding fisika dan kimia di kelas 9 SMP. Alasannya sederhana, karena rata-rata sainganku di SMP memilih untuk lanjut fokus di fisika dan kimia dan jumlah matematika di dalam biologi tidak sebanyak di fisika dan kimia, dan karena mulai fokus di biologi inilah aku merasa tertarik terhadap bidang kedokteran.
Di mata saya dan banyak orang, masuk FK UI adalah crème de la crème dari masuk perguruan tinggi di Indonesia, bagaimana tidak? UI adalah universitas terbaik di Indonesia[2] selama bertahun-tahun, FK UI juga merupakan Fakultas Kedokteran terbaik di Indonesia berdasarkan perangkingan Quacquarelli Symonds World University Rankings yang menggunakan parameter dari produktivitas, h-index, sitasi, dan survey di kalangan akademis dan lulusan. Jadi bukan hanya di Universitas Terbaik di Indonesia, Tapi juga dengan prodi terbaik juga di bidang kedokteran di Indonesia[3]. FKUI juga memiliki fasilitas yang luar biasa lengkap, dengan 2 kampus, yakni di Depok dan Salemba, dan bekerja sama dengan banyak rumah sakit di Jakarta, seperti tentunya RSCM di Salemba,RS Jantung Harapan Kita dan banyak rumah sakit pendidikan lainnya. Melihat bagaimana FKUI merupakan tempat terbaik untuk belajar kedokteran dan lengkapnya fasilitas penunjangnya menjadi motivasi saya untuk masuk ke FKUI.
Karena saya masuk FKUI menggunakan jalur SJP Olimpiade, sebenarnya perjalanan saya untuk masuk ke FKUI sebenarnya dapat dimulai dari saat saya SMP. Di masa SMP biasanya tipe lomba sainsnya adalah tergabung, dimana fisika, kimia, dan biologi jadi 1. Tapi ada beberapa lomba dimana terfokus terhadap bidang fisika atau biologi, dan selama SMP saya lebih banyak memenangkan lomba fisika dan biologi, pada lomba yang tergabung pun persentase poin dari biologi saya lebih tinggi daripada fisika, sehingga hal itu membuat saya berpikir untuk mulai berfokus hanya mengikuti lomba biologi di masa SMA dikarenakan pada masa SMA, hampir semua lomba, termasuk OSN sudah terspesialisasi, terlebih lagi semua teman-teman saya sesama kontingen Jawa Tengah di OSN SMP 2019 juga memutuskan untuk memilih mengikuti OSN Fisika pada masa SMA sehingga saya merasa bahwa saya memiliki kesempatan yang lebih tinggi di OSN Biologi. Materi olimpiade biologi SMA sangatlah berbeda dengan materi di SMP, dikarenakan biologi tidak hanya menghafal, namun lebih terfokus implementasi konsep terhadap analisis dari data lapangan, dan pada saat ini juga saya mulai mempelajari banyak materi kedokteran, awalnya saya pikir materi kedokteran hanya sebatas anatomi dan fisiologi, namun ternyata jauh lebih dalam daripada itu, contohnya adalah mempelajari penyakit, yang menurut saya memiliki keunikannya tersendiri seperti contohnya patologi dari rabies yang dapat membuat korbannya menjadi seperti zombie meski hanya terdiri dari 5 protein[4].
Selama di masa SMA saya mengikuti banyak lomba biologi dan kedokteran, dengan hasil yang cukup beragam, pada awal masa-masa SMA masuk ke final saja sudah menjadi kebanggaan bagi saya, karena sebagai murid kelas 10 saat itu tandingan saya adalah anak-anak veteran olimpiade kelas 12 yang sudah merupakan medalis OSN Biologi, bahkan ada juga yang medalis IBO. Pengalaman mengerjakan soal lomba ini saya gunakan untuk mencari tahu materi apa saja yang perlu saya pelajari kedepannya, dan karena hal ini saya menemukan banyak materi-materi menarik, seperti. Ternyata manusia memang sebenarnya tidak bisa mencerna susu, dan kemampuan toleransi terhadap laktosa adalah salah satu contoh dari evolusi.
Diantara banyaknya lomba biologi saya juga mulai mengikuti lomba kedokteran, salah satunya adalah NMGBC FK UI, yang sebenarnya menjadi lomba terakhir saya di masa SMA. Sebenarnya saat itu saya sudah tidak diberikan izin oleh sekolah untuk mengikuti lomba, karena semua anak kelas 12 diperintahkan untuk lebih fokus terhadap masuk ke perguruan tinggi, namun saya yang merasa tidak ada salahnya mencoba untuk terakhir kalinya tetap mendaftar, dan tim saya lolos ke semifinal dimana semifinalis diwajibkan untuk mengikuti tahap selanjutnya secara luring di Jakarta. Tapi karena saya mengikuti babak penyisihan tanpa izin dari sekolah tentu saja izin untuk mengikuti semifinalnya akan jauh lebih sulit, oleh karena itu selama seminggu saya berkali-kali bertemu kepala sekolah untuk bernegosiasi agar dapat diperbolehkan ikut dengan dalih lomba ini memiliki sertifikat yang bernilai tinggi apabila digunakan untuk mendaftar ke jalur prestasi perguruan tinggi seperti SBUB Undip, PBUB UGM, SMUP Unpad, dan tentunya SJP Olimpiade UI. Pada akhirnya negosiasi tersebut gagal tapi karena ada sebuah keajaiban yayasan tempat sekolah saya memutuskan bahwa sekolah akan mengadakan libur sehingga saya menggunakan kesempatan ini untuk pergi ke Depok untuk mengikuti NMGBC.
Pada NMGBC saya menjadi mengenali lebih lanjut tentang FK UI, disana saya juga bertemu dengan banyak orang-orang luar biasa yang sekarang menjadi kating saya di FK UI, dan saya juga melihat bagaimana RIK adalah gedung FK terbaik dibanding FK dari universitas top lainnya di Indonesia yang pernah saya kunjungi dalam kesempatan lomba lainnya di lain waktu. Dan itu adalah saat dimana saya yakin bahwa saya akan memilih FK UI apabila saya bisa dan saya lolos masuk FKUI melalui jalur SJP Olimpiade dengan salah satu piagam yang saya masukkan adalah piagam juara dari NMGBC.
Setelah masuk di FKUI tentu saja saya ingin mencoba untuk menjadi orang yang lebih baik, di saat welmab di FKUI kami diberikan sambutan bahwa menjadi dokter seharusnya menjadi sebuah panggilan untuk menolong orang, dan tentunya menjadi dokter harus selalu bisa membantu pasien kita maupun dia dalam keadaan apapun. Dulu saat saya pertama kali menentukan ingin menjadi dokter tujuan utama saya dapat dibilang material, karena alasan saat itu dalam pertimbangan saya adalah pekerjaan yang menggunakan ilmu yang telah saya miliki dan saya sukai dan dapat menghasilkan penghasilan yang lumayan, namun sekarang saya sadar bahwa dalam menjadi dokter, tujuan utama saya seharusnya adalah menjadi seorang penolong dengan budi pekerti dan berintegritas. Tentu untuk meraih perubahan itu saya juga harus melakukan banyak hal untuk meningkatkan kualitas diri saya dan menambah kemampuan saya, saya berharap disaat saya dapat menjadi mahasiswa berprestasi dengan mengikuti berbagai kompetisi, kali ini saya akan berusaha untuk lebih fokus terhadap bagaimana mempraktekkan kemampuan saya ke dalam bentuk yang praktikal, yakni dengan mengikuti lomba penelitian. Selain itu saya juga berharap untuk mengikuti program beasiswa seperti beasiswa unggulan pemerintah, atau beasiswa teladan dari tanoto foundation, dan tentunya juga mengikuti program untuk menambah pengalaman, seperti contohnya exchange dengan universitas lain dan IISMA.
Saya juga memiliki harapan bagi teman-teman sejawat saya di angkatan FKUI 2023 ‘Gelora’. Semua dari anggota FKUI 2023 ‘Gelora’ adalah anak-anak yang terpilih dari Indonesia maupun luar negeri, tentunya kita semua akan mampu menjadi dokter yang hebat, setia untuk mengabdi, dan bisa saling membantu dengan cara yang benar dan berintegritas.
Menjadi dokter yang ideal adalah cita-cita dari semua mahasiswa yang berkuliah di FK, tapi, apa itu dokter yang ideal? Ideal sendiri biasanya dimaknai sebagai yang diinginkan, yang artinya, dokter seperti apa yang diinginkan dan apa saja aspeknya? Kita tahu bahwa manusia tidak sempurna, kita adalah makhluk yang selalu belajar hal baru, bisa dari buku, atau dari kesalahan kita sebelumnya, kritisisme terhadap diri sendiri secara berlebihan tentu akan membuat kita lelah, jadi hal terbaik yang dapat kita lakukan tentunya adalah dengan belajar dan mengajarkan agar kita bisa meningkatkan diri kita dan sejawat kita[5].
Semua dokter tentunya ingin menjadi dokter yang terbaik semampu mereka, dan oleh karena itu juga semua dokter telah melafalkan sumpah dokter dan berusaha untuk mengikuti KODEKI 2012 dimana norma-norma dalam kodeki telah menjelaskan kewajiban dari dokter yang ideal terhadap pasien, sejawat diri sendiri, dan kode etik dari profesi dokter[6].
Saya sendiri ingin menjadi dokter yang komunikatif dan mampu melaksanakan kewajiban dan tugas saya dengan baik, namun juga berempati dengan pasien saya dengan memanusiakan pasien saya, dan memberikan pengobatan yang berpusat terhadap pasien. Pada masa preklinik saya bahwa saya akan memprioritaskan untuk memaksimalkan ilmu yang saya dapat di kuliah sembari mengikuti kegiatan seperti kompetisi dan/atau UKM selama tidak mengganggu pembelajaran saya. Saya ingin mewujudkan harapan saya selama berkuliah seperti yang telah saya jelaskan diatas pada masa preklinik ini. Sementara itu, disaat masa klinik/dokter, saya berharap untuk mendapatkan beasiswa dari LPDP untuk langsung melanjutkan program spesialis sebelum akhirnya melakukan pengabdian di masyarakat sebagai dokter neurologi. Saya sangat khawatir dengan lonjakan peningkatan populasi lansia di Indonesia yang tentunya akan meningkatkan jumlah penderita penyakit neurodegeneratif, oleh karena itu saya ingin bisa mengabdi dan berkontribusi untuk melakukan riset di bidang itu.
Saya harap kedepannya masyarakat bisa lebih memahami pentingnya kesehatan syaraf, dan semakin banyak orang yang berminat untuk mempelajarinya. Dengan penuaan penduduk, kedepannya pasti diperlukan banyak tenaga ahli untuk memberikan perawatan profesional di luar keluarga. Selain itu, di Indonesia masih banyak yang menghindari konsep panti jompo dengan bantuan profesional untuk lansia terutama penderita demensia karena kerabat dari orang tersebut akan dianggap sebagai durhaka, padahal sebenarnya bantuan itulah yang pasien perlukan.
Untuk adik kelas dan kawan-kawan yang mau melanjutkan studinya di FK UI. Yakin saja, jangan minder, jangan takut. Lebih baik kita mengetahui kalau kita gagal daripada menyesal memikirkan apa yang bisa terjadi seandainya kita membuat pilihan yang berbeda di masa lampau. Tidak ada mimpi yang terlalu tinggi, tidak ada tes yang terlalu sulit. Selamat berjuang !!
Referensi:
Genius. Whatever Will Be, Will Be (Que Sera, Sera) [Internet]. genius.com. [cited 2023 Aug 7]. Available from: https://genius.com/Doris-day-whatever-will-be-will-be-que-sera-sera-lyrics
EduRank. University of Indonesia: rankings [Internet]. El Briara، Brummana: EduRank; 2023; cited 2023 Aug 6. Available from: https://edurank.org/uni/university-of-indonesia/rankings/
QS World University Rankings for Medicine 2023 [Internet].London: Top Universities; 2022 March 22 [cited 2023 Aug 7]. Available from: https://www.topuniversities.com/university-rankings/university-subject-rankings/2023/medicine?®ion=Asia&countries=id
CDC. Rabies [Internet]. CDC; 2022 December 8 [cited 2023 Aug 8]. Available from: https://www.cdc.gov/rabies/index.html
Salisbury H.Being a good enough doctor. BMJ. 2020 Dec 8;371;m4712
Purwadianto A, Soetedjo, Gunawan Sintak, Budiningsih Y, Prawiroharjo S, Firmansyah A.Kode Etik Kedokteran Indonesia 2012. Jakarta;Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia.2012 Nov 9.
Commentaires