- Patrick Caesar Paradise Bramantyo
- Aug 13, 2023
- 9 min read
Updated: Aug 13, 2023
Narasi Perjuangan
Di titik ini, tidak ada hal yang bisa dikatakan selain rasa syukur yang sungguh besar kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala pengalaman berharga yang terus terukir hingga saat ini. Pada awalnya, itu hanyalah sebuah mimpi dari seorang anak kecil yang telah mengalami banyak hal, manis dan pahit, sejak usianya yang amat muda. Lambat laun, mimpi itu menjadi sebuah rencana, sebuah komitmen, dan akhirnya menjadi sebuah kenyataan, meski masih jauh dari kata selesai. Perjalanan yang dilalui tidaklah mudah, tetapi perjalanan panjang itu akan menjadi sumber semangat untuk mengukir impian demi impian berikutnya.
Perkenalkan, nama saya Patrick Caesar Paradise Bramantyo, biasa dipanggil Patrick. Saya berasal dari SMA Santa Ursula BSD, sebuah sekolah yang telah memberikan banyak pembelajaran berharga yang tertanam dalam diri saya. Kini, saya adalah seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia kelas reguler yang diterima melalui jalur SNBT. Bagi saya, diterima sebagai mahasiswa FKUI merupakan salah satu pencapaian terbesar dalam hidup saya. FKUI adalah fakultas kedokteran terbaik di Indonesia [1], dan saya amat bangga untuk bisa menjadi bagian di dalamnya. Hal tersebut terbukti dari prestasi yang berhasil diraih oleh mahasiswa-mahasiswinya baik di tingkat nasional maupun internasional, serta dari kualitas dokter-dokter lulusannya.
Semasa kecil, banyak hal yang terjadi dalam hidup saya. Kira-kira 15 tahun yang lalu, almarhum ayah saya mengidap penyakit kanker. Saya paham betul bagaimana Ibu saya berjuang untuk merawat ayah saya, sekaligus juga mencari nafkah untuk saya dan adik saya. Hingga pada akhirnya, saya yang kala itu belum memahami apa-apa melihat begitu banyak tangis dari Ibu dan kerabat saya saat mereka tahu bahwa ayah telah tiada. Saya sadar, bahwa penyakit dapat membawa begitu banyak perjuangan yang berat, baik dari pasien dan dari orang-orang terdekatnya. Kini saya mengerti, bahwa kesehatan dan keselamatan adalah hal utama yang didambakan setiap orang. Saya bermimpi, bahwa suatu saat nanti, saya harus bisa meringankan beban orang lain, menyelamatkan, dan menyembuhkan orang-orang terdekat mereka. Maka, sejak saat itulah saya terpanggil untuk menjadi seorang dokter.
Pada saat SD, saya bertemu dengan seorang guru yang benar-benar menumbuhkan kecintaan saya terhadap sains. Saya mulai belajar hal-hal dasar tentang apa yang terjadi di alam, dan apa yang terjadi dalam tubuh manusia. Saya sempat mengikuti beberapa lomba, seperti OSN, dan saya ingat betapa gembiranya saya dalam mendalami hal-hal berbau sains bersama dengan teman-teman saya. Bagi saya, mempelajari sains berarti menguak satu demi satu "misteri" tentang kehidupan, dan segala hal yang berkaitan dengan asal usul sesuatu. Ada kalanya ketika saya baru mendapat pemahaman baru tentang hal yang belum pernah terpikirkan sebelumnya, dan itu membuat saya antusias untuk terus mencari tahu lebih lanjut. Segala pengalaman yang saya alami itu semakin memperkuat komitmen saya untuk mengejar impian menjadi seorang dokter.
Semasa SMP, saya memilih untuk lebih aktif dalam kegiatan non-akademik. Saya mulai belajar untuk terlibat dalam kepengurusan OSIS, berbagai kepanitiaan, dan mengikuti berbagai pelatihan. Ibu saya pernah berkata, bahwa apabila ada kesempatan untuk mengikuti kegiatan yang positif, jangan pernah ragu untuk menempa diri. Dari pengalaman itu, sayabanyak belajar tentang cara berkomunikasi, terutama dengan guru atau orang yang lebih tua, belajar membagi waktu, dan belajar untuk tetap bertanggung jawab dengan nilai akademik saya. Nilai tersebut juga ditanamkan oleh guru dan sekolah saya, bahwa nantinya sebagai seorang mahasiswa, apalagi seorang mahasiswa kedokteran, tidak cukup jika hanya bergantung pada nilai belaka. Saya memiliki keyakinan, bahwa untuk menggapai impian saya menekuni ilmu kedokteran di Universitas Indonesia, saya harus berusaha untuk menjadikan diri saya selayak mungkin agar nantinya bisa memberi kontribusi yang positif.
Setiap malam sebelum tidur, saya bersama keluarga kecil saya selalu berdoa agar kelak saya bisa menjadi mahasiswa FKUI. Kami sadar bahwa segala sesuatu yang telah diperjuangkan hanya dapat terjadi dengan perantaraan Tuhan. Namun, sempat muncul kekhawatiran dalam diri saya. Kuliah kedokteran membutuhkan biaya yang besar, bahkan mungkin menjadi jurusan dengan biaya pendidikan yang paling besar dibandingkan dengan jurusan lain. Saya tahu bagaimana perjuangan Ibu saya dalam mencari nafkah sendirian, sembari menabung untuk biaya kuliah saya. Sempat terbesit dalam benak saya untuk melepas impian saya agar tidak memberatkan Ibu saya dari segi finansial. Meski demikian, Ibu saya tak pernah berhenti untuk mendukung saya. “Uang bisa dicari, mama pasti akan selalu dukung Patrick. Yang terpenting, kamu tetap semangat dan berjuang sekuat tenaga dengan penuh tanggung jawab untuk mengejar impian kamu menjadi seorang dokter. Bila tujuannya baik, Tuhan pasti akan bukakan jalan,” katanya. Saya pun semakin mantap untuk terus berjuang, dan saya sangat bersyukur karena mendapatkan banyak sekali dukungan dari orang-orang terdekat saya.
Masa-masa selama di SMP terasa sangat menyenangkan dan berkesan bagi saya. Juga menjadi masa penuh harapan, “kelak di SMA, aku harus memaksimalkan potensi diri agar mencapai prestasi akademik yang sebaik-baiknya.” Beberapa bulan sebelum berakhirnya masa SMP, tiba-tiba pandemi Covid-19 melanda. Sama seperti yang dialami semua orang, banyak hal yang berubah. Akhir dari masa-masa SMP tampaknya menjadi jauh berbeda dari apa yang dibayangkan, seakan semuanya berubah begitu saja. Segala aspek dalam kehidupan saya beralih menjadi lebih terdigitalisasi. Sangat disayangkan rasanya, “masa-masa paling indah di sekolah,” seperti yang dikatakan banyak orang tentang masa SMA, harus sirna begitu saja.
Masa SMA saya pun dimulai. Meski pembelajaran harus dilaksanakan secara daring, saya tetap harus berusaha untuk berkomitmen pada tujuan saya, meraih prestasi akademik yang sebaik mungkin. Hanya saja, menjaga fokus dalam pembelajaran online memang jauh lebih menantang. Banyak sekali godaan seperti membuka HP atau melakukan aktivitas lain selama pembelajaran. Saya, yang juga suka dalam bersosialisasi dan bertemu orang-orang baru, merasa bahwa hari-hari pertama saya di SMA berjalan begitu datar. Saya tetap mendorong diri untuk mengikuti kegiatan seperti OSIS dan berbagai kepanitiaan lain, demi bisa mengenal lebih banyak orang dan belajar lebih banyak lagi. Hidup saya sehari-hari terasa seperti siklus yang berulang, bangun, mandi, sekolah, mengerjakan tugas, relaksasi, belajar, tidur, bangun lagi. Namun, di samping rasa bosan yang saya alami, saya masih bisa memperoleh hasil pembelajaran akademik yang cukup baik.
Tahun demi tahun berlalu, dan akhirnya saya bisa bersekolah secara langsung kembali di kelas 12. Pada tahun ini, saya sudah memutuskan untuk memfokuskan diri saya secara penuh dalam mempersiapkan diri mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi negeri. Segala kegiatan yang saya lakukan di sekolah mulai saya lepaskan satu per satu. Di semester 5 ini pula, saya berusaha keras untuk memaksimalkan nilai rapor saya, sebab besar harapan saya agar bisa langsung diterima di PTN lewat jalur SNBP. Sambil belajar di sekolah, saya bersama beberapa teman saya mulai mendaftar kursus untuk mempersiapkan UTBK. Kami kursus di daerah Tebet, cukup jauh dari tempat tinggal kami. Setiap hari Minggu, kami berkumpul di stasiun pukul 5 pagi untuk bersama-sama berangkat ke sana naik KRL. Pada bulan-bulan itu, tidak ada hari saat kami bisa bangun siang, karena sekolah kami pun ada kegiatan setiap hari Sabtu. Perjuangan kami memang panjang, tapi terasa menyenangkan bila melakukannya bersama-sama, setidaknya bagi saya.
Setelah penantian yang terasa cukup lama, keluarlah pemeringkatan siswa eligible di sekolah saya. Puji Tuhan, saya berhasil menduduki peringkat pertama di jurusan MIPA. Pada tahun ini, tampaknya banyak sekali siswa yang ingin masuk fakultas kedokteran, termasuk saya tentunya. Saya dengan siswa-siswi lain pun bersepakat untuk memilih universitas yang berbeda pada saat mendaftar SNBP nantinya, kebetulan pada saat itu, saya belum memilih Universitas Indonesia karena merasa kurang percaya diri dan memang belum ada siswa di sekolah saya yang diterima di FKUI lewat jalur SNMPTN. Berminggu-minggu saya menunggu, tibalah saatnya pengumuman. Keberuntungan tampaknya belum berpihak pada saya. Saya belum berhasil untuk diterima di PTN lewat SNBP, di saat sebagian besar pendaftar dari sekolah saya diterima kala itu. Teman-teman saya yang mendaftar FK di universitas lain ada yang diterima, dan jujur, membuat saya sedikit kesal. Saya menyesal dan marah kepada diri saya, kalau saja saya memilih universitas lain, pasti saya tidak akan gagal seperti ini. Akan tetapi, di luar emosi saya itu, terdengar suara kecil dari hati saya, “Tempatmu adalah di Universitas Indonesia.” Perlahan saya mencoba untuk tetap tegar dan berpikir lebih positif, bahwa Tuhan akan selalu memberikan yang terbaik.
Mengalami pengalaman yang pahit membuat saya tertampar. Saya harus berjuang keras, lebih keras dari sebelumnya. Apapun itu, saya harus dan pasti bisa masuk ke FKUI. Saya mulai belajar lebih giat lagi, latihan soal lebih banyak lagi untuk mempersiapkan UTBK. Sempat ada berita tentang perubahan system UTBK, tetapi tidak menjadi masalah untuk saya, karena tempat kursus saya pun ikut menyesuaikan dengan kebijakan pemerintah. Sempat ada masa saat saya merasa agak kesal setiap kali membuka media sosial, melihat teman-teman saya yang lolos SNBP mendapat begitu banyak ucapan selamat, hingga ada beberapa dari mereka yang bepergian Bersama keluarga seakan tidak ada beban lagi yang harus mereka pikul. Bagaimanapun juga, saya hanya bisa mensyukuri keadaan saya saat ini, serta percaya bahwa perjuangan yang keras akan menghasilkan hasil yang baik pula.
Tibalah saatnya saya mengikuti UTBK. Sebelum hari itu, banyak informasi bersimpang-siur di media sosial tentang soal-soal UTBK. Kata-kata seperti “gilaa, PKPM susah bangett,” atau “ternyata tryout bimbel lebih susah daripada UTBK,” banyak saya dengar. Apapun itu, saya harus bisa tetap fokus terhadap diri saya sendiri, banyak berdoa kepada Tuhan, dan percaya dengan segala sesuatu yang telah saya latih sebelumnya. Saya masuk ruangan dengan perasaan yang cukup tegang, tapi saya bersyukur, bahwa saya bisa mengerjakan UTBK dengan lancar. Saya pulang ke rumah dengan hati yang penuh harap, “semoga ini bisa membawaku selangkah lebih dekat dengan impianku.”
Berminggu-minggu saya menunggu hasil UTBK, sambil mempersiapkan diri untuk ujian mandiri di beberapa PTN. Sampailah saya pada hari pengumuman. Setiap detik terasa begitu panjang. Rasanya sulit sekali untuk menjaga hati agar tidak berdebar terlalu cepat. Ditambah lagi, saat hendak membuka pengumuman, website yang saya kunjungi sempat mengalami error karena server yang terlalu penuh. Sekitar 20 menit kami menunggu dengan penuh harap, dan itulah saat yang benar-benar mengubah hidup saya. Pada saat itu, yang berhasil membuka pengumuman adalah Bibi saya yang sedang berkunjung ke rumah. Saya mendengar kata “SELAMAT…” dan seketika itu pula, tangis haru Ibu saya langsung memecah ketegangan saat itu. Kami berpelukan dengan penuh rasa syukur, apa yang kami harapkan, apa yang kami selalu doakan, dan apa yang selalu kami usahakan dengan sekuat tenaga akhirnya dapat terkabul. Hari itu, mungkin, menjadi salah satu hari yang paling membahagiakan seumur hidup saya. Pada tanggal 20 Juni 2023, saya berhasil meraih impian saya menjadi mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Saya sadar, bahwa kehidupan saya di perkuliahan jelas akan jauh berbeda dengan kehidupan di sekolah. Maka, saya pun berkomitmen pada diri saya sendiri untuk menjadi lebih mandiri, berani mencoba hal-hal baru, serta lebih aktif mengembangkan diri dengan mengikuti berbagai kegiatan/kepanitiaan. Saya akan menempa diri saya untuk bekerja dengan lebih efektif, disiplin belajar secara rutin setiap hari, dan belajar secara aktif. Harapannya, saya bisa menjalani masa studi saya dengan penuh tanggung jawab, mencapai nilai akademik maupun pengalaman non akademik yang saya targetkan. Saya pun berharap agar bisa bekerja sama dengan teman-teman di FKUI, ikut berkembang bersama mereka. Semoga angkatan FKUI 2023 bisa tetap kompak, saling bahu-membahu, dan bisa lulus tepat pada waktunya.
Seorang dokter yang baik berarti dokter yang bisa menyembuhkan atau menemukan solusi atas keluhan pasiennya. Dokter harus berusaha untuk menempatkan diri pada posisi pasiennya, sehingga bisa memberikan pelayanan yang tepat, baik secara fisik maupun mental. Terkadang, dokter yang terlalu pendiam, tidak sabaran, kurang ramah, kurang empati, bicara seadanya, kurang cukup waktu untuk mendengarkan keluhan pasien, pelit/minim informasi dan sebagainya dikeluhkan oleh pasien terhadap dokternya [2]. Bekerja sebagai dokter memang melelahkan, tetapi harus selalu diingat bahwa mungkin bagi dokter, seorang pasien yang datang kepadanya adalah pasien ke sekian yang telah ia rawat di hari itu. Namun bagi pasien, dokter itu adalah orang pertama yang ia temui setelah mengantre lama.
Dokter yang profesional pasti akan selalu berusaha untuk memberikan pelayanan terbaiknya, meski telah lelah bekerja. Setelah berbuat kesalahan yang dirasa merugikan pasien, seorang dokter harus berani bertanggung jawab dan memperbaiki kesalahannya [3]. Sejak zaman dahulu, profesi dokter menganut dua prinsip etik yakni nil nocere (do no harm) dan bonum facere (do good for the patients) [4]. Hal itu menunjukkan bahwa dokter adalah sebuah profesi untuk menyelamatkan, dan mendedikasikan pelayanannya untuk keselamatan pasien. Prinsip etik tersebut kemudian diterapkan menjadi norma etik kedokteran dan menjadi dasar dari sumpah Hippocrates, yang dijuluki “Bapak Kedokteran.” Di Indonesia sendiri, perilaku dokter yang baik dapat dilihat apabila menerapkan Kote Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) dalam pekerjaannya [5]. Nilai luhur dan etika kedokteran dapat berupa tindakan professional dan independen, jujur, menolong kasus gawat darurat atas dasar kemanusiaan, melindungi martabat kemanusiaan, dan sebagainya [6].
Selama masa pre-klinik, saya akan mendorong diri saya untuk belajar dengan bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab atas kesempatan yang telah diberikan pada saya. Pada semester awal ini, saya menargetkan IP setidaknya 3.5 dan mengikuti setidaknya 1 organisasi/UKM. Saya akan menyesuaikan dan mencari cara belajar yang baru, sambil terus konsisten belajar setiap harinya mengenai materi yang dipelajari. Seperti apa yang ditanamkan kepada saya sejak SMP, saya juga akan berani untuk mengikuti berbagai kegiatan pengembangan diri agar dapat belajar lebih banyak tentang hal-hal non-akademik selama masa perkuliahan.
Di masa yang akan mendatang, saya ingin menjadi seorang dokter yang benar-benar “dibutuhkan” oleh pasiennya. Menjadi seorang dokter yang dapat menemukan solusi dan menyelamatkan pasien atas penyakit yang dideritanya dengan memberikan pelayanan yang sebaik mungkin. Tentu untuk mencapai hal tersebut tidaklah mudah. Akan ada banyak sekali tantangan dan jatuh bangun dalam perjalanan panjang menjadi seorang dokter. Maka, yang dapat saya lakukan ialah terus belajar, dan berapa kalipun saya mengalami kegagalan selama proses studi, saya akan terus bangkit kembali. Saya sangat berharap, bahwa di masa mendatang masyarakat Indonesia lebih teredukasi mengenai kesehatan dan penyakit yang umum diderita. Sehingga, setiap orang dapat lebih paham tentang cara menjaga kesehatan jiwa dan raga mereka, dan Bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa yang lebih sehat, yang pada akhirnya menjadi bangsa yang lebih produktif.
Saya pun ingin memberikan pesan singkat bagi teman-teman dan adik-adik kelas yang memiliki mimpi untuk menjadi mahasiswa FKUI. Di dunia ini tidak ada yang mustahil. Teruslah belajar, teruslah berusaha sekuat tenaga, dan jangan lupa untuk berdoa kepada Tuhan. Hasil tidak akan mengkhianati proses kalian, dan percayalah bahwa Tuhan akan selalu memberikan yang terbaik menurut kehendak-Nya. Tetap semangat, dan sampai bertemu di FKUI!
Daftar Pustaka
Quacquarelli Symonds Limited. Qs asia university rankings 2023: south-eastern asia [Internet]. 2023 [cited 2023 August 9]. Available from: https://www.topuniversities.com/university-rankings/asia-university-rankings/south-eastern-asia/2023
Utomo RMEP. Komunikasi emphaty dokter pasien dalam coping strategy pada wanita penderita kanker[Internet]. Master thesis. 2020 September 14 [cited 2023 August 9]. Available from: http://eprints.undip.ac.id/81463/
Johansyah AB. Tanggung jawab professional dokter dalam pelayanan kesehatan [Internet]. 2020 [cited 2023 August 9]. Available from: http://repository.untag-sby.ac.id/4769/6/JURNAL.pdf
Darwin E. Etik kedokteran. Padang: Kongres Nasional PERKENI XI 2018; 2018 March 4.
Afandi D. Peran etik medikolegal dalam mewujudkan dokter paripurna. Pekanbaru: Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Universitas Riau Pekanbaru; 2019 August 30.
Faqih DM. Etika Kedokteran [Internet]. 2019 August 2 [cited 2023 August 9]. Available from: http://www.idijakut.org/wp-content/uploads/2019/08/2.-Dr-Daeng-ETIKA-KEDOKTERAN-DALAM-PRAKTEK.pdf
Comments