top of page
  • Youtube
Search
  • Noreen Firyal Mumtaz
  • Aug 13, 2023
  • 7 min read

Narasi Perjuangan

Halo semuanya, perkenalkan nama saya Noreen Firyal Mumtaz, biasa dipanggil Noreen. Saya telah menyelesaikan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas saya di SMA Negeri 8 Jakarta. Setelah berbagai proses dan perjuangan yang tidak mudah, saya berhasil diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melewati jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Tes, yang mana saya berhasil diterima pada kelas reguler pada tanggal 20 Juni 2023. Sebelum saya berkeinginan untuk masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya hanya memandangnya sebagai “Fakultas kedokteran terbaik se-Indonesia” tidak kurang atau lebih. Namun, ternyata FKUI jauh lebih dari sekedar frasa itu. Keputusan saya untuk berkomitmen untuk menjadi seorang dokter bukanlah sesuatu yang instan, bahkan banyak teman sejawat saya yang sudah bercita-cita menjadi seorang dokter sejak kecil, akan tetapi lain halnya bagi saya. Kedua orang tua saya berlatar belakang sosial humaniora, tidak ada yang berasal dari background bidang kesehatan atau bahkan dari rumpun sains sekalipun. Maka dari itu, menjadi seorang dokter bukanlah sebuah paksaan.


Ketertarikan saya untuk menjadi pelayan di bidang kesehatan berawal dari observasi-observasi kecil sejak saya sempat mendampingi tante saya. Beliau adalah seorang dokter umum yang memiliki klinik di daerah Subang, Jawa Barat. Di sana, tidak semua individu mendapatkan akses yang sama terhadap pelayanan kesehatan yang layak. Tante saya, sebagai dokter yang inklusif dan memiliki dedikasi tinggi dalam berkontribusi terhadap komunitas pada daerah tempat Ia lahir, selalu siap melayani pasien-pasien yang membutuhkan jasanya tanpa bayaran apapun. Berbagai macam pertimbangan lain, seperti biologi sebagai mata pelajaran favorit saya, rajin mengikuti perlombaan berbau biologi dan community work membuat saya matang dalam memilih karir sebagai seorang dokter sejak saat Sekolah Menengah Atas.

Perjuangan saya hingga berhasil masuk FKUI semua berawal dari bangku Sekolah Menengah Pertama, masa eksplorasi pertama saya. Pada saat itu saya mengikuti banyak kegiatan kesiswaan, seperti OSIS, studi banding ke Jepang, dan pertukaran budaya ke Turki bersama murid perwakilan-perwakilan lain dari sekolah. Memang, kegiatan-kegiatan tersebut tidak ada kaitan langsung dengan keberhasilan saya sekarang, tapi terdapat banyak soft skills yang saya dapatkan yang secara tidak langsung membentuk pribadi dan meningkatkan kualitas work ethics saya. Tidak hanya mengikuti kegiatan kesiswaan, saya juga tetap mempertahankan performa akademik di kelas 7,8,9 hingga memperoleh gelar lulusan terbaik ke-3 di SMP Negeri 115 Jakarta serta berhasil memasuki SMA Negeri 8 Jakarta dengan nilai raport.


Masih dengan berbagai kegiatan keorganisasian dan akademik pada SMA, saya berpartisipasi sebagai wakil ketua program kerja pada ekstrakurikuler Putri-Putra Pecinta Alam Delapan dan juga ketua dari program kerja terbesar SMA Negeri 8 Jakarta ( Delapan Championship ). Menyeimbangkan antara akademik dan nonakademik, serta membagi waktu antara organisasi, pelajaran-pelajaran di sekolah, dan keluarga bukanlah hal yang mudah dilakukan. Meskipun begitu, berkat support dan kerja sama dari seluruh teman-teman, orang tua, dan guru-guru, semua terasa lebih mudah dan lancar. Banyak manfaat yang bisa saya petik dari kesibukan, kegagalan, dan keberhasilan yang kami jalani bersama selama berorganisasi.


Mungkin bila disebutkan satu-satu, narasi ini akan menjadi sebuah buku. Singkat cerita, sebagai ketua, saya banyak belajar tentang cara berhubungan dengan berbagai macam orang dengan kepribadian yang berbeda-beda, mendengarkan sugesti dan kritik yang membuat saya tumbuh menjadi pribadi yang lebih dewasa, profesional dalam bekerja, dan lain-lain. Sedikit kilas balik tentang masa-masa SMA saya, kelas 10 dan kelas 11 dengan keorganisasian dan program kerja yang tiada henti, juga kelas 12 yang tidak kalah sibuknya dengan persiapan ujian tulis berbasis komputer untuk masuk perguruan tinggi sehingga saya menghabiskan waktu sore dan malam hampir setiap hari di bimbingan belajar yang jaraknya tidak dekat dari sekolah. Setelah bekerja keras tiga tahun memperjuangkan nilai raport agar meningkat, saya kembali lagi menjadi lulusan terbaik ketiga di SMA dan berkesempatan mengikuti seleksi nasional berdasarkan prestasi (SNBP). Setelah pemikiran dan diskusi yang panjang, saya memutuskan untuk mendaftarkan diri pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia jurusan pendidikan dokter jalur SNBP. Sembari menunggu pengumuman SNBP, saya menulis essay untuk talent scouting yang telah direvisi lebih dari sepuluh kali dan juga mendapatkan kesempatan mengikuti wawancara talent scouting Pendidikan Dokter Universitas Indonesia Kelas Khusus Internasional. Ternyata, diterima di Pendidikan Dokter Universitas Indonesia jalur SNBP ataupun talent scouting bukanlah rezeki saya. Rasa sedih yang muncul memang tidak bisa dipungkiri, namun kegagalan tidak menghalangi saya untuk tetap memperjuangkan jurusan dan kampus impian.


Realita yang harus saya hadapi pada saat itu adalah mempersiapkan diri seefektif dan semaksimal mungkin untuk menghadapi seleksi nasional berdasarkan tes (SNBT) dalam jangka waktu kurang lebih dua bulan. Bimbingan belajar dengan jadwal yang padat dan berbagai macam tryout online dari banyak platform turut saya ikuti semua dalam rangka mengasah kemampuan diri agar pada akhirnya mendapatkan nilai maksimal pada hari dilaksanakannya SNBT. Pada tanggal 14 Mei 2023, hari saya melaksanakan SNBT, rasa takut dan gelisah tentu saja menyelubungi diri saya, namun kepercayaan diri tetap saya pegang teguh dengan mengingat semua usaha dan kemampuan diri yang saya miliki. Di Sore hari yang sama, sangat lega rasanya saya telah selesai mengerjakan soal-soal SNBT dengan penuh kemudahan dan kepercayaan diri. Satu bulan kemudian, pada tanggal 20 Juni 2023, rasa bahagia dan bersyukur yang melimpah dirasakan saya dan keluarga karena saya telah diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia jalur SNBT.


Perjuangan saya tidak berhenti di sini. Sering terpikir dalam benak saya “apakah nanti saat saya kuliah akan tetap memiliki kebiasaan seperti ini ?”. Kecerobohan dan kebiasaan buruk kecil seperti kurang terorganisir, malu menyatakan pendapat, dan individualisme pada masa pendidikan dasar tidak lagi bisa saya bawa saat sudah menjadi mahasiswa. Mahasiswa tentu saja berbeda dengan siswa biasa, sebagai mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya bertekad untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama supaya kedepannya tumbuh menjadi seorang dokter ideal yang tidak memberikan apapun selain kebaikan dan manfaat kepada masyarakat dunia. Tentunya definisi “dokter ideal” berbeda bagi setiap individu mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2023. Apapun definisinya, saya berharap semua teman-teman seperjuangan saya di FKUI 2023 dapat berkembang menjadi dokter ideal yang dicita-citakan masing-masing. Tentunya kami tidak berjuang dan berkembang sendiri dalam menghadapi berbagai tantangan menuju profesi dokter. Kami berencana saling bahu membahu membantu satu sama lain dalam mengembangkan potensi diri, baik akademik maupun non akademik, serta berkolaborasi sebagai satu kesatuan hingga menjadi seorang dokter, bahkan seterusnya.


Berdasarkan jurnal-jurnal kesehatan, dokter yang ideal pada dasarnya adalah dokter yang menghormati orang, sehat atau sakit, terlepas dari siapa mereka, mendukung pasien dan orang yang mereka cintai kapan dan di mana mereka dibutuhkan, serta meningkatkan kesehatan sekaligus mengobati penyakit.[1] Memang merupakan tanggung jawab profesional dokter untuk menggunakan pengetahuan medis, keahlian ilmiah, dan pelatihan etis mereka untuk bekerja demi kesehatan masyarakat yang lebih baik.[2] Bagi saya sendiri, dokter ideal adalah dokter yang menjunjung tinggi inklusivitas dan integritas, kompeten secara kemampuannya sebagai dokter, dan penuh empati serta kasih sayang. Seorang dokter dengan karakteristik-karakteristik yang saya sebutkan memiliki kekuatan untuk mengubah hidup orang lain sekaligus orang-orang di dekatnya dari tindakan kecil seperti mengecek detak jantung sampai tindakan besar seperti pembedahan. Di masa depan, saya ingin menjadi dokter yang memiliki karakteristik dari seorang dokter ideal yang sudah saya sebutkan, serta menjadi seorang dokter dengan keahlian sangat khusus yang jumlahnya masih sedikit di dunia, terutama di Indonesia dengan harapan akan membawa inovasi baru dan menolong lebih banyak orang kedepannya.


Untuk mencapai suatu keinginan besar itu, tentunya terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan. Sebagai mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang baru saja memulai masa preklinik pada akhir Agustus nanti, tentunya terdapat beberapa rencana pribadi berupa harapan, contohnya adalah menjadi mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi, meraih banyak prestasi akademik maupun non akademik, dan yang paling utama yaitu lulus dengan gelar cumlaude. Tentunya, kunci dari keberhasilan rencana-rencana saya adalah dengan selalu memiliki ambisi tinggi, bukan untuk berkompetisi, melainkan untuk berkembang bersama-sama dengan teman sejawat FKUI 2023. Ambisi itu dapat berupa banyak bentuk, dalam bidang akademik dapat saya tunjukkan dengan memahami materi-materi kedokteran dengan baik sehingga memperoleh nilai sempurna. Dalam bidang non akademik dapat ditunjukkan dengan aktif mengikuti organisasi yang dapat membantu saya berkontribusi terhadap masyarakat sekitar dan pengembangan diri. Selain itu, saya akan berdiskusi dengan teman-teman lain, dosen, dan juga kakak tingkat tentang materi yang belum saya pahami, serta sebaliknya yaitu mengajari teman-teman tentang materi yang belum mereka pahami bila dibutuhkan.Setelah menyelesaikan pendidikan saya sebagai sarjana kedokteran, saya akan menempuh tahap selanjutnya, yaitu tahap klinik. Mulai dari co-assistant, ujian kompetensi mahasiswa program profesi kedokteran (UKMPPD), internship, sampai spesialis.[3] Tahap yang sangat panjang dan penuh tantangan. Saat koas, dengan berbagai stase yang menarik saya harap saya dapat mengetahui bidang yang paling saya ingin pelajari lebih lanjut saat pendidikan spesialis. Ketertarikan saya sekarang pada spesialis bedah syaraf bisa saja berubah dan bisa saja tidak. Semua lika-liku kegiatan saat tahap klinik ingin saya lakukan dengan sepenuh hati dan dengan tujuan utama melayani masyarakat di bidang kesehatan.


Meskipun sistem pelayanan kesehatan pada beberapa negara berkembang telah meningkat kualitasnya, muncul berbagai tantangan baru ; standar kesehatan yang berubah, ekspektasi masyarakat yang meningkat, dan tujuan kesehatan baru yang ambisius meningkatkan standar sistem kesehatan untuk menghasilkan hasil kesehatan yang lebih baik dan nilai sosial yang lebih besar.[4] Beberapa masalah yang ingin saya ubah sebagai calon dokter merupakan masalah umum yang tidak jarang terjadi di lapangan yang dapat berakibat fatal, yaitu retensi pasien yang buruk dan koordinasi yang tidak memadai di seluruh platform perawatan.[5] Kedepannya, saya memiliki harapan besar akan peningkatan kualitas tenaga kesehatan di Indonesia. Bukan hanya dokter, namun komponen lain yang berperan penting dalam lingkup kesehatan. Semua orang di dunia terlepas dari status sosial, kemampuan ekonomi, dan ras memiliki hak yang sama akan pelayanan kesehatan, sedangkan hal ini belum dapat diwujudkan secara sempurna.[6] Memang merupakan salah satu misi dan motivasi saya sebagai seorang calon dokter untuk menjadi agen perubahan dan mengubah sistem pelayanan kesehatan dari dalam ke arah yang lebih baik bagi umat manusia. Tidak hanya keluar dari diri saya, saya berharap semua calon-calon mahasiswa yang kedepannya akan memperjuangkan tempat untuk belajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memiliki visi dan misi yang tidak harus serupa dengan saya, namun tetap bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia dan setia mengabdi kepada masyarakat. Untuk adik-adik kelas yang akan berjuang, janganlah pantang menyerah sekali pun untuk meraih mimpimu. Yakinlah akan kemampuan diri sendiri dan jangan lupa untuk selalu percaya diri kemanapun kalian pergi.









DAFTAR PUSTAKA


  1. Rizo CA, Jadad AR, Enkin M. What’s a good doctor and how do you make one? Doctors should be good companions for people. BMJ (Clinical research ed) [Internet]. 2002;325(7366):711; author reply 711. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1124230/

  2. ‌Lockwood AH. The Physician’s Role in Society: Enhancing the Health of Individuals and the Public. AMA Journal of Ethics [Internet]. 2004 Apr 1 [cited 2023 Aug 11];6(4):189–90. Available from: https://journalofethics.ama-assn.org/article/physicians-role-society-enhancing-health-individuals-and-public/2004-04

  3. Konsil Kedokteran Indonesia. ‘Standar Pendidikan Profesi Dokter Indonesia’, 2019 [daring]. Tautan: http://kki.go.id/assets/data/menu/Standar_Pendidikan_Profesi_Dokter_Indonesia.pdf

  4. Kruk ME, Gage AD, Arsenault C, Jordan K, Leslie HH, Roder-DeWan S, et al. High-quality health systems in the sustainable development goals era: time for a revolution. Lancet Glob Health. 2018 Nov [cited 2023 Aug 11];6(11):e1196-e1252. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30196093/

  5. World Health Organization. Health inequities and their causes [Internet]. World Health Organization. 2018 [cited 2023 Aug 11]. Available from: https://www.who.int/news-room/facts-in-pictures/detail/health-inequities-and-their-causes[sempurna.[6

 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

Comentarios


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page