- Nintha Nayla
- Aug 13, 2023
- 8 min read
Narasi Perjuangan
Perjuangan: Usaha, Doa, Pertaruhan
“Hidup yang tidak dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan.”
– Sutan Syahrir –
Halo semuanya! Perkenalkan, saya Nintha Nayla. Biasanya, orang - orang memanggil saya Nintha. Saya berasal dari SMA Pradita Dirgantara yang terletak di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Namun, saya lahir dan dibesarkan di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Sekarang, saya merupakan mahasiswa baru di Universitas Indonesia Program Studi Pendidikan Dokter kelas reguler. Saya berhasil menjadi bagian dari Universitas Indonesia melalui jalur SNBT (Seleksi Nasional Berbasis Tes).
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan Fakultas kedokteran tertua dan terbaik di Indonesia. Pada tahun 2014, FKUI telah berhasil meraih akreditasi “A” dari Badan Akreditasi Nasional – Perguruan Tinggi (BAN-PT). Berdasarkan EduRank, Universitas Indonesia menempati peringkat pertama sebagai Universitas dengan Program Studi Pendidikan Dokter terbaik di Indonesia[1]. Saya yakin FKUI telah memiliki banyak sekali pengalaman dan reputasi berskala nasional yang sangat baik. Bahkan, sejak saya kecil, orang - orang sekitar saya selalu mengatakan bahwa FKUI merupakan tempat terbaik untuk saya jika ingin menjadi seorang dokter. Oleh karena itu, sejak dulu, saya selalu memandang kagum FKUI dan segala pencapaiannya.
Selain karena reputasinya, saya memilih FKUI karena tempatnya yang strategis. FKUI terletak di dekat ibukota negara yang merupakan pusat dari berbagai macam industri. Untuk pergi ke sana dari tempat asal saya, hanya diperlukan satu kali penerbangan menggunakan pesawat. Jika memikirkan tempat terbaik untuk merantau menempuh pendidikan kedokteran, FKUI merupakan pilihan yang paling tepat menurut saya. Dengan seluruh fasilitas, pengalaman, dan pencapaian yang dimiliki FKUI, serta restu orang tua saya, saya sangat termotivasi untuk mempertaruhkan hidup saya dengan belajar di FKUI. Saya yakin dengan berkuliah di FKUI saya dapat bertemu orang - orang hebat dari seluruh Indonesia, belajar dari mereka, dan menjadi seorang dokter yang berintegritas, berkomitmen, dan kompeten membantu masyarakat sekaligus membahagiakan keluarga saya.
Perjuangan saya untuk menjadi bagian dari FKUI dimulai dari jenjang SMP. Saya dulu bersekolah di SMP Negeri 3 Singkawang pada kelas 7. Pada saat itu saya sudah mulai serius belajar untuk mencapai nilai terbaik dan masih belum terpikirkan untuk berkuliah di FKUI, tetapi saya selalu memiliki impian untuk menjadi seorang dokter. Namun, saat naik ke kelas 8, karena suatu hal saya pindah rumah ke luar kota sehingga saya juga harus pindah sekolah. Saya memilih salah satu SMP favorit di kota tersebut, yaitu SMP Negeri 3 Pontianak. Di sana, saya melanjutkan perjalanan saya dimulai dengan mengenal orang - orang baru dan bergabung ke ekstrakurikuler OSN IPA. Saya mulai mengikuti berbagai perlombaan bersama teman - teman saya sambil terus meningkatkan nilai di sekolah. Hingga akhirnya, saya duduk di kelas 9.
Pada masa ini, saya mengetahui SMA Pradita Dirgantara mengadakan beasiswa dan timbul keinginan yang sangat kuat dalam diri saya untuk bersekolah di sana. Saya pun memulai kembali perjuangan saya untuk dapat masuk ke SMA Pradita Dirgantara. Perjuangan tersebut tidak selalu mulus. Tangisan sudah menjadi makanan saya sehari - hari, tetapi saya tidak menyerah dan yakin untuk selalu berusaha, berdoa, dan mempertaruhkan nasib saya untuk bisa masuk ke SMA Pradita Dirgantara dan memulai kehidupan rantauan saya.
Singkat cerita, saya berhasil menjadi bagian dari SMA Pradita Dirgantara. Di sekolah ini, banyak sekali pengalaman baru yang menurut saya tidak akan saya dapatkan jika saya memilih sekolah lain. Meskipun dalam perjalanannya berkali - kali terjadi pergantian kurikulum, para guru dan staf di sana selalu mengusahakan yang terbaik untuk para siswanya. Sayangnya saat kelas 10, kita dilanda pandemi Covid-19 sehingga pembelajaran masih diadakan secara online. Kemudian, saat kelas 11 akhirnya kami berangkat menuju SMA Pradita Dirgantara di Boyolali, Jawa tengah. Namun, saat melakukan tes PCR Covid-19, saya ternyata positif terkena Covid-19 yang menyebabkan saya harus diisolasi beberapa kali. Akhirnya setelah sekitar 2 bulan, saya dapat kembali bergabung dengan teman - teman saya yang lain.
Pada kelas 12 semester 1, kami masih sibuk mengikuti lomba - lomba di luar sekolah. Saat memasuki semester 2, kami semua dituntut untuk sudah memiliki tujuan perguruan tinggi yang ingin dituju. Saya akhirnya memutuskan untuk melanjutkan mimpi saya menjadi dokter dan memilih Universitas Indonesia untuk menjadi tujuan saya. Saat inilah kami mulai belajar dari pagi hingga malam, mengerjakan TO setiap minggu, dan mencatat segala hal yang dibutuhkan untuk dapat lulus ke tujuan kami. Bahkan, pada saat itu kami tidak mengenal adanya hari libur, baik angka di kalender berwarna hitam ataupun merah, bagi kami sama saja. Semua orang di sekitar kami merasakan hal yang sama. Takut, stres, dan tertekan sudah menjadi makanan sehari - hari kami. Namun, saya percaya untuk selalu berusaha, berdoa, memasrahkan sisanya kepada Allah Swt. dan tidak lupa untuk selalu meminta doa dari orang tua saya. Akhirnya, seluruh perjuangan dan air mata saya berbuah manis. Pada tanggal 20 Juni 2023 pukul 3 sore, pengumuman SNBT memberikan senyuman pada saya dan keluarga saya. Saya berhasil menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sebelum diterima di FKUI, komitmen saya hanya sebatas ingin menjadi dokter yang bermanfaat di lingkungan saya dan mendapatkan uang dari sana. Namun, setelah saya bergabung dengan FKUI, saya sadar bahwa tujuan saya terlalu dangkal. Jika saya hanya memiliki tujuan tersebut saja, kecil kesempatan saya untuk mengambil hasil dan pengalaman yang maksimal di sini. Saya telah bertemu berbagai orang dengan latar belakang dan pencapaian yang berbeda - beda. Saya sadar jika banyak sekali orang orang hebat di FKUI ini dan mereka semua memiliki tujuan yang berbeda - beda. Tak ada satupun tujuan mereka yang dapat dianggap remeh. Namun, meskipun kedepannya kami harus menjadi saingan, kerja sama dan pertemanan yang akan kami bangun juga tidak boleh dilupakan dan saya yakin kedua hal tersebut dapat berjalan beriringan. Oleh karena itu, setelah saya bergabung dengan FKUI saya mengubah komitmen saya.
Saya berkomitmen untuk selalu memperbarui dan mencari informasi yang berkaitan dengan komponen utama dan pendukung selama saya menjadi mahasiswa FKUI, selalu mempertahankan integritas dan kejujuran dalam setiap tugasnya, menjadi seorang yang profesional dengan tidak membeda - bedakan sesama, dan yang terakhir, menjadi mahasiswa berprestasi dan bertanggung jawab akan segala hal yang akan saya lakukan.
Dari seluruh komitmen dan tujuan yang sudah saya sebutkan, saya tentunya memiliki harapan untuk diri saya sendiri. Saya berharap selama menjadi mahasiswa UI saya dapat mencapai seluruh tujuan dan menjalankan komitmen saya secara berkelanjutan. Saya harap saya dapat memanfaatkan seluruh fasilitas yang tersedia di UI secara maksimal. Saya juga berharap seluruh kegiatan baik organisasi, kepanitiaan, maupun UKM yang saya ikuti kelak dapat memberikan pengalaman dan pembelajaran secara real time yang berguna untuk saya kedepannya. Terakhir dan yang terpenting, saya harap saya dapat berhasil lulus dari FKUI dengan waktu yang secepat - cepatnya, IPK yang setinggi - tingginya, dan pengalaman yang sebanyak - banyaknya hingga saya dapat mengukir senyuman di seluruh anggota keluarga saya.
Selain itu, saya juga memiliki harapan untuk angkatan saya, FKUI 2023 Gelora. Untuk Gelora, saya harap nama indah yang bersama sama kita berikan dapat terwujud. Gelora yang melingkupi kata sinergi, bangkit, adaptif, dan dinamis dapat menjadi semangat bagi angkatan kami untuk terus maju dengan gelora semangat yang tinggi dan menjadi dokter yang setia mengabdi untuk bangsa dan negara. Semoga Gelora dapat berjalan bersama meskipun ke arah yang berbeda dengan saling bahu membahu dan peduli satu sama lain dan akhirnya mencapai satu titik, kesuksesan. Semoga seluruh anggota Gelora dapat menjadi seorang dokter yang ideal.
Apa itu dokter yang ideal? Sebelum mengetahuinya, kita perlu menelaah kata “ideal”. Menurut KBBI, ideal memiliki arti sangat sesuai dengan yang dicita-citakan atau diangan-angankan atau dikehendaki[2]. Dari pengertiannya saja, kita dapat menyimpulkan bahwa setiap orang memiliki pandangannya sendiri terhadap keidealan suatu hal dan seluruh pandangan tersebut bisa saja sangat berbeda satu sama lain.
Bagi saya sendiri, dokter yang ideal adalah dokter yang dapat memenuhi standar, komunikatif, terbuka untuk selalu mengikuti perkembangan zaman, dan dapat memberikan agenda yang jelas kepada pasien tanpa bersikap arogan. Hal terpenting dari seorang dokter adalah dokter tersebut dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh peraturan yang berlaku. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan telah mengatur peraturan mengenai standar pelayanan kedokteran di Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan kedokteran bab IV pasal 13 ayat 1 sudah menegaskan bahwa setiap dokter dan tenaga kesehatan lainnya wajib mengikuti Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) dan SPO sesuai keputusan klinis yang diambilnya[3]. Selain hal tersebut, seperti yang telah saya sebutkan bahwa seorang dokter yang ideal juga harus pintar dalam berkomunikasi[4], tidak menutup diri terhadap hal baru, serta menjaga sikap di hadapan siapapun dengan tidak bersikap arogan akan statusnya. Ketiga sikap ini akan sangat membantu kedepannya untuk menghindari masalah serta membahagiakan orang di sekitar kita. Dapat berkomunikasi dengan pasien akan menentukan seberapa baik kita mengerti penyakit yang diderita dan memberikan penanganan yang tepat untuk penyakit tersebut. Selain itu, menggunakan pendekatan yang berpusat pada pasien tidak hanya meningkatkan kepuasan pasien, tetapi membuka peluang untuk seorang dokter dapat mendapat koneksi dalam sebuah komunitas[5].
Dari poin - poin di atas, kita sebenarnya masih dapat menarik poin lainnya yang terkait dengan nilai luhur yang dimiliki seorang dokter yang ideal. Seorang dokter yang ideal tentunya harus memiliki profesionalisme sebagai seorang dokter mencakup hal - hal yang telah disebutkan tadi. Namun, sebagai seorang manusia yang memanusiakan manusia lainnya seorang dokter juga harus memiliki nilai luhur seperti religius, integritas, dan empati terhadap sesama manusia. Saya yakin jika seorang dokter berpatokan pada norma agama maka dokter tersebut tidak akan tersesat dalam perjalanannya membantu sesama. Jika seorang dokter berkomitmen untuk mempertahankan nilai integritas dan empati, dokter tersebut juga pastinya akan terus dapat berada di jalan yang benar dan memanfaatkan kemampuannya untuk kebaikan.
Dokter adalah suatu komponen penting dalam suatu kumpulan masyarakat. Tidak mungkin ada suatu komunitas yang tidak memiliki anggota yang menderita penyakit sama sekali dalam jangka panjang. Untuk itu, dokter yang ideal tentunya berkontribusi pada masyarakat dengan menjalankan tugasnya sebagai dokter untuk mengobati pasien. Pengobatan yang diberikan juga tidak boleh berorientasi pada jabatan setiap orang. Dengan menjunjung profesionalisme pula seorang dokter yang ideal harus siap mengabdi untuk ditempatkan dimanapun dan tidak terpusat di satu tempat saja.
Saya sendiri ingin menjadi seorang dokter yang memiliki seluruh kriteria yang telah saya sebutkan sebelumnya. Sesuatu yang saya ingin menjadi karakteristik saya sebagai seorang dokter adalah memberikan agenda yang jelas kepada pasiennya sehingga penanganan yang diberikan dapat tepat waktu dan sesuai. Para pasien juga tidak harus terlalu lama menunggu dalam situasi yang tidak jelas dan dapat melakukan kegiatan mereka yang tertunda dengan lebih efektif. Selain itu, dengan memberikan agenda yang jelas kepada pasien, saya harap saya dapat mengurangi rasa kecemasan yang dialami pasien dan keluarganya.
Pada masa preklinik, saya ingin memaksimalkan teori yang saya dapatkan dan memaksimalkan IPK yang bisa saya dapatkan karena masa ini adalah kesempatan terbesar untuk meraih IPK setinggi - tingginya. Pada masa ini, saya akan berusaha mencari beasiswa untuk meringankan beban orang tua saya. Kemudian, pada masa preklinik ini pula saya akan mengikuti berbagai kepanitiaan, organisasi, atau ukm sambil memperhatikan jadwal kegiatan akademik sehingga tidak akan mengganggu jalannya proses akademik saya. Pada masa ini saya akan mulai beradaptasi memasuki dunia perkuliahan dan mengatur waktu saya sebaik baiknya untuk mempelajari lingkungan kampus dan membuka mata terhadap informasi - informasi berguna yang dapat membantu saya kedepannya.
Selanjutnya, rencana saya pada masa klinik/dokter adalah mencari pengalaman terlebih dahulu dengan memperhatikan seksama bagaimana seorang dokter bekerja di lapangan. Jika saya berhasil menerima beasiswa dari Kementerian Kesehatan RI, saya akan mengikuti pengabdian di daerah Kubu Raya sambil mengumpulkan uang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang spesialis. Jika saya tidak berhasil mendapatkan beasiswa Kemenkes RI, saya tetap akan mencari pekerjaan untuk dapat mengumpulkan uang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang spesialis. Kemudian, saya akan menjadi seorang dokter yang dapat sepenuhnya melayani pasien dan membantu banyak orang yang mengalami kesulitan akibat penyakit.
Untuk mencapai itu semua, saya harus terus belajar dengan rajin, disiplin, dan bertanggung jawab dengan apa yang saya kerjakan. Tidak ada tugas yang sepele. Saya harus mengerjakan semua tugas dengan sepenuh hati dan percaya bahwa saya akan mendapatkan manfaatnya di kemudian hari. Saya juga akan terus berdoa kepada Allah Swt. agar jalan saya dapat dipermudah dan dapat membahagiakan keluarga saya kelak.
Saya harap kedepannya angka kesehatan masyarakat dapat meningkat. Semoga tidak terjadi lagi kondisi besar seperti pandemi di masa depan. Saya ingin sekali menjadi bagian dari dokter yang peduli dan memiliki kuasa di masyarakat untuk melakukan penyuluhan terkait hidup sehat dan menghindari segala sesuatu yang tidak boleh dilakukan, seperti memakan hewan aneh agar tidak timbul pandemi lain yang disebabkan oleh penyakit atau virus yang dibawa oleh hewan.
Untuk adik - adik dan teman - teman yang masih berjuang untuk masuk ke FKUI, tetap semangat ya! Saya yakin impian kalian pasti akan terwujud. Jangan sungkan untuk mempertaruhkan nasib kalian di pilihan seleksi selanjutnya karena rezeki pasti sudah diatur. Namun, jangan lupa kalian harus tetap berusaha dan rajin berdoa karena percuma jika kalian hanya melakukan salah satunya. Tidak akan ada penyesalan jika kalian berhasil bergabung dengan sesuatu yang kalian sukai dan impikan. Semangat semua, saya doakan selalu yang terbaik untuk kalian.
Referensi
EduRank. University of Indonesia: rankings [internet]. El Briara، Brummana: EduRank; 2023; cited 2023 Aug 6. Available from: https://edurank.org/uni/university-of-indonesia/rankings/
Kamus besar bahasa Indonesia daring [internet]. Indonesia: BPPB Kemendikbud Ristek RI; 2016; cited 2023 Aug 6. Available from: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/ideal
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Standar pelayanan kedokteran. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2010. 7 halaman. Report No.: 1438 tahun 2010.
St. George’s University. What makes a good doctor? 7 surprisingly useful skills for physicians [internet]. Grenade, West Indies: SGU School of medicine; 2021 Jul 6; cited 2023 Aug 6. Available from: https://www.sgu.edu/blog/medical/what-makes-a-good-doctor/
O’Donnabhain R, Friedman ND. What makes a good doctor?. Internal Medicine Journal. 2018 March 1; 48; 879 - 82.
Kommentare