- Nicholas Bryant Liem
- Aug 11, 2023
- 8 min read
Updated: Aug 12, 2023
Narasi Perjuangan
Halo semua, nama saya Nicholas Bryant Liem, tetapi bisa dipanggil Nicholas. Namun, teman-teman saya dari SMP hingga SMA biasanya memanggil saya BL, karena inisial nama saya adalah N, B, dan L, sehingga dipanggil dengan nama tersebut yang dilafalkan seperti Biel. Ini dikarenakan banyaknya orang dengan nama Nicholas dan Bryant di sekolah asal saya. Walaupun begitu, saya ketertarikan dan attachment terhadap nama tersebut mulai bertumbuh seiring waktu. Saya berasal dari SMAK 5 Penabur, salah satu sekolah yang menurut saya berkualitas dan namanya lumayan besar di Jakarta. Kualitasnya terbukti dari kemampuannya untuk menduduki posisi 17 dari seluruh Indonesia berdasarkan nilai UTBK (1). Menariknya, saya sudah menimba ilmu di institusi Penabur sejak saya TK. Jadi, bisa dibilang saya menghabiskan sebagian besar hidup saya bersekolah di Penabur.
Saya mendaftar FKUI di program reguler dan masuk melalui jalur SNBT. Jalur ini benar-benar saya lalui dengan jerih payah beserta dengan doa dan dukungan dari keluarga. Bahkan, saya tidak mengira bisa masuk FKUI melalui jalur ini, karena prediksi saya terhadap skor UTBK saya adalah di bawah 700. Nilai tersebut tentunya tidak memadai untuk masuk FKUI. Namun, takdir berkata sebaliknya dan syukurnya saya dipaparkan dengan barcode pada saat pengumuman SNBT. Hal tersebut sangat membahagiakan saya dan orang tua saya.
Terkait pandangan tentang FKUI, mungkin pandangan saya seperti banyak orang, bahwa fakultas kedokteran di UI merupakan salah satu fakultas yang menyajikan pendidikan kedokteran terbaik. Bahkan beberapa orang menganggap FKUI sebagai fakultas kedokteran nomor satu di Indonesia, dan ini sudah dibuktikan oleh beberapa data seperti US News Best Global Universities 2022, dimana UI menempati posisi 1 sebagai universitas terbaik di Indonesia (2). Hal ini membuat saya kagum kepada dokter-dokter lulusan UI dan membuat saya termotivasi untuk mencoba memperjuangkan FKUI. Saya yakin, bahwa di FKUI ilmu, keterampilan, dan mental saya bisa diasah sehingga bisa berperan besar dalam dunia medis Indonesia. Selain itu, orang tua saya juga lebih condong memilih dokter terobosan FKUI karena mereka percaya dengan kualitas dan keterampilan lulusan FKUI.
Ketertarikan saya terhadap dunia kedokteran sudah ada sejak saya duduk di bangku SD. Ketika diantar ke dokter, saya selalu memperhatikan proses diagnosa mereka dan mengagumi bagaimana mereka bisa mengetahui dan menjelaskan permasalahan biologis yang dimiliki tubuh pasiennya dengan sangat spesifik. Saya juga terpukau dengan bagaimana mereka bisa menentukan obat spesifik beserta dosis-dosis yang dibutuhkan untuk pasien mereka. Bahkan, saya terkadang membayangkan diri sendiri mendiagnosa orang dan membedah mereka juga saat kecil. Seiring waktu, ketertarikan saya terhadap dunia kedokteran membuat saya ingin mengetahui apa kuliah kedokteran yang baik dan berkualitas. Akhirnya, saya mencapai kesimpulan bahwa FKUI memiliki program pendidikan kedokteran yang paling unggul di Indonesia dan saya yakin bahwa untuk mengeluarkan potensi saya sebaik-baiknya, saya harus bertumbuh di tempat yang terbaik. Untuk itu, dalam persiapan saya untuk masuk FKUI, saya sadar saya harus melakukan yang terbaik.
Mengenai kilas balik proses masuk FKUI, jujur saya belum ada pemikiran untuk memperjuangkannya pada masa-masa SMP. Saya hanya menjalani keseharian saya di sekolah, yaitu belajar, main dan lain-lain. Namun, saya sudah ada visi untuk masuk ke kedokteran UI. Selama SMP, biologi menjadi salah satu pelajaran favorit saya karena saya sangat tertarik dengan mekanisme kerja tubuh manusia. Satu hal yang melekat pada otak saya adalah structure defines function yang artinya adalah setiap organ, bahkan sel, memiliki bentuk tertentu untuk menjalankan fungsi tertentu. Pada saat SMA, di sini dimulailah perjuangan saya untuk masuk FKUI. Awalnya, saya hanya mengejar nilai yang bagus di sekolah saya agar semoga bisa lulus SNBP. Saya melaksanakan tugas dengan benar dan mengerjakan ulangan dengan baik, walaupun sambil bermalas-malasan karena masih online. Beberapa bimbel online juga saya ikuti, seperti BTA, walau sambil bermalas-malasan. Namun, lambat laun saya putus asa karena pada saat pandemi, saya kekurangan informasi mengenai lomba-lomba yang diadakan, beserta dengan minimnya alumni yang tembus di jalur SNBP. Oleh karena itu, pada saat pengumuman SNBP, saya setengah mengurungkan harapan bisa diterima melalui jalur tersebut. Benar saja, saya ditolak SNBP pada bulan Maret. Hal itu membuat saya bertanya-tanya, “Kalau saja saya memilih kampus yang lain apakah saya akan diterima? Apa saya tidak perlu ikut SNBT bila memilih kampus lain?” Hal tersebut terus menempel di pikiran saya. Namun, keinginan saya untuk membuktikan bahwa saya layak masuk UI benar-benar mendorong saya untuk serius dalam SNBT. Saya ingin membuktikan saat itu bahwa saya memiliki kemampuan yang memadai untuk diterima di FKUI. Sejak itu, saya mulai serius dalam pembelajaran bimbel BTA saya. Setiap hari, saya mengerjakan lebih dari 200 soal yang terdiri dari berbagai subtes. Terutama dalam PK dan PM, saya memiliki pola pikir bahwa saya harus bisa terbiasa dengan segala jenis soal dan rintangan agar saya tidak kaget bila dipaparkan dengan soal tersebut di SNBT. Saya juga melihat-lihat soal-soal tahun lalu dan membaca KBBI sebagai persiapan tambahan saya menuju SNBT. Walaupun begitu, tidak satu pun tryout BTA saya yang menyentuh angka 700. Ini merupakan fakta yang pahit dan membuat saya sangat minder setiap hari. Saya menjadi gelisah dan takut karena hari demi hari SNBT semakin dekat. Ibu dan ayah saya juga khawatir dan gelisah akan mendekatnya SNBT. Namun, saya percaya bahwa apapun hasilnya, saya tidak akan menyesal selama saya sudah melakukan yang terbaik. Lucunya, saya juga berjanji akan botak bila lulus SNBT. Pada akhirnya, saya mendapatkan FKUI di laman pengumuman SNBT 2023. Saya sangat senang karena impian saya sejak dulu bisa tercapai sekarang ini dan saya berkomitmen untuk menjadi seorang mahasiswa yang bisa membanggakan diri sendiri dan orang tua.
Sebelum diterima di FKUI, saya merasa bahwa diri saya terkadang kurang cekatan dan teliti. Orang tua saya juga sudah mewanti-wanti saya mengenai kekurangan ini dari diri saya. Oleh karena itu, saya berkomitmen untuk memperbaiki diri sendiri agar kelak bisa menjadi seorang dokter yang berkualitas bagi Indonesia. Walaupun begitu, setelah diterima FKUI, komitmen saya bertambah, yaitu menjadi seorang maba yang bisa aktif dan berprestasi sehingga bisa membanggakan orang tua, karena pada saat masa-masa sekolah saya tidak memaksimalkan potensi yang saya miliki. Intinya, komitmen perubahan saya adalah menjadi seseorang yang lebih aktif, cekatan, teliti dan berprestasi. Berhubungan dengan harapan, sejujurnya saya berharap bisa menembus pendidikan dokter di FKUI dengan nilai yang gemilang dan menjadi individu yang lebih baik selama perjalanannya. Saya berharap agar saya bisa membuat pilihan-pilihan yang tepat dalam hidup, tidak stres, dan menjalani pendidikan sebaik mungkin. Bagi angkatan FKUI 2023, saya berharap agar kita bisa terbuka satu sama lain tanpa adanya tenggang rasa karena SARA ataupun hal lain, karena mau bagaimanapun, kita akan bersama dalam S1 kedokteran beberapa tahun ke depan. Semoga kita semua bisa mencapai impian kita masing-masing dan melalui pendidikan dokter bersama tanpa adanya masalah atau kesalahan yang fatal.
“A person who is qualified to treat people who are ill,” mendefinisikan seorang dokter secara umum berdasarkan kamus Oxford, walaupun terdapat berbagai tugas lain dari seorang dokter seperti menulis jurnal ataupun mengajar (3). Namun, bagaimana dengan dokter ideal. Pandangan saya terhadap dokter yang ideal, mungkin bukan dokter yang paling pintar atau yang paling kaya. Menurut saya, dokter yang ideal adalah dokter yang bersih, cekatan, teliti, serta tidak eksklusif dalam menyelamatkan orang. Itulah image dokter ideal yang ingin saya capai. Mengapa saya menganggap salah satu kriteria dokter ideal adalah bersih? Dokter identik dengan jas yang berwarna putih, warna yang melambangkan kebersihan dan kemurnian. Bersih ini bukan hanya dalam ruang lingkup kerja, melainkan dalam aspek berkeluarga dan bermasyarakat. Tindakan serta perkataan seorang dokter yang ideal juga harus bisa dijaga di luar medan kerja mereka. Selain itu, seorang dokter harus cekatan dan teliti, terutama dalam lingkungan kerja mereka. Mereka harus bisa selalu bersiap dan cermat terhadap masalah-masalah mendadak seperti pasien yang masuk IGD mendadak pada saat subuh. Ketelitian juga merupakan faktor yang penting, karena jika kesalahan kecil dalam diagnosa tidak akan berdampak baik bagi sang pasien, apalagi dalam prosedur yang lebih berat seperti operasi. Terakhir, mereka tidak boleh memandang status sosial ataupun SARA dari pasien yang datang ke mereka dan ikhlas dalam menyelamatkan pasien. Sejak kecil, saya selalu menganut pandangan bahwa seorang dokter harus mencoba untuk menyelamatkan mereka yang membutuhkan, karena seorang dokter adalah harapan serta peluang terbesar pasien. Menurut saya, dokter ideal yang saya sebutkan tersebut bisa mendirikan klinik dan menyelamatkan banyak orang, bahkan memberikan pengobatan juga pada mereka yang kurang mampu secara ekonomis. Untuk keinginan menjadi dokter seperti apa, mungkin saya ingin menjadi seorang dokter yang teliti, cekatan, dan bisa diandalkan oleh pasien-pasien saya. Saya ingin menjadi harapan yang bisa digapai bagi mereka yang membutuhkan.
Selama preklinik, mungkin awal-awal saya akan mencoba beradaptasi terhadap lingkungan yang baru, karena tentu saja lingkungan di PTN akan jauh berbeda dibandingkan dengan SMA swasta. Untuk beberapa tahun pertama, saya mungkin akan coba mencari info organisasi dan membangun relasi yang baik. Kalau bisa, saya juga ingin mengikuti lomba-lomba ataupun karya ilmiah. Saya sebenarnya tertarik dalam membuat karya ilmiah, namun belum ada media ataupun kesempatan untuk menyalurkan keinginan tersebut. Saya berharap kesempatan itu bisa saya dapatkan dalam periode preklinik selama FKUI. Selain itu, hal unik yang mungkin saya ingin lakukan adalah ikut beberapa turnamen game. Mungkin saya tidak menargetkan kemenangan, tetapi perasaan kompetitif dalam sebuah hobi merupakan feeling yang baik bagi saya pribadi. Intinya saya ingin membangun prestasi dan koneksi. Saya akan mengusahakan untuk mencari banyak teman yang bisa diajak belajar kelompok dan mencari info lomba-lomba dari medsos UI dan lain-lain.
Untuk jangka panjang sebagai klinik yang nantinya menjadi dokter, mungkin langkah awalnya adalah mendapatkan pengalaman koas terlebih dahulu. Saya sadar bahwa langkah tersebut penting dalam membangun pengalaman, mentalitas, serta kebiasaan yang kelak akan berguna saat sudah praktek menjadi dokter. Ini juga dibuktikan dalam suatu penelitian, yang berhasil menemukan bahwa dokter koas merasa semakin nyaman dalam menjalani tugasnya sebagai dokter selama diberikan bimbingan yang memadai (4). Walau begitu, mereka tetap merasa lelah karena merasa pekerjaannya itu-itu saja. Tetapi, saya berharap bisa mengimbangi antara koas dan waktu luang selama periode tersebut dan juga saat saya kelak sudah praktek. Karena selama waktu luang, saya ingin menyalurkan waktu tersebut dalam bermain piano dan berolahraga karena piano dan workout merupakan sarana saya untuk melepas stress. Bahkan, berolahraga terbukti dalam peningkatan fungsi otak karena bisa memperlancar aliran darah dan mengurangi level stres (5). Selain itu, saya yakin dalam fisik yang baik akan cenderung terbangun suatu mental yang baik. Selama koas, mungkin saya ingin berkenalan dengan beberapa dokter, terutama dengan spesialis bedah jantung agar saya bisa mendapatkan pencerahan tentang apa yang harus dilalui dan dilakukan. Ketika kelak sudah praktek, saya mungkin ingin mencoba praktek di rumah sakit yang berkualitas seperti RSCM yang sudah mendapatkan berbagai prestasi, seperti akreditasi JCI pada tahun 2013. Walaupun begitu, saya sadar kompetisi mungkin akan berat, tetapi saya tetap akan melakukan yang terbaik. Bagi masyarakat terkait rencana jangka panjang saya, saya berharap agar mereka bisa lebih menjaga kesehatan dan lebih waspada terhadap penyakit-penyakit yang ada. Saya juga berharap agar mereka bisa mempercayakan kesehatan mereka dengan bukan hanya dokter, tetapi segenap tenaga medis Indonesia. Agar hal tersebut tercapai, tenaga medis Indonesia harus bisa terus berkembang dan berevolusi seiring berjalannya waktu.
Bagi adik kelas yang mau masuk FKUI, ingatlah bahwa kalian tidak bisa memiliki semua di dunia ini, harus ada yang kalian korbankan. Kalian harus bisa mengorbankan waktu dan tenaga untuk belajar dan memperjuangkan FKUI. Di saat teman-teman kalian sudah bebas dan berfoya-foya, kalian mungkin masih harus berjuang. Namun, kalian harus bisa menahan iri dan dengki kalian serta melakukan yang terbaik. Apapun hasilnya, yang penting kalian sudah melakukan yang terbaik. Setelah masuk, kalian juga harus melakukan hal yang sama sampai menjadi seorang dokter yang andal. Tetapi teruslah semangat, karena yang membentuk masa depan kalian adalah diri kalian sendiri sekarang. Walaupun begitu, keseimbangan antara beristirahat dan bekerja harus bisa kalian pertahankan juga.
Terima kasih teman-teman sudah meluangkan waktu untuk membaca esai ini. Ingatlah, jangan putus asa dan teruslah berjuang karena selama kita mau, tidak ada yang mustahil di dunia ini bila kita mencoba terus.
Referensi:
1. Anwar IC. LTMPT: 1.000 Peringkat Sekolah Menurut Nilai UTBK Tahun 2022[Internet]; 2022 August 30 [updated 2022 August 31;cited 2023 August 08]. Available from: https://tirto.id/ltmpt-1000-peringkat-sekolah-menurut-nilai-utbk-tahun-2022-gvEY
2. Hafidz. UI No. 1 di Indonesia Versi U.S. News Best Global Universities 2022[Internet];2022 November 15 [cited 2023 August 09]. Available from: https://www.ui.ac.id/ui-no-1-di-indonesia-versi-u-s-news-best-global-universities-2022/#:~:text=UI%20menempati%20peringkat%20pertama%20sebagai,News%20Best%20Global%20Universities%202022.
3. Siegel MD. The Definition of a Doctor; 2019 January 05 [cited 2023 August 09]. Available from: https://medicine.yale.edu/news-article/the-definition-of-a-doctor/
4. Carlsson Y, Nilsdotter A, Bergman S, Liljedahl M. Junior doctors' experiences of the medical internship: a qualitative study; 2022 March 23 [cited 2023 August 09];13;66-73. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35321942/
5. McGregor G. How exercise affects the brain. 2021 February 08 [cited 2023 August 09]. Available from: https://lifesciences.byu.edu/how-exercise-affects-your-brain
Comments