- Ni Made Sukmadewi Arjashantya Putri
- Aug 12, 2023
- 8 min read
NARASI PERJUANGAN
Perkenalkan nama saya Ni Made Sukmadewi Arjashantya Putri, nama panggilan saya Tya. Saya dari SMA Kolese Gonzaga. Saya adalah salah satu mahasiswi kedokteran di Kelas Khusus Internasional (KKI) yang masuk lewat jalur SIMAK KKI di bulan Juli 2023.
Saya memilih masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia karena FKUI adalah salah satu fakultas kedokteran terbaik di Indonesia. Setiap orang yang bilang fakultas kedokteran, pasti yang terlintas adalah Universitas Indonesia. Saya juga melihat bahwa lulusan-lulusan FKUI memiliki karir yang cemerlang karena FKUI juga dapat bersaing di dunia internasional.
Sebagai seseorang yang berasal dari keluarga yang berkecimpung pada bidang non medis, saya sering berpikir bahwa berkecimpung di dunia medis, terutama berperan sebagai seorang dokter merupakan hal yang tidak mungkin. Keinginan saya untuk menjadi seorang dokter tumbuh ketika acara televisi bertajuk Grey’s Anatomy: sebuah acara yang mempertunjukkan kehidupan dalam dunia medis. Gambaran mengenai sosok dokter yang dapat membawa dampak baik dan harapan bagi pasiennya memupuk semangat saya untuk turut membawa dampak baik bagi masyarakat melalui profesi yang saya geluti. Di masa SMA, salah satu mata pelajaran yang saya kuasai adalah Biologi. Saya banyak belajar dari hal tersebut, salah satunya saya belajar bahwa satu sel melakukan upaya begitu keras hanya untuk saya melakukan hal sederhana sehari-hari. Sulit bagi satu sel untuk bekerja sendiri dan mereka membutuhkan sel yang serupa untuk bekerja sama. Oleh karena itu, saya merasa kecintaan saya pada Biologi dan IPA akan berdampak baik jika saya dapat berkolaborasi dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama dengan saya. Oleh karena itu, saya bercita-cita menjadi salah satu mahasiswi di program studi Pendidikan Dokter di Universitas Indonesia sehingga saya bisa menjadi dokter yang unggul dalam segala aspek dengan berkolaborasi dengan orang-orang yang unggul pula.
Saat saya SMP, belum ada rasanya keinginan untuk menjadi dokter. Saya belum melihat potensi diri saya secara penuh. Hingga suatu saat dilakukan tes psikologi untuk menentukan minat dan bakat. Hasilnya, saya ternyata cocok untuk menjadi dokter. Mungkin keinginan menjadi dokter adalah hal yang asing untuk saya. Namun, setelah tes tersebut saya menjadi penasaran dengan profesi dokter. Saat saya mulai mencari tahu lebih dalam, saya menyadari bahwa ternyata menjadi dokter sangat cocok untuk diri saya. Di masa SMA, saya masuk di jurusan Ilmu Pengetahuan alam (IPA). Saat itu pula tumbuh keinginan dalam diri saya untuk masuk ke jurusan yang sangat memerlukan kemampuan IPA yang sudah saya pelajari di SMA. Keinginan saya untuk menjadi dokter di masa SMP timbul kembali. Dari kelas 10, saya sudah menentukan bahwa saya ingin masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Setiap orang bertanya tentang pendidikan lanjut saya, saya selalu mengatakan FKUI.
Di SMA, saya selalu berusaha untuk mendapatkan nilai yang sempurna. Terutama di masa pembelajaran jarak jauh, saat saya punya banyak waktu untuk belajar. Di masa teman-teman saya belum memikirkan tentang studi lanjut, saya sudah mulai cemas mengenai FKUI. Saya menyadari bahwa masuk ke FKUI bukanlah hal yang mudah, malah mungkin hal itu sangatlah sulit untuk saya gapai. Saat kelas 10, saya pernah sekali berpikir mungkin saya masuk FKG saja yang tingkat diterimanya lebih besar. Namun, salah satu guru saya bilang “Itu namanya menyerah sebelum berperang”. Dari situ saya sadar, mungkin saya terlalu cepat menyerah. Setelah kejadian itu, saya jadi lebih semangat untuk mengejar FKUI. Saya sangat berharap bisa masuk FKUI lewat jalur SNBP. Saya mulai kerja keras dari kelas 10. Di kelas 10, nilai saya selalu bagus. Saya juara kelas, mendapatkan predikat Summa Cumlaude tiap semester, dan secara keseluruhan saya adalah anak yang rajin. Di kelas 11, saya mulai mengalami penurunan karena saya mulai lupa tentang mimpi saya. Saya mulai sering main, jalan-jalan, tidur. Saya pikir prestasi saya di kelas 10 akan terulang di kelas 11. Saat saya menerima rapor kelas 11, nilai rata-rata saya turun 2,5 poin dan ranking turun 4 di kelas. Di situ saya tersadar, bahwa kegiatan saya sehari-hari sangat mempengaruhi masa depan saya. Di titik itu, saya mulai kembali untuk belajar lebih giat lagi agar nilai saya bisa naik lagi.
Akhirnya saya sampai di kelas 12. Masa ini adalah masa yang saya paling cemaskan dulu saat saya awal masuk SMA. Di waktu ini, teman-teman sudah mulai mencemaskan hal yang sama dengan saya, kuliah. Semua orang mulai bertanya, “Masuk mana? Jurusan apa?”. Sejujurnya, setiap ditanya pertanyaan tersebut rasanya tidak pernah yakin menjawab FKUI. Tetapi, tetap selalu saya jawab “FKUI”. Di semester 1, saya berhasil balas dendam dengan nilai rapor yang sangat memuaskan. Saya masuk 10 besar angkatan dan saya cukup puas dengan nilai saya. Semester 2, masa-masa tersulit dalam hidup saya sejauh ini. Saat siswa-siswi eligible SNBP diumumkan, saya masuk tetapi di ranking 6. Sedangkan, 3 orang dengan ranking di atas saya juga ingin masuk FKUI. Di situ rasanya mulai takut. Bisa tidak ya saya masuk FKUI? Akhirnya saya daftar SNBP hanya dengan 1 pilihan. Banyak orang yang bilang itu ‘bunuh diri’ tetapi mimpi saya hanya 1, FKUI. Saat menunggu pengumuman, saya juga mendaftarkan diri ke Talent Scouting. Pilihannya, lagi-lagi kedokteran.
Di tanggal 28 Maret 2023, saya membuka pengumuman SNBP. Jeng jeng, merah. Sebenarnya tidak terlalu sedih karena dari tahun sebelumnya pun tidak ada dari sekolah saya yang diterima FKUI lewat jalur SNMPTN. Saya masih tetap berharap untuk masuk Talent Scouting. Sampai teman saya ada yang memberi kabar bahwa dia dipanggil untuk wawancara. Di situ saya tahu bahwa saya tidak diterima di FKUI lewat jalur Talent Scouting. Rasanya sangat amat sedih. Saya merasa kerja keras saya 2,5 tahun sebelumnya tidak ada gunanya. Saya begadang, mencari nilai tambahan, mengorbankan banyak waktu untuk belajar tidak ada gunanya karena saya tidak diterima di FKUI lewat jalur rapor. Walaupun belum pengumuman resmi, saya tahu saya sudah gagal. Tiba di tanggal pengumuman Talent Scouting di website UI. Saat saya buka, “Maaf, Anda belum berhasil dalam seleksi masuk Universitas Indonesia”. Walaupun saya sudah tahu saya tidak diterima. Masih menyedihkan rasanya. Ditambah, banyak sekali teman-teman saya di sekolah yang diterima lewat jalur Talent Scouting.
Tetapi, saya bangkit lagi. Saya belajar untuk SNBT. Sehari bisa les dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam. Dari buka mata sampai tutup mata, les. Rasanya sangat amat lelah. Apalagi, saya baru mulai belajar SNBT intens selama 2 bulan karena sebelumnya saya fokus ke SIMAK. Di SNBT saya juga hanya memilih 1 pilihan, FKUI. Hingga saatnya saya tes SNBT di UI, tepatnya di fasilkom. Takut, excited, lelah semua bercampur jadi 1 di 195 menit. Saat menunggu pengumuman SNBT, saya ikut camp untuk SIMAK. Di sana saya bertemu teman-teman yang sama-sama berjuang untuk masuk UI. Hingga tiba di hari pengumuman SNBT, tanggal 20 Juni 2023. Lagi-lagi ditolak. Sudah mulai menyerah karena benar-benar lelah. Tiga kali ditolak FKUI. Di situ saya benar-benar sedih, menangis, marah. Memangnya saya sebodoh itu ya?
Saya pun daftar SIMAK KKI. Saya merasa saya memiliki kesempatan untuk masuk karena saya sudah belajar lebih maksimal dibanding SNBT. Tanggal 25 Juni 2023. Tes SIMAK KKI online. Saat mengerjakan sangat takut karena lagi-lagi hidup saya ditentukan dalam 2 jam. Setelah mengerjakan, saya mencoba melupakan. Di sela itu pula, saya daftar PPKB UI. Tanggal 26 Juni 2023, ternyata saya dipanggil untuk interview. Sangat senang. Akhirnya diterima, walaupun sekadar interview.
Tanggal 3 Juli 2023, pengumuman PPKB. Lagi-lagi ditolak UI. Tetapi, saya masih berharap kepada SIMAK KKI. Tanggal 5 Juli 2023. Akhirnya, setelah 4 kali ditolak saya diterima FKUI. Akhirnya saya bisa jadi bagian dari FKUI seperti mimpi saya selama 3 tahun terakhir. Rasanya bahagia yang tidak bisa dijelaskan. Segala kegagalan rasanya tidak lagi berarti di titik itu. Hingga sekarang, saya sudah menjadi mahasiswi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang mengikuti PSAF.
Setelah saya diterima di FKUI, saya berkomitmen untuk belajar yang giat karena saya menyadari di 6 bulan perjuangan saya kalau saya ternyata suka untuk belajar. Saya juga berkomitmen untuk bisa mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya, baik akademis maupun non-akademis. Harapan saya adalah saya bisa menjadi mahasiswi yang baik dan menyelesaikan studi tepat waktu. Saya juga berharap bisa menjadi mahasiswi yang aktif dalam kegiatan perkuliahan dan bisa membantu teman-teman sekitar saya. Saya juga berharap angkatan saya, angkatan 2023 FKUI, bisa saling mendukung satu sama lain dan bisa lulus bersama.
Dalam perjalanan saya selama kuliah nanti, pastinya saya perlu memiliki patokan tentang apa itu dokter yang ideal. Dokter yang ideal bagi saya adalah dokter yang mampu berkomunikasi secara baik dengan pasiennya. Komunikasi yang baik dapat membuat seorang dokter memahami pasiennya dan mencapai penyelesaian perawatan yang sesuai dengan masalah pasiennya[1]. Selain itu, dokter yang ideal bagi saya adalah dokter yang bisa memahami etika dalam bekerja. Beretika dalam menjadi dokter sangatlah penting karena setiap pekerjaan haruslah dapat dibatasi dalam kekuasaannya[2]. Dokter yang mampu mengetahui batasannya adalah dokter yang hebat menurut saya. Kemampuan untuk berkolaborasi jugalah hal yang sangat penting. Hal tersebut dikarenakan kolaborasi antar pelayan kesehatan dapat mengurangi kesalahan dalam perawatan dan meningkatkan motivasi antar pelayan kesehatan[3].
Nilai luhur yang perlu dimiliki seorang dokter yang ideal adalah mengutamakan keselamatan pasiennya dengan rela, berkorban, kasih sayang, dan upaya yang maksimal[4]. Dengan menganut nilai luhur tersebut, seorang dokter mampu melaksanakan tugasnya untuk mengobati dan merawat pasiennya secara maksimal. Selain itu pula, seorang dokter harus mau mengabdi kepada almamater, masyarakat, dan negara dikarenakan seorang dokter harus mampu memiliki rasa bertanggung jawab akan bangsa[5].
Dengan nilai-nilai tersebut, seorang dokter dapat berkontribusi di masyarakat dengan memberikan layanan kesehatan yang baik dan sesuai dengan etika kedokteran yang ada. Sebagai mahasiswa kedokteran, di masa depan nanti saya ingin menjadi dokter yang mampu mengamalkan etika yang sesuai, dapat berkomunikasi dengan baik, dapat memiliki rasa bertanggung jawab dan rela berkorban agar saya bisa menjadi dokter yang ideal pula.
Rencana saya selama preklinik adalah untuk mendapatkan IPK yang baik selama perkuliahan agar bisa lulus dengan nilai yang baik. Saya juga ingin mempertajam kemampuan bahasa Inggris saya agar bisa ke kampus pilihan saya saat ke luar negeri, yaitu University of Melbourne. Saya juga ingin menjadi teman yang bisa diandalkan oleh teman-teman sekitar saya baik dalam akademis maupun non-akademis. Cara saya mencapai keinginan tersebut adalah dengan yang pertama, belajar dengan giat. Saya akan belajar mandiri ataupun berkelompok agar bisa mendapat nilai yang cukup dan tidak remedial. Saya akan mempertajam kemampuan bahasa Inggris saya dengan les bahasa Inggris dan menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi lebih banyak, terutama dengan teman-teman dari Kelas Khusus Internasional. Saya juga akan mencari teman sebanyak-banyaknya, berperilaku baik, dan bisa dipercaya agar menjadi teman yang bisa diandalkan.
Rencana saya untuk jangka panjang yaitu saat saya sudah menjadi dokter, saya ingin menjadi dokter yang kemampuannya tidak diragukan. Saya juga ingin menjadi dokter yang mencintai pekerjaannya. Saya juga ingin untuk membantu teman-teman lain yang membutuhkan saya. Cara saya agar bisa mencapainya adalah dengan selalu menambah ilmu, baik dari teman sebaya, dari guru, maupun dari pasien-pasien saya di masa depan. Saya juga harus memilih spesialis yang tepat untuk diri saya sesuai dengan hati saya agar bisa mencintai pekerjaan dokter secara penuh. Saya juga harus menjaga komunikasi dengan semua relasi yang saya dapatkan, terutama di FKUI agar bisa saling membantu dalam pekerjaan masing-masing.
Harapan saya untuk masyarakat adalah saya harap masyarakat dapat membantu saya dalam mencari ilmu dari waktu yang mereka luangkan untuk saya. Saya juga berharap masyarakat bisa memberikan kepercayaannya kepada saya untuk menjadi dokter yang merawat baik dirinya sendiri maupun orang-orang yang dicintainya.
Pesan saya kepada adik kelas saya yang ingin masuk ke FKUI adalah untuk selalu belajar dengan giat karena tanpa disadari waktu akan berlalu begitu cepat. Mungkin rasanya SMA adalah masa-masa paling indah, tetapi jangan pernah lupa akan masa depan. Banyak sekali orang di luar sana yang jauh lebih mampu daripada kita tetapi dengan doa dan kerja keras, Tuhan akan selalu membantu segala kesulitan. Jangan lupa untuk menikmati masa SMA tapi jangan lupa seimbangkan main dan belajar. Tidak ada sejarah di dunia ini yang bilang masuk FKUI mudah dan memang benar perlu jatuh bangun yang sangat melelahkan. Setiap orang punya waktunya masing-masing, jangan cepat menyerah karena semua orang ada rezekinya.
Daftar pustaka
Larasati TA. Komunikasi dokter-pasien berfokus pasien pada pelayanan kesehatan primer. JK Unila. 2019 Mar;3(1):160.
Rhodes R. The trusted doctor: medical ethics and professionalism. United States of America: Oxford University Press; 2020 April 20.
Mboineki JF, Chen C, Gerald DD, Boateng CA. The current status of nurses-doctors collaboration in clinical decision and its outcome in Tanzania. Nursing Open. 2019 Jun 10;6(4):1354.
Afandi D. Nilai-nilai luhur dalam profesi kedokteran: suatu studi kualitatif. Jurnal Kesehatan Melayu. 2017 Sep;1(1);27
Permatananda PA. Membangun karakter mahasiswa kedokteran universitas warmadewa melalui “sapta bayu” spirit sri kesari warmadewa. Jurnal Education and development. 2022 Mei;10(2):3.
Comments