top of page
  • Youtube
Search
  • Neema Amila Suwandha
  • Aug 13, 2023
  • 8 min read

Narasi Perjuangan


Makara Hijau di Dada


Setiap langkah saya di masa lalu telah membentuk versi diri saya yang sekarang. Berikut semua perjuangan dan segala cerita saya untuk mendapatkan makara hijau di dada.


Halo! Perkenalkan, nama saya Neema Amila Suwandha. Sehari-hari, akrab dipanggil Neema. ⅚ dari 18 tahun hidup saya, saya habiskan hari-harinya di sekolah SMA Al-Izhar yang terletak di Pondok Labu, Jakarta Selatan. Al-Izhar terkenal dipanggil AIPL. Tempat dimana saya menimba ilmu, pengalaman, dan bertemu teman-teman yang menjadi pendorong dan penyemangat saya selama SMA.


Dengan pola hidup keluarga besar yang saya observasi, dapat menimbulkan banyak masalah kesehatan yang bisa mengancam aktivitas keseharian bahkan sampai mengancam nyawanya sendiri. Merokok dan stress yang dipendam telah berdampak besar terhadap kehidupan keluarga saya. Melihat mereka didiagnosa mengidap kanker dan beberapa masalah kesehatan lainnya, membuat saya sedih akan tidak adanya hal yang saya bisa lakukan. Di keluarga tanpa dokter itu merupakan hal yang sulit juga karena maka dari itu kami harus bergantung sekali dengan dokter-dokter yang ada di rumah sakit. Saya selalu mengkhawatirkan apabila ada situasi genting dimana diperlukannya tenaga medis. Saya termotivasi dari beberapa hal tersebut yang akhirnya mendorong saya untuk masuk fakultas kedokteran.


Menyinggung mengenai fakultas kedokteran, selalu Universitas Indonesia yang disebut. Universitas favorit, jurusan paling ketat, semua hal yang disebut mengenai Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia selalu merupakan hal yang baik. Memiliki citra yang terkenal baik, keluarga selalu mengarahkan saya untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia.


Setelah melewati segala rintangan-rintangan yang ada di SMP, saya akhirnya menetapkan prinsip untuk terus memiliki nilai yang stabil dari kelas satu hingga tiga SMA agar bisa mendapatkan undangan yang saya harapkan. Selama dua hingga tiga tahun di SMA, saya selalu menjalani kegiatan belajar lebih giat dari teman-teman saya agar bisa menjalani prinsip saya tersebut. Pada tanggal 28 Maret 2023 Pukul 15.00, saya tidak memiliki harapan yang tinggi untuk diterima di pilihan saya, karena SNBP FKUI dari sekolah swasta? Jarang sekali dan telah 8 tahun yang lalu ada yang keterima FKUI jalur undangan dari AIPL. Namun ternyata, semua perjuangan saya, doa saya, dan energi yang saya berikan tidak berujung sia-sia. Alhamdulillah saya masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia kelas reguler melalui jalur SNBP atau Seleksi Nasional Berbasis Prestasi.


Tentunya sebelum saya diterima di FKUI, terdapat cerita pengalaman yang bisa membawa saya sampai titik ini. Pertama masuk ke jenjang SMP, saya terkesan dengan salah satu senior perempuan yang aktif dalam organisasi OSIS dan juga memiliki kehidupan sosial dan akademik yang baik. Sehingga saya selalu terinspirasi agar bisa menjadi seperti beliau, aktif dan baik dalam ketiga aspek yaitu akademik, non-akademik, dan sosial selama jenjang SMP. Dari mulai kelas 7, untuk menjadi anggota OSIS, harus melalui kegiatan kaderisasi. Dimana dalam kegiatan kaderisasi terdapat beberapa hal yang harus dikuasai, mulai dari sifat kepemimpinan, keterampilan membuat proposal juga laporan, dan kelihaian dalam baris berbaris. Setiap pagi saya lewati dengan apel KAOS (kaderisasi OSIS) untuk meningkatkan ketiga keterampilan tersebut. Sembari menjalani KAOS, saya juga tetap menjalani dengan tekun kegiatan akademik yang ada di sekolah. Namun ternyata menjadi anggota OSIS bukanlah takdir saya di SMP. Sempat saya terpuruk akibat tertolaknya saya di OSIS, biarpun itu saya tetap aktif dalam kegiatan-kegiatan lain yang bisa terus mengembangkan poin-poin keterampilan yang saya inginkan. Naik kelas 8, saya mengembangkan keterampilan akting dan manajemen dengan menjadi karakter utama dan produser pada drama berbahasa Inggris. Menjadi aktif dalam sebuah kegiatan non-akademik mendorong saya untuk juga aktif dalam kegiatan akademik. Bertanya di dalam kelas, menjawab pertanyaan-pertanyaan, memiliki inisiatif untuk maju pertama dalam presentasi dan hal lainnya membuat percaya diri dan nilai-nilai saya meningkat. Sehingga pada kelas 8 saya pun meraih pencapaian akademik pertama saya yaitu menjadi peringkat tiga atas di kelas. Di kelas 9, sembari saya menyiapkan untuk jenjang berikutnya, saya pun mendorong lebih maju semangat saya untuk belajar, sehingga saya bisa mendapatkan peringkat dua di kelas.


Dari SMP saya sudah memiliki target untuk melanjutkan SMA Labschool, mengetahui keketatannya, saya belajar lebih dahulu dari teman-teman saya dengan mengikuti prosus Inten. Namun seiring munculnya virus Covid-19, banyak hal yang berubah salah satunya jalur penerimaan siswa. Pada awalnya sulit untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang ada. Lalu dengan tidak diterimanya saya di SMA impian saya, maka saya terpaksa untuk menjalani rencana kedua saya yaitu SMAN 28. Dengan berlakunya sistem zonasi, saya merasa saya dalam kriteria unggul karena tempat tinggal yang berada di Pasar Minggu juga. Namun kembali lagi, rencana saya berubah ketika saya diterima di SMAN 6 Jakarta. Benar SMAN 6 merupakan salah satu SMA favorit juga, akan tetapi itu bukanlah apa yang saya targetkan pada awalnya. Mencoba untuk keluar dari zona nyaman saya yaitu AIPL, saya membuat keputusan untuk mencoba menjalani SMA saya di SMAN 6 Jakarta. Kurang lebih seminggu saya jalani, saya merasa bimbang. Maka dari itu saya shalat istikharah untuk memastikan pertanyaan-pertanyaan yang masih saya miliki ini. Jawaban yang saya dapatkan pada akhirnya adalah untuk kembali ke AIPL.


Menjalani jenjang SMA di AIPL merupakan keputusan terbaik. Dan seperti apa yang teman saya katakan kepada saya, masa SMA adalah ‘golden time’-nya seorang Neema. Setelah memilih untuk kembali ke zona nyaman saya, saya bertekad untuk menantang diri saya sendiri dengan mencoba banyak hal baru.


Pada kelas 10, saya mencoba kembali apa yang saya gagal pada masa SMP, yaitu menjadi anggota OSIS. Dengan penolakan pada masa SMP, saya ingin membuktikan bahwa saya tidak hanya bisa menjadi anggota, namun juga menjadi ketua. Dari masuknya ke jenjang SMA, saya sudah aktif dalam pembelajaran maupun organisasi. Di luar sekolah, saya membuat dua organisasi siswa yang bernama Bake2Care (@bake2care) dan KUMUDA Jakarta (@kumuda.jkt). @KUMUDA.JKT berurusan dengan departemen lingkungan hidup, dan @bake2care berurusan dengan kesehatan masyarakat. Keduanya aktif dalam memberikan informasi dan kampanye melalui media sosial sebagai platform untuk menjangkau lebih banyak orang. Setelah melalui beberapa tahap, saya juga terpilih menjadi Ketua OSIS periode 2022/2023. Dalam setahun menjabat menjadi Ketua OSIS, saya banyak mengambil resiko dan membuat acara inovasi yang sukses. Salah satunya acara yang saya inovasikan dan saya ketuai, yaitu SUKARELA. Acara yang memberikan wadah bagi para siswa yang ingin menjadi relawan dalam tiga ranah yang berbeda, yaitu Pelukan (Peduli Untuk Hewan), Dukungan (Peduli Lingkungan), dan Edukata (Peduli Pendidikan Anak Yatim dan Dhuafa). Melihat teman-teman dan masyarakat yang terbantu merupakan sebuah anugerah bagi saya sendiri. Melalui partisipasi saya dalam kegiatan-kegiatan ini, saya telah belajar banyak keterampilan sosial seperti berbicara di depan umum, melakukan banyak hal, bekerja sama dengan orang lain, dan banyak lagi yang akan membantu saya di masa depan.


Selain itu, saya juga telah mempelajari tiga keterampilan penting yang telah mempertajam cara berpikir dan bersosialisasi saya, yaitu kemampuan beradaptasi, akuntabilitas, dan kolaborasi. Bagi saya, kemampuan beradaptasi adalah kunci yang sangat penting untuk bertahan hidup. Hal ini dikarenakan manusia, lingkungan, ekonomi, dan segala sesuatu di dunia ini terus berkembang seiring berjalannya waktu. Saya mengembangkan keterampilan ini di OSIS, karena kami harus mengelola sebuah acara untuk bekerja di tengah situasi pandemi. Terkadang, situasi berubah secara tiba-tiba, sehingga membuat kami harus beradaptasi dengan sangat cepat. Menjadi seorang pemimpin dan menjadi individu yang mengambil keputusan harus memiliki akuntabilitas atas tindakan atau pilihan akhir mereka. Sebagai seorang pemimpin, saya sendiri selalu mempertanggungjawabkan pilihan saya. Menghadapi hasil dari keputusan tersebut adalah cara saya untuk meningkatkan akuntabilitas saya. Sebagai mahasiswa yang aktif di komunitas, menjalin pertemanan, bertemu dengan kenalan baru adalah rutinitas harian saya. Dengan demikian, saya dapat berkolaborasi dengan orang lain dengan mudah. Saya menghargai bekerja sama dengan orang lain karena saya dapat bertukar pikiran, pengalaman, pendapat, dan informasi yang berguna dengan mereka. Kekuatan-kekuatan inilah yang saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun begitu, saya masih terus mengembangkan diri saya menjadi diri saya yang lebih baik.


Hari demi hari setelah pengumuman SNBP saya lewatkan dengan apa yang generasi Z sebut dengan ‘healing’. Saya pergi bersama teman-teman, menonton film, bersantai-santai dirumah, dan pergi liburan bersama keluarga dan teman. Karena setelah berjuang selama dua sampai tiga tahun, saya berhak memiliki dan menikmati waktu yang saya miliki ini. Mengisi waktu luang, saya tetap aktif dalam kepanitian buku tahunan dan acara tahunan prom. Mendekati acara wisuda, saya sebagai Ketua OSIS secara langsung terpilih menjadi perwakilan siswa yang akan memberikan sambutan. Selama berminggu-minggu saya siapkan teks sambutan agar saya bisa undur diri dengan suatu momen yang bisa diingat oleh seluruh penonton. Momen-momen sebelum saya memberikan sambutan, kepala sekolah SMA Al-Izhar mengumumkan bahwa saya mendapatkan penghargaan sebagai Murid Terbaik/Lulusan Terbaik Angkatan 26. Tangisan dan juga senyuman saya lepaskan pada saat itu, terima kasih dan juga pelukan saya berikan kepada orang tua saya yang selalu mendukung langkah-langkah saya. Dan itulah kilas balik yang membawa saya kepada makara hijau di Universitas Indonesia.


Sebelum saya di FKUI, saya memiliki kebiasaan untuk menunda-nunda tugas. Alhasil tugas tidak terlalu maksimal dan banyak malam yang saya pakai untuk begadang agar dapat menyelesaikan tugas tersebut H-1. Pola tersebut tidak akan membawa saya kemana-mana di FKUI. Diantara siswa-siswi yang terbaik, tentunya saya juga harus bisa menyesuaikan agar bisa sejalan dengan yang lain. Maka dari itu, saya memiliki komitmen di FKUI nanti untuk selalu mencicil tugas agar pengerjaan bisa lebih maksimal dan waktu yang terpakai lebih efektif lagi.


Menjadi mahasiswa FKUI adalah hal yang membanggakan, namun ini hanyalah sebuah lembar baru. Di masa kuliah ini, saya memiliki harapan untuk selalu bisa refleksi diri, agar saya dapat menemukan dan menjadi versi terbaik saya di FKUI. Saya harap saya percaya diri akan kemampuan diri saya sendiri dan menjadi individu yang bekerja keras untuk meraih masa depan yang baik. Dan untuk angkatan saya, saya berharap angkatan 2023 bisa menjadi sebuah keluarga yang terus menjaga dan mendukung satu sama lain hingga menanjak ke kehidupan kerja.


Yang saya bayangkan saat saya mendengar kata dokter adalah seorang yang memiliki sifat mulia seperti sopan, rendah hati, dan punya empati yang tinggi untuk setia mengabdi kepada tugasnya melayani masyarakat[1]. Menjadi seorang dokter, tentunya terdapat nilai atau karakter luhur yang perlu diterapkan. Karakter tersebut adalah 3K, yaitu Kesantunan, Kesejawatan, dan Kebersamaan[2]. Karakter 3K ini digunakan untuk menjadi panutan agar dapat menghasilkan dokter yang berbudi luhur, kompeten, dan bermartabat.


Dengan menerapkan 3K akan menghasilkan dokter ideal pada umumnya. Saya sendiri ingin menjadi dokter yang dapat menerapkan dan juga mengembangkan sifat 3K ini, ditambah dengan peranan yang aktif dalam organisasi-organisasi nirlaba[3] maupun lembaga swadaya masyarakat. Dengan aktif berorganisasi non-pemerintah, saya bisa memberi dampak lebih luas lagi daripada hanya bekerja di rumah sakit. Maka dari itu saya bercita-cita untuk menjadi dokter yang berbudi luhur, berkompeten, dan aktif dalam berkegiatan organisasi nirlaba atau lembaga swadaya masyarakat.


Selama preklinik, saya memiliki rencana jangka pendek untuk giat menimba ilmu. Saya ketahui betul bahwa ilmu yang saya pelajari selama preklinik ini adalah bekal yang akan saya gunakan saat saya melayani pasien nanti. Sehingga saya memiliki tanggung jawab yang besar terhadap nyawa seseorang. Selain belajar, saya juga akan memahami setiap peran yang nantinya ada di lingkungan kedokteran atau rumah sakit. Memahami peran sangatlah penting untuk mencapai lingkungan yang efektif dan efisien tanpa adanya kesalahpahaman[4]. Sembari giat mempelajari mengenai ilmu kedokteran, saya juga ingin aktif dalam kegiatan sosial saya untuk meluaskan koneksi yang nantinya akan berguna pada masa klinik maupun kerja. Cara saya mencapai segala rencana ini adalah tentunya dengan pembiasaan sehari-hari saya yang harus disiplin. Mulai dari bangun pagi, membereskan kamar terlebih dahulu, dan strategi belajar yang lebih teratur.


Beralih ke masa klinik, saya memiliki rencana untuk aktif dalam praktik dan melayani tanpa diskriminasi. Sambil aktif dalam praktik, saya tetap akan giat menambah ilmu ditambah dari pengalaman-pengalaman selama praktik semasa klinik. Setelah itu, saya memiliki mimpi untuk melanjutkan spesialis di jurusan yang saya gemari. Spesialis spesifiknya sampai saat ini saya belum tahu karena masih ingin menunggu pengalaman langsung semasa klinik agar tidak salah memilih jurusan spesialis[5].


Harapan saya untuk masyarakat seiring saya menjadi seorang dokter adalah saya sebagai dokter bisa dapat memberikan masyarakat informasi yang faktual sehingga para masyarakat bisa memiliki wawasan luas terhadap kesehatan secara umum. Dan juga saya bisa membantu banyak masyarakat dari kalangan manapun agar kualitas hidupnya dapat meningkat dengan baik.


Kepada adik-adik yang ingin masuk FKUI pada tahun mendatang, teruslah bekerja keras dalam menggapai mimpi adik-adik. Masuk ke universitas terbaik dan jurusan favorit tentunya membutuhkan aksi yang lebih dari orang lain. Dan pesan saya adalah, diterima di FKUI hanyalah awalan, berjuang untuk bisa bertahan di FKUI adalah suatu hal yang harus adik-adik hadapi nanti.



Referensi

  1. Williams, JR. Medical ethics manual. 3rd ed. France:The World Medical Association,Inc; 2015.

  2. Widyawati. 3 karakter ini harus dimiliki seorang dokter [Internet]. Jakarta: Sehat Negeriku Kementerian Kesehatan; 2015 Dec 15[cited 2023 Aug 10]. Available from: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20181215/4928833/3-karakter-harus-dimiliki-seorang-dokter/

  3. Organisasi nirlaba [Internet]. Semarang:Universitas STEKOM;[cited 2023 Aug 10]. Available from: https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Organisasi_nirlaba#:~:text=Organisasi%20nirlaba%20(bahasa%20Inggris%3A%20Nonprofit,bersifat%20mencari%20laba%20(moneter).

  4. Peran dan tanggung jawab profesi kedokteran, farmasi, dan kesehatan masyarakat dalam IPE [Internet]. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan;2022 Apr 11[cited 2023 Agustus 10]. Available from: https://fkm.uad.ac.id/peran-dan-tanggung-jawab-profesi-kedokteran-farmasi-dan-kesehatan-masyarakat-dalam-ipe/

  5. Bianca N, Budiarsa GNK, Samatra DPGP. Gambaran kualitas tidur mahasiswa program studi pendidikan dokter fakultas kedokteran Universitas Udayana pada tahap preklinik dan klinik. J Med Udayana Medika Udayana.2021 Feb 5;31.








 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

Comments


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page