top of page
  • Youtube
Search
  • Nayyara Aqila Raisa
  • Aug 12, 2023
  • 10 min read

Updated: Aug 13, 2023

Halo semua! Nama saya Nayyara Aqila Raisa, biasanya dipanggil Nayyara. Tahun ini, 2023, saya lulus dari SMAN 68 Jakarta, dan pada tanggal 31 Maret, saya berhasil menggapai target saya untuk menjadi bagian dari keluarga besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur Talent Scouting.


Pencapaian ini dapat saya sebut sebagai pencapaian terbesar selama hidup saya. Tidak sebentar bagi saya untuk memutuskan memilih kedokteran sebagai karir yang akan dikejar, apalagi Fakultas Kedokteran milik Universitas Indonesia sebagai tempat untuk memulai jalan itu. Bukan berarti saya enggan menginginkan FKUI yang didamba-dambakan calon-calon dokter Indonesia, siapa yang tidak mau kuliah di sekolah kedokteran terbaik Indonesia? Hanya saja, FKUI sebatas mimpi indah bagi saya yang biasa-biasa saja, tidak cukup untuk bersaing melawan calon-calon dokter lainnya yang jauh lebih mampu, begitu saya pikir.


Kalau dipikir-pikir lagi, cita-cita menjadi dokter ini baru jelas saat saya berada di bangku SMA kelas 11, sedikit berbeda dari teman-teman saya yang sejak kecil sudah tahu ingin menjadi dokter. Mungkin beberapa kali pernah terlintas di pikiran saya, tetapi hanya berlalu lalang menjadi ide yang tidak pasti. Banyak hal yang mengarahkan saya untuk mengambil jalan ini. Melihat dunia sekitar, banyak yang masih ditingkatkan dari segi kesehatan. Contoh terdekat yang saya sering temui adakah kampung halaman ayah saya, Bengkalis, sebuah pulau di Provinsi Riau yang relatif terpencil. Fasilitas kesehatan di Bengkalis tentu tidak semaju kota-kota besar sekitarnya. Oleh karena itu, banyak dari penduduk Bengkalis harus bepergian jauh selama berjam-jam, melewati darat dan laut hanya untuk mendapatkan fasilitas yang lebih layak. Sebagian dari keluarga masih menempati Bengkalis dan tiap kali saya dapat kabar bahwa mereka harus menjalani hal seberat itu untuk sekedar kesehatan sangat memprihatinkan. Hal ini menumbuhkan sisi dalam diriku yang menginginkan lebih baik untuk kerabat dan kampung halaman tercinta.


Bengkalis lah yang membuat saya memutuskan untuk memilih jalan kedokteran. Dari segala aspek kehidupan yang saya ingin ikut berpartisipasi mengembangkan, saya memilih aspek kesehatan. Bengkalis merupakan bukti nyata bagi saya terhadap berita bahwa Indonesia masih kekurangan dokter spesialis dan ketidakmerataan fasilitas kesehatan (1). Sebagai seseorang yang melihat keadaan itu secara nyata, saya turut merasa prihatin dan tertumbuh sebuah urgensi dalam diri saya untuk turut berkontribusi.


Rasanya untuk mendapatkan ini butuh perjuangan seumur hidup yang walau tak terlihat secara langsung, terasa saat akhirnya target yang diinginkan tercapai. Rencana jangka panjang jarang saya pikirkan sebagai anak-anak, terlalu fokus dengan apa yang ada di depan dan terlalu takut untuk melampauinya. Saat itu saya berpikir, apapun yang akan saya kejar nantinya, akan saya buat perjalanan itu mudah dari sekarang. Cita-cita saya waktu itu belum jelas, tetapi keinginan saya untuk sukses dan berprestasi sudah bulat.


Saat masih di SD hari-hari saya lalui tanpa berpikir panjang, hari demi hari dengan formula yang sama, dan belum ada target terbentuk untuk dikejar, sampai saya mulai memikirkan sekolah untuk jenjang selanjutnya, SMP. Saat itu Ibu saya semangat untuk mengarahkan saya bersekolah di SMP Labschool Rawamangun, karena notabene memang sekolah dengan reputasi yang bagus. Seperti anak pada umumnya saya mulai mempersiapkan diri untuk seleksi masuknya dengan mengikuti bimbingan belajar sampingan dan belajar lebih di waktu luang, berselingan dengan persiapan untuk Ujian Nasional. Kecil harapan saya untuk lulus karena banyak saingan bahkan dari sekolah yang sama, namun pada akhirnya tetap lulus dan menempuh 3 tahun di SMP Labschool Rawamangun.


Di SMP Labschool pun saya juga tidak beda jauh saat SD. Sudah muncul bibit cita-cita sebenarnya, tetapi belum cukup tertarik dan pasti untuk mengejarnya. Cita-cita yang saya miliki saat itu adalah menjadi psikolog. Pelajaran melingkupi psikologi belum banyak muncul dan karena itu saya tertarik untuk mempelajarinya. Cita-cita ini menetap dengan saya sampai ujung dari SMP.


Saya menargeti untuk sekolah di SMAN 68 Jakarta, namun karena komplikasi sistem PPDB pada tahun 2020 silam hal itu tidak tercapai. Enam bulan saya jalani di SMAN 3 Jakarta, membuat teman-teman baru dan mulai berambisi untuk ranking yang tinggi, berlalu dengan cepat. Sisa masa SMA saya dihabiskan di SMAN 68 Jakarta, saya memutuskan untuk berpindah sekolah karena masih ingin bersekolah di sana. Enam bulan pertama saya jalani dengan standar, bertahan secara akademis dalam era pandemi. Kelas 11 pun datang dan saya memutuskan untuk daftar OSIS agar memenuhi waktu luang dan mendapatkan pengalaman. Hari-hari kelas 11 SMA terasa sangat menyenangkan, seperti yang mereka katakan, kelas 11 SMA adalah masa terbaik SMA, dan bagi saya itu benar. Kesibukan organisasi tidak hanya sampai situ saja, tapi berkelanjutan hingga kelas 12 dengan berbagai ujian yang menyusulinya. Semester 1 kelas 12 terlewati dengan begitu saja, tak terasa saking sibuknya menyeimbangkan berbagai kegiatan dalam waktu sekejap, dan saat itu waktunya untuk pekan-pekan ujian akhir dan persiapan untuk PTN.


Saat itu Januari 2023, anak-anak seangkatan saya heboh dan cemas soal nama-nama yang eligible untuk SNBP, dan itu termasuk saya. Setelah bertahun-tahun mengantisipasi akhirnya keluar juga edarannya, syukur-syukur saya termasuk eligible. Euforia eligible tidak menetap untuk selama itu karena teman-teman seangkatan berlomba-lomba untuk memilih PTN dan jurusan yang mereka inginkan. Bagi saya SNBP hanyalah sebuah bonus dengan hadiah yang tidak menentu, apalagi saya yang menginginkan FKUI pada peringkat 18 dengan kira-kira 11 teman lainnya di atas peringkat saya yang menginginkan FKUI juga.


Pada saat itu pendaftaran untuk Talent Scouting juga sedang beredar dan BK sekolah saya menyarankan saya untuk mencoba. Saya mulai menggali informasi dan mengikuti open house untuk KKI UI, mencari tahu apa saja yang harus saya siapkan untuk Talent Scouting. Essai, sertifikat TOEFL atau IELTS, dan nilai rapot. Masih ada tiga bulan untuk saya mempersiapkan hal-hal itu, bersamaan juga dengan ujian-ujian akhir sekolah. Menyeimbangkannya bukan hal yang mudah, tetapi itu harus dilakukan, pikir saya jika semua jalan dengan lancar maka dari Maret saat kelulusan sampai Agustus mulai perkuliahan akan ada waktu istirahat yang sangat panjang.


Saya pun mulai menulis essai, perlahan dengan rangkanya, kemudian per paragraf, beserta riset-riset agar semua yang saya masukkan ke dalam essai saya faktual dan menyampaikan pesan saya secara keseluruhan. Essai ini saya kerjakan selama kurang lebih dua bulan, ada banyak hal yang melintasi otak saya ketika saya membuatnya. Segala macam pertimbangan dan pemilihan kata-kata serta jalan cerita agar essai yang akan saya persembahkan ini adalah yang terbaik dari yang saya bisa tawarkan. Selang pengerjaan essai juga saya mempersiapkan diri untuk IELTS dan TOEFL. Seumur hidup saya mempelajar bahasa Inggris tapi tidak sekalipun pernah mengambil kedua tes itu. Untungnya karena masih rutin berbahasa Inggris saya berhasil mendapatkan hasil yang memuaskan, yaitu skor total 643 untuk TOEFL dan skor rata-rata 8 untuk IELTS. Kedua nilai mencukupi syarat pendaftaran Talent Scouting.


Setelah semuanya telah terkumpul dan mengikuti arahan dari sekolah, akhirnya saya sudah siap untuk daftar Talent Scouting. Waktu itu masih Ujian Sekolah, hari terakhir pengumpulan berkas, dan pagi itu saya mengumpulkan dan mengarahkan orang tua saya untuk membayar biaya pendaftaran. Beberapa hari selanjutnya penuh dengan kekhawatiran, antisipasi kabar dari UI untuk melanjutkan ke tahap wawancara. Pada hari selasa akhirnya saya dan beberapa teman saya mendapat kabar itu, instruksi untuk melakukan tes MMPI dan berkumpul di RIK UI untuk tahap wawancara. Tentu saat itu kami senang mendengar kabarnya, tetapi berarti kami harus bersiap-siap lagi untuk wawancara. Di antara hari itu dan hari wawancara, saya mencoba untuk tetap tenang dan tidak panik agar bisa fokus mempersiapkan diri.


Setelah melakukan tes MMPI yang banyak dari peserta mengalami trouble pada servernya, akhirnya hari wawancara pun datang. Orang tua saya mengantar ke UI untuk memberi dukungan, dan di sana sudah dipenuhi dengan peserta-peserta lain bersama orang tuanya juga. Dari kira-kira 330 peserta yang mendaftar, hanya tersisa 100-an dengan bangku saat itu 38 untuk diperebutkan. Tetap berusaha untuk tenang, saya lewati hari itu dengan tujuan diterima. Pengumuman SNBP pun tiba dan saya beserta teman-teman berkumpul untuk membukanya bersama. Besar harapan kita untuk lolos namun Tuhan memiliki rencana lain. Walau kecewa, beberapa hari kemudian saya mendapatkan kabar bahwa saya lolos Talent Scouting dan resmi menjadi mahasiswa baru Universitas Indonesia. Rasa senang memenuhi hati saya dan segala kekhawatiran yang kutahan sejak hari wawancara sirna. Perjuangan saya untuk mendapatkan PTN sudah selesai sampai sini, merasa beruntung dapat menjadi sekian dari ribuan anak yang perjalanannya selesai lebih dulu pada tahun ini.


Sekarang saya sudah menjadi mahasiswa baru FKUI, dan tentu itu akan banyak mengubah jalan hidup saya. Dari sebelumnya yang masih menunda-nunda dan menyepelekan hal-hal, harus berubah menjadi individu yang lebih peduli terhadap lingkungannya. Selama persiapan wawancara untuk Talent Scouting, saya mempelajari banyak hal tentang dunia kedokteran, dengan etika dan moralnya dan apa artinya menjadi sebuah dokter, dan sekarang sebagai calon dokter, saya mau perlahan-lahan memperbaiki diri saya agar dapat menjadi dokter yang mengabdi pada rakyat dan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Sebagai mahasiswa UI saya juga ingin mendalami kegiatan-kegiatan mahasiswa dalam berbagai lingkup juga, mengikuti organisasi dan kepanitiaan, dan jika berkesempatan ingin mengikuti perlombaan-perlombaan dan membawakan nama UI. Walaupun ingin aktif dengan berbagai kegiatan nonakademik, tak melupakan kepentingan akademik juga.


Dalam dunia kuliah ini, tujuan utama saya adalah mengembangkan diri dalam segala hal, dengan kesempatan yang sudah saya raih untuk berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya ingin menjadi yang terbaik dari diri saya sendiri. Saya harap dengan angkatan saya, FKUI 2023, dapat membangun hubungan yang kuat dan saling mendukung selama perjuangan kita di FKUI, tetap bersama melewati berbagai rintangan seperti apa yang disebutkan oleh kakak-kakak kita. Walaupun berasal dari macam-macam tempat dengan cerita yang berbeda-beda, dapat menyatukan pandangan dengan tujuan umum menjadi dokter-dokter terbaik Indonesia dalam segala aspek. Perjalanan kami baru saja dimulai, namun dengan interaksi dan pertemuan yang sudah kami lalui, saya tahu kita akan melewati semuanya dengan lancar dan solidaritas yang tinggi, demi kebaikan bersama dan satu sama lain. Sampai nanti saat kita sudah lulus dan pergi melalui jalan kita sendiri, tetap mengingat kebersamaan dan identitas kita sebagai FKUI 2023.

Sebagai mahasiswa baru FKUI, saya harap kita semua dapat menjadi dokter ideal bagi bangsa Indonesia. Menurut saya, dokter yang ideal adalah dokter yang melampaui keahlian medis, mencakup komitmen yang beragam terhadap perawatan berpusat pada pasien, integritas etika, dan pertumbuhan pribadi serta profesional yang berkelanjutan. Asosiasi Kedokteran Dunia (World Medical Association/WMA) (2) menegaskan esensi praktik yang mengutamakan Kesehatan pasiennya dan merawat dengan penuh kasih sayang serta perilaku etika sebagai komponen inti dari dokter ideal. Selain itu, dokter ideal ditandai dengan rasa empati yang mendalam, mendengarkan dengan aktif atas keprihatinan, ketakutan, dan preferensi pasien. Pendekatan empatik ini membangun kepercayaan dan hubungan, meningkatkan komunikasi yang efektif, dan meningkatkan hasil pasien. Perilaku etika menjadi bagian integral dari identitas dokter ideal, mematuhi prinsip-prinsip yang diuraikan dalam Kode Etika Kedokteran Indonesia (KODEKI) (3) yang tidak hanya membicarakan kewajiban dokter terhadap pasien, tetapi juga terhadap teman sejawat dan dirinya sendiri.


Lebih jauh, dokter ideal adalah pembelajar sepanjang hayat, berkomitmen untuk tetap memahami perkembangan medis dan penelitian terbaru. Pengembangan profesional yang berkelanjutan memastikan bahwa dokter dapat memberikan pelayanan berdasarkan bukti sambil beradaptasi dengan berita teknologi yang terus berkembang. Kolaborasi juga merupakan ciri dokter ideal, berinteraksi aktif dengan rekan-rekan dari berbagai disiplin ilmu untuk memberikan pelayanan yang lebih maju. Sebagai kesimpulan, dokter ideal menggabungkan keahlian medis, perilaku etika, empati, dan kolaborasi. Pendekatan terhadap perawatan kesehatan ini mencakup tidak hanya keterampilan medis tetapi juga kepentingan kemanusiaan yang membangun kepercayaan, penghargaan, dan pada akhirnya, hasil optimal bagi pasien. Dokter ideal yang seperti itu dapat berkontribusi banyak kepada masyarakat, dengan penjelasan yang lebih edukatif dan perawatan yang baik hati, memengaruhi aspek-aspek seperti psikologis dan kualitas hidup satu per satu.


Nanti di saat saya sudah waktunya menjadi seorang dokter, saya ingin menjadi dokter dengan hal-hal yang saya sebutkan sebelumnya. Menjadi dokter ideal yang dapat mengabdi kepada masyarakatnya dengan berbagai cara, dan berkontribusi dalam pembangunan industri kesehatan Indonesia dengan menyebarkan pelayanan kesehatan yang lebih layak ke pelosok-pelosok, membangun kesetaraan yang walau sekarang masih sangat jauh, tapi perlahan bisa ditingkatkan. Seperti pada motivasi saya yang menjelaskan Bengkalis dan kesulitan penduduknya, saya ingin menjadi salah satu dar dokter-dokter hebat yang dapat mengatasi masalah itu di Indonesia dan menginspirasi banyak orang lainnya untuk saling peduli demi perkembangan dan kemajuan bersama.


Selama masa preklinik dalam perjalanan kedokteran saya, tujuan utama saya adalah membangun dasar pengetahuan dan keterampilan yang kuat yang akan membantu dalam perjalanan menjadi seorang dokter nantinya. Untuk mencapai tujuan ini saya menargetkan beberapa hal, seperti mengembangkan pemahaman dasar dari kedokteran dari pelajaran-pelajaran saya dan meningkatkan sistem dan jadwal belajar agar lebih efektif menyesuaikan kegiatan lain, berpartisipasi aktif dalam kelas-kelas agar dapat hasil yang maksimum, mencari berbagai sumber belajar agar wawasan lebih luas, dan terus memantau kemajuan dan evaluasi diri agar saya bisa melihat progress dari target yang saya inginkan. Tak lupa untuk selalu menjaga keseimbangan antara kepentingan akademik dan rekreasi agar tidak kewalahan dan tetap dijalani dengan lancar.


Setelah masa preklinik, saya juga memiliki rencana jangka panjang untuk masa klinik kedokteran nantinya. Transisi antara preklinik dan klinik cukup ekstrem maka dari itu saya harus mempersiapkan beberapa hal (4). Beberapa hal itu melingkupi up to date dengan berita terkini agar tidak tertinggal, mengatur apa saja kepentingan yang harus diprioritaskan, mulai meningkatkan komunikasi untuk mengenali pasien-pasien, coba meluaskan wawasan dengan bersosialisasi lebih, dan time management yang baik. Dalam masa klinis saya bertujuan untuk mengembangkan keterampilan klinis, etika, dan profesionalisme yang diperlukan untuk menjadi dokter yang berkualitas dan ideal seperti yang tadi disebutkan. Beberapa cara yang saya harap bisa membantu mencapai itu adalah dengan mengasah soft skill seperti keterampilan klinis, kemampuan berkomunikasi, menguasai aspek etika dan hukum. Selain itu juga berpartisipasi dengan penelitian terkini dan banyak bersosialisasi dengan teman sejawat agar kemampuan berkoordinasi juga ditingkatkan. Selain itu dalam masa klinis saya juga ingin acara-acara organisasi dan juga kepanitiaan agar dapat membangun sebuah reputasi yang professional lebih matang. Dengan rencana-rencana tersebut, saya harap bisa memperdalam masa klinik dan mempersiapkan diri untuk tantangan-tantangan di masa yang akan datang saat menjadi dokter yang berkualitas dan berkomitmen.


Harapan saya dengan pendidikan dan teknologi sekarang industri kesehatan dapat ikut maju bersama teknologi lainnya, meningkatkan harapan dan kualitas hidup masyarakat, terutama masyarakat Indonesia di mana banyak aspek-aspek kehidupan kita masih dalam tahap pengembangan. Saat ini Indonesia menempati peringkat 91 sedunia dalam negara paling sehat (5). Banyak hal yang mempengaruhi status kesehatan publik negara, seperti pendapatan, pendidikan, dan juga angka kelahiran dan walau posisi Indonesia saat ini masih relatif rendah, banyak yang masih bisa ditingkatkan. Dengan tingkat perkembangan melalui sistem pembiayaan, edukasi, dan juga teknologi Indonesia banyak yang dapat berubah dalam dekade-dekade depan.


Pesan saya untuk adik-adik kelas yang masih dalam perjuangan mencapai FKUI, tetap semangat untuk mencapai mimpimu. Kita mempunyai banyak alasan untuk tetap maju dan tidak menyerah, percayalah bahwa Tuhan memiliki jalan sendiri untuk tiap hambanya. Akan ada banyak rintangan dalam jalan untuk mencapai mimpimu itu, sama seperti saya sekarang bersama FKUI 2023 yang jalannya masih jauh, tetapi jika memang bertekad dan memang niat, maka semua akan terjalani dan tujuan akhirmu akan tercapai. Ingat bahwa cita-citamu menjadi seorang dokter adalah cita-cita yang mulia dan tidak mudah untuk dicapai, tapi ingat apapun yang diusahakan akan datang kembali pada saatnya.


Referensi

  1. Amanda G. Indonesia Kekurangan Lebih dari 31 Ribu Dokter Spesialis [Internet]. Jakarta: Republika Online; 2023 Jun 26 [cited 2023 Aug 10]. Available from: https://news.republika.co.id/berita/rwuzdf423/indonesia-kekurangan-lebih-dari-31-ribu-dokter-spesialis

  2. World Medical Association. Declaration of Geneva [Internet]. Ferney-Voltaire: World Medical Association; 2017 Oct 14 [cited 2023 Aug 10]. Available from: https://www.wma.net/policies-post/wma-declaration-of-geneva/

  3. Ikatan Dokter Indonesia. Kode Etik Kedokteran Indonesia [Internet]. Jakarta: Majelis Kehormatan Etika Kedokteran Indonesia Ikatan Dokter Indonesia; 2013 Feb 15 [cited 2023 Aug 10]. Available from: https://mkekidi.id/wp-content/uploads/2016/01/KODEKI-Tahun-2012.pdf

  4. Kosarek C. 5 tips for transitioning from the preclinical world to the clinical one [Internet]. California: Student Doctor Network; 2019 Feb 15 [updated 2022 Jun 23; cited 2023 Aug 10]. Available from: https://www.studentdoctor.net/2019/02/13/transitioning-from-preclinical-world/

  5. Admin Bappenas. Islandia negara paling sehat, Indonesia duduki peringkat 91 dunia [Internet]. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; 2016 Sep 26 [cited 2023 Aug 10]. Available from: https://sdgs.bappenas.go.id/islandia-negara-paling-sehat-indonesia-duduki-peringkat-91-dunia/

 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

Kommentare


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page