- Nashwan Hilmi
- Aug 11, 2023
- 7 min read
Updated: Aug 12, 2023
Narasi Perjuangan
Hai! Perkenalkan nama saya Nashwan Hilmi atau biasa dipanggil Nashwan. Saya berasal dari SMAN 1 Kota Bogor, alhamdulillah saya diterima sebagai mahasiswa kelas reguler Fakultas Kedokteran program studi Pendidikan Dokter di Universitas Indonesia melalui jalur Seleksi Pendidikan Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Di balik itu, banyak cerita dan perjuangan yang telah saya lewati. Tidak semuanya indah tetapi saya harus menerimanya sebagai salah satu chapter dalam hidup saya.
Ditetapkan sebagai fakultas kedokteran tertua sekaligus menempati peringkat pertama di Indonesia maka tak heran jika FKUI sangat diincar oleh banyak orang termasuk saya. Memiliki ayah yang berlatar belakang dokter pun membuat saya sering mendengar hal-hal terkait FKUI, mulai dari proses koasistensi serta prestasi yang diraih oleh lulusan FKUI karena beberapa dari beliau merupakan relasi ayah saya. Oleh sebab itu, saya bertekad untuk bisa menjadi salah satunya.
Walaupun terkadang saya merasa kurang percaya diri akan hal itu tetapi saya selalu ingat bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah SWT. Jika saya berusaha dan terus memanjatkan doa kepada-Nya, hal yang dianggap tidak mungkin terjadi sekalipun bisa berubah menjadi kenyataan. Memang jalan untuk mencapai target yang diidamkan tidak mungkin selalu mudah dan lancar, pasti banyak lubang dan kerikilnya. Asalkan selalu konsisten dan senantiasa bangun apabila terjatuh, lambat laun pasti akan tercapai.
Sejak saya berada di bangku Sekolah Dasar, belajar dengan sungguh-sungguh sudah melekat pada diri saya. Alhamdulillah saya menjadi lulusan terbaik dengan predikat juara umum. Meski nilai Ujian Nasional saya pada saat itu tidak tergolong tinggi, saya memberanikan diri untuk mendaftar ke SMPN 1 Kota Bogor yang memiliki passing grade tertinggi hampir setiap tahun. Namun tidak disangka, pada saat itu passing grade SMPN 1 Kota Bogor ternyata tidak setinggi tahun sebelumnya sehingga saya lolos dan dapat melanjutkan pendidikan di sana. Selama saya menjalani kelas tujuh, saya masih stabil dengan nilai rapor terbaik di kelas. Terkadang saya disarankan untuk mengikuti olimpiade ataupun perlombaan yang bersifat nonakademik tetapi saya merasa bahwa saya kurang terampil dalam membagi waktu sehingga saya pun menolaknya. Ketika saya naik ke kelas delapan, nilai saya sedikit mengalami penurunan sehingga membuat saya menduduki peringkat kedua di kelas. Kemudian saat memasuki kelas sembilan, nilai saya cukup stabil dan akhirnya tetap menduduki peringkat kedua di kelas. Walaupun grafik peringkat saya pada saat SMP menurun, alhamdulillah rerata nilai rapor saya masih cenderung naik sehingga masih bisa menempati peringkat paralel ke-13 di angkatan dan saya berani untuk mendaftar ke SMAN 1 Kota Bogor melalui jalur rapor murni. Dari lima puluh pendaftar, skor kalibrasi saya berada di posisi ke-9 sehingga saya pun lolos.
Perjuangan terberat saya dimulai saat saya masuk SMA. Pada saat itu, muncul pandemi COVID-19 yang membuat kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan secara daring atau yang biasa disebut sebagai Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Saya merasa bahwa dengan diadakannya pembelajaran dari rumah mengakibatkan saya sedikit terlena sehingga sering membuang waktu dengan bermain. Ditambah lagi, saya merasa bahwa tingkat kesulitan materi pembelajaran di SMA lebih tinggi dibandingkan SD dan SMP. Saya berusaha menyiasatinya dengan menambah durasi belajar dalam setiap topik pembelajaran. Selain itu, saya juga tergabung ke dalam bimbingan belajar online maupun offline. Saat saya berada di kelas sepuluh, saya kurang puas dengan nilai saya. Namun, saya tidak menyangka bahwa saya memperoleh peringkat satu di kelas. Hal tersebut memotivasi saya untuk lebih baik lagi di kelas sebelas. Alhamdulillah saya berhasil memperbaiki kualitas belajar saya dan selalu stabil berada di peringkat pertama. Ketika memasuki semester lima, lebih tepatnya bulan Agustus tahun 2022, saya diberi ujian oleh Allah SWT berupa penyakit. Ada nodul di kelenjar tiroid saya dengan diameter 3,5 cm. Saya sudah berkonsultasi dengan beberapa dokter dan mencari informasi terkait kasus yang saya alami.
Awalnya saya optimis bahwa nodul saya dapat dikauterisasi dengan metode Radiofrequency Ablation (RFA). Sudah banyak pemeriksaan penunjang yang saya lakukan, mulai dari pemeriksaan laboratorium untuk mengecek hormon TSH dan juga Ultrasonografi (USG). Namun, hampir semua dokter yang saya kunjungi menyarankan untuk melakukan tindakan operasi. Setelah saya merenung, saya memberanikan diri untuk menjalani operasi pada bulan Januari tahun 2023. Hal yang membuat saya takut adalah masih diragukannya keganasan nodul tiroid saya sehingga ada kemungkinan bahwa akan dilakukan tiroidektomi total yang membuat saya kehilangan seluruh kelenjar tiroid saya serta harus berada di ruang Intensive Care Unit (ICU) pascaoperasi.
Pada saat itu, yang ada di pikiran saya hanyalah keinginan untuk sembuh tanpa harus kehilangan seluruh kelenjar tiroid saya. Tetapi, saya sangat percaya bahwa Allah SWT pasti merencanakan sesuatu yang sangat indah bagi saya setelah ini. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, hanya dilaksanakan parsial tiroidektomi dan saya hanya kehilangan kelenjar tiroid saya yang kanan. Meski seperti itu, dokter belum bisa memutuskan bahwa nodul yang ada pada kelenjar tiroid kanan saya jinak. Masih perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut terhadap jaringan tiroid kanan saya yang membutuhkan waktu satu minggu untuk memastikan keganasannya. Alhamdulillah hasilnya jinak dan saya dapat melanjutkan aktivitas saya setelah melewati masa pemulihan di rumah sakit.
Masa-masa itu menyadarkan saya bahwa tidak ada orang yang jalan hidupnya mulus tanpa cobaan sama sekali. Oleh karena itu, walaupun waktu saya di semester enam sempat terbuang meski seharusnya saya fokus dan meluangkan waktu sebanyak-banyaknya untuk mempersiapkan Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) tetapi saya masih tetap semangat untuk mengejar ketertinggalan saya. Beberapa bulan terlewati dan tiba waktunya penentuan siswa eligible. Saya terkejut ketika mengetahui bahwa saya merupakan siswa eligible peringkat pertama sehingga saya cukup percaya diri untuk hanya menaruh FKUI pada pilihan Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Semenjak hari itu, tak henti salat malam dan doa terus saya panjatkan kepada Allah SWT.
Tiba saatnya pengumuman Seleksi nasional berdasarkan Prestasi (SNBP) pada tanggal 28 Maret. Harap cemas tentu saya rasakan di hari itu, sembari terus mengingat Allah SWT dan berdoa kepada-Nya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 15.00, saya langsung membuka situs pengumuman. Alhamdulillah wa syukurillah, saya diterima di Fakultas Kedokteran program studi Pendidikan Dokter di Universitas Indonesia. Rasa syukur saya kepada Allah SWT tidak terhitung. Mengingat saya tidak pernah mengikuti lomba atau olimpiade sama sekali sehingga tidak ada sertifikat yang saya masukkan tetapi diterima di FKUI tentunya merupakan hal yang luar biasa bagi saya.
Setelah saya berhasil diterima di FKUI, saya berkomitmen untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Saya berencana untuk membagi waktu dengan benar dengan menyusun to do list setiap hari agar tidak banyak membuang waktu percuma dengan bermain seperti yang pernah saya lakukan selama saya bersekolah. Selain itu, saya juga berencana untuk lebih bersungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang nantinya akan dilaksanakan di dunia perkuliahan. Saya paham bahwa menjadi seorang mahasiswa harus mandiri dalam segala hal. Oleh karena itu saya akan berusaha untuk bisa melakukannya. Ditambah lagi, saya akan terus merefleksi diri secara berkala untuk mendeteksi apa saja yang kurang dalam diri saya, misalnya rasa malas atau prokrastinasi dalam mengerjakan sesuatu.
Bergabungnya saya dalam keluarga FKUI, saya mempunyai beberapa harapan untuk diri sendiri dan juga angkatan 2023 ke depannya. Saya berharap dapat berkontribusi dan bermanfaat pada setiap kegiatan-kegiatan penting yang akan dilaksanakan nanti. Oleh karena itu, saya juga berharap seluruh angkatan 2023 dapat bersifat solid dan saling menolong satu sama lain dalam segala hal, baik yang berhubungan dengan kegiatan perkuliahan maupun tidak hingga akhirnya semua lulus menjadi dokter yang ideal dan kompeten.
Dokter yang ideal adalah dokter yang memiliki kapabilitas dalam memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang dokter. Hal tersebut berarti dalam menjalani profesinya, seorang dokter harus terikat dengan berbagai macam ketentuan hukum yang ada. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah terjadi malpraktik yang dapat membahayakan nyawa pasien. Sebab, mengingat hedonisme di zaman sekarang yang semakin merajalela membuat para dokter terkadang terjerumus ke dalam godaan yang membuatnya mau melakukan tindakan yang diinginkan pasien tanpa menegaskan efek sampingnya. Menurut pandangan saya, dokter yang ideal harus memiliki profesionalisme yang tinggi sehingga dapat memisahkan antara urusan personal dengan urusan yang berkaitan dengan pasien. Di samping itu dokter yang ideal menurut pandangan saya juga harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi yang baik agar pasien dapat memahami setiap detail informasi yang diberikan kepadanya sehingga tidak terjadi miskomunikasi. Beberapa nilai luhur yang dianut oleh dokter ideal antara lain menghormati hak otonomi pasien, mengutamakan tindakan yang terbaik kepada pasien, dan melarang tindakan yang mungkin memperburuk kondisi pasien. Di samping itu, seorang dokter dapat berkontribusi dengan masyarakat melalui beberapa kegiatan, misalnya penyuluhan terkait penyakit baik yang menular maupun tidak serta aktif menjadi relawan medis dengan mengadakan pengobatan atau konsultasi massal. Oleh karena itu, saya ingin menjadi seorang dokter yang tidak hanya bertanggung jawab, komunikatif, dan profesional saja tetapi juga memiliki jiwa sosial yang tinggi agar dapat membantu masyarakat dengan status ekonomi menengah ke bawah. Namun, sebelum itu ada tahapan yang harus saya lewati untuk bisa menjadi seorang dokter, yakni preklinik dan klinik.1-4
Rencana jangka pendek saya selama preklinik yakni akan berusaha mengoptimalkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dengan bersungguh-sungguh dalam belajar melalui review mandiri yang akan dilakukan setiap hari, mengurangi aktivitas yang kurang bermanfaat seperti bermain, dan tak lupa meluangkan waktu untuk melakukan aktivitas fisik.5 Sedangkan rencana jangka panjang saya selama klinik yakni serius menjalani setiap stase baik mayor maupun minor. Selain itu, saya juga akan menjaga kesehatan dengan cukup beristirahat.
Pesan saya bagi adik-adik yang berkeinginan untuk masuk ke FKUI, jangan berhenti untuk percaya bahwa Allah SWT selalu bersama orang-orang yang berusaha dan berdoa. Perjalanan menuju FKUI memang sangat panjang tetapi jika dijalani dengan sepenuh hati akan terasa cepat. Jika terkadang merasa jenuh, itu merupakan hal yang wajar asalkan tidak menghabiskan waktu terlalu lama untuk kembali on the track. Jangan lupa untuk menjadikan tujuan untuk diterima di FKUI sebagai reminder agar selalu menjaga kualitas belajar.
Referensi:
Johansyah AB. Tanggung jawab profesional dokter dalam pelayanan kesehatan [Thesis]. Surabaya: Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya; 2020.
Koto I, Asmadi E. Pertanggungjawaban hukum terhadap tindakan malpraktik tenaga medis di rumah sakit. Volksgeist [Internet]. 2021 Nov 26 [cited 2023 Aug 6];4(2):181-92. Available from: https://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/volksgeist/article/view/5372
Bernat O. Towards a new doctor-patient relationship: complimenting medical principlism with an ethics of care [Thesis]. Eugene: Robert D. Clark Honors College; 2021.
Sofia JA. Kajian penerapan etika dokter pada pemberian pelayanan kesehatan di era pandemi COVID-19. Jurnal Hukum dan Pembangunan Ekonomi [Internet]. 2020 [cited 2023 Aug 6];8(2):16-25. Available from: https://jurnal.uns.ac.id/hpe/article/view/52592
Lionardi SK, Suwangto EG, Juliawati VD. Hubungan aktivitas fisik dengan indeks prestasi kumulatif mahasiswa kedokteran. Damianus Journal of Medicine [Internet]. 2021 Nov 2 [cited 2023 Aug 6];20(2):144-51. Available from: https://ejournal.atmajaya.ac.id/index.php/damianus/article/view/1249/1410
Comments