top of page
  • Youtube
Search
  • Nanda Frenata Gabriella Silooy
  • Aug 12, 2023
  • 7 min read

Updated: Aug 13, 2023

Narasi Perjuangan


Saya tidak jauh berbeda dengan anak – anak pada umumnya. Sejak di bangku sekolah dasar (SD), ketika guru menanyakan soal cita – cita saya pasti akan menjawab

“Mau jadi dokter bu..”

“Mau jadi dokter pak..”

Haloo! Perkenalkan nama saya Nanda Frenata Gabriella Silooy dengan nama panggilan yang bermacam-macam tergantung dengan lingkungan saya bersosialisasi. Di sekolah saya biasanya disapa dengan Nanda tetapi jika di lingkungan keluarga ataupun gereja saya disapa dengan Nata. Saya berasal dari SMAN 1 Ambon dan pada tanggal 28 Maret 2023 saya dinyatakan diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) program regular melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Saya lahir pada tanggal 11 Mei 2006 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Haulussy di Ambon. Saya merupakan putri pertama dari pasangan ayah Bernama Frentje Dusyan Silooy dan ibu Bernama Elna Sitourisme Anakotta. Saya mempunyai dua orang adik yang juga berjenis kelamin perempuan. Sejak kecil saya dikelilingi keluarga yang sangat mementingkan agama dan Pendidikan. Di lingkungan keluarga sendiri saya diajari untuk memiki jiwa kompetitif dalam Pendidikan, bertujuan untuk mendapat nilai yang bagus dan menjadi yang terbaik di kelas tetapi tidak melupakan untuk selalu berdoa dan mengandalkan Tuhan dalam segala hal.


Jika berbicara tentang FKUI, hal yang terlintas di pikiran saya tentu saja prestasi dan pamornya juga alumni yang memiliki ikatan erat. Sebuah fakultas kedokteran tertua di Indonesia dan tidak bisa diragukan lagi fasilitas dan kualitasnya, membuat FKUI menjadi mimpi ratusan orang bahkan ribuan orang termasuk saya sendiri. Tetapi sebagai anak yang berasal dari Indonesia bagian timur atau lebih tepatnya di Kota Ambon, jika berbicara soal FKUI itu pasti menjadi mimpi yang kejauhan. Karena kita sendiri tau seberapa susah dan ketatnya proses yang dilalui untuk dapat lolos dan berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tetapi hal tersebut tidak membuat daya tarik FKUI hilang di mata saya. Terlepas dari semua itu, hal yang memotivasi saya untuk masuk terjun masuk dalam dunia kedokteran adalah mama saya sendiri. Beliau adalah sosok dokter yang sangat saya kagumi.

Bagaimana awal saya bisa memiliki cita – cita tersebut?

Dari saya kecil, saya selalu diceritakan oleh opa dan juga oma saya betapa luar biasanya bangga mereka ketika mama saya bisa diterima di salah satu Fakultas Kedokteran terbaik di Indonesia yaitu FK UGM. Betapa sulitnya perjuangan juga kegigihan dan kerja keras yang dilakukan mama saya menandakan bahwa untuk terjun dalam dunia kedokteran sangatlah sulit apalagi jika memiliki target di perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia. Dari situlah motivasi saya mulai terbangun untuk bisa mengikuti jejak mama saya di bidang kedokteran. Melihat mama saya yang memiliki jiwa dedikasi yang tinggi kepada pasien membuat saya sangat menghargai profesi dokter. Profesi ini adalah profesi yang sangat mulia, dan tidak sembarangan orang sanggup untuk menjalaninya. Dari sosok mama, saya menjadi lebih bersemangat dalam mengejar impian tersebut.


Memasuki Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bukanlah suatu hal yang mudah. Tentu saja ada perjalanan dan perjuangan yang Panjang di balik semuanya itu. Pada saat saya berusia 5 tahun, saya didaftarkan di SD Negeri 76 Ambon lebih tepatnya di Desa Wayame. Kedua orang tua saya mendaftarkan saya di SD ini karena sangat dekat dari rumah, juga karena semua sepupu saya pada waktu itu juga bersekolah disana. Seperti anak SD pada umumnya, saya tidak terlalu memikirkan akademik saya pada waktu itu. Saya hanya bermain bersama dengan teman – teman. Kedua orang tua saya pun tidak terlalu ketat dan tegas semasa itu dikarenakan umur yang bisa dikatakan terlalu muda. Tetapi semasa SD waktu saya tidak terlalu disia-siakan hanya dengan bermain. Saya memiliki hobi di bidang musik khususnya bernyanyi dan memainkan piano. Orang tua saya sangat mendukung akan hal tersebut dan memutuskan untuk mengembangkan hobi saya tersebut dengan cara mengikuti les, saya juga sering bernyanyi di gereja dan sekali – kali mengikuti lomba mewakili sekolah saya pada saat itu dan puji Tuhan pernah menyumbang piala di sekolah. Terlepas dengan hobi saya, nilai akademik saya juga tidak terlalu buruk. Saya juga berhasil mendapat peringkat 2 besar setiap kenaikan kelas.


Naik ke jenjang selanjutnya yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada tahun 2018, kedua orang tua saya mendaftarkan saya di salah satu SMP swasta di Ambon yang cukup terkenal dengan prestasi di bidang akademik maupun non-akademik yaitu SMP Kristen Kalam Kudus Ambon. Prestasi di bidang akademik dan non-akademiknya tidak kalah dengan sekolah negeri di Ambon. Ketika sebelumnya saya bersekolah di SD negeri dan masuk di SMP swasta, membuat saya kaget dan harus beradaptasi dengan cepat. Banyak hal baru yang ditemukan di lingkungan tersebut, baik dari pola belajar juga attitude dan cara bergaul. Saat kelas 7 SMP, saya memutuskan untuk lebih memikirkan akademik saya dengan cara mengubah pola belajar saya. Puji Tuhan dengan perubahan tersebut saya bisa mendapat peringkat 10 besar di kelas. Naik ke kelas 8 SMP, pola belajar saya masih tetap sama namun kegiatan saya di SMP bertambah sibuk dikarenakan saya memutuskan untuk audisi dalam tim paduan suara dan berhasil bergabung di tim tersebut. Tim paduan suara kami berlatih dengan sangat keras dan ketat, bahkan pada hari libur pun kami tetap berlatih untuk persiapan mengikuti Bali International Choir Festival. Kesibukan saya bukan hanya di paduan suara, saya juga sibuk berlatih untuk mengikuti Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) tingkat SMP se-Kota Ambon kategori vocal solo putri. Tetapi tanpa campur tangan dari Tuhan Yesus, saya berhasil meraih prestasi di kedua hal tersebut. Dan seperti biasa untuk akademik saya pun tetap sama, saya mendapat peringkat 10 besar di kelas. Beralih ke kelas 9. Berbeda dengan tahun sebelumnya, saya memutuskan untuk berhenti dari tim paduan suara oleh karena mau benar – benar fokus di akademik. Saya juga masih aktif mengikuti lomba seperti FLS2N tetapi bedanya saya juga mengikuti lomba Olimpiade Penelitian Siswa Nasional (OPSI) tingkat SMP se-Kota Ambon dan berhasil meraih juara di kedua lomba tersebut. Berlanjut ke semester 2 dimana kelas 9 harus fokus mengikuti pemantapan ataupun ujian – ujian diantaranya Try Out (TO), Ujian Praktek, Ujian Sekolah maupun Ujian Nasional. Akan tetapi peristiwa yang tidak terduga mengguncang kota Ambon dan sekitarnya yaitu gempa bumi. Hal ini membuat sekolah diliburkan selama kurang lebih 2 bulan. Dan pada bulan September sekolah dilakukan secara tatap muka seperti semula. Kelas pemantapan sudah bisa berjalan seperti biasa, dan hari – hari ujian sudah semakin dekat. Tidak lama setelah itu, seluruh sekolah dihimbau untuk melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dikarenakan pandemic covid-19. Ujian nasional bagi kelas 9 pun ditiadakan.


Melewati masa SMP, saya lanjut ke jenjang berikutnya yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA). Saya mendaftar pada salah satu SMA favorit di ambon yaitu SMA Negeri 1 Ambon dan berhasil melewati seleksi dengan baik, sehingga saya bisa ditempatkan di kelas unggulan. Akan tetapi dikarenakan PJJ, masa – masa SMA saya dilewati dengan begitu santai dan kurang niatnya dalam mengejar nilai. Namun, pada saat belajar saya menjadi tertarik dengan 1 mata pelajaran yaitu kimia. Saya menjadi sangat penasaran dan ingin belajar lebih lanjut di bidang tersebut. Akhirnya orang tua saya memilih salah seorang guru untuk mengajari saya secara privat. Saya mulai memfokuskan diri dan berusaha meningkatkan kemampuan di bidang kimia. Dari kelas 10 sampai dengan kelas 12 saya mengikuti banyak olimpiade kimia dari tingkat sekolah, kota, provinsi, sampai ke tingkat nasional dan berhasil mengumpulkan banyak sertifikat. Dikarenakan prestasi saya yang cukup memuaskan di bidang kimia, nilai – nilai saya di mata pelajaran yang lain bisa ditopang dan itu membuat saya mendapat peringkat satu di kelas, umum dan juga eligible pada jurusan mipa. Selain dari lomba saya di bidang akademik, saya juga pernah mengikuti lomba non-akademik yaitu Musikalisasi Puisi tingkat SMA se-Provinsi Maluku juga FLS2N kategori solo vocal putri. Semasa SMA saya juga tertarik untuk berorganisasi dan memutuskan untuk mencoba mendaftar di OSIS. Kelas 10 saya menjabat sebagai anggota osis bidang 4 yaitu prestasi akademik dan non-akademik, berlanjut ke kelas 11 saya menjabat sebagai bendahara OSIS. Waktu berjalan sampai memasuki kelas 12 semester 2. Saya tidak lagi mengikuti lomba – lomba dan organisasi, saya sibuk mengejar materi untuk UTBK dan juga SIMAK UI. Saya mengikuti les di GO dan juga bimbel secara online untuk memaksimalkan persiapan mengikuti SNBT dan Ujian Mandiri. Hari demi hari akhirnya tiba waktu pengumuman jalur yang pertama yaitu SNBP, dan ya saya berhasil di terima.


Setelah saya diterima di FKUI saya berkomitmen ingin mempelajari banyak hal baru untuk terus mengembangkan diri lebih dari sebelumnya dalam hal akademik, organisasi, juga pergaulan.


Harapan untuk diri saya sendiri, saya ingin menjadi mahasiswa yang aktif dalam bidang akademik maupun non-akademik, mengikuti organisasi dan dapat mengatur waktu dengan baik. Harapan saya untuk Angkatan FKUI 2023 terus menjadi Angkatan yang memiliki solidaritas tinggi, saling merangkul juga peduli terhadap satu sama lain.


Seorang pasien mendefinisikan dokter ideal sebagai seseorang yang memiliki kualitas pribadi untuk hubungan interpersonal, ketrampilan teknis dan niat baik[1]. WHO memberikan gagasan bahwa seorang dokter ideal harus memiliki nilai – nilai yang disebut five stars doctor diantaranya Care-provider (penyedia layanan Kesehatan), Decision-maker (pengambil keputusan), Communicator (penyedia layanan Kesehatan), Community Leader (pemimpin suatu komunitas), dan Manager (pengelola / pengatur). Sementara FKUI menambahkan dua kriteria yang disesuaikan dengan budaya dan kebutuhan masyarakat Indonesia, yaitu Researcher dan Faithful Piety (Iman – Taqwa)[1,2]. Dokter memiliki kontribusi besar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang sehat jiwa dan fisik. Selain berperan dalam mengobati, seorang dokter juga memiliki peran promotive, preventif, dan rehabilitatif[4]. Oleh karena itu kontribusi dokter dibutuhkan untuk mewujudkan salah satu sustainable development goals (SDGs) dalam pembangunan Kesehatan[5]. Saya ingin menjadi dokter yang memiliki jiwa dedikasi yang tinggi kepada setiap pasien yang dilayani, saya juga ingin berkontribusi untuk merawat orang – orang yang membutuhkan di pelosok nusantara.


Rencana jangka pendek saya selama pre-klinik adalah mampu beradaptasi dengan lingkungan FKUI, juga ingin mendapatkan nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) yang memuaskan. Yang harus saya lakukan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan FKUI adalah dengan lebih komunikatif dengan sesama, ramah juga tidak malu untuk bertanya. Jika ingin mendapatkan IPK yang bagus, saya harus memperhatikan setiap mata kuliah yang diberikan juga harus bisa responsif di kelas.


Rencana jangka Panjang saya selama klinik / dokter adalah bisa memberikan kontribusi yang baik untuk masyarakat terkhususnya daerah asal saya yaitu Ambon. Yang ingin saya lakukan untuk mencapainya adalah dengan mengobati pasien dengan baik dan benar juga membangun klinik di penjuru Maluku.


Harapan bagi masyarakat terkait dengan Kesehatan terkait dengan rencana jangka panjang adalah saya berharap banyak masyarakat di Indonesia Timur terkhususnya Maluku dapat terbantu sehingga meningkatkan kualitas hidup sehat.


Pesan untuk adik kelas yang mau masuk FKUI, jangan takut bermimpi. Tidak ada yang tidak mungkin. Jika memimpikan dan menginginkan sesuatu maka berusahalah sebisa mungkin sampai bisa mencapainya.


DAFTAR PUSTAKA

  1. Borracci RA, Gallesio AJM, Ciambrone G, Matayoshi C, Rossi F, Cabrera S. What patients consider to be a 'good' doctor, and what doctors consider to be a 'good' patient. Rev Med Chil. 2020 Jul;148(7):930-938. doi: 10.4067/S0034-98872020000700930. PMID: 33399677.

  2. I Supiyanti, Muhardi M. Seven stars moslem doctor sebagai aplikasi internalisasi nilai-nilai islam dalam nilai kerja tenaga medis di Indonesia. Jurnal Paradigma: Jurnal Multidisipliner Mahasiswa Pascasarjana Indonesia. 2020;1(1): 36-7 p. available from : https://jurnal.ugm.ac.id/paradigma/article/view/59573

  3. Siddiqui F, Malik AA. Promoting self-regulated learning skills in medical students is the need of time. Journal of Taibah Univ Med Sci. 2019 May 3; 14(3): 278. Available from : https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1658361219300460

  4. Erinaputri N, Listiani R, Pramudyawardani FD, Istanti ND. Peran puskesmas untuk mencapai universal health coverage di Indonesia : literature review. Jurnal Medika Nusantara. 2023;1(2): 190–199. https://doi.org/10.59680/medika.v1i2.310

  5. Peran besar para dokter bagi Bangsa Indonesia [Internet]. Flores Timus: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur; 2018 Dec 10. Available from : https://dinkes.florestimurkab.go.id/berita/peran-besar-para-dokter-bagi-bangsa-indonesia/


 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

Comments


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page