top of page
  • Youtube
Search
  • Najwa Alifia Purwanto
  • Aug 12, 2023
  • 8 min read

Updated: Aug 13, 2023

Narasi Perjuangan


Perkenalkan nama saya Najwa Alifia Purwanto. Saya biasa dipanggil Najwa. Saya lahir di Sukabumi, 14 Maret 2005. Sebelumnya, saya bersekolah di SMA Labschool Jakarta. Saat ini, saya merupakan mahasiswa aktif Universitas Indonesia jurusan Pendidikan Dokter kelas reguler yang diterima pada tahap SNBP. Inilah narasi perjuangan saya untuk bisa masuk FKUI 2023.


Hampir semua orang tua pasti mengharapkan anaknya untuk bisa masuk PTN. Saat mendengar nama PTN langsung terlintas tentunya nama Universitas Indonesia. Hal tersebut dikarenakan banyak orang mengakui bahwa Universitas Indonesia merupakan salah satu perguruan tinggi terbaik yang dimiliki Indonesia. Hal tersebut didukung oleh prestasi yang dicapai Universitas Indonesia sebagai peringkat ke-292 sedunia berdasarkan Quacquarelli Symonds (QS) World University Ranking pada Juni 2018. Performa stabil yang dimiliki inilah membuat UI menjadi universitas negeri paling diminati se-Indonesia. Universitas Indonesia juga dikenal memiliki fakultas kedokteran yang memiliki sarana, prasarana, kinerja pengajar, serta lulusan yang berskala nasional dan internasional.


Jika ditanya siapa sih yang tidak mau masuk dan bersekolah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia? Hampir semua orang menargetkan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebagai tempat untuk mewujudkan impiannya. Sejak kecil, saya bercita-cita ingin menjadi dokter. Walaupun tidak memiliki keluarga seorang dokter, saya tetap yakin dan optimis bisa menjadi dokter pertama di keluarga. Ayah saya berkata, Jika memiliki cita-cita jangan tanggung-tanggung dan harus di tempat yang terbaik. Mendengar kata itu, saya langsung termotivasi dan memilih Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebagai pilihan pertama dan satu-satunya. Motivasi kedua saya karena banyak dokter-dokter hebat di Indonesia yang merupakan lulusan dan alumni dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Motivasi saya yang terakhir adalah saya ingin bisa serta menguasai bidang riset dan penelitian. Saya yakin bahwa beberapa tahun yang akan datang, bidang riset dan penelitian nantinya akan dibutuhkan untuk kemajuan ilmu pengetahuan di Indonesia.


Karena motivasi-motivasi itulah membuat saya menjadi terpacu ingin masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Akan tetapi, banyak orang mengatakan bahwa untuk bisa menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu sangat susah. Berikut adalah perjuangan saya untuk bisa masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


Berawal dari sekolah dasar. Saya bersekolah di SD Islam Al-Azhar 19 Sentra Primer. Saya merupakan murid yang berasal dari luar Jakarta dan tidak mengetahui bagaimana kehidupan di Jakarta seperti apa. Di awal sekolah dasar, saya belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan baru dan tentunya saya memiliki kekhawatiran tidak bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. Oleh karena itu, orang tua saya menyarankan untuk mengikuti bimbel. Dengan adanya bantuan tersebut, kepercayaan diri saya di bidang akademik dan non akademik meningkat secara berprogress. Di ujian akhir (Ujian nasional dan Ujian sekolah), saya berhasil mempertahankan prestasi saya di posisi pertama. Selain itu, selama sekolah dasar saya juga aktif dalam bidang non akademik, seperti ekstrakurikuler dokter kecil, tahfidz, MC, dan drama pertunjukan.


Beralih ke sekolah menengah pertama. Saya bersekolah di SMP Labschool Jakarta. Setiap memasuki fase baru dalam hidup, saya pasti memiliki ketakutan yang sama yaitu takut tidak bisa beradaptasi di lingkungan yang baru. Di awal SMP, saya merasa terlalu banyak acara sekolah sehingga saya merasa tidak bisa mengimbangi dengan kegiatan akademik. Masuk ke kelas 8, saya mencoba untuk berorganisasi OSIS. Saya mencalonkan diri sebagai bendahara umum dan menjabat selama satu tahun. Selama itu, saya berusaha untuk membagi waktu dengan bijak antara kegiatan organisasi dengan kegiatan belajar. Saat di kelas 9, saya disibukkan oleh kegiatan rekrutmen organisasi. Kegiatan tersebut membuat hasil tryout dan nilai akademis saya menjadi tidak stabil. Setelah lengser dari OSIS, saya memfokuskan diri untuk meningkatkan prestasi akademis dan mempersiapkan ujian nasional. Masa pandemi pun menyerang di pertengahan bulan Maret 2020 dan ternyata ujian nasional dihilangkan. Semua kegiatan ujian praktek, les, dan ujian sekolah beralih menjadi daring.


Baru beradaptasi dengan pandemi, di tahun 2020 pula sistem masuk SMA berubah total. Pada awalnya, saya memiliki keinginan untuk masuk ke SMA negeri. Akan tetapi, dikarenakan sistem berubah membuat saya lebih memilih melanjutkan SMA di SMA Labschool Jakarta. Di masa SMA lah perjuangan untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia benar-benar dimulai.


Dari kelas 10, saya sudah menargetkan untuk masuk Universitas Indonesia melalui jalur undangan. Masih belum yakin 100% dengan jurusan yang ingin dituju tetapi selalu menanamkan pada diri sendiri untuk terus menjadi yang terbaik. Awal kelas 10, saya belum berani untuk ikut serta dalam organisasi dan lomba-lomba karena hanya ingin fokus di bidang akademik. Akan tetapi di akhir kelas 10, saya mencoba ikut lomba KSN Biologi sebagai pengalaman walaupun hasilnya memang tidak memuaskan.


Masuk ke kelas 11, ternyata lebih banyak rintangan yang saya hadapi ditambah virus covid pada saat itu sedang meningkat. Tidak ada satupun guru dan murid yang berani ke sekolah. Keputusan paling berani yang pernah saya buat saat itu adalah ikut serta dalam lomba FLS2N 2021 bidang monolog. Bermodalkan nekat dan ingin mencoba sesuatu yang baru, saya berusaha semaksimal yang saya bisa. Latihan hanya sebanyak 5x menggunakan Zoom Meeting hingga dibuatlah 1x pertemuan untuk mengulang latihan, menyiapkan properti, dan langsung merekam video monolog. Berkali-kali mengulang dari jam 9 pagi hingga 10 malam ternyata membuahkan hasil. Saya dipilih sebagai juara 1 FLS2N monolog Provinsi Jakarta dan lanjut mewakili Jakarta di skala nasional. Perjuangan dan usaha saya ternyata tidak sia-sia walaupun hanya sampai tingkat provinsi. Di samping itu, saya juga mulai mencoba untuk ikut serta dalam dua acara besar sekolah. Acara pertama adalah sebagai ketua divisi keuangan dan dana usaha di Bulan Bahasa Pemuda yang mengundang seluruh SMA se-Indonesia. Acara kedua adalah Labsproject : Glasorate sebagai ketua divisi dana usaha.


Sudah banyak acara sekolah yang dilaksanakan secara offline, proses pembelajaran pun sudah mulai hybrid. Saya merasakan kembali euforia sebagai anak sekolah yang bisa bertemu langsung dengan teman dan guru. Sejak saat itu, saya mulai memantapkan pilihan jurusan dengan konseling bersama psikolog. Hasil dari konseling tersebut adalah bakat dan minat saya berada di bidang kesehatan. Hal itulah yang membuat saya semakin membulatkan pilihan saya pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Selama di kelas 12, saya tidak mengikuti acara-acara di luar kegiatan akademik. Saya juga mengikuti bimbel untuk membantu pembelajaran dan mempersiapkan UTBK. Setelah nilai direkapitulasi, ternyata nilai rapor saya selama 5 semester menduduki peringkat pertama seangkatan. Oleh karena itu, saya memberanikan diri untuk mengikuti SNBP hanya dengan satu pilihan, yaitu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Alhamdulillah semua usaha terbayarkan dengan diterimanya saya di FKUI.


Sebelum masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya merupakan orang yang tidak teliti dan tidak mempersiapkan segala sesuatu dengan matang. Saya sering menyiapkan sesuatu secara mendadak. Saya menyadari bahwa setelah menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut harus saya ubah. Saya berkomitmen untuk menjadi pribadi yang disiplin, teliti, memiliki time management yang baik, terorganisir, dan aktif baik di bidang akademik maupun bidang non akademik.


Selain itu, saya juga memiliki harapan yang ditujukan bagi saya dan angkatan FKUI 2023. Harapan merupakan suatu hal yang harus semua orang miliki. Dalam membuat suatu harapan, berharap dan bermimpilah setinggi-tingginya. Harapan kedepannya untuk diri sendiri adalah saya berharap agar dipermudah jalan untuk semua keinginan dan cita-cita, berharap memperoleh nilai IPK yang tinggi di setiap semester, dapat aktif berorganisasi, dapat meningkatkan kinerja dan kemampuan pribadi, dapat selalu memberikan contoh yang baik, berharap untuk tidak takut dalam mencoba hal yang baru, bisa lulus dengan predikat lulusan terbaik, dan dapat terus membanggakan kedua orang tua. Selain itu, harapan saya untuk angkatan Gelora 2023 adalah saya berharap untuk kedepannya dapat lebih solid, lebih bisa membantu dan merangkul satu sama lain, serta terus memberikan semangat dan dukungan kepada sesama teman hingga pendidikan kita selesai dan memulai perjalanan baru kita sebagai dokter.


Berbagai harapan saya tujukan agar bisa menjadi dokter yang ideal. Lalu sebenarnya apakah yang dimaksud dokter yang ideal? Menurut opini penulis, dokter ideal adalah dokter yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan dan selalu meningkatkan potensinya. Menjadi dokter ideal itu susah dan perlu perjuangan. Kita sebagai seorang dokter haruslah menjadi orang yang dapat diidolakan. Seorang dokter ideal itu juga harus memiliki kriteria mendasar yang dikutip menurut PubMed Central yaitu menguasai basic knowledge, memiliki rasa bermoral yang tinggi, berkompeten, dan professional [1]. Sebagai seorang dokter yang nantinya juga akan mengabdi kepada bangsa, pengamalan dan kewajiban yang tertuang dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia harus diamalkan. Berdasarkan Kode Etik Kedokteran Indonesia, seorang dokter ideal adalah dokter yang dapat bekerja secara independen, profesional serta dapat menghormati hak-hak pasiennya [2]. Kriteria selanjutnya berdasarkan kutipan dari Internal Medicine Journal adalah seorang dokter harus menjadi pendengar yang baik dan memegang teguh kejujuran [3].


Seorang dokter yang memiliki semua nilai tersebut pastilah menjadi dokter yang dapat diandalkan pasiennya. Dalam pelaksanaannya di masyarakat, seorang dokter harus setia dan tidak boleh mengeluh dalam mendengarkan masalah yang dihadapi pasien. Seorang dokter harus jujur dalam menjalankan tugasnya. Seiring dengan sifat-sifat tersebut berdasarkan kutipan dari Rev Med Chile Journal, seorang dokter juga harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik, tertanam jiwa kepemimpinan dalam diri, dan harus mementingkan pasien diatas dirinya sendiri [4]. Tidak kalah penting, masyarakat juga membutuhkan dokter yang dapat mendengarkan. Berdasarkan Conference Paper mengenai sudut pandang pasien, sekitar 47% pasien membutuhkan dokter yang dapat mendengarkan [5]. Dengan seorang dokter mendengarkan pasiennya, semakin besar pula kepercayaan pasien kepada dokternya.


Untuk kedepannya, kriteria dokter seperti apa yang saya impikan? Saya ingin menjadi dokter yang melakukan kebaikan diiringi dengan adanya rasa empati, professional, dan berkompeten. Saya ingin menjadi dokter yang memberikan solusi terbaik untuk kesembuhan setiap pasien. Serta saya ingin menjadi seorang dokter yang memiliki seluruh kepercayaan pasien.


Setelah mengetahui kriteria dokter ideal itu seperti apa, saya juga memikirkan rencana jangka pendek dan panjang yang akan dilakukan. Rencana jangka pendek saya adalah berencana untuk mengeksplor diri dengan mengikuti UKM atau organisasi yang ada. Hal tersebut dapat saya capai dengan mengikuti seleksi kepanitiaan yang ingin saya ikuti. Selain itu, saya juga berencana untuk mengikuti seminar atau workshop sesuai dengan bidang dan tema yang saya minati.


Selain rencana jangka pendek, saya tentunya memiliki rencana yang ingin saya capai dalam jangka panjang. Rencana tersebut adalah aktif dalam bidang akademik. Saya berencana untuk menuntaskan pendidikan dokter dengan waktu yang tepat dan dengan hasil yang memuaskan. Untuk mencapai rencana tersebut, saya harus memanfaatkan waktu dengan seefektif mungkin, aktif di dalam kelas, dan mempersiapkan seluruh ujian dengan persiapan yang matang. Selain itu, saya berencana untuk mempersiapkan diri dengan baik untuk mengerjakan skripsi, mengikuti kehidupan co-ass, dan Ujian Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) sehingga saya bisa meraih hasil yang saya inginkan.


Selain pandangan, harapan, dan rencana bagi diri saya sendiri, tentunya saya juga memiliki harapan untuk masyarakat. Harapan saya untuk masyarakat terkait dengan kesehatan adalah jadikanlah kesehatan itu sebagai sesuatu yang penting dan prioritas. Jadilah masyarakat yang memiliki pengetahuan akan kesehatan yang terupdate. Jadilah masyarakat yang tidak takut untuk diperiksa ke dokter. Jadilah masyarakat yang memiliki kepekaan tinggi akan kesehatan. Jadilah masyarakat yang memiliki inisiatif untuk konsisten mengecek kesehatannya. Dan jadilah masyarakat yang selain memperhatikan kesehatan sendiri juga aware dengan kesehatan keluarga sekitar. Sesuai dengan pepatah, kesehatan itu sangat berharga dan tidak ternilai harganya.


Terakhir. Saya memiliki pesan bagi adik-adik yang ingin melanjutkan pendidikan di FKUI. Pesan saya untuk adik-adik kelas yang ingin masuk FKUI adalah semangat berjuang dan jangan menyerah. Selalu coba hal-hal baru untuk dijadikan sebagai pengalaman. Jangan takut untuk gagal karena kegagalan itu adalah awal dari keberhasilan. Dan selalu menjadi dan berikan yang terbaik untuk dirimu sendiri, keluarga, dan masyarakat sekitar. Tidak lupa serahkan semua hasil dan keputusan kepada Tuhan Yang Maha Esa.



DAFTAR PUSTAKA


  1. Steiner-Hofbauer V, Schrank B, Holzinger A. What is a good doctor?. Pubmed Central [Internet]. 2018 [cited 2023 Aug 8]; 168(15): 398-405. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6223733/

  2. FHUI B. Kode Etik Kedokteran Indonesia sebagai Penjaga Profesionalitas Dokter Oleh Wahyu Andrianto – Fakultas Hukum Universitas Indonesia [Internet]. [cited 2023 Aug 8]. Available from:https://law.ui.ac.id/kode-etik-kedokteran-indonesia-sebagai-penjaga-profesionalitas-dokter-oleh-wahyu-andrianto/

  3. Friedman Deborah Nadia, O’Donnabhain Austin. What makes a good doctor?. Internal Medicine Journal [Internet]. 2018 July [cited 2023 Aug 8]; 48(7): 879-882. Available from: https://www.researchgate.net/publication/326266652_What_makes_a_good_doctor

  4. Borracci RA, Álvarez Gallesio JM, Ciambrone G, Matayoshi C, Rossi F, Cabrera S. What patients consider to be a “good” doctor, and what doctors consider to be a “good” patient. Revista Medica De Chile [Internet]. 2020 Jul 1 [cited 2023 Aug 8];148(7):930–8. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33399677/

  5. Carbone R, Fredricks J, Basdeo A, Davis K. What makes a good doctor: a qualitative study of patient perspectives. Paper presented at: ResearchGate. Proceedings of the Community Engagement Project UIWSOM 2021; 2021 Jan; San Antonio, Texas. ‌

 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

Comments


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page