top of page
  • Youtube
Search
  • Nadine Nauli Nifrans
  • Aug 11, 2023
  • 12 min read

NARASI PERJUANGAN

Sejak saya memulai perjalanan panjang dalam pendidikan, ada satu kalimat yang selalu diutarakan ayahku yang terukir dalam dada dan pikiranku, “Do your best, and let God do the rest." Kalimat itu seolah menjadi mantra yang membebaskan saya dari setiap rasa sakit dan penderitaan kegagalan, dan kata-kata itulah yang memegang erat tangan saya, mengangkat saya, dan menyadarkan saya dari keputusasaan.

Sebelum terjun ke dalam kilas balik ini, saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Hello semuanya! Perkenalkan, nama saya Nadine Nauli Nifrans, akrab disapa dengan Nadine. Nama yang diberikan orang tua saya telah menjadi dorongan hati saya yang teguh dalam mengejar segala harapan dan mimpi. “Harapan yang indah” dari kedua orangtua saya, itulah esensi dari nama yang sudah diberikan kepadaku. Saya lahir di Jakarta, pada tanggal 2 Oktober 2006. Sebelum saya melangkah ke jenjang edukasi yang lebih tinggi, saya merupakan siswi SMAN 81 Jakarta Timur, SMA yang sejak 2 tahun yang lalu menjadi tempat dimana memori suka dan duka saya terekam. Tempat dimana canda dan tawa kami menggema. Sejak pengumuman SNBP tanggal 28 Maret 2023, Saya meninggalkan seragam putih abu-abu saya dan menukarnya dengan jaket kuning khas UI, resmi menjadi mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) program S1 Reguler.

Tak bisa dipungkiri lagi bahwa saya dan hampir semua orang memandang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) sebagai tempat khusus untuk yang terbaik dari yang terbaik. Tentu reputasi tersebut ada kebenaran yang sudah berkali-kali dibuktikan. Seperti yang tertera di Times Higher Education World University Rankings (THE WUR) 2023, Universitas Indonesia bertahan sebagai universitas paling berkualitas dan terkemuka di Indonesia, menempati ranking 1 dari 18 universitas yang berpartisipasi dalam THE Asia University Rankings 2023. Memang pandangan saya waktu kecil hingga saat saya menduduki jenjang SMA tidak pernah berubah. Sebagai contoh, waktu saya masih TK, ketika saya masih terlarut dalam kebahagiaan sederhana seorang anak, ibu saya sering kali menepuk pundak saya hanya untuk mengatakan, "Lihat, sepupumu masuk UI! Hebat, dia masuk dengan undangan juga." Saya akan memutar mata dan terus bermain tanpa peduli sebab saya belum mengerti. Namun, seiringnya waktu, saya pun ikut merenungi betapa keren dan hebatnya saudara-saudaraku yang berhasil masuk ke UI, dan setelah saya menduduki bangku SD kelas 6 saya baru menyadari betapa bergengsi dan bermartabat tingginya UI itu. Universitas Indonesia memiliki nilai yang sangat tinggi di mata saya dan di mata orang tua saya, apalagi mereka pun lulusan UI. Oleh sebab itu, mereka sangat memahami seberapa keras dunia persaingan menuju universitas terbaik di Indonesia itu, hingga menumpahkan darah dan air mata untuk masuk ke UI.

Saat pertama saya menyadari bahwa cita-cita saya ingin menjadi seorang pengobat, seorang penolong, seorang dokter, adalah momen ajaib, di mana jantung saya berdetak lebih cepat, pikiran saya penuh dengan keyakinan yang tak dapat diubah menjadi kata-kata. Pada saat itu, saya tahu persis motivasi saya untuk menjadi seorang dokter, dan kesadaran itu melekat pada diri saya selama bertahun-tahun. Saya merasa bahwa dokter memiliki tugas yang mulia untuk menyembuhkan dan merawat orang-orang yang sakit dan membutuhkan pertolongan. Saya ingin merasakan kepuasaan seorang dokter ketika beliau berhasil menyembuhkan pasien-pasiennya. Saya ingin ikut merasakan kelegaan dan kebahagiaan seorang dokter ketika pasien yang dia bantu dan rawat kembali sembuh. Saya ingin merasakan semua hal itu. Saya sudah mengetahui jelas universitas mana yang memiliki jurusan kedokteran terbaik di Indonesia, yang pastinya adalah UI. Tekad saya sudah bulat, sebab dimana lagi saya ingin menimba ilmu selain Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia? Saat itu juga, saya menutup mata dan melipat tangan, dan berjanji kepada Tuhan bahwa saya akan menjadi dokter yang layak bagi dunia ini.

Ketika saya masih SD, cita-cita dan masa depan hanyalah sekedar suatu teknik ice breaking yang sering dilontarkan guru sebelum pelajaran dimulai. Guru-guru saya di SDK Penabur Kota Wisata selalu bertanya, “Anak-anak, tulis di kertas kalian masing-masing ya. Kalian mau jadi apa pas nanti sudah besar?” Pertanyaan yang tipikal dan membosankan, gerutu batinku sambil menulis secara asal di secarik kertas yang sudah diberikan. Dokter? Arsitek? Fashion designer? Cita-cita palsu, mimpi palsu, harapan palsu untuk masa depan semua melintasi pikiranku. Dari mata orang lain, saya dapat dikategorikan sebagai anak yang teladan, memiliki banyak prestasi, disukai guru dan teman-teman, juga memiliki banyak bakat. Namun, tak ada satupun hal yang ingin kujadikan tujuan masa depanku.

Meski tanpa mimpi, saya tetap mencari suatu hal yang akan membuat hidupku berarti tanpa henti di tengah gelapnya kabut. Saya jatuh cinta dengan menggambar sejak saya masih balita, hingga orangtua saya pun kebingungan dengan dinding-dinding rumah yang penuh dengan gambar krayon dan pensil warna. Menyanyi memenuhi jiwaku dengan kebahagiaan, aku bernyanyi sampai matahari terbenam, sampai suaraku menjadi serak, dan aku bergabung dengan semua kelompok paduan suara yang ditawarkan sekolahku. Musik menjadi teman yang memelukku setiap kali aku merasa sendirian. Pianoku, biolaku, semuanya telah memberikan ketenangan bagi diri saya. Bahkan keunggulan saya di mata pelajaran sekolah pun dapat kubanggakan, segala piala juara 1 dapat membuktikannya. Tetapi, di akhir masa SD saya tetaplah satu pertanyaan itu tidak bisa saya jawab.

Hingga sampai sudah jenjang pendidikan berikutnya, yaitu SMP. Saya memilih untuk memasuki sekolah negeri, SMPN 41 Jakarta tepatnya. Masa SMP saya merupakan waktu yang menyenangkan memberikan keringanan pada hari-hari saya. Lingkungan baru, teman-teman baru, dan hal-hal baru untuk dinikmati. Ketika saya kelas 7 hingga kelas 8, saya fokus dengan pelajaran sekolah, mengikuti ekstrakurikuler dengan rajin, dan secara keseluruhan tidak terlalu memikirkan masa depan seintens ketika saya SD. Namun, kelas 9 pun mendekat, dan rasa takut dan khawatir memikirkan pendaftaran SMA melanda saya seperti kereta api. Hingga pada akhirnya, saya memilih untuk mutasi ke salah satu SMP terbaik di Jakarta, yaitu SMPN 115 Jakarta, untuk meningkatkan peluang saya untuk masuk ke SMA bagus. Sebenarnya, kekhawatiran untuk masuk SMA memicu bukanya ruang tersembunyi yang saya kunci dalam-dalam di sudut pikiran saya. Sebentar lagi SMA, lalu kuliah, lalu kerja, apa tujuan hidupku? Sudah biasa saya memikirkan hal itu sambil menghela nafas dan menarik rambut saya dengan frustasi.

Sambil menyiapkan diri untuk ujian akhir, saya memikirkan ulang semua hal yang membuat saya bahagia. Menggambar? Menyanyi? Bermain musik? Semua hal itu adalah hal yang saya sukai dan saya simpan dekat di hati saya. Namun, sepertinya tidak ada yang dapat menjadi motivasi saya untuk bekerja jangka panjang, terutama menjadi pekerjaan seumur hidup. Hingga suatu hari, saya menonton video-video dokter yang dengan fokus seluruhnya tertuju pada keselamatan pasiennya. Jiwa saya bergetar sedikit, bertahun-tahun saya tidak terlalu merasakan suatu koneksi dengan pekerjaan apapun, namun melihat kerja tulus seorang dokter dan usaha mereka untuk melakukan yang terbaik bagi pasiennya selalu membuat saya terdorong. Suatu hal yang selalu saya nikmati dalam hidup saya adalah membantu orang lain. Apalagi minat pribadi saya yang sering saya cari diluar jam pelajaran adalah segala hal tentang tubuh manusia, otak dan pikiran manusia, dan segala cara kerja manusia. Realisasi bahwa ternyata saya memiliki cita-cita yang berarti, ada suatu mimpi yang dapat saya gantung di langit seperti teman-teman saya, merupakan suatu hal yang telah mengangkat beban yang berat dari dadaku.

Dengan cita-citaku yang sudah tetap dan melekat dalam hati, saya berusaha keras untuk masuk ke SMA yang cukup bergengsi atau minimal masuk ke ranking atas. Tetapi pada tahun itu, yaitu tahun ketika SMA sudah menggunakan zonasi, prestasi akademik dan non-akademik, dan lainnya, menjadikan tujuan singkatku sedikit tersendat. Ya, nilai saya cukup bagus, begitu juga yang lainnya, apalagi saya hanya pernah menjadi sekretaris Rohkris di SMPN 41 Jakarta yang nilainya tidak seberapa dibandingkan para ketua dan wakil ketua OSIS. Beruntungnya persis setahun sebelum saya masuk kelas 9, saya mengikuti lomba nasional piano dan mendapatkan juara 1, dan sertifikat inilah yang menyelamatkan saya dan secara langsung meningkatkan rata-rata nilai untuk pendaftaran SMA saya.

Pada akhirnya, saya berhasil masuk ke SMAN 81 Jakarta, sekolah yang cukup bergengsi di Jakarta. Saya memasuki jenjang baru ini dengan penuh semangat dan ambisi baru dalam diri saya. Awalnya, saya ingin melewati masa SMA ini dengan jalan yang tipikal atau jalan yang digunakan hampir semua orang. Tetapi, apa itu hidup tanpa sedikit tantangan? Saat mataku tertuju kepada suatu program yang dijelaskan guru saya di zoom yang tertulis ‘SKS Program 2 Tahun’, saya tahu persis apa yang saya inginkan. Dan saya pun mendaftarkan diri dalam program tersebut dengan hati yang membara. Setelah saya melihat kembali waktu saya selama 2 tahun itu, saya menyadari bahwa ada begitu banyak pengalaman menyedihkan dan menyakitkan yang kualami dalam melalui program ini yang membantu saya tumbuh menjadi pribadi yang lebih dewasa.

Mulai dari harus membiasakan diri untuk menghubungi guru secara aktif untuk sekedar menanyakan mengenai jadwal bertemu dan segala tugas-tugas yang tak berhenti mengalir, dan juga keadaan kami yang tidak memiliki kelas secara khusus seperti program 'Akselerasi' sehingga tidak ada schedule tetap yang dapat kami ikuti. Memang benar-benar kami yang mengatur semuanya, dari alur pembelajaran, komunikasi dengan guru, hingga kesiapan kami untuk di tes dan diberikan ujian, segala tanggung jawab dalam penyelesaian program ini berada di tangan kami. Kebingungan, kegelisahan, dan tekanan mental yang sangat berat sudah menjadi hal biasa yang menggerogoti semangat juang saya hari demi hari. Untungnya, segala hal pasti ada sisi cerah yang dapat saya nantikan. Teman-teman seperjuanganku dalam program ini sudah menjadi seperti suatu keluarga baru, dimana kami merangkul satu sama lain dan berjuang melewati hujan badai ini. Persaingan bukanlah alasan untuk menghilangkan segala hubungan kami dengan orang lain, sebab dengan bersama-sama seorang manusia dapat maju dengan potensial dirinya secara keseluruhan. Kami membuat study group, saling tutor pelajaran yang kami kuasai, dan pastinya juga sering melakukan refreshing, baik nonton bersama, bermain bersama, ataupun hanya sekedar bertemu dan jalan-jalan bersama untuk mengembalikan senyuman di tiap muka kami diakhir lelahnya minggu.

Mengejar materi yang memiliki jangka waktu yang seharusnya 3 tahun menjadi 2 tahun sangat tidak mudah, namun itu tidak dijadikan alasan untuk menghasilkan nilai-nilai yang kurang. Semua orang pasti mengatakan, "Usaha tidak akan mengkhianati hasil." Pepatah itu telah dibuktikan berkali-kali dalam hari-hariku di SMAN 81 Jakarta ini. Nilai-nilai saya dan teman-teman saya dalam program ini cukup memuaskan hingga kami semua berhasil masuk ke rank eligible kelas 12. Seruan kegembiraan melintasi kami semua ketika kami melihat rank kami, "Bisa nih kita daftar SNBP!" Seruku dengan bangga. Sehingga, usaha selanjutnya dilakukan dengan cara pembentukan strategi, seperti permainan catur yang tiap langkahnya perlu ditimbang kelebihan dan kelemahannya. Syukurnya semua guru saya, termasuk guru konseling BK, setuju dan merestui saya mendaftarkan FKUI untuk SNBP.

Ketika hasilnya keluar, saya tidak menangis, tidak teriak, tidak mengeluarkan reaksi apa-apa. Hanya satu gestur kecil, saya menutup mulut dengan kaget dan ketidakpercayaan, sambil mengucap syukur kepada Tuhan bahwa Dia telah mengizinkan saya untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui SNBP. Rasa lega mengalir dalam darahku, segera disusul dengan kebahagiaan yang tak dapat dideskripsikan dengan kata-kata apapun.

Hidup adalah rangkaian perubahan, dan saya memiliki komitmen untuk mengubah diri saya menjadi manusia dan seorang pelajar yang lebih baik. Dari sebelum masuk dunia perkuliahan, komitmen saya pastinya disesuaikan dengan apa yang saya butuhkan pada jangka pendek, yaitu masuk FKUI. Saya memiliki tekad untuk lulus dari SMA dengan nilai sebaik mungkin agar memiliki kesempatan mengikuti SNBP. Saya pun berusaha untuk mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler yang saya minati dengan antusias, seperti paduan suara dan vokal grup SMAN 81 Jakarta. Untuk kepribadian saya sendiri, saya berharap bahwa sebelum kuliah, Program 2 tahun yang saya ikuti ini dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri dan keberanian saya untuk mengambil risiko. Sebab seperti yang sudah saya katakan, apa itu hidup tanpa sedikit tantangan?

Komitmen pun berubah seiring waktu, terutama karena diterimanya saya dalam keluarga besar FKUI. Saya memiliki komitmen untuk fokus dalam mengikuti segala pembelajaran yang diberikan selama waktu perkuliahan, terutama harus bertekad untuk mendapatkan IPK setinggi mungkin. Saya pun berkomitmen memasuki beberapa UKM tertentu yang sesuai dengan minat dan bakat saya agar kegiatan akademik pun seimbang dengan kegiatan non-akademis. Secara keseluruhan, komitmen saya selama di FKUI berputar pada keseimbangan antara segala hal yang saya ikuti. Untuk self-development, saya pun akan berusaha agar dapat menjadi pribadi yang lebih asertif baik dalam percakapan sehari-hari ataupun berkomunikasi secara formal. Saya berkomitmen untuk menjadi seorang mahasiswa yang tekun dalam mengerjakan segala kewajiban dan tanggung jawab yang dimilikinya.

Harapan saya pun sejalan dengan komitmen yang sudah saya nyatakan selama di FKUI. Saya berharap agar selama semua semester di perkuliahan saya akan layak untuk mendapatkan IPK sesuai dengan apa yang saya inginkan. Saya akan terus berharap agar segala kegiatan yang saya lakukan di UI dapat dijadikan suatu pedoman yang penting dan berguna untuk menghadapi dunia kerja pada nantinya, juga dapat memetik nasihat-nasihat yang dunia telah berikan kepada saya untuk menjalani hidup yang tidak idealis. Harapan saya yang idealis untuk angkatan 2023 Gelora, angkatan saya yang kubanggakan, adalah harapan untuk tetap bersatu dan bertahan dalam dunia perkuliahan yang penuh lika-liku. Bersama-sama kita berbagi kesulitan yang sama, berbagi mimpi yang sama, dan saya berharap kita akan memahami satu sama lain sebagai satu keluarga.

Dari awal saya memilih jalan panjang dan berat menuju seorang dokter, saya sudah mengetahui bahwa suatu pandangan yang ideal mungkin saja tidak dapat dicapai oleh siapapun, namun setiap orang akan tetap memiliki sebuah pola pikir idealistik yang akan membawa mereka lebih dekat ke titik tersebut. Dokter yang ideal merupakan seorang dokter yang seseorang yang memiliki kualifikasi yang cukup atau memenuhi syarat pendidikan sehingga dapat melakukan praktik untuk menyembuhkan pasien. Dokter yang ideal akan memiliki keinginan untuk membantu sesamanya dan menyembuhkan pasiennya, juga tertarik dengan dunia kedokteran. Perspektif eksternal dari seorang dokter menunjukkan bahwa masyarakat menganggap bahwa seorang dokter harus mampu memahami dan mendiagnosis penyakit yang menyerang seorang pasien dan juga perasaan pasien yang mengalaminya. Segala gestur dan gerak-gerik tubuh, isyarat wajah dan suara, dan segala hal yang didapatkan secara tidak langsung diharapkan dapat ditangkap oleh seorang dokter. Dokter diharuskan pula untuk dapat berkomunikasi secara efektif baik dengan pasien maupun dengan sesama dokter lainnya agar tercipta suatu pengertian dan terhindar dari kesalahan bertindak.

Dokter pun diperhadapkan dengan nilai-nilai luhur yang diharapkan dapat dipertahankan selama karirnya. Salah satunya merupakan integritas yang tinggi yang menjadikan seorang dokter dapat dipercaya oleh pasiennya. Seorang dokter diharapkan dapat menjadi pribadi yang transparan dan jujur terhadap pasiennya. Empati seorang dokter terhadap pasien, seperti memahami perasaan berupa keresahan dan stress yang ditunjukan ketika konsul dengan dokternya. Rasa simpati dan pengertian akan menimbulkan efek positif dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Peran seorang dokter di masyarakat tidak hanya memiliki tanggung jawab untuk menyembuhkan pasiennya, namun juga berperan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan sosialisasi dan menyebarkan pengetahuan yang informatif bagi masyarakat luas.

Saya memiliki dan berniat untuk mengimplementasikan rencana-rencana pre-klinik untuk menunjang masa depan saya sebagai dokter. Dalam kehidupan kampus, saya berencana untuk mendapatkan IPK setinggi mungkin untuk menunjang cita-cita dan lulus dengan predikat yang memuaskan atau lebih lagi. Selama berkuliah, saya memiliki rencana untuk mengikuti organisasi-organisasi di FKUI yang dapat memberikan saya kesempatan untuk berlatih keterampilan yang penting dan esensial untuk kehidupan nyata. Untuk menunjang minat dan bakat yang saya miliki, saya pun akan mengikuti organisasi yang lebih condong kepada arts and performance. Saya pun akan memperluas jaringan koneksi dan bersosialisasi melewati batas fakultas dan memperbanyak teman dan hubungan saya.

Dengan daftar rencana saya yang merupakan pencapaian tinggi, saya juga memerlukan rencana mengenai cara mencapainya. Saya harus membiasakan diri dengan jenis kelas dan proses pembelajaran yang baru. Sudah pasti saya harus merombak cara belajar saya ketika masa-masa SMA dan memadukannya dengan cara belajar baru yang lebih efektif dan efisien. Hal yang perlu saya implementasikan secara rutin adalah time management yang baik dan benar. Penguasaan diri terhadap hal-hal tertentu dan ketekunan mengerjakan tugas dan kegiatan kampus yang sudah diberikan sangat penting untuk saya biasakan. Untuk mendapatkan prestasi-prestasi selama waktu saya berkuliah, saya perlu pengaturan materi pembelajaran yang lebih baik, tidak hanya belajar apa yang diberikan dosen, namun membaca materi yang ada di luar pelajaran yang diberikan di kelas.

Adapun saya memiliki rencana yang jangkanya lebih panjang, yaitu hingga saya lulus, mengambil spesialis, dan hingga nanti saya sudah bisa berdiri dengan kedua kaki saya sendiri dan menjadi dokter yang saya impikan. Salah satunya adalah mempertahankan dan memelihara pertemanan antar sesama lulusan fakultas kedokteran, sebab koneksi adalah hal yang sangat penting di dunia karir dan bisa saja merupakan hal yang menyelamatkan saya dari suatu masalah di kemudian hari. Hal berikutnya adalah saya akan berusaha untuk memulai pengalaman saya menjadi dokter di rumah sakit setelah mendapatkan surat izin praktik. Menambah pengalaman menjadi dokter yang minimal dapat mendekati ideal-ideal saya, menambah pengetahuan, dan juga menambah pertemanan dan koneksi dengan dokter-dokter senior dan teman sebaya.

Untuk mencapai segala hal itu, saya akan mendalami pengetahuan saya dari saat ini, dari saya baru memulai perjalanan saya dalam dunia kedokteran. Mulai dari saat ini, saya bertekad untuk mendalami pengetahuan saya mengenai etika dan keadaan rumah sakit. Dengan itu, saya akan lebih sanggup menghadapi masa depan dengan lebih siap lagi.

Saya berharap bahwa saya dapat menjadi seorang dokter yang berguna dan bermanfaat bagi masyarakat. Setelah menjadi dokter yang memiliki pengalaman dan profesionalisme tinggi, saya ingin melayani masyarakat lebih lanjut dengan mengikuti pelayanan ke pelosok-pelosok dan memberikan pengobatan bagi masyarakat yang kurang akses terhadap berbagai fasilitas kesehatan. Saya berharap bahwa saya dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat dan negara Indonesia ini.

Saya menitip pesan untuk adik-adik saya yang memiliki cita-cita untuk bergabung ke dalam keluarga besar FKUI. Jika perjuangan pendidikanmu masih panjang, usahakan untuk kenali dirimu, kenali kemampuanmu, kenali semua bakat dan minatmu, kembangkan semua passion yang kamu miliki, because God gave you those talents for something. Jika hatimu memang terletak pada keinginanmu untuk membantu dan melayani sesamamu, untuk menjadi orang yang dapat menyembuhkan dan menyelamatkan sesamamu, maka bulatkan tekadmu dan berusahalah dengan seluruh jiwa dan ragamu. Berdoa kepada Tuhan dan mohon penguatan dari-Nya. Usahamu pasti memunculkan buah yang manis. “Do your best, and let God do the rest. Aku tunggu kalian di keluarga besar FKUI!

DAFTAR REFERENSI

Humas FKUI. UI maintains national first rank of Times Higher Education Asia 2023 [Internet]. Jakarta: Universitas Indonesia; 2023 Jul 31 [cited 2023 Agu 06]. Available from: https://www.ui.ac.id/en/ui-maintains-national-first-rank-of-times-higher-education-asia-2023/

Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. 3 karakter ini harus dimiliki seorang dokter [Internet]. Jakarta: Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI; 2018 Des 18 [cited 2023 Agu 06]. Available from: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20181215/4928833/3-karakter-harus-dimiliki-seorang-dokter/

Rosa EY, Sugandi MS. The ideal doctor image in Asian countries: A qualitative study of gen z patient's perspective. Journal Eduvest [Internet]. 2023 Jul 20 [cited 2023 Agu 06];3(7):1347-1366. Available from: https://doi.org/10.59188/eduvest.v3i7.865

Aoun M, Sleilaty G, Jaoude SA, Chelala D, Moussa R. How do Lebanese patients perceive the ideal doctor based on the CanMEDS competency framework? MNC Med Educ [Internet]. 2019 Okt 29 [cited 2023 Agu 06];19, article no: 399. Available from: https://doi.org/10.1186/s12909-019-1837-y

Grundnig JS, Steiner-Hofbauer V, Drexler V, Holzinger A. You are exactly my type! The traits of a good doctor: a factor analysis study on public's perspectives. BMC Health Serv Res [Internet]. 2022 Jul 08 [cited 2023 Agu 06];22, article no: 886. Available from: https://doi.org/10.1186/s12913-022-08273-y


 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

Comments


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page