- Nabila Zahra Faisal
- Aug 12, 2023
- 9 min read
Narasi Perjuangan
Halo, salam kenal semuanya! Perkenalkan saya Nabila Zahra Faisal, mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2023 kelas reguler. Sebelumnya, saya bersekolah di SMA Kartika XIX-1 Bandung. Saat ini, biasanya orang-orang memanggil saya dengan nama Nabila, Bila, atau Bibil. Panggilan yang mana saja tetap valid bagi saya, selama ada unsur “Bil” di dalamnya. Melalui narasi ini, saya akan merangkum kilas balik perjuangan yang saya tempuh selama bertahun-tahun sampai akhirnya, Alhamdulillah, pada tanggal 20 Juni 2023 lalu saya mendapat ucapan “Selamat!” pada laman Pengumuman SNBT 2023 dan kini menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Setiap kali saya mendengar nama “Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia”, hal pertama yang terbesit dalam benak saya adalah betapa prestisiusnya nama tersebut. Selain karena statusnya sebagai fakultas kedokteran no. 1 di Indonesia,[1] keprestisiusan tersebut juga terbukti dari banyaknya lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang berkualitas serta memiliki peranan penting pada negara. Nama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, yang dulunya bernama STOVIA, juga sering sekali muncul pada buku-buku sejarah yang saya baca. Banyaknya pahlawan bangsa yang menimba ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia membuat diri saya kagum dan memunculkan rasa keinginan untuk ingin turut mampu menimba ilmu di tempat yang sama seperti para pahlawan tersebut.
Saya masih ingat sekali bagaimana awal mula saya memantapkan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebagai pilihan pertama saya untuk menimba ilmu kedokteran. Di masa pandemi, persisnya saat saya kelas 11, saya pernah mengikuti acara Open House FKUI 2021. Karena keadaan pandemi, acara nya dilaksanakan secara daring melalui zoom meeting. Awalnya, saya tidak terlalu berekspektasi banyak dengan event online. Hanya seperti seminar online saja, asumsi saya pada saat itu. Namun, tentu saja, asumsi saya sudah pasti salah. Saya dibuat sangat kagum dengan alur berjalannya acara. Sejak pembukaan, saya sangat terkesan dengan para panitia openhouse FKUI yang sangat profesional. Acaranya berjalan dengan sangat tepat waktu. Sosialisasi mengenai rundown acara juga tersampaikan dengan baik. Semua segment-nya pun disajikan dengan sangat menarik. Dihadiri oleh pembicara-pembicara yang hebat dan ditambah dengan profesionalisme para panitia, kedua hal tersebut membuat saya meyakini bahwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan tempat terbaik bagi saya untuk melabuhkan mimpi saya, yakni menjadi dokter yang hebat, profesional, serta mampu menjalin komunikasi yang baik dengan pasien saya di masa depan.
Menjadi dokter merupakan profesi yang sudah saya cita-citakan sejak saya berumur 4 tahun. Waktu kecil, memang tidak ada alasan tertentu di balik cita-cita tersebut, hanya salahsatu di antara profesi yang biasanya umum dicita-citakan anak kecil saja. Namun, saat duduk di bangku SD, tepatnya saat saya kelas 5, saya pernah mengikuti asesmen minat dan bakat melalui psikolog keluarga yang biasanya menangani kembaran saya terkait Autism Spectrum Disorder (ASD) yang dimilikinya. Berdasarkan hasil dari asesmen yang telah saya ikuti, ternyata psikolog tersebut menyarankan orangtua saya untuk mengarahkan saya ke dunia kedokteran. Akhirnya, selama 1 tahun terakhir di SD, saya berusaha untuk meraih NEM tinggi agar bisa masuk ke salahsatu SMP negeri favorit di kota Bandung. Harapannya, agar kehidupan akademik saya berjalan lancar demi tujuan saya untuk bisa masuk ke fakultas kedokteran nanti.
Alhamdulillah, di tahun 2017 saya berhasil masuk ke SMPN 7 Bandung, salahsatu SMP favorit yang menjadi pilihan pertama saya. Selama di kelas 7, saya sangat berusaha mengikuti semua mata pelajaran dengan baik. Saya meyakini, jika dasar-dasar dari mata pelajaran tersebut saya kuasai, maka akan mudah kedepannya bagi saya untuk meningkatkan nilai. Selain itu, saya juga mulai mengikuti kegiatan non akademik seperti pramuka dan paduan suara. Naik ke kelas 8, saya kembali berkonsultasi mengenai kehidupan akademik saya ke psikolog yang sama saat saya mengikuti asesmen minat dan bakat. Saat itu, saya mulai belajar membuat rencana selama lima tahun kedepan mengenai cita-cita saya. Untuk masuk ke fakultas kedokteran terbaik, tentunya saya perlu masuk ke SMA favorit terlebih dahulu. Selain karena kehidupan akademik yang terjamin, banyaknya lulusan dari SMA tersebut mampu memberi peluang yang besar bagi saya untuk mampu lolos melalui jalur SNBP. Untuk mampu masuk ke SMA favorit, akhirnya saya belajar dengan keras untuk meraih NEM tinggi.
Namun, sayangnya di tahun 2020, persis saat saya berada di kelas 9 akhir, pandemi Covid-19 melanda dunia. Kegiatan pembelajaran terpaksa harus dilaksanakan secara online. Di tahun itu juga, terjadi perubahan sistem PPDB. UN ditiadakan, saya merasa out of track dari rencana yang telah saya buat sejak kelas 8. Setelah gagal mencoba di PPDB jalur rapor, akhirnya saya hanya mampu mengandalkan jalur zonasi. Sayangnya, saat pengumuman PPDB tiba, jalur zonasi pun juga bukan rezeki saya.
Pada saat itu, gagal masuk SMA negeri favorit membuat saya merasa tidak mampu melanjutkan rencana yang sudah saya bangun. Ketika satu pintu kesempatan tertutup, saya pikir hancur sudah rencana saya. Namun, tentunya dengan dukungan dari orangtua serta teman-teman terdekat, saya akhirnya mampu bangkit kembali dan melihat rintangan yang saya hadapi dengan sudut pandang yang berbeda. Butuh waktu sekitar satu semester bagi saya untuk kembali mengumpulkan semangat dan belajar dengan lebih giat lagi. Beruntungnya, sosialisasi mengenai jalur penerimaan mahasiswa baru tahun 2021 muncul di laman Youtube saya pada saat itu. Setelah menonton live tersebut sampai akhir, saya akhirnya mulai membangun rencana baru dengan semangat baru yang lebih membara lagi.
Selama kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), saya selalu menyempatkan waktu untuk menyicil materi SNBT setelah jam KBM selesai. Lalu, mulai di bangku kelas 11, ibu saya mendaftarkan saya untuk mengikuti bimbingan belajar dalam rangka mempersiapkan SNBT. Sampai tibalah waktunya saya di penghujung kelas 12, masa-masa terakhir saya mengenyam pendidikan di SMA. Masa ini lah yang menjadi penentu hasil akhir dari perjalanan saya selama mengejar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Perjalanan saya untuk menuju gerbang cita-cita pun kian mendekat. Di masa-masa yang paling crucial ini, tentunya rasa ragu sempat menghampiri saya. Tak hanya sekali-dua kali bahkan. Puncak dari keraguan saya adalah ketika orang-orang sekitar meragukan pilihan yang saya ambil. “Kamu yakin mau ambil UI? UI itu susah banget, apalagi FK nya. Ambil universitas lain aja!”. Mendengarnya, muncul rasa tidak percaya diri dalam benak saya. Berasal dari sekolah yang sama sekali belum pernah meluluskan siswa-siswi nya ke fakultas kedokteran, mungkin menjadi salahsatu faktor terbesar yang membuat saya ragu pada saat itu. Selain itu, skor tryout SNBT yang sempat tidak mengalami kenaikan secara signifikan juga membuat saya sempat pesimis untuk bisa lolos ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Namun, berkat doa, semangat, serta dukungan dari keluarga, guru, dan orang terdekat, saya akhirnya belajar lebih giat lagi selama satu bulan menuju SNBT. Dengan ikut dua les dalam sehari, mengerjakan buku-buku soal dari pagi sampai malam, dan memperbanyak doa serta berserah diri kepada Allah Swt, akhirnya pada tanggal 20 Juni 2023 usaha serta doa yang saya kerahkan berbuah manis. Kata "Selamat!" terpampang dengan jelas pada laman pengumuman SNBT. Tangis haru, pelukan dari keluarga, serta kata selamat dari teman-teman dan guru membanjiri diri saya waktu itu. Seluruh kecemasan serta kekhawatiran yang membebani pundak saya seakan-akan runtuh seketika. Perjuangan yang saya tempuh selama bertahun-tahun demi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia akhirnya terbalaskan dengan hasil yang memuaskan.
Lolos menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia membuat saya bersemangat untuk menanti versi terbaik diri saya kedepannya. Saya menyadari bahwa diri saya semasa sekolah masih memiliki banyak kekurangan dan perlu belajar lebih banyak lagi. Tidak hanya sebatas akademik, tetapi juga soal bagaimana saya memegang kendali atas tanggung jawab yang harus saya emban sebagai pelajar atau mahasiswi. Komitmen saya selama menjadi mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di antaranya yaitu, memiliki IPK yang memuaskan, meningkatkan skill manajemen waktu saya, mengasah kemampuan saya dalam bersosialisasi dan berelasi melalui kegiatan-kegiatan organisasi yang akan saya ikuti kedepannya, serta menjadi pribadi yang mampu menjadi motivasi bagi orang-orang di sekitarnya.
Selain itu, saya berharap semoga perjalanan panjang yang akan saya dan teman-teman FKUI 2023 Gelora lainnya tempuh selama studi pendidikan dokter diberi kelancaran dan kemudahan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Meskipun akan ada banyak rintangan yang menanti kami di masa depan, saya berharap kami semua memiliki kekuatan dan keikhlasan dalam menjalankan cita-cita yang mulia ini. Harapan lainnya, semoga FKUI 2023 Gelora senantiasa bersinergi mengabdi kepada masyarakat demi kemajuan bangsa melalui isu-isu kesehatan. Sesuai dengan jargon angkatan kami, “Bangkit bersinergi, setia mengabdi!”.
Jika kita menilik lebih dalam lagi mengenai apa arti dari kata “dokter” yang kami, FKUI 2023 Gelora, cita-citakan, dokter ialah seseorang yang lulus dari pendidikan dokter serta merupakan ahli dalam bidang penyakit dan pengobatan. Berbicara mengenai profesi, tentunya semua orang memiliki pandangan atau standar tertentu terkait profesi-profesi yang ada. Standar-standar itulah yang kemudian menentukan bentuk ideal dari profesi-profesi tersebut.
Apabila kita menggabungkan kata “dokter” dan “ideal”, kita akan memiliki pengertian baru yaitu, yang secara harfiah, dokter ideal berarti seorang dokter yang sesuai dengan hal-hal yang dikehendaki oleh banyak orang. Melayani masyarakat merupakan tugas yang akan diemban oleh semua dokter nantinya. Lantas, seorang dokter yang ideal perlu memahami sosok dokter seperti apa yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Tentunya, memiliki kompetensi dalam bidang penyakit dan pengobatan bukanlah satu-satunya aspek yang utama. Dokter yang ideal juga harus mampu berkomunikasi dengan efektif sebagai salahsatu kunci untuk membangun rasa percaya pasien terhadap dokternya[2]. Jika rasa percaya tersebut sudah tumbuh, akan lebih mudah bagi seorang dokter untuk menyampaikan edukasi kepada pasiennya karena informasi yang akan diberikan dapat diterima dengan baik oleh pasien. Selain itu, dokter yang ideal juga berkaitan dengan perilaku moral, nilai kepribadian, dan sikap yang positif. Masyarakat membutuhkan dokter ideal yang percaya diri, dapat diandalkan, dan bertanggung jawab, serta mampu mengerahkan dedikasinya dalam situasi apapun[3]. Kemudian, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Grundnig JS dkk, masyarakat mengategorikan seorang dokter sebagai “ideal” jika dokter tersebut responsif dengan keluhan yang diberikan pasien, berhati-hati dalam mengambil tindakan, serta berinteraksi baik dengan pasien[4].
Hal-hal yang telat disebutkan sebelumnya juga memiliki kaitan dengan prinsip dasar bioetika yang merupakan rincian dari kode etik kedokteran. Salah satu prinsip bioetika yang menjadi nilai luhur dari sosok dokter ideal tersebut adalah autonomy (otonomi)[5]. Prinsip tersebut menjunjung tinggi hak pasien untuk menentukan apa yang terbaik baginya tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Sebagai dokter ideal, tugas kita adalah menjelaskan apa saja keuntungan atau risiko yang dapat dialami oleh pasien terkait pilihannya untuk mengambil atau tidak mengambil tindakan yang disarankan oleh seorang dokter.
Dokter ideal yang mampu menjunjung tinggi nilai luhur tersebut mampu berkontribusi kepada masyarakat melalui kemampuannya dalam berkomunikasi dengan pasien. Komunikasi yang dijalankan juga harus terjadi secara dua arah. Apabila dokter tersebut tak hanya pandai dalam berbicara namun juga pandai dalam mendengarkan, pasien dapat terdiagnosa dengan tepat. Apa yang menjadi kebutuhan dari seorang pasien juga dapat terpenuhi. Sehingga, kemampuan berkomunikasi seorang dokter sangatlah menguntungkan kedua belah pihak.
Selama perjalanan studi saya untuk menjadi dokter yang ideal, tentunya saya memiliki beberapa rencana yang akan saya bagi menjadi dua kelompok besar berdasarkan timeline pendidikan dokter, yakni selama masa preklinik dan klinik. Di masa preklinik tentunya saya memiliki waktu yang lebih banyak daripada masa klinik nanti. Oleh karena itu, rencana jangka pendek saya adalah mampu memanfaatkan waktu yang saya miliki dengan sebaik mungkin untuk berelasi. Untuk mencapai rencana tersebut, saya perlu aktif dalam kegiatan organisasi. Saya meyakini, dengan mengikuti kegiatan organisasi, saya turut mampu menjalankan komitmen perubahan yang sudah saya sebutkan sebelumnya. Mengapa? Yang pertama, karena saya dapat meningkatkan kemampuan bersosialisasi saya melalui interaksi sosial dan komunikasi yang baik. Hal ini juga selaras dengan mimpi saya untuk menjadi dokter yang mampu menjalin komunikasi yang baik dengan pasiennya. Kemudian untuk yang kedua, saya jadi ‘terpaksa’ harus mampu mengatur waktu sebaik mungkin dan terbiasa untuk mengatur skala prioritas antara tugas kuliah dan tugas organisasi yang perlu saya seimbangkan nantinya. Dan yang terakhir, dengan mengikuti organisasi saya akan mampu melatih profesionalisme saya dalam bekerja nanti. Selain berorganisasi, saya juga berencana untuk aktif dalam mengikuti berbagai perlombaan di bidang kedokteran. Sehingga, dengan dua rencana tersebut, saya mampu menyeimbangkan kehidupan akademik dan non-akademik saya.
Sesudah masa preklinik berakhir, saya akan berhadapan dengan masa klinik. Di masa ini, saya akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk melayani masyarakat secara langsung. Rencana jangka panjang saya selama klinik yaitu dapat berkontribusi kepada negara melalui penelitian yang bermanfaat untuk kemajuan kesehatan masyarakat Indonesia serta melanjutkan studi saya dengan menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
Saat ini, isu kesehatan di Indonesia mungkin masih belum menjadi prioritas. Masih begitu banyak masyarakat yang memilih untuk menutup mata terkait isu kesehatan di negeri ini. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas kita semua untuk bersinergi dan berdedikasi dalam memberi edukasi terkait kesehatan kepada masyarakat luas. Dimulai dengan rakyatnya yang sehat, Indonesia mampu menjadi negara maju dengan masyarakatnya yang produktif.
Bagi teman-teman, adik kelas, atau siapapun yang sudah membaca narasi perjuangan ini, saya ucapkan terima kasih banyak sudah mau meluangkan waktunya. Untuk adik-adik atau teman saya yang memiliki keinginan untuk menuju Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, berjuanglah dengan keras demi mimpi kalian. Perjalanan yang akan dilalui memanglah tidak mudah. Akan ada banyak rintangan yang harus dihadapi kedepannya. Satu hal yang harus kalian yakini adalah tidak ada mimpi yang “terlalu tinggi” selama kalian berusaha untuk meraihnya. Jangan biarkan orang lain membatasi mimpi kalian. Jika Tuhan berkehendak, apapun yang kalian impikan dapat terwujud. Carilah lingkungan yang suportif dan jangan lupa untuk selalu berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan semua orang yang tidak pernah berhenti memberi dukungan serta doa, baik itu keluarga, guru, atau orang-orang terdekat lainnya.
Daftar Referensi
Humas FKUI. Keeping its world ranking, FKUI is still the best in Indonesia [Internet]. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2021 Apr 5 [cited 2023 Aug 08]. Available from: https://fk.ui.ac.id/news-2/keeping-its-world-ranking-fkui-is-still-the-best-in-indonesia.html
Dopelt K, Bachner YG, Urkin J, Yahav Z, Davidovitch N, Barach P. Perceptions of practicing physicians and members of the public on the attributes of a “good doctor”. Healthcare (Basel) [Internet]. 2021 Dec 31 [cited 2023 Aug 08];10(1):73. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8775310/
Grundnig JS, Steiner-Hofbauer V, Drexler V, Holzinger A. You are exactly my type! The traits of a good doctor: a factor analysis study on public's perspectives. BMC Health Services Research [Internet]. 2022 Jul 08 [cited 2023 Aug 08];22(1):886. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9270819/
Grundnig JS, Steiner-Hofbauer V, Katz H, Holzinger A. 'Good' and 'bad' doctors - a qualitative study of the Austrian public on the elements of professional medical identity. Medical Education Online [Internet]. 2022 Aug 24 [citied 2023 Aug 08];27(1):2114133. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9423859/
Nasrun. Etika dan hukum kesehatan (suatu pendekatan teori dalam berpraktik). Yogyakarta: Deepublish; 2022 Apr.
Commentaires