- Muyassar Huda
- Aug 11, 2023
- 7 min read
Updated: Aug 12, 2023
Narasi Perjuangan
Halo semua, nama saya Muyassar Huda, tetapi orang-orang biasa memanggil saya Yassa. Saya ingin berbagi cerita tentang perjalanan hidup saya yang penuh semangat, tekad, dan harapan, serta bagaimana saya berhasil meraih impian saya untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) kelas reguler. Usia saya baru menginjak 17 tahun, namun dibalik usia muda ini, tersembunyi perjalanan panjang yang telah membentuk saya menjadi sosok yang saya adalah hari ini.
Semua bermula dari sekolah dasar saya di Jakarta Islamic School (JISC), tempat di mana fondasi semangat, pengetahuan, dan impian tumbuh subur. Sejak sekolah dasar, cita-cita saya adalah menjadi seorang dokter. Saat guru-guru bertanya tentang apa yang ingin saya capai di masa depan, saya dengan tegas menjawab, "Saya ingin menjadi dokter, Bu." Pada saat itu, mungkin saya belum sepenuhnya mengerti apa arti dari “menjadi seorang dokter” dan betapa besar perjuangan yang dibutuhkan untuk mencapainya.
Saya melanjutkan pembelajaran saya di SMP Labschool Jakarta, tempat yang sangat spesial bagi saya karena saya juga melanjutkan masa SMA saya di sekolah itu. Ketika saya melangkah memasuki SMP, tekad saya untuk menjadi dokter tetap tak tergoyahkan. Saya mulai menjalani riset kecil-kecilan tentang bagaimana saya bisa mencapai impian itu. Pada tahap ini, pikiran saya beralih pada bagaimana cara saya bisa mempersiapkan diri menjadi dokter yang baik dan efektif. Pencarian saya membawa saya pada suatu kesimpulan, yaitu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) adalah tempat yang paling cocok bagi saya untuk menjalani pendidikan kedokteran yang berkualitas.
Tiba saatnya saya memasuki masa SMA, dan seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, saya melanjutkan pembelajaran saya di SMA Labschool Jakarta. Pada masa ini tekad saya untuk menjadi dokter semakin bulat. Saya telah siap untuk belajar keras dan berjuang tanpa henti agar bisa masuk ke FKUI, fakultas kedokteran terkemuka di Indonesia. Namun, saat berusaha untuk diterima melalui jalur prestasi, sayangnya nasib berkata lain. Meskipun selalu menjaga nilai dengan baik sejak kelas 9 hingga 12, saya tidak berhasil diterima melalui jalur ini. Saat itu, perasaan kecewa sempat merasuki pikiran saya, bahkan sempat meruntuhkan semangat saya. Namun, dalam kegelapan itulah saya menemukan kekuatan untuk bangkit kembali.
Saya menyadari bahwa masih banyak jalur lain untuk mencapai impian saya. Salah satunya adalah melalui Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). Tanpa mengenal lelah, pagi hingga malam hari saya habiskan di tempat les, mencatat dan mengulang materi, serta mengerjakan berbagai uji coba soal. Semua upaya ini tidak hanya melelahkan fisik, tapi juga menguras energi mental. Namun, impian menjadi dokter yang tangguh dan bermanfaat mendorong saya untuk terus melangkah.
Saat akhirnya tiba hari UTBK, suasana hati saya campur aduk. Ketakutan, kegugupan, dan perasaan gelisah berputar-putar dalam pikiran. Tidak dapat dipungkiri, ujian ini adalah langkah besar yang bisa mempengaruhi jalur masa depan saya. Meski berdebar, saya berdoa dengan tulus sebelum memasuki ruang ujian. Sebagai seorang muslim, saya merasa telah menyerahkan segalanya kepada Allah, percaya bahwa apapun hasil akhirnya nanti akan menjadi hasil yang terbaik untuk saya.
Setelah ujian selesai, perasaan kacau campur aduk adalah yang saya alami. Banyak soal yang tak kunjung terjawab, banyak jawaban yang saya ragukan, dan sejumlah jawaban yang tidak sempat saya periksa. Meskipun begitu, saya tetap memilih untuk menerima dan berserah diri kepada Allah, percaya bahwa hasil ujian itu akan sesuai dengan usaha yang telah saya lakukan.
Hari-hari setelah UTBK terasa begitu panjang, terutama dalam menunggu pengumuman hasil. Selama waktu ini, saya terus belajar untuk persiapan ujian mandiri, khususnya tes mandiri Universitas Indonesia (SIMAK UI). Walaupun tidak seintens saat belajar untuk UTBK, belajar untuk tes mandiri tetaplah menguras energi. Akhirnya, hari pengumuman hasil UTBK tiba.
Saat membuka hasil pengumuman, gelisah dan kecemasan memenuhi hati saya. Sebelum membuka layar komputer, saya kembali berdoa dengan harapan bisa diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ketika kata "diterima" muncul di layar, saya merasa campur aduk antara senang, haru, dan syukur. Bersama ayah saya, kami berdua dengan reflek berteriak dan mengekspresikan kebahagiaan kami. Sebuah pencapaian yang tidak bisa saya ungkapkan dengan kata-kata.
Sebelum memasuki FKUI, saya memutuskan untuk mengubah diri menjadi pribadi yang lebih produktif. Saya ingin menjalani kuliah tanpa hambatan dan membuat orang tua saya bangga. Di kampus FKUI, saya memiliki harapan besar bahwa saya akan belajar dengan sungguh-sungguh dan mampu membangun hubungan yang baik dengan rekan-rekan dan lingkungan di sekitar saya.
Sebagai mahasiswa FKUI tahun 2023, harapan saya adalah bisa menjadi seorang dokter yang memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Saya ingin mewujudkan impian saya menjadi dokter yang dapat merawat dan membantu banyak orang. Selain itu, saya berharap semangat solidaritas akan selalu bersinar di antara kami, angkatan FKUI 2023, untuk bersama-sama mencapai tujuan dan cita-cita kami.
Dalam pandangan saya, dokter yang ideal adalah seorang profesional medis yang tidak hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan klinis yang kuat, tetapi juga memiliki sifat-sifat dan prinsip-prinsip yang mendukung pelayanan kesehatan yang berkualitas, etika yang tinggi, dan hubungan yang empatik dengan pasien dan masyarakat. Berikut adalah beberapa nilai yang perlu dianut oleh seorang dokter yang ideal:
Pengetahuan dan keterampilan klinis yang unggul
Seorang dokter yang ideal tentunya harus memiliki pengetahuan yang mendalam dalam ilmu kedokteran, termasuk diagnosis, pengobatan, dan tindakan medis. Mereka juga memiliki keterampilan praktis yang diperlukan untuk merawat pasien dengan efektif.
Empati dan kecakapan komunikasi
Jika dilihat dari sudut pandang seorang pasien, mereka akan menganggap bahwa seorang dokter yang “ideal” adalah seseorang yang memiliki kualitas yang tinggi dalam hubungan interpersonal, keterampilan teknis, dan mempunyai niat yang baik.
Berfokus pada pasien
Dokter yang baik selalu mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan pasien di atas segalanya. Mereka memastikan bahwa pasien mendapatkan perawatan yang terbaik dan sesuai dengan kebutuhan individu mereka. Hal ini disebabkan jika seorang dokter memprioritaskan pasien terlebih dahulu, maka uang akan datang dengan sendirinya. Namun, bila seorang dokter memprioritaskan uang terlebih dahulu, maka dia mungkin akan kehilangan kedua-duanya.
Sikap profesionalisme yang tinggi
Perilaku profesionalisme menjadi suatu hal yang sangatlah penting untuk menjadi dokter yang ideal. Hal ini dikarenakan perilaku profesionalisme yang ditunjukkan dengan cara bicara, cara bertindak, dan cara berpenampilan akan dapat membangun kepercayaan yang tinggi bagi para pasien.
Mempunyai karakter 3K (Kesantunan, Kesejawatan, dan Kebersamaan)
Karakter kesantunan memiliki arti seorang dokter yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik, baik terhadap pasien, maupun tenaga kesehatan lainnya yang menjadi mitra kerja. Karakter kesejawatan memiliki arti seorang dokter yang senantiasa meningkatkan kemampuannya serta menjunjung tinggi seluruh etika kedokteran. Karakter kebersamaan memiliki arti seorang dokter yang mampu menjalin hubungan dan koneksi yang bermanfaat bagi semua belah pihak dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Dengan demikian, secara keseluruhan, seorang dokter yang ideal adalah individu yang tidak hanya memiliki keahlian medis yang luar biasa, tetapi juga memiliki kecakapan dalam berkomunikasi dan dapat mendedikasikan diri mereka untuk memberikan perawatan yang profesional, empatis, dan berkualitas tinggi kepada pasien serta masyarakat.
Ketika saya nanti telah lulus dari FKUI, saya ingin menjadi seorang dokter yang tentunya mengikuti etika dan prinsip-prinsip kedokteran. Saya ingin menjadi seorang dokter yang dapat memberikan kontribusi nyata dalam dunia medis, terutama dalam upaya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Saya juga ingin menjadi dokter yang dapat bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat dan membuat nama saya terkenal di seluruh penjuru dunia. Saya berharap dengan menjadi seorang dokter yang profesional dan etos kerja saya bisa menjadi sosok inspiratif bagi banyak orang. Saya juga akan senantiasa berusaha memberikan manfaat bagi kemanusiaan.
Rencana saya untuk masa-masa preklinik adalah untuk selalu senantiasa tekun untuk belajar. Saya ingin dapat mencapai nilai yang semaksimal mungkin, namun tidak lupa juga untuk menjalin hubungan yang baik dengan teman-teman seperjuangan saya, baik sesama anak kedokteran maupun sesama anggota Universitas Indonesia. Saya akan berusaha untuk membangun koneksi yang besar dengan mengikuti organisasi dan kegiatan yang sesuai dengan minat saya. Untuk menjadi seorang dokter yang berkualitas, tentunya saya juga perlu mengisi waktu saya dengan hal-hal yang berkualitas. Saya akan berusaha untuk mengurangi waktu bermain saya ataupun waktu yang digunakan untuk melakukan hal-hal yang memiliki sedikit bahkan tidak ada manfaat sama sekali.
Selanjutnya, rencana saya untuk masa-masa menjadi koas (co-assistant) dokter adalah untuk belajar lebih lanjut bagaimana cara melayani pasien dengan baik. Saya akan berusaha untuk menjalin hubungan baik dengan dokter-dokter di sekitar saya dan membangun rasa kepercayaan mereka terhadap keterampilan dan kecakapan diri saya sebagai seorang calon dokter. Saya juga akan membiasakan diri saya pada lingkungan klinik/rumah sakit agar kedepannya saya akan lebih mudah untuk mengikuti peraturan-peraturan yang ada dan menjalani kehidupan sehari-hari saya disana.
Kemudian, rencana saya untuk masa-masa menjadi dokter adalah untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik kepada seluruh pasien saya. Saya juga akan menjalin hubungan yang saling bermanfaat dengan orang-orang di sekitar saya, baik dengan dokter lain, asisten dokter, perawat, maupun tenaga kerja medis lainnya. Selain itu, saya akan senantiasa menjaga etos kerja yang tinggi dan terus mengasah kemampuan saya karena sesungguhnya manusia hanya akan berhenti belajar ketika mereka telah meninggal. Saya juga akan berusaha untuk berkontribusi secara maksimal kepada seluruh lapisan masyarakat, terutama di bidang kesehatan. Dengan demikian, saya berharap saya akan bisa meningkatkan kualitas dan harapan hidup seluruh masyarakat Indonesia. Dengan melakukan semua hal tersebut, saya berharap dapat membangun nama baik saya hingga ke seluruh penjuru negeri, bahkan terkenal hingga ke seluruh penjuru dunia.
Sekian cerita singkat tentang perjalanan hidup saya, impian saya untuk menjadi dokter, dan harapan-harapan besar yang saya anut. Saya percaya bahwa setiap langkah dalam hidup membawa kita pada petualangan yang luar biasa, dan saya berkomitmen untuk terus belajar, berkembang, dan memberikan yang terbaik agar dapat bermanfaat besar bagi dunia. Terima kasih telah mengikuti kisah saya.
Terakhir, saya memiliki sedikit pesan untuk para adik kelas saya, anak-anak angkatan 2024 dan seterusnya yang memiliki mimpi tinggi untuk memasuki Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Untuk kalian para calon dokter, teruslah belajar dan jangan pernah menyerah. Seperti yang kalian tahu, memasuki FKUI bukanlah suatu hal yang mudah. Hanya orang-orang terpilih yang dapat berhasil masuk. Hanya sekadar “pintar” tidaklah cukup. Kalian harus cerdas, rajin, dan tekun untuk senantiasa belajar agar memiliki kesempatan untuk memasuki FKUI. Tetap semangat ya adik-adik. See you next year!!!
Daftar Pustaka
1. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/author/puskom. 3 karakter ini harus dimiliki seorang dokter [Internet]. Sehat Negeriku. 2018. Available from: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20181215/4928833/3-karakter-harus-dimiliki-seorang-dokter/
2. Rizo CA, Jadad AR, Enkin M. What’s a good doctor and how do you make one? Doctors should be good companions for people. BMJ (Clinical research ed) [Internet]. 2002;325(7366):711; author reply 711. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1124230/
3. Us C. Menjadi Dokter yang Baik - UPH | Universitas Pelita Harapan | True knowledge, faith in Christ, godly character [Internet]. UPH | Universitas Pelita Harapan | true knowledge, faith in Christ, godly character. 2011 [cited 2023 Aug 10]. Available from: https://www.uph.edu/id/2011/05/27/be-a-good-doctor-id/
4. Borracci RA, Álvarez Gallesio JM, Ciambrone G, Matayoshi C, Rossi F, Cabrera S. What patients consider to be a “good” doctor, and what doctors consider to be a “good” patient. Revista Medica De Chile [Internet]. 2020 Jul 1;148(7):930–8. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33399677/
5. St. George's University. What makes a good doctor? 7 useful physician skills [Internet]. Sgu.edu. Medical Blog | St. George’s University | The SGU Pulse; 2018. Available from: https://www.sgu.edu/blog/medical/what-makes-a-good-doctor/
Comments