- Muhammad Zacky Firmansyah
- Aug 12, 2023
- 8 min read
Narasi Perjuangan
Halo teman-teman. Perkenalkan, nama saya Muhammad Zacky Firmansyah, biasa dipanggil Firman. Saya berasal dari MAN 2 Kota Malang dan masuk program reguler melalui SNBT.
Pandangan saya tentang FKUI adalah bahwa FKUI menyajikan pendidikan kedokteran terbaik di Indonesia, paling tidak itu yang dikatakan oleh Ibu saya. Seiring berjalannya kegiatan kemahasiswaan, semakin saya kagum dan terinspirasi oleh FKUI. Mulai dari ketegangan dan keseriusan yang terdengar dalam suara para kakak tingkat, hingga passion dan semangat tak tergambarkan yang melekat erat pada lagu MARS FKUI.
Motivasi saya untuk masuk FKUI adalah keluarga saya. Banyak dari keluarga saya yang merupakan dokter. Mulai dari ibu saya yang dokter bidan, Tante saya yang dokter kulit, hingga om saya yang dokter anastesi. Kian hari saya terinspirasi oleh pekerjaan mereka yang sangat mulia, tercermin pada kehidupan mereka sehari-hari, terutama ibu saya.
Ibu saya tidak pernah lelah mengingatkan saya bahwa kebahagiaan sesungguhnya dapat ditemukan dengan membantu orang lain, bahwa tidak ada kebahagiaan yang sememenuhi kehidupan seperti membantu orang lain. Ibu saya adalah orang yang mulia, sangat mulia. Kadang saya bertanya-tanya, apakah hal itu ada kaitannya dengan pekerjaan ibu saya sebagai dokter?
Dahulu waktu saya masih bersekolah di MTsN, setara SMP, saya tidak ada pandangan atau keinginan untuk mendekati kedokteran. Justru, pada waktu itu saya jauh lebih tertarik pada matematika dan fisika, dan lebih dari itu lagi kegiatan ekstrakurikuler.
Saat mendaftar masuk MTsN 1 Kota Malang, kita diberi beberapa pilihan jenis kelas, yaitu kelas reguler, olimpiade, serta ‘kelas ngebut’ (lupa namanya). Sebenarnya saya iseng-iseng aja sih daftar buat kelas olimpiade. Alhasil, saya diterima dan mendapatkan kelas tambahan fisika.
Waktu itu ibu saya sudah mulai sih, mulai membisik-bisikkan kelebihan memilih kuliah kedokteran, sembari mengklarifikasikan bahwa beliau tidak memaksa. Saya tetap tidak tertarik. Waktu itu saya mengkaitkan kedokteran dengan mata pelajaran biologi yang membosankan dann memusingkan.
Waktu SMP berlalu dan kata kedokteran hanya berdiam di belakang kepala tanpa mendapat perhatian. Meskipun begitu, saya terpaksa mandi biologi disertai berbagai mata pelajaran lainnya sebagai persiapan Ujian Nasional, yang meskipun batal karena suatu keadaan yang sangat disayangi, menjadi napas lega bagi kami saat itu.
Saya tidak begitu peduli terhadap nilai saat itu sehingga saya memandang persiapan menghadapi UN sebagai suatu hal yang melelahkan dan memeras tenaga. Hal ini diperburuk oleh sekolah online, yang di mana keterikatan saya dengan pembelajaran di sekolah hampir putus, hingga saya sempat mengira tidak akan lulus dan naik ke kelas 11.
Keadaan yang saya sebutkan bukanlah alasan bagi saya untuk tidak tetap menekuni kegiatan pembelajaran dengan sepenuh hati, namun tetap merupakan rintangan yang harus saya lewati untuk menjadi pelajar yang lebih baik. Jujur, hal itu belum saya perbaiki sampai dengan masuk kelas offline. Sebelum itu, saya telah mengembangkan sifat yang buruk seperti teledor, ceroboh, dan kurang bertanggung jawab.
Kemudian, datanglah kelas offline. Pada awalnya, kebiasaan buruk saya terus saja mengikuti saya hingga akhir semester ganjil kelas 11. Nilai saya menjadi lebih baik, walau tidak jauh lebih. Menurut saya hal itu ada hubungannya dengan lingkungan pasca pandemi yang lebih mengikat.
Kontras dengan lingkungan kamar yang sempit, sepi, dan penuh gangguan, lingkungan sekolah yang lebih luas, ramai, dan sedikit gangguan (berkat bimbingan guru) benar-benar menumbuhkan suatu rasa tanggung jawab pada diri saya, bahwa saya merupakan seorang anggota dari suatu kelompok, dan saya harus menyesuaikan kecepatan berjalan sesuai dengan mereka dan memenuhi tanggung jawab saya sebagai anggota.
Semua itu berjalan baik hingga kenaikan kelas 12. Di kelas 12, teman-teman saya mulai membicarakan rencana mereka untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Mereka menanyakan hal itu di antara satu sama lain, hingga akhirnya pertanyaan itu sampai padaku. Saya tidak bisa menjawab. Benar saya saat itu sudah terlibat penuh dalam kegiatan pendidikan namun pandangan saya masih terlalu dekat. Saya sibuk memikirkan tugas hari itu dan beberapa hari yang akan datang, hingga lupa memikirkan rencana kelanjutan pendidikan saya setelah kelas XII. Saya sangat malu belum memikirkan dengan matang hal itu.
Oleh sebab itu, saya mulai melakukan pencarian di internet dan menetapkan bahwa saya akan berjuang untuk memasuki ITB, sejalan dengan minat saya sebelumnya dalam fisika dan matematika. Jujur, sebenarnya saya tidak tahu menahu tentang jurusan komputasi, namun saya asal memilih demi sekedar memiliki jawaban untuk pertanyaan itu. Lagipula, ITB tentu memiliki reputasi yang tinggi, akan terdengar keren jika mengatakan kamu akan masuk ke sana.
Pada saat itu, yang menjadi perbincangan teman-teman adalah jalur SNBP. Mereka mulai membicarakan nilai dan mempertimbangkan kemungkinan mereka. Saya sendiri menjadi penasaran sehingga saya berinisiatif untuk mengunjungi ruang BK. Saya membawa rapor saya. Tidak tahu mengapa, saat itu saya tidak merasa takut menginjakkan kaki di ruang BK, tidak takut seakan-akan saya melupakan apa yang terjadi satu dua tahun sebelum itu.
Nilai saya JAUH dari standar nilai alumni MAN 2 yang masuk ITB jalur SNMPTN tahun sebelumnya, jauh. Saya terkejut, harusnya tidak, tetap saja saya terkejut dan tidak tahu ingin mengatakan apa. Terlihat jelas, Bu Guru memiliki ekspresi yang muram, mungkin sebagai refleksi ekspresiku sendiri saat itu. Dadaku terasa sangat berat dan rasanya kedua kakiku harus didorong untuk melangkah. Hari itu aku menyesal. Apa saja yang telah aku kerjakan sampai saat ini?
Hanya ada satu cara untuk membenarkan hal ini. Hanya ada satu cara untuk menebus kesalahan dan kekuranganku sebelumnya. Cara itu adalah dengan melewati SNBT dengan sekuat-kuat tenaga, tidak boleh kurang dari maksimal. Mulai dari saat itu saya belajar dengan penuh semangat, kali ini tidak terdorong atau terganggu oleh kesendirian dan kebanyakan gangguan saat belajar di rumah, serta tidak disokong oleh keterlibatan kelompok.
Saya mulai membeli buku-buku latihan, mendaftarkan diri di aplikasi-aplikasi untuk persiapan SNBT, serta mengikuti bimbingan belajar. Saya mulai mengalihkan perhatian dari pelajaran sekolah. Di manapun dan kapanpun sempat, saya akan mengeluarkan buku latihan dan mengerjakan soal SBMPTN tahun sebelumnya di sekolah. Dibalik itu saya tidak lupa untuk belajar dan mengkaji ulang setelah pulang dari bimbingan belajar, yang dimulai sebentar setelah pulang sekolah. Hari kian hari saya lakukan hal itu, saking inginnya menebus kesalahan.
Tentu saya tidak menghabiskan setiap waktu untuk belajar. Ada kalanya saya istirahat dan membersihkan kepala. Pada saat itulah saya mulai memikirkan pilihan saya. Apa benar saya ingin memilih jurusan teknik? Sekarang, tanpa peer pressure, saya benar-benar memikirkan pilihan saya. Harusnya sadar lebih awal, saya mentilik materi kuliah jurusan teknik, KO. Apa yakin saya dapat mempelajari semua hal ini? Mungkin, tapi mustahil jika mengingat bahwa saya hanya memilih hal itu mengikuti firasat.
Di saat itulah saya mulai melihat kembali dunia di sekitar saya dan menetapkan pandangan pada ibu saya. Saya selalu kagum pada ibu saya. Pergi pagi-pagi, pulang malam-malam, membawa makanan berlebih yang tentunya akan diberikan pada pak satpam dan tetangga karena pasti tidak bisa dihabiskan sendiri. Apa tidak capek? Hari kian hari melakukan hal itu terus? Dan bagaimana bisa beliau tidur nyenyak di malam hari mengetahui beberapa jam sebelumnya keselamatan seseorang berada di tangan beliau?
Singkat cerita, saya mengubah pilihan saya, kini berdasarkan keputusan sendiri. Ya, saya masih memiliki banyak kekurangan. Namun, demis masa depan saya, semua itu harus dikurangi, sampai hilang kalau bisa. Mulai dari sifat pelupa, teledor, ceeroboh, menunda-nunda pekerjaan, jika saya benar-benar ingin kuliah kedokteran, semua itu harus berubah.
Harapan bagi diri saya adalah untuk mengikis kekurangan itu sedikit-sedikit hingga saya dapat menjadi mahasiswa yang baik dan bermanfaat bagi sekitarnya. Saya ingin nilai setinggi yang bisa saya capai, namun tidak hanya untuk saya sendiri, juga untuk setiap mahasiswa angkatan FKUI 2023.
Saya tidak berharap banyak untuk angkatan FKUI 2023, karena sejauh ini, melalui pengalaman saya dengan mereka, angkatan FKUI 2023 sudah penuh dengan mahasiswa yang beretika, friendly, dan bertalenta. Saya berharap bahwa jika Angkatan FKUI 2023 mengalami suatu perubahan, tidak satu pun merupakan hal negatif. Selain itu, angkatan FKUI 2023 sudah amazing.
Dokter yang ideal
Dokter ideal adalah dokter yang dapat menyediakan perawatan yang kompeten, tepat waktu, dan penuh kasih sesuai dengan praktis medis yang baik dan professional [1]. Selain itu, seorang dokter ideal harus mentaati 4 etika kedokteran, yaitu Beneficence (melakukan kebaikan), Non-maleficence (tidak menyakiti), Autonomy (memberi kebebasan pasien untuk memilih, jika mereka bisa), dan Justice (menjamin keadilan) [2]. Performance of healthcare juga penting bagi seorang dokter ideal, yang dapat diukur oleh kemampuan untuk memulihkan dan melestarikan kesehatan dengan harga yang dapat diterima oleh masyarakat [3].
Berdasarkan data yang saya kumpulkan, secara umum, dokter yang ideal memenuhi beberapa aspek:
Dapat menyediakan perawatan dengan tetap menghormati sepenuhnya kehidupan serta otonomi dan hak-hak pasien
Menyediakan perawatan dengan adil dan berdasarkan kebutuhan pasien tanpa mendiskrimanasi dengan basis apapun
Tidak membiarkan penilaian profesionalnya dipengaruhi oleh kemungkinan adanya conflict of interest
Harus bertanggung jawab atas keputusan medis masing-masing dan tidak boleh mengubah penilaian medis profesional mereka berdasarkan instruksi yang bertentangan dengan pertimbangan medis
Harus sedia membantu dalam keadaan darurat medis sambil mempertimbangkan keselamatan dan kompetensi dokter itu sendiri serta ketersediaan pilihan lain yang layak untuk perawatan.
Dan lain-lain [1]
Ada juga beberapa nilai-nilai luhur yang dianut oleh seorang dokter ideal, termasuk:
Sesuatu yang baik, penting, menarik, diinginkan, dibanggakan, ingin dicapai
Untuk mencapainya diperlukan alat sebagai ukuran/tolak ukur baik berupa aturan, pedoman, standar pertimbangan yang disebut kaidah atau norma
Nilai etik, disiplin, dan hukum (khusus)
Nilai agama dan norma berbangsa/bermasyarakat (umum) [4]
Seorang dokter dapat berkontribusi dengan memenuhi perannya sendiri dalam masyarakat, di antaranya:
Mempromosikan obat pencegahan sehingga mengurangi kesenjangan kesehatan antara yang kaya dan yang miskin
Membantu menghentikan pandemi
Membantu perkembangan ekonomi
Mengedukasi masyarakat
Membentuk kebijakan kesehatan [5]
Bagiku sendiri, aku ingin menjadi seorang dokter yang sangat kompeten karena saya ingin membantu sebanyak mungkin pasien yang saya. Saya ingin juga diberi kesabaran dan kekuatan dalam menghadapi berbagai cobaan dalam menjalankan tugas saya. Terakhir, untuk sampai di titik itu sendiri saya harus mengutamakan kedisiplinan karena itu salah satu kunci kesuksesan dalam kuliah kedokteran menurut saya. Insyaallah, suatu saat saya akan menjadi seorang dokter yang memiliki keempat sifat-sifat itu.
Rencana jangka pendek saya selama preklinik untuk saat ini adalah berusaha sebisa mungkin belajar sebaik mungkin. Tidak hanya untuk melewati ujian, namun untuk disimpan jauh setelahnya. Saya bisa berusaha melakukan itu dengan kaji ulang berkala dan mendalami apa yang saya pelajari lebih dari sekadar menghafal.
Rencana jangka panjang saya selama klinik adalah untuk bisa memanfaatkan ilmu yang telah saya kaji ulang berkali-kali. Saya ingin memperhatikan dengan teliti cara kerja para dokter senior dan mencatat setiap hal. Untuk mencapai hal itu saya harus menerapkan rencana jangka pendek dengan sungguh-sungguh tetapi juga dengan pintar agar saya tidak burnout di kemudian hari.
Harapan saya bagi masyarakat adalah untuk mempercayai para dokter dan tenaga medis. Saya berharap bahwa masyarakat yang membutuhkan merasa nyaman menginjakkan kaki di rumah sakit di mana setelah itu menjadi tanggung kami untuk memberi mereka perawatan yang terbaik.
Pesan saya untuk adik kelas yang ingin masuk FKUI adalah untuk mulai belajar seawal mungkin jika melalui jalur tes. Banyak faktor di luar kendali kita yang dapat berperan saat atau menjelang hari h tes sehingga kalian sebaiknya banyak-banyakin ngerjain soal. Usahakan bahkan sampai ngejawabnya udah kayak muscle memory, tapi ingat juga saat untuk mengkoreksi ulang beberapa kali dan tetap menyisakan tenaga buat mapel-mapel berikutnya.
Sekian esai dari saya, bila ada kesalahan kata mohon maaf dan terima kasih.
Referensi:
WMA. Wma international code of medical ethics [Internet]. Ferney-Voltaire: World Medical Association; 2023 April 14 [cited 2023 Aug 11]. Available from: WMA International Code of Medical Ethics – WMA – The World Medical Association
BMJ. Ethical guidance for doctors [Internet]. London: British Medical Journal; 2022 Aug 12 [cited 2023 Aug 11]. Available from: Ethical Guidance for Doctors | BMJ Careers
Martyushev-Poklad A, Yankevich D, Petrova M. Improving the effectiveness of healthcare: diagnosis-centered care vs person-centered health promotion, a long forgotten new model [Internet]. Client centric view of population health in the digital age – making healthcare personal. 2022 May 16 [cited 2023 Aug 11];10:819096. Available from: Frontiers | Improving the Effectiveness of Healthcare: Diagnosis-Centered Care Vs. Person-Centered Health Promotion, a Long Forgotten New Model (frontiersin.org)
Faqih DM. Etika kedokteran [Internet]. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2019 Aug 2 [cited 2023 Aug 11]. Available from: 2. Dr Daeng ETIKA KEDOKTERAN DALAM PRAKTEK (idijakut.org)
Sherman F. Importance of doctors in society [Internet]. Houston: Houston Chronicle; date unknown [updated 2018 June 29; cited 2023 Aug 11]. Available from: Importance of Doctors in Society (chron.com)
Comentarios