- Muhammad Nadhif Rizkyantoro
- Aug 11, 2023
- 7 min read
Updated: Aug 12, 2023
Narasi Perjuangan
Hai semuanya, perkenalkan nama saya Muhammad Nadhif Rizkyantoro, saya biasa dipanggil Nadhif / Dhif oleh keluarga dan teman – teman dekat saya. Saya berasal dari Zam Zam Syifa Boarding school (sekolah saya menggunakan NIS SMAIT Assyifa). Yang paling pertama dan utama, saya ingin menyampaikan rasa syukur dan terima kasih saya terhadap Allah SWT yang telah memberikan saya kesempatan untuk diterima di FKUI KKI, lewat jalur talent scouting yang konon sangatlah masyhur dan bergengsi. Tidak lupa juga untuk kedua orang tua saya yang sudah merestui saya untuk berkuliah disini, karena menurut saya restu orang tua merupakan salah satu penentu yang paling besar di dunia ini. Izinkan saya untuk menceritakan sedikit mengenai perjalanan saya untuk bisa sampai di titik ini, dan saya harap mungkin bisa menginspirasi para pembaca.
Sejak dulu saya sudah diceritakan mengenai lika liku hidup seorang mahasiswa kedokteran oleh kedua orang tua saya yang kebetulan merupakan lulusan FK dan FKG. Setelah melihat Gedung FKUI Salemba yang sangat megah saya pun berpikir “sepertinya saya ingin kuliah disini”. Pada awalnya saya tidak tertarik pada dunia kedokteran, saya dulu sangat ingin menjadi seorang arsitek, namun setelah melihat bagaimana seorang dokter bisa membantu orang, saya pun menjadi tertarik. Yang awalnya hanya tertarik, saya menjadi tergoda setelah melihat bagaimana orang tua saya bekerja dan menangani pasien. Saya senang sekali saat melihat pasien tersenyum setelah keluar dari ruang kerja Ayah saya, dan saya ingin sekali bisa membantu orang seperti beliau. Alasan lainnya adalah karena kakek saya, almarhum merupakan seorang apoteker, dan beliau terkena penyakit saraf kejepit, saya tidak kuasa melihat kakek saya kesakitan, namun apa yang bisa saya lakukan? Saya hanya seorang anak-anak. Hal tersebut juga memberikan semangat, agar saya bisa membantu orang-orang agar tidak harus melewati rasa sakit yang kakek saya alami.
Menurut saya FKUI merupakan tempat terbaik untuk belajar kedokteran, dan saya tidak berbicara tanpa bukti, karena terbukti FKUI saat ini berada di peringkat 251 – 230 di bidang kedokteran menurut QS world university ranking (1). Saya juga melihat bahwa tempat ini mengeluarkan lulusan – lulusan yang luar biasa, seperti Ayah saya, karena itu saya sangat percaya akan kualitas dari FKUI.
Tentu saja setiap perjalanan harus ada permulaan, dan semuanya dimulai di sebuah rumah sakit di Jakarta selatan, Duren Tiga. Pada tanggal 16 september 2005 hari jumat saya lahir. Pada saat saya berumur 3 tahun saya didiagnosa dengan SID (sensory integration disorder), Mama membawa saya ke neurologis di rumah sakit harapan kita, bisa dibilang itu adalah paparan pertama saya ke dunia Kesehatan, perjalanan untuk bisa mengatasi kondisi tersebut tidaklah mudah, saya pergi ke beberapa terapis dan akhirnya saya berhasil mengatasi kondisi tersebut.
TK saya adalah Al-Azhar 2 Pasar minggu, sejak awal mama memang ingin aku mengemban pendidkan berbasis Islam, dan menurut say aitu sangatlah membantu, pada saat TK guru saya memberikan games agar kitab isa menghafal surat An-naba dan sampai sekarang surat tersebut lekat dikepala saya. Pada saat TK bisa dibilang saya merupakan anak yang tidak bisa diam, cukup hiperaktif, dan selalu ingin tahu. Namun, saya bersyukur karena memiliki guru TK yang sangat suportif dan selalu membantu saya untuk bisa selalu mengembangkan diri.
Singkat cerita, saya lulus TK dan masuk ke SD yang sama yaitu, Al- Azhar 2 Pasar Minggu.Cita-cita saya di SD mulai goyah dimana TK saya ingin menjadi arsitek, di SD mulai ada perasaan ingin menjadi seorang dokter, pada saat kelas 5 saya bersyukur bisa mengikuti OMSI yaitu olimpiade matematika sains tingkat nasional, dan disitulah kecintaan saya terhadap biologi tersolidifikasi. Kelas 6 pun tiba, dan saya bermimpi masuk smp unggulan yaitu, smpn 41 atau 115 jakarta, dan saya pun langsung mulai drilling soal lagi dan lagi, kalau kata kakek saya istilahnya “bloken”, belajar dikamar dan tidak keluar-keluar. Alhamdulillah usaha tidak mengkhianati hasil dan saya diterima di SMP 41 jakarta.
SMP bisa dibilang masa yang cukup suram untuk hidup saya, minat belajar saya hilang, tapi saya masih berorganisasi lewat Rohani Islam dan saya berhasil terpilih menjadi ketua. Mama sangat ingin aku untuk mengemban islam lebih jauh oleh karena itu saya pun masuk ke SMA Zamzam syifa boarding school.
Saat awal SMA, itu merupakan masa awal pandemi, dimana semuanya baru saja menjadi online dan itu merupakan masa yang cukup unik, karena sekolah dilakukan secara daring, dan secara tidak langsung membuat saya menjadi cukup malas. Sampai akhirnya offline dimulai lagi, dan saya pun mulai Kembali ke ritme belajar saya yang sebelumnya, dimana saat offline saya mulai mengikuti banyak kegiatan sekolah, seperti pentas seni dan lain lain. Pada pertengahan kelas 11 ada ajakam untuk mengikuti YIF (youth innovation forum), dimana itu adalah perjalanan 5 hari melalui 3 negara (Malaysia, Singapur, Thailand) yang membahasa mengenai SDG.
YIF merupakan pengalaman yang tidak terlupakan, karena dari situ saya mendapatkan informasi mengenai SDG (sustainable development goals) yang merupakan sebuah tujuan pembangunan yang dibuat oleh Perserikatan Bangsa Bangsa, pada tahun 2015 berupa 17 target Pembangunan secara berkelanjutan yang berkaitan berkaitan dengan manusia, lingkungan hidup, kesejahteraan, ketahan pangan, kesehatan, perdamaian, dan kemitraan (2).Dari situ saya belajar bahwa masalah – masalah di dunia ini semua terkoneksi, dan saya juga sadar bahwa menjadi dokter itu lebih dari sekedar merawat pasien, namun juga untuk peduli terhadap lingkungan sekitar dan isu-isu humaniora. Tidak hanya itu, saya juga mendapatkan penglaman untuk mengelilingi beberapa kota dari 3 negara dan pengalaman itu akan selalu terukir di ingatan saya.
Kelas 12 merupakan dorongan akhir untuk kuliah, saya sudah berjuang 2.5 tahun menjaga nilai, dan akhirnya saya mendaftarkan diri ke talent scouting. Saya pun mulai menulis surat motivasi, input nilai, mengumpulkan sertifikat, dan pada tanggal 22 maret memasukkan semua berkas. Alhamdulillah saya lolos tahap pertama. Saya-pun mendapatkan panggilan untuk mengikuti tahap 2 yakni MMI (mini multiple interview), yaitu sebuah bentuk interview yang mirip dengan OSCE, dengan jumlah pertanyaan non medis sebanyak 6-10 yang didesain sedemikian rupa untuk menguji kompetensi empati, penyelesaian masalah, dan interaksi dengan pasien untuk calon mahasiswa kedokteran (3). Setelah interview selesai awalnya saya pesimis, karena saya tidak yakin dengan jawaban saya di salah satu pertanyaan. Waktu berlalu, dan alhamdulillah pada tanggal 31 maret 2023, saya resmi diterima di FKUI.
Namun diterima di FKUI bukanlah akhir, melainkan itu merupakan sebuah permulaan. Mimpi saya adalah untuk bisa membanggakan kedua orang tua saya, dan bekerja dengan ayah saya di rumah sakit yang sama. Ibu juga yang sedari awal selalu mengatakan bahwa saya memiliki potensi menjadi orang yang bekerja di bidang Kesehatan.
Tentu saja untuk mengembangkan diri, saya harus membuat komitmen kepada diri saya sendiri untuk kedepannya. Oleh karena itu saya berkomitmen bahwa saya akan menjadi orang yang rajin dan berinisatif tidak takut untuk beropini. Dan saya juga ingin membuat suatu jadwal yang tetap, sebelum saya masuk FK saya jarang mencatat dan membuat schedule, namun setelah di FK saya sadar bahwa semuanya harus tertata agar mudah untuk dikerjakan, oleh karena itu saya berkomitmen juga untuk membuat schedule, agar saya bisa mengerjakan tugas dan mengumpulkannya tepat waktu. Selain itu saya juga akan berkomitmen untuk selalu berbicara sopan dimanapun saya berada untuk menjaga integritas almamater. Harapan saya adalah saya akan bisa menjadi lulusan FKUI dengan nilai yang sangat memuaskan, dan dapat mengikuti kuliah dengan baik dan benar, saya juga berharap bahwa saya akan bisa berkembang disini baik secara akademis maupun non akademis. Untuk Angkatan 2023 saya berharap bahwa angkatan kita bisa menjadi suatu angkatan yang berkobar semangat geloranya, saling bahu membahu satu sama lain, dan saling peduli, tidak lupa untuk bersaing secara sehat. Saya juga berharap kita saling menjadi lantera, agar kita bisa menyinari jalan FKUI yang penuh lika liku ini dan, yang terpenting adalah kita semua bisa lulus dengan nilai yang memuaskan.
Sebagai mahasiswa FKUI, tentunya saya ingin lulus menjadi seorang dokter yang ideal. Namun, sebenarnya apa yang dimaksud dengan dokter ideal?. Menurut Vincent Selthara, seorang dokter ideal harus memiliki pendengaran aktif (mendengarkan sembari memberikan masukan), kemampuan berbahasa, kebaikan, empati, rasa hormat, kompetensi professional (4). Sedangkan menurut saya sendiri seorang dokter ideal adalah dokter memiliki integritas, kemampuan komunikasi yang baik, berempati, dan menurut saya memiliki pilar agama yang kuat. Kenapa agama? Karena kehidupan seorang dokter tidak akan lepas dari agama.
Tentu saja seorang dokter yang ideal harus memiliki nilai-nilai luhur. Banyak sekali sumber mengenai nilai luhur seorang dokter, nilai luhur dokter bisa dibilang berdasar atas 4 kode bioetik yakni, beneficence (kebaikan), non maleficence (non-harm atau ketidak mudharatan), autonomy (otonomi),dan justice (5). Dokter yang ideal tentunya harus menjadi pendamping dari pasien, memberikan penyuluhan kepada Masyarakat, dan bisa mendekatkan diri secara intra personal dengan pasien untuk membantu mereka menuju pemulihan. Saya sendiri ingin menjadi dokter yang bisa mengamalkan semua kode bioetik, yang bisa memberikan penyuluhan, dekat kepada pasien-pasien saya, dan yang terpenting bisa membantu pasien-pasien saya yang kurang mampu secara finansial.
Saya memiliki dua rencana, jangka pendek untuk selama pre-klinik, dan jangka Panjang Ketika saya sudah mulai koas, dan nantinya menjadi dokter. Untuk jangka pendek saya berencana mendapatkan ipk yang tinggi dengan minimum 3,5. Hal tersebut tentu saja tidak mudah, dan saya berencena bisa menggapai itu dengan cara membuat jadwal belajar yang konkrit, dan menggunakan sistem Teknik pomodoro untuk belajar. Saya juga berencana untuk aktif dalam student center di FKUI, seperti AMSA, CIMSA, untuk itu saya harus bisa membagi waktu secara efisien antara kuliah dan organisasi tersebut, dan rencana terakhir saya adalah bisa belajar agama sembari belajar kedokteran, dan juga memperkuat decision making saya. Sedangkan untuk jangka Panjang saya ingin menjadi dokter yang memiliki nilai-nilai yang saya tulis diatas, saya juga berencana menjadi seorang dokter yang memiliki nilai agama yang kuat dan mengaplikasikannya dalam klinis sehari-hari, saya juga berencana untuk menjadi seorang dokter yang dapat berkomunikasi kepada pasien dengan lancar, dan Kembali ke mimpi saya yaitu bekerja dengan ayah saya di rumah sakit yang sama.
Harapan saya untuk Masyarakat adalah, agar kita bisa saling membantu satu sama lain, tidak menolak menerima bantuan, dan yang terpenting mau menerima penyuluhan mengenai penyakit yang sedang viral.
Pesan saya untuk adik kelas saya yang ingin masuk ke FKUI adalah, matangkan pilihan kalian FK bukanlah jurusan yang mudah, pasti aka nada banyak lika liku rintangan yang akan menghadang kalian. Yang kedua, janganlah menyerah, apabila kalian sudah mau FK, terus berusaha ada banyak sekali jalur penerimaan untuk masuk kuliah sekarang, kalian hanya perlu memilih. Jangan malu bertanya kepada senior- senior kalian yang sudah masuk FK untuk bertanya mengenai jalur – jalur penerimaan. Sayangilah orang tua kalian karena ridho orang tua adalah hal yang sangat nyata, dan juga kuatkanlah agama kalian, jangan remehkan jalur langit. Kuatkanlah tekad kalian, menjadi dokter bukanlah hanya tentang materi, melainkan untuk mengabdi, melayani dan mengayomi.
Daftar Pustaka:
1.Indonesia FKU. Keeping its world ranking, FKUI is still the best in Indonesia [internet]. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2022[cited 2023 Aug 8] Available from: https://fk.ui.ac.id/news-2/keeping-its-world-ranking-fkui-is-still-the-best-in-indonesia.html
2. Juned M, Kusumastuti RD, Darmastuti S. penguatan peran pemuda dalam pencapaian tujuan ketiga sustainable development goals (sdgs) di Karang Taruna kelurahan serua, Bojongsari, depo seminar nasional hasil pengabdian kepada masyarakat [Internet]. 2018 [cited 2023 Aug 8];1(1):1. Available from: https://conference.upnvj.ac.id/index.php/pkm/article/view/93/77
3. Yusoff MSB. Multiple Mini Interview as an admission tool in higher education: Insights from a systematic review. Journal of Taibah University Medical Sciences [Internet]. 2019 May 10 [cited 2023 Aug 8];14(3):203-40 Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6695046/
4. Setlhare V, Madiba S. Doctor attributes that patients desire during consultation: The perspectives of doctors and patients in primary health Care in Botswana. Healthcare [Internet] 2023 March 13 [cited 2023 Aug 8];11(6):840. Available from: http://dx.doi.org/10.3390/healthcare11060840
5. Nasrun. In: Misriyani, editor. Etika Dan Hukum Kesehatan (Suatu Pendekatan Teori dalam Berpraktik). Yogyakarta:Deepublish [internet] 2022 [cited 2023 Aug 8]. Available from: https://www.google.co.id/books/edition/Etika_Dan_Hukum_Kesehatan_Suatu_Pendekat/6_V3EAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=4+prinsip+dasar+bioetika+kedokteran&pg=PA10&printsec=frontcover
Comments