top of page
  • Youtube
Search
  • Muhammad Fazle Mawla Asja
  • Aug 13, 2023
  • 9 min read

Narasi Perjuangan



Pada hari Jumat, tanggal 05 Agustus 2005, di kota Medan, provinsi Sumatera Utara, lahirlah seorang anak yang bernama Muhammad Fazle Mawla Asja. Sejak bayi, dia dipanggil dengan sebutan “Ale” oleh kedua orang tua dan keluarga dekatnya. Teman-teman di Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar juga memanggil ia dengan sebutan yang sama. Seiring berjalannya waktu, ketika berada di bangku Sekolah Menengah Pertama dan Atas, hal tersebut telah berubah. Dia lebih memilih untuk dipanggil dengan sebutan “Fazle”, karena sebutan tersebut merupakan nama aslinya yang tertera pada Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga. Selain itu, hal ini juga merupakan metode ia untuk mengidentifikasi teman TK-SD atau SMP-SMA berdasarkan panggilan orang tersebut terhadap dirinya.


Sedari kecil, Fazle selalu berpindah tempat tinggal. Hal tersebut dikarenakan ayah dan ibu Fazle yang merupakan seorang Pegawai Negeri Sipil. Dia menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Islam Terpadu Nurul huda, kota Purwakarta, provinsi Jawa Barat. Saat berada di masa TK, ia sangat sering melakukan eksperimen sederhana, seperti mencampurkan berbagai jenis shampo untuk menciptakan shampo “terbaik” sehingga dia bertekad untuk menjadi seorang ilmuwan. Setelah lulus TK, ia melanjutkan jenjang pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Purwakarta selama tiga tahun. Namun, dia harus pindah tempat tinggal karena kedua orang tuanya dipindah tugaskan ke kota Depok, provinsi Jawa Barat. Dia menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Islam Terpadu Al-Qalam Depok. Selama menjadi siswa SD, ia jatuh cinta dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, kecintaan ia dengan penelitian juga masih berlanjut. Dia mengikuti tim eksperimen untuk kegiatan ekstrakurikuler selama dua tahun. Selama menjadi bagian dari tim eksperimen, Fazle dan teman-temannya telah melakukan berbagai percobaan sederhana. Keinginan untuk menjadi seorang peneliti terus meningkat seiring banyaknya percobaan sederhana yang telah dia lakukan.


Setelah lulus SD, Fazle melanjutkan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Pribadi Bilingual Boarding School Depok. Dia mengalami perubahan signifikan pada mimpinya di masa SMP. Hal tersebut di mulai pada saat berada di bangku kelas 7, dia menderita sakit demam tifoid atau tifus. Kala itu, ia merasa terpukul sekali karena ia harus sampai di rawat inap hingga berhari-hari. Di situasi terpuruk tersebut, dia terus merasakan berbagai perasaan gelisah. Di mulai dari lemas, pusing, dan kehilangan hasrat untuk beraktivitas normal. Semua perasaan itu mulai hilang, ketika dia bertemu dengan “sang penyelamat” untuk pertama kali. Waktu itu, ia kira pekerjaan seorang dokter hanyalah mendeskripsikan dan meracik obat untuk pasien berdasarkan keluhan yang diderita. Ternyata, perkiraan dia salah, tugas seorang dokter lebih dari itu. Hal utama yang ia ingat dari dokternya kala itu adalah ia diberi sebuah permen yang tidak bisa langsung ia makan. Banyak orang mungkin mengira bahwa dokter tersebut melakukan hal yang salah. Tetapi, bagi Fazle tindakan tersebut adalah awal dari kembalinya hasrat dia untuk beraktivitas normal. Di pertemuan pertama, dokter tersebut menghiburnya dan memberi harapan kepadanya dengan berkata “Cepat sembuh yaa, Fazle! Agar Fazle bisa mencicipi permen yang dokter berikan.”. Seorang dokter harus memiliki kemampuan komunikasi yang memadai agar dapat menghilangkan perasaan cemas yang dialami oleh pasien. Seiring berjalannya waktu, setelah melakukan beberapa pertemuan dengan “sang penyelamat”, gejala yang diderita oleh Fazle perlahan mulai hilang. Setiap kali ia bertemu seorang dokter, rasa senyum dan perasaan tenang yang ia rasakan tak terbendung seolah-olah keadaan akan baik-baik saja. Perasaan tersebut adalah perasaan terbaik yang pernah dia alami. Dari pengalaman tersebut, Fazle bertekad untuk menjadi seseorang yang memiliki kemampuan untuk menyembuh agar orang lain bisa merasakan perasaan yang Fazle rasakan.


Setelah lulus SMP, ada sebuah tragedi yang menimpa seisi dunia, yaitu pandemi COVID-19 di tahun 2020. Pada masa ini, Fazle mengalami paranoid akan segala hal. Di mulai dari ada atau tidaknya wabah Covid-19, hingga kejelasan apakah wabah ini akan berakhir atau tidak. Selama pandemi COVID-19 berlangsung, dia sama sekali tidak pernah keluar rumah dikarenakan adanya kebijakan Work From Home (WFH) dan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dari pemerintah pusat. Sembari di rumah, ia selalu melihat perkembangan jumlah kasus masyarakat Indonesia yang terkonfirmasi mengidap virus korona dan jumlah angka kematian yang disebabkan oleh COVID-19. Menurut data dari World Health Organization (WHO), semenjak awal tahun 2020 hingga 31 Juli 2023, terdapat 6.812.670 penduduk yang terkena virus korona dan 161.895 penduduk meninggal karena virus korona di Indonesia. Angka-angka tersebut mengalami kenaikan dengan pola naik-turun. Jumlah peningkatan tertinggi untuk kasus terkonfirmasi ada di angka 64.718 pada tanggal 16 Februari 2022 dan 2.069 kematian pada tanggal 27 Juli 2021. Dikarenakan dedikasi dan keinginan masyarakat agar pandemi ini hilang, keadaan pun membaik dan kebijakan WFH serta PJJ pun ditiadakan. Setiap kali Fazle mengkilas balik masa-masa pandemi, Fazle selalu terkesan dengan perjuangan para dokter dan tenaga kesehatan yang selalu berada di barisan depan. Mereka tanpa ragu mempertaruhkan nyawa mereka demi keselamatan pasien. Merekalah pahlawan tanpa tanda jasa saat pandemi berlangsung. Setelah masa pandemi berakhir, Fazle telah membulatkan tekad untuk menjadi seorang dokter. Dia juga ingin membuat dampak yang positif terhadap masyarakat seperti tenaga kesehatan yang sudah berjuang demi menciptakan kehidupan baru yang bisa dia rasakan sekarang. Perjuangan Fazle untuk menjadi seorang dokter pun dimulai!


Fazle melanjutkan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Pribadi Bilingual Boarding Depok. Dia menghabiskan setengah dari masa SMAnya secara daring karena adanya kebijakan PJJ. Kelas dimulai pada pukul 8.00 pagi dan diakhiri pada pukul 12.00 siang ketika PJJ diimplementasikan. Saat menduduki kelas 10, ia sudah mulai berambisi untuk meraih nilai tinggi dan menjaga nilai agar tetap stabil agar bisa mencoba untuk masuk fakultas kedokteran melalui jalur undangan. Untuk membantu dia meraih ambisinya, orang tuanya mendaftarkan dia untuk mengikuti program les privat agar dapat menunjang nilai dan membantu dia dalam pembelajaran akademis sehari-hari. Selain belajar, ia juga mengisi waktu dengan mengikuti olimpiade biologi dan berorganisasi. Dia merupakan anggota OSIS SMA Pribadi Depok Bidang Pendidikan dan Anggota Tim Olimpiade Pribadi Depok (TOPRIDE). Selama kelas 10, ia berhasil memenangkan beberapa perlombaan olimpiade biologi, membantu melaksanakan sebelas program kerja OSIS serta menjadi ketua pelaksana di salah satu kegiatan, dan meraih peringkat satu di kelas selama dua semester dengan rata-rata nilai 94,625 di semester satu dan semester dua. Saat menduduki kelas 11, pembelajaran secara hybrid pun diimplementasikan. Kelas dimulai dari pukul 8.00 pagi hingga pukul 14.55 sore. Di sekolah Fazle, setiap kelas dibagi menjadi dua kelompok, setiap siswa diberi kesempatan untuk melaksanakan kelas offline 2 hari sekali. Akan tetapi, pembelajaran masih dilaksanakan dengan cara 100% daring. Meninjau kembali situasi tersebut, dia terus merenung karena dia harus merelakan salah satu dari dua rutinitas yang dia lakukan dikarenakan pembelajaran akademik yang semakin banyak. Setelah berkonsultasi dengan guru BK, ia akhirnya merelakan karirnya sebagai anggota tim olimpiade dan meneruskan kesehariannya sebagai anggota OSIS. Dia sangat ingin melatih soft-skills dan memperluas koneksinya dengan teman-teman siswa dan guru. Di tahun keduanya sebagai anggota OSIS, ia mendapatkan amanat sebagai ketua divisi dari bidang pengembangan minat dan bakat. Di tahun ini, dia menjadi lebih rajin lagi untuk belajar dan lebih aktif dalam berorganisasi. Selama kelas 11, ia berhasil menyukseskan 12 program kerja serta melaksanakan tiga bersama dengan timnya dan meraih peringkat satu di kelas selama dua semester dengan rata-rata nilai 96,375 di semester satu dan 97,3125 di semester dua. Saat menduduki kelas 12, pembelajaran secara hybrid diberhentikan dan pembelajaran secara 100% offline pun dimulai. Waktu pembelajaran kelas 12 sama persis dengan kelas 11. Pada awal tahun pembelajaran kelas 12, setiap siswa harus melaksanakan one-on-one meeting dengan guru BK. Pada saat mengikuti pertemuan tersebut, Fazle ditanyakan tentang universitas dan jurusan yang ingin diambil tahun depan. Tanpa berpikir panjang, dia langsung menyebut kedokteran sebagai jurusannya. Akan tetapi, ia masih belum menentukan target universitas yang ingin dicapai. Bapak guru BK pun langsung menyarankan untuk memilih Universitas Indonesia sebagai pilihan pertama. Dilansir dari website EduRank, UI merupakan kampus terbaik dari 562 universitas di Indonesia. Selain itu, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan fakultas kedokteran terbaik dari 75 sekolah kedokteran di Indonesia. Fazle ingin belajar di sekolah kedokteran terbaik dan belajar dengan teman-teman hebat dari background yang berbeda. Dari pandangan Fazle, FK UI merupakan tempat terbentuknya pribadi-pribadi yang berprestasi dalam bidang kedokteran dan penuh dengan fasilitas serta layanan yang dapat mempermudah kegiatan belajar-mengajar. Dilansir dari website FK UI, terdapat 21 jenis layanan, yang diantaranya adalah layanan sirkulasi perpustakaan, layanan konseling mahasiswa, layanan permohonan beasiswa serta pemberi beasiswa, dan lain sebagainya. Setelah mempertimbangkan hal-hal tersebut, Fazle pun memutuskan untuk mengambil FK UI sebagai pilihan pertama. Selama kelas 12, dia tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Fazle meluangkan banyak waktunya untuk belajar akademik dan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). Semester satu pun berakhir, dia berhasil meraih nilai rata-rata sebesar 96,125 dan masih bisa mempertahankan rangking 1 di kelasnya. Saat pengumuman siswa eligible Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP), ia mendapatkan peringkat satu se-angkatan dengan nilai rata-rata sebesar 95,8125. Fazle merasa sangat senang akan hal itu. Di sisi lain, dia belum merasa puas. Ia tahu betul seberapa susahnya untuk masuk FK UI. Oleh karena itu, dia terus memprioritaskan belajar UTBK untuk berbulan-bulan kedepannya. Dua bulan setelahnya, pengumuman hasil SNBP pun keluar. Tak disangka-sangka, Fazle berhasil lolos seleksi tersebut dan menjadi 1 dari 50 siswa dari seluruh Indonesia yang diterima di FK UI melalui jalur prestasi. Perjuangan dia selama tiga tahun untuk belajar tidaklah sia-sia. Tetesan air mata Fazle dan keluarganya tidaklah terbendung, rasa bangga dari seluruh keluarga besarnya tidak dapat tertutupi mengingat dia merupakan calon dokter pertama di keluarga besarnya.


Fazle sekarang merupakan mahasiswa baru FK UI kelas reguler. Waktu saat di SMA, dia terkenal sebagai orang yang terlalu benefit-oriented. Dia selalu memikirkan potensi dan besar keuntungan dari tindakan yang dia lakukan. Oleh sebab itu, banyak orang di sekitarnya yang menyarankan dia untuk mengambil jurusan seperti akuntansi atau ilmu ekonomi menilai dari kepribadiannya tersebut. Melihat hal tersebut, Fazle berkomitmen untuk berubah setelah menjadi mahasiswa kedokteran. Dokter ideal menurutnya adalah dokter yang dapat memprioritaskan kepentingan pasien di atas segalanya. Nilai luhur yang harus dianut oleh dokter ideal tersebut adalah ketulusan. Dilansir dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata tulus memiliki arti sungguh dan bersih hati. Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa dokter yang tulus pasti memiliki integritas serta bertanggung jawab. Dokter yang tulus juga memiliki kecintaan terhadap pekerjaannya, yaitu mengobati pasien. Dengan mengobati pasien, seorang dokter dapat berkontribusi untuk masyarakat. Seorang dokter yang tulus juga tidak akan membedakan pasien dari background dan juga jabatan pasien tersebut. Fazle pun bertekad untuk menjadi seorang dokter ideal yang seperti itu. Bisa kita tarik kesimpulan bahwa dokter ideal adalah arah tujuan Fazle untuk menjadi seorang dokter.


Selama masa preklinik, Fazle ingin mengurangi sikap benefit-oriented dan memperdalam etika serta tata krama dari seorang dokter. Pada masa ini, dia ingin meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) setinggi-tingginya agar dapat menentukan ​​Satuan Kredit Semester (SKS) sebanyak-banyaknya agar bisa lulus secepat-cepatnya. Selain itu, dia juga ingin mendapatkan berbagai pengalaman berharga serta koneksi pertemanan dari mengikuti lomba, kepanitiaan, dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Pada masa ini juga, dia ingin menjelajah berbagai macam stase di kedokteran agar dia bisa menentukan spesialisasi yang akan dipilih kedepannya.


Selanjutnya, ketika masa klinik, ada dua macam pilihan yang bisa Fazle pilih. Pilihan pertama, yaitu langsung melanjutkan program studi spesialis. Kemungkinan ini hanya bisa terjadi apabila orang tuanya mampu untuk menyekolahkannya kembali atau ketika dia mendapat beasiswa dari instansi tertentu. Pilihan kedua, yaitu langsung mencari pengalaman kerja sebagai dokter umum dan mengumpulkan uang agar bisa melanjutkan program studi spesialis sebelum melewati batas usia maksimum. Bagaimanapun juga, Fazle akan menjadi seorang dokter yang sesuai dengan kriteria dokter idealnya, yaitu tulus. Fazle juga akan menjadi dokter yang senantiasa menyembuhkan pasien dan memberikan kontribusi positif kepada masyarakat.


Selama masa kuliah, Fazle berharap ia dapat meng-improve diri dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan menghilangkan sifat yang tidak pantas sebagai seorang dokter. Fazle juga berharap ia bisa membangun koneksi sosial yang berkualitas dengan teman sejawat, junior, senior, dosen, dan seluruh civitas akademika Universitas Indonesia. Selain itu, dia juga berharap dia bisa memberikan kontribusi positif kepada lingkungan sekitarnya dan masyarakat sedini dan semasif mungkin. Secara garis besar, Fazle berharap selama menjadi mahasiswa UI dia dapat meraih seluruh rencana dan terus konsisten pada komitmen yang telah dibuat.


Angkatan FK UI 2023 memiliki nama Gelora. Menurut KBBI, kata gelora memiliki arti gerakan gelombang yang hebat dan perasaan yang bergejolak hebat. Fazle berharap teman-teman angkatannya memiliki solidaritas yang hebat serta bergerak bersama dan saling bahu membahu sehingga dapat menciptakan gelombang perubahan positif yang hebat. Dia juga berharap perasaan cinta terhadap tugas kedokteran dapat bergejolak dengan hebat di hati tiap-tiap anggota. Selain itu, ia juga berharap seluruh anggota angkatan dapat lulus bersama dengan waktu yang secepat-cepatnya dan menjadi dokter ideal sesuai dengan pandangan mereka masing-masing.


Fazle berharap masyarakat semakin peduli tentang kesehatan mereka. Selain itu, dia juga berharap masyarakat dapat menerapkan pola hidup yang sehat sebagai langkah untuk mencegah terjadinya penyakit. Dilansir dari Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 65,87% dari total penduduk desa dan kota pada tahun 2021 yang memiliki telepon seluler. Oleh karena itu, Fazle juga berharap masyarakat dapat memanfaatkan penggunaan telepon seluler mereka untuk mempelajari jenis-jenis dan gejala penyakit yang sering terjadi di lingkungan sekitar mereka. Hal ini bertujuan agar penduduk lebih sadar jika mereka terkena penyakit dan bisa langsung berkonsultasi dengan seorang dokter sebelum gejala yang diderita semakin parah. Secara garis besar, Fazle berharap agar angka kesehatan meningkat dan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit mengalami pengurangan di kalangan masyarakat.


Kepada teman-teman yang sedang berjuang untuk masuk FK UI, Fazle telah berbicara dengan kurang lebih 40 orang dari teman angkatannya. Dia menemukan sebuah kesamaan dari mereka semua, yaitu perjuangan yang telah mereka lalui untuk bisa masuk FK UI tidak selalu berjalan mulus. Ada yang ditolak berkali-kali oleh UI sampai bisa masuk lewat jalur mandiri, ada yang rela gap-year demi mencoba mengikuti UTBK dan SIMAK di tahun depan, bahkan ada juga yang rela belajar soal tes UTBK dan SIMAK sembari mengikuti kegiatan kuliah (semi-gap). Tetesan keringat dan air mata merupakan bukti dari kerja keras mereka. Fazle yakin pertanyan-pertanyaan seperti “Kenapa mereka rela melakukan hal itu?” “Apa yang membuat mereka bertahan?” pasti terbesit di benak kalian. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah karena mimpi dan tekad mereka yang kuat. Dua hal tersebutlah yang membuat mereka terus berjuang. Mereka percaya bahwasannya usaha yang telah mereka lakukan itu sebanding dengan hasil yang akan mereka dapatkan. Untuk teman-teman semua, percayalah pada diri kalian sendiri dan kuatkanlah tekad kalian masing-masing! Percayalah bahwa mereka yang berhasil adalah mereka yang bertekad kuat!



Daftar Pustaka


WHO coronavirus dashboard [Internet]. Geneva: World Health Organization; 2020 Jan 3 [updated 2023 Aug 2; cited 2023 Aug 5].


University of Indonesia: rankings [Internet]. EduRank; 2023 [cited 2023 Aug 6].


Layanan terpadu fakultas [Internet]. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2022 [cited 2023 Aug 6].


Kamus besar bahasa Indonesia daring [Internet]. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia; 2016 [cited 2023 Aug 6].


Kamus besar bahasa Indonesia daring [Internet]. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia; 2016 [cited 2023 Aug 6].


Persentase penduduk yang memiliki/menguasai telepon seluler menurut provinsi dan klasifikasi daerah 2019-2021 [Internet]. Jakarta: Badan Pusat Statistik; 2023 [cited 2023 Aug 6].


 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

Comments


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page