- Muhammad Faris Akmal
- Aug 13, 2023
- 7 min read
Narasi Perjuangan
Nama saya Muhammad Faris Akmal,atau biasa dipanggil Faris.Saya saat ini adalah Mahasiswa FKUI Angkatan 2023,Jurusan Pendidikan Dokter Kelas Reguler.Saya berhasil diterima di FKUI melalui jalur SNBT,atau bisa disebut jalur tulis yang diselenggarakan oleh badan Bernama BPPP atau Badan Pengelolaan Pengujian Pendidikan. Perjalanan hidup saya sebelum masuk ke FKUI ini tentu tidak mudah.Bagaimana tidak,bagi saya,dan mungkin memang kenyataannya demikian,FKUI merupakan salah satu tempat yang paling baik,jika tidak bisa dibilang yang terbaik di Indonesia untuk memperdalam ilmu kedokteran.Untuk diterima di FKUI,kamu harus memiliki motivasi yang kuat,untuk diri saya pribadi,saya memiliki keinginan kuat untuk menjadi dokter yang bermanfaat untuk banyak orang.
Perjuangan saya untuk masuk UI bermula dari saat saya masih duduk di bangku SMP.Selama saya masih di kelas 7 SMP,saya merupakan anak yang rajin,saya selalu mengerjakan Pekerjaan Rumah Tepat waktu,dan tidak pernah membolos.Ketertarikan saya terhadap ilmu pengetahuan alam,khususnya biologi,mulai muncu saat saya duduk di kelas 8 SMP.Saat itu sekolah saya mengadakan lomba karya ilmiah,dan saya serta rekan setim saya berhasil menulis sebuah karya ilmiah tentang pemanfaatan daun hibiscus sebagai sampo alami,dan berkat itu tim kami berhasil memenangkan juara pertama pada lomba antar siswa tersebut.Ketertarikan itu semakin berkembang,dan saya pun mulai tertarik dengan anatomi saat kelas mulai mempelajari tentang struktur dari mata dan telinga.Saat kelas 9,muncul sesuatu yang merubah minat saya dari awalnya hanya biologi,menjadi kedokteran seutuhnya.Pada tahun 2020,tepatnya pada bulan Maret 2020,COVID-19 mulai mewabah di Indonesia.[1] Wabah atau pandemic COVID-19 ini membuat pemerintah mulai mengambil tindakan-tindakan ,untuk menanggulangi penyebaran COVID-19 yang semakin tidak terkendali.Tindakan Tindakan yang diambil antara lain berupa pemnerlakuan social distancing ,yang mengharuskan Masyarakat untuk,menghindari kerumunan,dan memberi pengarahan kepada Masyarakat untuk memberlakukan protokol Kesehatan,seperti memakai masker,mencuci tangan,meningkatkan daya tahan tubuh,serta mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang.[1] Keadaan ini tentunya membuat saya merasa sangat sedih,karena saya tidak lagi bisa belajar dengan normal di sekolah,melainkan,saya harus mengukuti pembelajaran daring,dikarenakan adanya kebijakan social distancing.Di masa pandemic ini pula muncul orang orang yang menginspirasi saya untuk terjun ke dunia Kesehatan,yaitu para dokter,dan tenaga Kesehatan,yang bekerja secara langsung menangani pasien pasien COVID-19.[1] Melihat perjuangan mereka yang seakan tidak mengenal lelah dalam memerangi wabah COVID-19. Pada tahun 2020 ini pula,saya mengalami suatu musibah,yaitu saya terjangkit dengan dermatitis atopik atau biasa disebut dengan eksim.[2] Keadaan ini membuat kaki saya mengalami ruam dan gatal-gatal.Karena itu,saya mulai melakukan pengobatan secara berkala ke rumah sakit,yang pada akhirnya membuat saya diberikan obat salep yang mengandung steroid.[2]
Keadaan saya selama duduk di bangku SMP,semakin menambah minat saya terhadap rumpun Kesehatan,terutama kedokteran.Saya saat itu berniat untuk mendaftar di sekolah lab school,untuk mempermudah jalur saya agar bisa diterima kuliah di jurusan Pendidikan Dokter.Tetapi,apa daya,orangtua saya ingin agar saya memperdalam ilmu agama terlebih dahulu,sehingga mereka mendaftarkan saya di suatu pesantren bernama MAS Husnul Khotimah,yang terletak di Kabupaten Kuningan.Saya sedikit berat hati dengan keputusan ini,namun keputusan orangtua sudah bulat,jadi saya hanya bisa menerima dengan Ikhlas.Di pesantren,tentunya saya bukan hanya harus memperdalam ilmu sains,tetapi saya juga diharuskan untuk mempelajari tentang ilmu agama,seperti Bahasa Arab,Aqidah,Fikih,dan Tafsir.Hal ini tentunya menjadi tantangan,karena beban belajar saya menjadi jauh lebih berat ketimbang saat masih duduk di bangku SMP.Peraturan pesantren yang ketat,juga menjadi tantangan tersendiri bagi saya,karena akses informasi yang terbatas,saya mengalami kesulitan untuk mencari informasi seputar dunia perkuliahan.Pada saat say akelas 10 saya mengalami culture shock ,karena belum terbiasa dengan lingkungan,dan kurikulum yang ada di pesantren,teteapi saya bisa mengatasinya,walaupun butuh pembiasaan yang cukup lama.Pada saat saya kelas 11,saya mencoba untuk mengikuti seleksi Kompetisi Sains Nasional atau sering sikenal dengan KSN,di Mata Pelajaran Biologi,karena saya tertarik dengan ilmu Kesehatan,namun,sayangnya saya tidak berhasil lolos.Pada kelas 11 ini juga saya bergabung dengan Bulan Sabit Merah Remaja atau bisa disingkat BSMR,yaitu semacam versi pesantren dari Palang Merah Remaja,untuk menambah pengalaman saya dengan dunia Kesehatan.Pada kelas 12,saya mulai mencari peluang-peluang saya untuk kuliah,baik dari dalam negeri,maupun luar negeri,tetapi saya masih menempatkan kuliah di jurusan Pendidikan Dokter,sebagai tujuan utama saya.Pada awal kelas 12,saya mendapat info mengenai kuliah sekaligus beasiswa di Jepang,saya pun tertarik dan mengikuti tes untuk mendapat beasiswa tersebut.Namun,sayangnya saya tidak berhasil dalam tahap pertama seleksi beasiswa tersebut.Saya juga mencoba untuk mendaftarkan diri di Universitas Pertahanan,jurusan Pendidikan Dokter Militer,namun sekali lagi saya tidak berhasil diterima.Kedua kegagalan beruntun ini sangat mempengaruhi semangat juang dan belajar saya,sehingga selama beberapa waktu,saya kehilangan minat dalam belajar.Namun,saya tak membutuhkan waktu lama agar bisa bangkit dari keeterpurukan,saya Kembali mengumpulkan tekad,dan Kembali belajar untuk persiapan masuk ke Peguruan Tinggi Negeri.Beberapa waktu kemudian,Kementrian Pendidikan,Kebudayaan,Riset,dan Teknologi,atau biasa disebut Kemendikbudristek,membuat suatu keputusan untuk mengubah sistem seleksi yang awalnya berupa SBMPTN,menjadi SNBT.[3] Perubahan ini mengejutkan saya,karena sekarang saya tidak perlu mempelajari materi TKA,seperti,Biologi,Fisika,dan Kimia,tetapi hanya harus berfokus ke materi TPS,yang berpusat di penalaran dan pemahaman.3 Saya pribadi tidak tahu harus merespon seperti apa,karena perubahan ini seperti pedang bermata ganda,di satu sisi memudahkan saya untuk mendapat nilai tinggi di SNBT,di sisi lain,juga memudahkan saingan saya untuk mendapatkan nilai tinggi juga.Situasi ini mendorong saya untuk belajar lebih keras,agar tidak kalah dengan saingan-saingan saya di seluruh Indonesia.Usaha say aini menyebabkan nilai saya meningkat secara drastic,sehingga pada waktu itu,situasinya tampak sangat positif bagi saya.Namun,saya sekali lagi dibuktikan,bahwa,jumawa adalah awal dari keruntuhan besar.Karena saya mulai merasa aman dan bangga terhadap nilai saya,saya mulai mengendorkan usaha belajar saya,yang menyebabkan nilai saya turun dengan cukup jauh disbanding nilai Try Out saya yang sebelumnya.Hal ini Kembali menyadarkan sayauntuk terus memacu diri saya untuk berusaha lebih keras lagi agar bisa mencapai hasil maksimal.Pada semester 2,dimulai lah seleksi Perguruan Tinggi Negeri yang lain,yaitu SNBP,yang menggunakan nilai raport sebagai tolak ukurnya.Namun,saying sekali dikarenakan saya tidak begitu pandai dalam mata Pelajaran keagamaan,nilai raport saya tebilang cukup stagnan,sehingga saya dinyatakan tidak eligible untuk mengikuti seleksi SNBP.Hal ini tidak membuat saya patah semangat,saya Kembali berfokus untuk menghadapi SNBT,yang akan dating di kemudian hari.Pada saat hendak menetapkan pilihan jurusan dan universitas,karena saya masih kurang percaya diri untuk memilih universitas yang saya inginkan yaitu Universitas Indonesia.Bagaimana tidak,Universitas Indonesia,adalah salah satu perguruan tinggi terbaik,jika bukan yang terbaik di Indonesia,bahkan sampai menempati 300 besar di peringkat dunia.[4] Karena itu saya memutuskan berkonsultasi dengan orangtua,yang menyarankan saya untuk,memilih apa yang saya bener-benar inginkan.Setelah mendengar itu saya pun membukatkan tekad dan memilih Universitas Indonesia,jurusan Pendidikan Dokter sebagai pilihan pertama pada seleksi SNBT saya.Setelah memilih saya Kembali belajar lebih keras dan tidak lupa senantiasa bedo’a kepada Alaah SWT,karena saya tahu jalan yang saya pilih tidak akan bisa dilalui dengan mudah.Saat hari pelaksanaan SNBT,saya gugup bukan main,karena bagaimana tidak,momen ini adalah momen yang akan menentukan kehidupan saya kedepannya.Setelah saya selesai melakukan seleksi SNBT,saya merasa percaya diri untuk dapat berhasil,tetapi tetap saja,di hati saya perasaan waswas terus menggerogoti hati saya dan membuat pikiran saya tidak tenang.Saya pun mengikuti les tambahan dan mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian mandiri sebagai rencana cadangan apabila saya tidak berjasil pada seleksi SNBT kali ini.Hari-hari berlalu,dan hari pengumuman pun tiba,dan saya dinyatakan lolos seleksi SNBT pada pilihan pertama saya yaitu Universitas Indonesia jurusan Pendidikan Dokter.Saya merasa senang,bangga,dan haru bercampur aduk,dalam suatu momen yang akan saya kenang seumur hidup saya.Seketika semua perjalanan saya selama ini,semua musibah dan perjuangan,serasa ringan sekali di dada saat saya mencapai salah sati tujuan besar dalam hidup saya.Saya juga sangat bersyukur kepada Allahg SWT,karena atas kehendak-Nya saya berhasil diterima di FKUI.
Dengan diterimanya saya di salah satu kampus ternama di Indonesia yaitu FKUI,saya berharap bisa membawa perubahan positif pada diri saya pribadi.Sebelum saya diterima di FKUI,saya adalah pribadi yang tertutup,bahkan hamper terkesan anti sosial karena saya hanya mementingkan prestasi di bidang akademik saja.Sehingga saya berkomitmen untuk merubah diri saya menjadi lebih terbuka kepada orang-orang baru dan pemahaman-pemahaman baru,serta mebangun relasi yang kuat,untuk semakin memperbaiki diri saya.Saya juga berkomitmen untuk semakin berkontribusi di dalam Masyarakat dimanapun saya berada sebagai seorang dokter yang kompeten dan bermartabat.
Harapan saya untuk diri saya kedepannya adalah untuk berkontribusi positif kepada keluarga,teman,dan Masyarakat sekitar,baik sebagai seorang pribadi,maupun sebagai dokter kelak.Harapan saya untuk teman-teman FKUI tahun 2023,Gelora,adalah semoga kita bisa mebangun solidaritas antar teman se-angkatan,dan hubungan yang baik dengan senior dan junior kita.Semoga kita semua dapat saling mebantu,tolong-menolong jika ada yang kesulitan,tanpa mebeda-bedakan.Tentunya saya juga berharap semoga kita semua berhasil lulus Bersama-sama sebagai dokter yang kompeten dan bermanfaat di Masyarakat,dimanapun kita berada.Semoga ikatan di antara kita tidak akan putus walaupun kita semua telah lulu dan menempuh jalan masing-masing.
Bagi saya cukup mudah untuk menentukan seperti apakah dokter ideal itu,karena saya sudah diberikan contoh,dan menyaksikan langsung dokter ideal tersebut.Pada saat pandemic COVID-19 para dokter yang bertugas tanpa kenal lelah di garis depan pertempuran melawan COVID-19,adalah sosok-sosok dokter ideal,dan pahlawan dalam artian sebenar-benarnya.Menurut pandangan saya dokter ideal adalah dokter yang mampu memenuhi ekspektasi pasien terhadap mereka,sambil tetap mempertahankan etika dan objektivitas seorang dokter.[5] Doktor ideal harus menganut nilai-nilai luhur dan sifat-sifat mulia,seperti,Bersifat ketuhanan,memiliki kemurnian sifat,memiliki keluhuran budi,selalu bersikap rendah hati,bersungguh-sungguh dalam pekerjaannya,serta memiliki integritas ilmiah dan sosial.[6]
Rencana jangka pendek saya selama berkuliah di FKUI,adalah mencoba mencapai nilai terbaik dan juga membangun relasi dengan calon rekan-rekan sesame dokter.Cara saya mencapainya adalah dengan belajar bersungguh-sungguh dengan sepenuh hati selama berkuliah di FKUI,agar mampu mendapat nilai terbaik,dan menjalin ikatan dengan teman-teman baik itu se-angkatan,senior,maupun junior,agar relasi saya tersebar dimana-mana.Selama saya berkuliah saya juga berncana mengasah soft skill saya seperti public speaking,dengan cara ikut berpartisipasi di organisasi yang tersedia di Uiversitas Indonesia.Untuk rencana jangka Panjang,saya berencana untuk mengambil spesialisasi kejiwaan,dan menemukan metode baru yang ampuh dalam menangani pasien yang mengalami gangguan kejiwaan.
Harapan saya bagi masyaraka Indonesia kedepannya adalah selalu menjaga Kesehatan diri sendiri terutama Kesehatan mental,yang sering kali diabaikan oleh Masyarakat Indonesia.Saya ingin agar Masyarakat Indonesia menyadari bahwa masalah penyakit mental sama seriusnya dengan penyakit fisik,dan tidak boleh disepelekan begitu saja.Saya juga berharap agar Masyarakat segera berkonsultasi apabila mengalami masalah,daripada mebiarkannya menumpuk dan berlarut-larut.
Pesan saya untuk adik-adik kelas saya yang ingin masuk FKUI adalah,tetap semangat.Meskipun kamu akan mengalami kegagalan,mungkin sekali,mungkin dua kali,atau mungkin juga lebih,yang terpenting adalah tetap semangat dan tetap maju.Kita tidak akan tahu apakah masa depan akan indah atau suram,jadi satu-satunya cara mengetahuinya adalah maju,dan yakin bahwa akhir yang indah menanti di ujung sana.
Daftar Pustaka
1.Putri,Ririn Noviyanti [2020].Indonesia dalam menghadapi Pandemi COVID-19,Jambi,Universitas Batanghari Jambi.Diakses pada Agustus,11,2023. http://ji.unbari.ac.id/index.php/ilmiah/article/view/1010
2.Ardhie,Ari Muhandari [2004].Dermatitis dan peran Steroid dalam penanganannya,Jakarta,RSAB Harapan Kita.Diakses pada Agustus,11,2023. http://server0.unhas.ac.id/tahir/BAHAN-KULIAH/BIO-MEDICAL/BAHAN-UMUM/ECHOCARDIOGRAPHY%20(%20SALEH%20-%20D411%2002%20050%20)/REFERENSI/dermatitis.pdf
3.Menteri Pendidikan,Kebudayaan,Riset,dan Teknologi Republik Indonesia.Penerimaan mahasiswa baru program diploma dan program sarjana pada perguruan tinggi negeri.Jakarta: Kementrian Pendidikan,Kebudayaan,Riset,dan Teknologi Republik Indonesia;2022. 12 halaman.Report No.48 tahun 2022.
4. Hafidz.UI masuk 300 besar versi qs world ranking [Internet]. Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2023 Jun 10 [cited 2023 Aug4].Available from : https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwj_ua6dv9eAAxXX1TgGHRgiD94QFnoECCEQAQ&url=https%3A%2F%2Fwww.ui.ac.id%2Fui-masuk-300-besar-dunia-versi-qs-world-universty-ranking%2F&usg=AOvVaw33D9VZ0f2xAO2XRYRjPhAx&opi=89978449
5.Grundnig,Julia dkk [2022]. You are exactly my type! The traits of a good doctor: a factor analysis study on public's perspectives [internet] BMC Health Services Research.diakses pada Agustus,11,2023. https://link.springer.com/article/10.1186/s12913-022-08273-y
6.Suyono,H.Haryono [2021]. SAHABAT SEHAT: Pola Komunikasi Ideal dan Dokter Dambaan Pasien.Airlangga University Press,diakses pada Agustus,12,2023. https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=ORI3EAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=sikap+ideal+seorang+dokter&ots=vwfVMYv44c&sig=wbUL5kZF4lqzkicig0b8LX97tk4&redir_esc=y#v=onepage&q=sikap%20ideal%20seorang%20dokter&f=false
Comments