top of page
  • Youtube
Search
  • Muhammad Aqila Putrawisesa
  • Aug 12, 2023
  • 7 min read

Updated: Aug 13, 2023

Narasi Perjuangan


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pastinya adalah sebuah nama yang sangat familiar di telinga seluruh anak SMA kelas 12 yang sedang mengejar impian mereka dan ini cerita saya yang bisa sampai di titik ini. Sebelum kita masuk ke cerita perjuangan saya selama beberapa tahun ini, perkenalkan nama saya Muhammad Aqila Putrawisesa. Teman-teman saya banyak memanggil saya Putra. Saya sendiri tinggal di Jakarta Timur dan lulusan dari SMA Negeri Unggulan M.H. Thamrin. Untuk yang belum tau, SMA Negeri Unggulan M.H. Thamrin atau yang sering disingkat SMANU MHT adalah sekolah negeri yang memiliki sistem asrama.


Kisah saya memperjuangkan FKUI sebenarnya baru dimulai sejak saya duduk di kelas 12 SMA. Saat saya kecil, saya pernah diajak untuk melihat kakek saya bekerja sebagai dokter spesialis jantung dan terkesima dengan apa yang beliau lakukan, walaupun begitu saya belum memiliki pemikiran untuk menjadi seorang dokter saat itu. Saya banyak memiliki perubahan dalam cita-cita sejak saya kecil. Saat saya masih berseragam putih biru, saya bercita-cita menjadi seseorang yang bekerja di perusahaan minyak. Lanjut ke saat SMA, saya mulai memilah pelajaran yang saya yakini kalau diri saya memiliki potensi di pelajaran tersebut, pelajaran tersebut adalah Matematika dan Biologi. Di Matematika, saya suka memecahkan permasalahan matematis seperti aljabar dan persamaan lainnya. Di sisi lain yaitu biologi, saya sangat suka mempelajari anatomi manusia dan cara kerja penyakit, seperti kenapa manusia bisa terjangkit flu.


Pada akhirnya saat awal kelas 12, saya memutuskan untuk mengejar mimpi saya untuk menjadi seorang dokter dengan FKUI sebagai target saya. Sejak saat itu, saya yakin bahwa jalan untuk mendapatkan FKUI sendiri pastinya tidak mudah, oleh karena itu saya selalu menyempatkan diri untuk belajar SNBT.


Jalur yang saya ikuti untuk masuk ke FKUI sendiri ada banyak, dari SNBP, SNBT, hingga PPKB pun saya ikuti. Pada hari pengumuman SNBP, sayangnya saya mendapatkan ucapan tetap semangat dari lembaga BP3, walaupun begitu semangat saya tidak surut. Setelah pengumuman tersebut, saya belajar dengan lebih giat melalui bimbel yang saya ikuti dan juga belajar mandiri tiap malamnya. Agar tidak bosan dengan belajar setiap hari, saya biasanya belajar secara berkelompok agar bisa berinteraksi dan saling bertanya mengenai soal-soal latihan yang dikerjakan.


Sekitar dua bulan penuh dengan belajar terlewati, hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Pada tanggal 13 Mei, saya mengikuti SNBT yang berlokasi di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Tesnya sendiri berjalan cukup lancar, walaupun begitu saya tetap cemas akan hasil yang akan saya dapatkan nanti.


Dari tanggal 13 Mei hingga pengumuman SNBT, saya tetap belajar untuk persiapan mandiri karena khawatir tidak lolos jalur SNBT. Setiap hari saya kuatkan iman, dari berdoa hingga selalu menyanggupi solat di awal waktu.


Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, tanggal 20 Juni tentunya menjadi tanggal yang bersejarah bagi diri saya karena pada tanggal itu saya telah menjadi mahasiswa FKUI kelas reguler melalui jalur SNBT. Perasaan gembira dan senang memenuhi hati, ayah dan ibu saya pun sangat bangga di saat itu dengan pencapaian yang saya dapatkan.


Mungkin beberapa orang bingung, kenapa saya sangat menginginkan berkuliah jurusan Pendidikan Dokter di Universitas Indonesia. Tidak hanya merupakan universitas terbaik di Indonesia, tetapi menurut saya Universitas Indonesia memiliki program studi Pendidikan Dokter terbaik di seluruh Indonesia.


Banyak penyesalan maupun kebahagiaan yang terjadi sebelum masuk ke FKUI ini. Dari hal-hal yang terjadi karena diri sendiri hingga faktor yang tidak bisa dikontrol.


Maka dari itu, saya pun berkomitmen kepada diri saya sendiri untuk lebih menjadi orang yang peduli akan hal-hal sekitar. Sebagai seorang dokter, kita perlu menjadi seseorang yang peduli akan kesehatan orang-orang di sekitar kita. Dari keluarga, teman, hingga masyarakat sekitar perlu kita perhatikan agar tidak terkena penyakit yang bisa merugikan lingkungan kita.


Saya juga berkomitmen untuk belajar lebih giat agar menjadi seorang dokter dengan pengetahuan yang luas. Tidak hanya itu, sebagai seorang dokter juga perlu mempelajari dan melatih kemampuan dalam melakukan keterampilan kedokteran, seperti menjahit luka, menangani luka bakar, dan berbagai keterampilan lainnya saat menjalani masa klinik.

Dengan komitmen yang saya terapkan untuk ke depannya, saya berharap bahwa saya akan selalu konsisten untuk menerapkan komitmen saya dan juga selalu bersemangat dalam mempelajari hal-hal baru. Tidak hanya memiliki harapan atas diri saya sendiri, tetapi saya juga memiliki harapan untuk angkatan FKUI 2023.


Saya selalu berharap bahwa FKUI 2023 menjadi angkatan yang sesuai dengan jargon, yaitu angkatan yang bersinergi antar satu sama lain. Angkatan tentunya menjadi sebuah wadah perkumpulan suatu kelompok dan saya berharap FKUI 2023 bisa menjadi tempat yang sehat dalam bergaul, belajar bersama, serta menyelesaikan permasalahan sebagai satu kesatuan.


Saya juga berharap FKUI 2023 membawa nama gelora pada setiap waktu, menjadi angkatan yang entusias dalam menghadapi setiap acara dan bergelora saat mengharumkan nama FKUI. Bukan hanya saat acara di dalam kampus, melainkan juga acara kancah nasional bahkan hingga kancah internasional.


Banyak orang awam menganggap dokter adalah seseorang yang bekerja hanya untuk menyembuhkan pasien. Berdasarkan KBBI, dokter adalah seseorang lulusan pendidikan kedokteran yang ahli dalam hal penyakit dan pengobatan.[3] Memang benar anggapan tersebut, tetapi saya memandang profesi dokter dengan lebih mendalam lagi. Dokter bukan hanya seseorang yang sekedar menyembuhkan pasiennya, tetapi dokter juga merupakan seseorang yang mampu memahami kondisi pasien baik secara jasmani maupun rohani, seseorang yang rela mengorbankan segalanya demi hidupnya seorang pasien, hingga seseorang yang tidak pernah membeda-bedakan pasien berdasarkan latar belakang mereka.


Bahkan seorang dokter hampir sama seperti detektif, singkatnya peran dokter rumah sakit yang mempraktekkan kedokteran (seorang dokter) telah berkembang pesat menjadi berbagai spesialisasi tetapi keterampilan inti dari penalaran diagnostik dan profesionalisme merupakan bagian penting dan integral dari setiap keahlian dokter. Kami adalah detektif medis dan pemecah masalah.[5]


Selain itu, Seorang dokter ideal dapat didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki kualitas pribadi untuk hubungan interpersonal, kemahiran dalam pengetahuan, keterampilan teknis, dan niat baik.


Dengan berbagai tugas yang dikerjakan oleh seorang dokter, dokter juga perlu memiliki sifat-sifat yang dibutuhkan untuk menjadi dokter yang ideal. Kemampuan komunikasi menjadi salah satu yang paling penting. Dokter selain harus bisa mendiagnosis, dokter juga perlu mengkomunikasikan diagnosis dengan baik kepada pasien. Jiwa kepemimpinan juga melekat pada seorang dokter, dokter harus bisa memimpin jalannya operasi agar operasi yang dilangsungkan berjalan dengan lancar.[1]


Peran dokter dalam masyarakat tentunya tidak bisa kita bayangkan. Dokter sebagai garda terdepan dalam menghadapi berbagai pasien dengan keluhan dan penyakit berbeda-beda.

Seperti kebanyakan dokter, saya sadar bahwa nilai telah menjadi hal yang penting bagi pengobatan modern, pencarian tanpa henti dan sulit dipahami untuk mencapai hasil yang berorientasi pada pasien dengan cara yang mengutamakan rendahnya biaya.[2]


Setelah berbagai definisi dokter yang ideal dan nilai-nilai yang perlu dimiliki oleh seorang dokter, saya sendiri ingin menjadi dokter yang mirip dengan penjelasan diatas. Selain daripada itu semua, Keselamatan pasien menjadi hal terpenting. Secara definitif, Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.[4] Jika kita telah memenuhi semua kualifikasi yang disebutkan di atas, tetapi kita tidak bisa berjuang demi keselamatan pasien maka dokter akan kehilangan fungsinya.


Masa preklinik merupakan masa berkuliah selama 3,5 tahun di FKUI. Tentunya di awal-awal semester ini, saya ingin beradaptasi dengan cara belajar serta budaya yang ada di FKUI ini. Saya akan mencoba untuk belajar bersama demi menggapai IP diatas 3,6. Saya juga akan memperluas relasi antar sesama angkatan maupun dengan kakak tingkat untuk mempermudah komunikasi maupun mencari informasi.


Setelah sudah cukup berdaptasi, saya ingin mengikuti beberapa organisasi mahasiswa kedokteran, seperti CIMSA dan AMSA. Alasan saya mengikuti organisasi tersebut demi memperbanyak relasi juga seperti tujuan awal saya dan juga memperbesar kemungkinan untuk dapat mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan kedokteran, seperti seminar tentang kedokteran, membuat proyek yang bisa memberi dampak untuk masyarakat sekitar, serta berbagai hal yang mematangkan potensi saya untuk menjadi seorang dokter.


Tidak berhenti begitu saja setelah menyelesaikan masa preklinik, saya akan terus mengikuti pendidikan dan pengabdian hingga saya menjadi seorang dokter spesialis bedah otak. Saya memilih untuk memfokuskan diri di bedah otak disebabkan oleh ambisi saya untuk memberikan metode penanganan terbaik bagi para penderita penyakit yang berhubungan dengan otak. Saya sendiri pernah mendengar sebuah perkataan yang mengatakan bahwa kita tidak bisa menyembuhkan secara penuh penyakit di otak, tetapi kita hanya bisa mengurangi atau meminimalisir dampak dari penyakit itu. Hal tersebut yang semakin membuat saya bersemangat untuk menemukan terobosan-terobosan di bedah otak.


Pastinya hal-hal yang saya impikan tidak akan terwujud jika saya tidak menepati komitmen saya, maka dari itu saya akan selalu berpegang teguh terhadap komitmen saya.


Saya menyadari bahwa semakin banyak penyakit berbahaya yang merajalela di kalangan masyarakat Indonesia, dari penyakit paru-paru, peredaran darah, flu hingga penyakit bawaan lahir. Saya berharap masyarakat Indonesia bisa memperbaiki gaya hidup yang menurut saya masih sangat tidak baik untuk kesehatan. Kebiasaan merokok, begadang hingga larut malam, serta makan makanan yang tidak sehat menjadi beberapa kebiasaan buruk yang tentunya harus dikurangi atau bahkan dihilangkan. Masyarakat juga bisa mulai melakukan tes premarital bagi pasangan yang ingin melangsungkan pernikahan guna mengurangi kemungkinan penyakit genetik serta penyakit lainnya yang mungkin bisa dibawa oleh salah satu pasangan.


Sebagai calon dokter, kita juga harus menjadi contoh teladan bagi masyarakat di sekitar kita untuk melaksanakan gaya hidup sehat ini. Dengan adanya contoh serta bukti yang nyata, masyarakat lama kelamaan akan mengikutinya dan kita dapat membawa mereka untuk menjadi individu yang lebih sehat. Kita juga bisa melakukan penyuluhan mengenai penyakit-penyakit yang memiliki potensi tinggi untuk menyerang masyarakat di sekitar kita, seperti demam berdarah yang sering terjadi ketika Indonesia mengalami musim penghujan.


Besar harapan saya bagi adik kelas saya yang ingin masuk FKUI untuk tetap mengejar impiannya. FKUI merupakan tempat terbaik dalam mengembangkan potensi kalian untuk menjadi dokter yang berperan besar di masyarakat. Saya berharap bahwa para adik kelas masuk FKUI dengan alasan yang memang memiliki dampak dan memiliki tujuan yang jelas selama berkuliah di FKUI nanti jika sudah diterima.


Memang perjuangan yang saya ceritakan di narasi ini tidak seistimewa dan sesempurna beberapa orang, tetapi saya tetap bangga terhadap diri saya sendiri karena telah sampai di titik ini. Saya sangat mendorong bagi siapapun yang ingin mengabdi untuk menjadi dokter dengan menjalani pendidikan di FKUI. Terima kasih untuk para pembaca yang telah meluangkan waktunya membaca perjuangan saya.



Daftar Pustaka


  1. Borracci Raúl A., Álvarez Gallesio José M., Ciambrone Graciana, Matayoshi Cecilia, Rossi Fernando, Cabrera Soledad. What patients consider to be a ‘good’ doctor, and what doctors consider to be a ‘good’ patient. Rev. méd. Chile [Internet]. 2020 July [cited 2023 Aug 11] ; 148(7): 930-938. Available from: http://www.scielo.cl/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S0034-98872020000700930&lng=en.

  2. Daaleman T. P. What is My Value as a Doctor?. The Annals of Family Medicine [Internet]. 2020 [cited 2023 Aug 11];18(6): 558–560. Available from: https://doi.org/10.1370/afm.2592

  3. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi V. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; 2017. Dokter.

  4. Mandriani E., Hardisman H., & Yetti H. Analisis Dimensi Budaya Keselamatan Pasien oleh Petugas Kesehatan di RSUD dr Rasidin Padang Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Andalas[Internet]. 2019 [cited 2023 Aug 11];8: 131-137. Available from: http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/981/857

  5. Peter W. What Is a Physician?: Presidential Address to the Ulster Medical Society.4th October 2018. Ulster Med J [Internet]. 2019 May [cited 2023 Aug 11];88(2): 83-84. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31061550/



 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

Comments


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page