- Muhammad Ammar Aridh Aljah
- Aug 13, 2023
- 9 min read
Perkenalkan, nama saya Muhammad Ammar Aridh Aljah. Saya biasa dipanggil dengan nama depan saya yaitu, Ammar. Saya berasal dari sebuah kota di Jawa Barat yang memilki julukan Kota Udang yaitu Cirebon. Kota Cirebon adalah tempat dimana saya dilahirkan, dibesarkan dan tempat dimana saya mengenyam pendidikan dasar sebelumnya (SD, SMP dan SMA). Perjalanan pendidikan saya bermula dari Sekolah Dasar di SDN Kebon Baru V, lalu Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Cirebon, lalu Sekolah Menengah Atas di SMAN 2 Cirebon dan kini setelah saya di terima melalui jalur SNBT saya akan melanjutkan pendidikan sarjana saya di Pendidikan Dokter – reguler Universitas Indonesia.
Sejak kecil saya hampir tidak pernah memiliki suatu cita-cita ataupun keinginan yang benar-benar berasal dari diri saya pribadi. Hal ini dikarenakan saya memang tidak pernah terlalu memikirkan mengenai masa depan saya ataupun hal-hal yang akan saya lakukan ketika saya dewasa. Namun, seiring berjalanya waktu saya mulai berpikir mengenai kemana arah tujuan hidup saya akan beranjak. Saya pun mulai terpikir akan arti dari nama saya yang telah diberikan oleh kedua orang tua saya. Muhammad Ammar Aridh Aljah memiliki arti “Anak laki-laki yang terkenal akan kebaikanya”. Kedua orang tua saya pun sering memberi pesan bahwa nama adalah do’a dan juga harapan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Dari situ saya pun mulai yakin kemana arah tujuan saya akan bergerak. Terinspirasi dari arti dan makna nama yang telah diberikan oleh kedua orang tua, saya pun menetapkan bahwa saya ingin untuk menjadi orang yang bisa bermanfaat dan juga senantiasa melakukan kebaikan kepada banyak orang. Tentu saja hal ini bukanlah hal yang bisa saya gapai dengan mudah, karena saya pun sadar bahwa menjadi seseorang yang senantiasa setiap saat melakukan kebaikan tidaklah mungkin. Disamping hal tersebut seiring saya menjadi dewasa akan semakin banyak pula kewajiban dan juga tanggung jawab yang harus saya penuhi, terutama secara finansial. Untuk itu agar saya pun mulai berpikir apa yang harus saya lakukan untuk bisa mengimbangi dan menyatukan antara keinginan, tujuan, kewajiban dan tanggung jawab yang saya miliki. Saya pun mulai terpikirkan sebuah profesi yang saya anggap memiliki tujuan yang sama dengan keinginan yang saya miliki, profesi yang terpikir oleh saya dan saya anggap paling sesuai adalah dokter. Hal ini dikarenakan saya beranggapan bahwa dokter adalah sebuah profesi yang bukan hanya memajukakan diri kita secara finansial, namun juga secara moral. Mulai dari situ, saya pun menetapkan cita-cita saya untuk menjadi seorang dokter yang amanah. Setelah akhirnya saya menemukan keinginan dan cita-cita yang benar-benar muncul dari hati dan buah pikiran saya sendiri, maka saya pun bertekad untuk berjuang merealisasikan keinginan dan cita-cita saya. Tentu saja, saya sadar bahwa tekad saja tidaklah cukup. Karena perjalanan yang akan saya tempuh adalah perjalanan yang amat panjang, penuh tantangan dan tidak ada jaminan bahwa saya akan berhasil.
Salah satu hal yang yang harus persiapkan untuk menjadi dokter adalah tentu saja persiapan secara akademis. Perjalanan saya untuk mempersiapkan diri secara akademis dimulai sejak saya duduk di Sekolah Dasar. Selama SD saya mengorbankan waktu bermain saya untuk mengikuti bimbel dan juga les dalam bidang akademik. Bahkan ketika saya masih di Sekolah Dasar saya sudah terbiasa untuk berangkat ke sekolah jam enam pagi dan pulang ke rumah jam enam sore. Hal ini saya lakukan karena saya sadar bahwa saya bukanlah orang memiliki bakat dalam hal akademis, oleh karena itu saya harus bekerja keras untuk menutupi kekurangan yang saya miliki. Beranjak ke Sekolah Menengah Pertama saya pun mulai menantang diri saya untuk selalu bisa mendapatkan peringkat tiga besar di kelas untuk setiap semesternya. Selain itu, saya juga mulai memberanikan diri saya untuk mengikuti lomba-lomba dalam bidang akademis. Oleh karena itu, saya pun harus meningkatkan usaha yang saya lakukan. Karena itu jadwal yang saya miliki pun menjadi semakin padat karena semakin banyak bimbel dan bimbingan akademis yang saya ikuti. Hal ini membuat ada hari – hari tertentu dimana saya harus pulang ke rumah pada pukul sembilan malam. Namun, kerja keras yang saya lakukan untungnya membuahi hasil dan membuat saya bisa berhasil memenuhi tantangan yang saya berikan pada diri saya sendiri. Hingga akhirnya saya beranjak masuk ke SMA, barulah terpikir oleh saya dimana saya nantinya akan melanjutkan pendidikan saya untuk bisa menjadi dokter. Tentu saja tempat pertama yang terpikirkan oleh saya adalah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal ini disebabkan karena Universitas Indonesia adalah kampus terbaik berdasarkan pandangan saya dan kampus yang telah menjadi impian saya. Tentu saja hal ini juga dipengaruhi karena saya pribadi memiliki ego yang cukup besar untuk bisa menjadi yang terbaik. Dikarenakan saya sadar bahwa untuk masuk menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran di Universitas Indonesia sangatlah sulit, maka tentu saja saya harus bekerja jauh lebih keras dari sebelum-sebelumnya. Mulai dari kelas X saya memfokuskan target akademis saya menjadi tiga, pertama mulai menyicil soal-soal UTBK maupun simak sedari awal, kedua berusaha untuk menjuarai lomba-lomba akademis, ketiga berusaha mendapatkan peringkat pertama selama lima semester di kelas. Untuk menunjang target-target tersebut saya pun mulai mengikuti berbagai bimbingan akademis dan menyusun strategi belajar secara mandiri. Selama saya kelas X, saya mulai terbiasa untuk berangkat ke sekolah jam setengah enam pagi lalu pulang ke rumah jam sembilan atau sepuluh malam dan dilanjutkan dengan belajar mandiri sekaligus menyicil soal-soal UTBK dan SIMAK. Karena itu selama saya kelas X, saya berhasil untuk mendapatkan perigkat pertama di kelas, bergabung ke dalam tim inti olimpiade di SMA saya dan berhasil menguasai beberapa BAB soal-soal UTBK dan SIMAK untuk kategori saintek. Namun, semenjak terjadinya pandemi Covid-19 dimana sekolah maupun bimbel tidak beroperasi secara optimal dalam jangka waktu yang lama. Saya mulai kehilangan semangat belajar saya. Hal ini disebabkan karena faktor terbesar yang bisa menjadi motivasi saya untuk tetap belajar adalah faktor kompetisi. Dengan terjadinya Covid-19 dan pengadaan sekolah maupun bimbel secara daring membuat saya merasa tidak bersemangat. Hal ini membuat saya sama sekali tidak melanjutkan proses belajar yang telah saya lakukan sebelum terjadi pandemi. Maka dari itu, selama kelas XI saya hanya mampu menyelesaikan satu target yang saya miliki yaitu mempertahankan peringkat pertama saya di kelas. Ketika saya naik ke kelas XII dan sekolah mulai menerapkan kebijakan new normal barulah rasa semangat untuk belajar saya Kembali timbul pada diri saya. Namun, saya tidak bisa mengabaikan fakta bahwa waktu yang saya miliki untuk persiapan ujian masuk universitas sudah tidak lama lagi. Hal ini memberikan tekanan tersendiri bagi saya. Walaupun semangat belajar saya perlahan mulai kembali, saya juga sadar bahwa saya merasa telah kehilangan sentuhan saya. Dikarenakan selama pandemi saya benar-benar tidak banyak melakukan belajar secara mandiri, hal ini berdampak pada kemampuan belajar saya yang menjadi tidak maksimal. Dimana saya sudah tidak mampu untuk belajar dengan fokus dalam waktu yang lama. Hal ini juga yang membuat saya makin tertekan. Namun, tentu saja saya sadar bahwa jika saya menyerah sekarang maka waktu dan usaha yang saya korbankan akan menjadi sia-sia. Oleh karena itu, mau tidak mau, saya harus memaksakan diri saya untuk bisa kembali fokus pada tujuan yang saya miliki. Karena itu hingga akhir kelas XII saya bisa mencapai seluruh target akademis saya selama SMA, dimana saya berhasil untuk menguasai soal-soal UTBK dan juga SIMAK kategori saintek, berhasil menjuarai beberapa lomba tingkat nasional dan mendapatkan peringkat pertama selama lima semester. Namun, walaupun semua target tersebut telah tercapai, bukan berarti ada jaminan bahwa saya dapat diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Semua jalur ujian masuk telah saya tempuh mulai dari SNMPTN, UTBK hingga SIMAK untuk bisa menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Namun, sayangnya pada saat itu takdir berkata lain. Dimana saya harus merasakan kegagalan demi kegagalan. Dimulai dengan gagal dalam SNMPTN, disusul dengan kegagalan dalam UTBK, lalu kegagalan banyak ujian mandiri kedokteran dari berbagai universitas. Hingga SIMAK pun saya tetap gagal mendapatkan pilihan pertama saya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Namun, walaupun saya gagal untuk bisa menjadi mahasiswa kedokteran pada saat itu. Saya masih merasa sangat bersyukur karena saya masih bisa lulus di beberapa universitas terbaik walau bukan sebagai mahasiwa kedokteran. Dimana pada saat itu saya di terima di Sistem Informasi Universitas Indonesia, Teknik Industri Universitas Gadjah Mada dan STEI-K Institut Teknologi Bandung. Hal ini membuat saya senang sekaligus sedikit kecewa karena walaupun semua usaha dan waktu yang telah saya korbankan tidaklah sia-sia pada akhirnya, namun tetap saja saya gagal untuk mewujudkan cita-cita dan keinginan yang telah saya miliki sejak lama. Hingga pada akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan sarjana saya di Sistem Informasi Universitas Indonesia. Walaupun saya telah memutuskan untuk memulai perjalanan baru saya dan ingin mulai menyusun ulang keinginan dan cita-cita saya, saya berpikir bahwa mungkin saja ini adalah rencana Allah SWT untuk menguji apakah saya kelak benar-benar layak untuk memenuhi keinginan dan cita-cita saya untuk menjadi seorang dokter yang amanah. Pemikiran ini saya dapatkan ketika saya secara tidak sengaja sedang membaca kitab Al-Qur’an surat Hud ayat 73 yang memiliki arti : “Mengapa engkau merasa heran tentang ketetapan Allah? (itu adalah) rahmat dan berkah Allah dicurahkan kepada kamu, wahai ahlul-bait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji, Maha pengasih.” Di mana ayat tersebut adalah ayat yang saya baca tepat ketika saya merasa bahwa usaha dan waktu yang telah saya korbankan adalah sia-sia. Oleh karena itu, saya pun tidak langsung menguburkan keinginan dan cita-cita yang telah perjuangkan selama ini. Karena mungkin saja akan kesempatan bagi saya di tahun berikutnya. Selama saya menempuh pendidikan di Sistem Informasi Universitas Indonesia, saya benar-benar telah jatuh cinta pada Universitas Indonesia. Di mana saya telah bertemu dan berkenalan dengan banyak orang-orang hebat. Saya juga mulai menyukai dan menekuni apa yang saya pelajari di Sistem Informasi. Bahkan saya pun sudah mulai menyusun target-target baru yang ingin saya capai, namun bukan berarti saya telah melupakan keinginan dan cita-cita saya yang selama ini telah saya perjuangkan. Karena disamping saya mengikuti berbagai kegiatan dan pembelajaran yang ada di jurusan saya, saya juga kambali mempersiapkan diri saya untuk mengikuti kembali SNBT di tahu berikutnya. Kali ini saya tidak melakukan persiapan sekeras sebelumnya, karena saya pun sadar saya tidak bisa sepenuhnya meninggalkan akademis saya di jurusan saya saat ini untuk mempersiapkan SNBT. Karena itulah saya memilih untuk mempersiapkan diri saya dengan menjadi tutor. Dimana pada saat itu saya bergabung ke salah satu program alumni di Kota Cirebon untuk menjadi tutor SNBT bagi mereka yang berkebutuhan. Hingga akhirnya pada saat saya mendaftar untuk mengikuti SNBT kembali, entah kebetulan atau memang takdir. Saya mendapatkan lokasi SNBT di gedung Fakultas Ilmu Komputer dan kelas saya sendiri dimana saya biasa melakukan lab komputer ketika kuliah. Jujur bagi saya SNBT yang saya ikuti kali ini adalah usaha terakhir untuk memperjuangkan keinginan dan cita-cita saya selama ini. Dimana saya sudah siap jika saya memang harus gagal untuk menjadi mahasiswa kedokteran. Karena itu juga saya menjadikan Pendidikan Dokter Universitas Indonesia sebagai pilihan pertama dan Kedokteran Universitas Gadjah Mada sebagai pilihan kedua. Tapi disaat saya sudah ikhlas untuk menerima setiap ketetapan yang akan Allah berikan kepada saya. Alhamdulillah saya berhasil dinyatakan lulus menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui SNBT 2023.
Dengan diterimanya saya sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Bukan berarti perjalanan saya telah selesai, bukan juga berarti bahwa keinginan dan cita-cita saya telah terwujud. Melainkan ini barulah lembaran baru dan tahap awal dari perjalanan saya untuk merealisasikan keinginan dan cita-cita saya. Oleh sebab itu, untuk bisa mewujudkan hal tersebut saya masih harus terus bekerja keras dan juga senantiasa siap untuk menghadapi seluruh rintangan yang akan hadapi selama menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Namun, saya juga sadar bahwa kali ini saya tidak sendirian, karena akan ada teman-teman seperjuangan yang tergabung di dalam angkatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2023. Untuk itu saya berharap bahwa sebagai teman satu perjuangan yang akan menghabiskan banyak waktu bersama untuk mencapai suatu tujuan, kita sebagai angkatan dapat menjadi support system bagi satu sama lain dan juga menjadi rumah kedua bagi tiap-tiap anggotanya.
Setelah melakukan langkah pertama untuk menggapai cita-cita saya menjadi seorang dokter yang amanah. Saya pun mulai terpikir kembali mengenai apa itu dokter dan apa yang dibutuhkan untuk bisa menjadi dokter yang amanah. Dokter secara umum merupakan bagian dari tenaga Kesehatan. Menteri Kesehatan Republik Indonesia di tahun 2013 pernah menyebutkan bahwa “Tenaga Kesehatan merupakan sebuah profesi dengan privilage yang luar biasa, karena memiliki kesempatan dan kemampuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.” Ada juga konsep The Five Stars Doctor yang diusulkan oleh WHO mengenai konsep dokter yang ideal yaitu : 1) Care Provider, 2) Decision maker, 3) Communicator, 4) Community Leader, 5) Manager. Hal ini secara tidak langsung memberikan saya gambaran mengenai bagaimana contoh dokter yang ideal. Dari semua hal diatas saya menyimpulkan bahwa untuk menjadi seorang dokter yang amanah dan ideal maka saya harus memiliki lima kriteria yang terdapat dalam konsep The Five Stars Doctor yaitu dimana seorang dokter harus bisa memberikan pelayanan, memberikan keputusan, berkomunikasi, menjadi pemimpin dan memiliki kapasitas untuk menjadi seorang pengelola dalam menyediakan pelayanan kesehatan.
Untuk itu saya berencana untuk terus melakukan yang terbaik dan terus bekerja keras selama saya menempuh pendidikan saya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya pun sadar untuk menjadi dokter yang ideal bukan hanya kemampuan akademis saja yang dibutuhkan, melainkan banyak kemampuan-kemampuan lain yang harus saya kembangkan dan latih selama saya menempuh pendidikan dokter. Di mana saya harus belajar bukan hanya menangani suatu kasus secara teori namun juga secara praktik. Hal ini harus saya lakukan untuk bisa merealisasikan keinginan saya kelak, dimana ketika saya kelak telah berhasil menjadi seorang dokter maka saya ingin mengabdikan diri saya untuk membantu dan menolong mereka yang membutuhkan. Semua hal tersebut dan perjuangan yang akan saya lakukan kedepanya didasari oleh sebuah keinginan pribadi saya untuk bisa menghidupi arti dari nama yang saya miliki, Muhammad Ammar Aridh Aljah : “Anak laki-laki yang terkenal akan kebaikanya.” Maka dari itu juga saya ingin memberikan sebuah pesan kepada mereka yang ingin menjadi seorang mahasiswa kedokteran yaitu “Jika memang itu adalah keinginan dan juga mimpi kalian maka perjuangkanlah, karena siapa lagi yang akan memperjuangkan mimpi kalian kalau bukan diri kalian sendiri dan jangan takut akan kegagalan karena gagal adalah bukti kalau kalian pernah berjuang.”
Daftar Pustaka
Rokom. Tenaga Kesehatan: professional dalam tugas, melayani dengan hati [Internet]. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2013 Sep 27 [cited 2023 Aug 11]. Available from: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20130927/408833/tenaga-kesehatan-profesional-dalam-tugas-melayani-dengan-hati/
Siddiqui F and A. Malik A. Mempromosikan keterampilan belajar mandiri pada mahasiswa kedokteran adalah kebutuhan waktu. J Taibah Univ Med Sci [Internet]. 2019 May 3 [cited 2023 Aug 11];14(3):277-81. Available from: https://www-ncbi-nlm-nih-gov.translate.goog/pmc/articles/PMC6694986/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
Siegel M D. The definition of doctor [Internet]. Yale School of Medicine; 2019 Jan 05 [cited 2023 Aug 11]. Available from: https://medicine.yale.edu/news-article/the-definition-of-a-doctor/
Steiner-Hofbaur V, Schrank B, and Holzinger A. What is a good doctor?. Wien Med Wolfchenschr [Internet]. 2017 Sep 13 [cited 2023 Aug 11]; 168(15):398-405. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6223733/
Hassan S H. Qualities of a five stars doctor [Internet]. Pakistan : Liaquat National Hospital & Medical College. 2020 Jan [cited 2023 Aug 12]. Available from: https://www.researchgate.net/publication/338832628_Qualities_of_a_five_star_doctor
Comments