- Muhammad Alfathan Maireza Rizqika
- Aug 13, 2023
- 15 min read
Narasi Perjuangan
Halo! Perkenalkan, saya Muhammad Alfathan Maireza Rizqika. Teman-teman saya memanggil dengan panggilan “Fathan” dan NPM saya 2306164065. Sebelumnya saya berasal dari SMAN 3 Depok. Saat ini saya baru memasuki jenjang perkuliahan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur SNBP dengan program kelas S1 Reguler.
Pandangan saya mengenai Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sama seperti pada umumnya. Sebagaimana diketahui oleh kita semua, fakultas dengan pendidikan dokter tertua dan terbaik di Indonesia sehingga sudah tidak diragukan lagi dokter dengan kecakapan terbaik pasti berada di Universitas Indonesia. Semua nya terbukti dari banyaknya prestasi yang diraih setiap tahunnya baik yang dicapai oleh para mahasiswa atau para tenaga pendidik. Prestasi yang diraih pun tak tanggung bukan hanya di dalam negeri saja, bahkan sudah sampai ke jenjang internasional. Banyak dokter muda yang lahir dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang unggul, berprestasi, dan mampu melayani pasiennya dengan baik. Oleh sebab itu, banyak lulusan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang disenangi oleh para pasien dan saya sangat senang bisa bergabung di dalamnya.
Motivasi saya mengapa akhirnya memilih Fakultas Kedokteran dimulai pada masa saya SD dahulu. Namun, motivasi itu tidak muncul di awal masa saya SD. Pada awalnya, saya tertarik pada bidang politik dan ingin sekali menjadi seorang presiden hanya karena suka melihat tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) di televisi. Hari demi hari saya lewati. Orang tua mencoba untuk meyakinkan saya untuk memilih profesi dokter.
Pada akhirnya pikiran saya terbuka sejak kelas 2 SD. Saya mencoba melihat ke belakang bahwa ternyata menjadi seorang dokter itu sebuah pekerjaan yang mulia. Pemikiran ini cukup mengejutkan saya yang di masa sekarang karena saya bisa berpikir seperti itu saat masih di bangku SD. Sedikit kilas balik mengapa saya bisa termotivasi akan pekerjaan dokter itu merupakan pekerjaan yang mulia.
Saat masih kecil, saya sering kali pergi ke dokter untuk berobat dikarenakan seringkali mendapatkan sakit batuk dan pilek, selayaknya anak kecil pada umumnya. Saya ingat sekali saat itu ditangani oleh dr. Tri Lestari, Sp. A. di salah satu rumah sakit di Kota Depok. Beliau melayani saya dengan ramah dan baik sekali. Suasana ruangan dokter pun mendukung dengan interior dan fasilitas yang membuat anak-anak tertarik untuk berkunjung. Setelah selesai diperiksa, rupanya saya diberi hadiah oleh bu dokter dan selalu mengucapkan kata-kata penyemangat untuk kesembuhan saya. Sungguh kesan baik yang sampai saat ini tidak saya lupakan.
Hal itu yang terlintas dalam otak saya ketika saya ingin membulatkan tekad untuk menjadi seorang dokter. Selain itu, keinginan orang tua saya yang memang saat itu menginginkan seorang dokter berada di tengah keluarga karena baik dari keluarga papa ataupun mama tidak ada seorang pun yang berprofesi dokter yang akhirnya menjadi tolak pikir saya waktu itu.
Motivasi lainnya muncul ketika saya memasuki jenjang SMP. Saat itu kondisi fisik saya lemah dan telinga sedikit berdengung. Saya memang orang yang mudah sakit ketika terlalu banyak minum es atau kurang istirahat. Saat itu saya memberanikan diri untuk mengunjungi Dokter THT. Di sana, saya bertemu dr. Herly Permadi Agoeng, Sp. THT-KL di salah satu rumah sakit di Kota Depok juga. Beliau melayani saya dengan baik saat pemeriksaan. Beliau saat itu menanyakan kepada saya, saat besar nanti ingin jadi apa. Saya yang saat itu sudah membulatkan tekad untuk menjadi seorang dokter sontak menjawab hal tersebut. Dokter Herly yang mendengar hal itu pun senang dan memberikan dukungan penuh terhadap saya. Beliau juga yang memberi tahu bahwa jika ingin menjadi dokter kejarlah Universitas Indonesia karena Fakultas Kedokteran Indonesia merupakan kampus pendidikan dokter terbaik di Indonesia. Dari sini saya semakin termotivasi untuk menjadi seorang dokter, karena ternyata banyak juga orang yang mendukung saya untuk menggapai profesi ini.
Tak tanggung-tanggung, ternyata Dokter Tri yang sudah lama tak saya kunjungi juga memberikan dukungan serta teman-teman satu angkatan mama pada saat akpol yang sebelumnya sudah berprofesi dokter pun ikut mendukung. Terlebih lagi saya yang pada akhirnya sering mengunjungi Dokter Herly dan beliau selalu menyemangati saya dan selalu penasaran dengan perkembangan persiapan saya.
Saya merupakan anak pertama dalam keluarga. Seperti yang sering terjadi, anak pertama menjadi tonggak harapan keluarga. Semakin bertambahnya umur dan banyaknya dukungan saya semakin yakin untuk mengejar profesi dokter.
Sedikit kilas balik perjuangan saya mendapatkan FKUI yang saya mulai dari SD. Setelah saya berpikir ulang untuk melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, tentunya ada usaha yang perlu dilakukan untuk mengejar cita-cita saya tersebut.
Saya bersekolah di SDIT Al Haraki. Sebagai anak yang bersekolah di SD swasta, saya ingin mencoba meningkatkan diri saya. Pada awalnya, saya hanya sebagai pelajar biasa yang sekedar mengikuti pelajaran hingga akhirnya selesai lalu pulang, tetapi saya mencoba mengubah itu. Perlahan saya mulai rajin berlatih soal-soal dan lebih fokus memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh guru. Saya menjalani pembelajaran dengan sepenuh hati dan dengan rasa senang karena saya merasa tertantang. Buat saya, soal merupakan hal utama penggerak nalar manusia. Semakin sering kita berlatih, semakin mahir kita dapat mengerjakan hal tersebut. Selain latihan soal, tentunya guru juga memberikan tugas dan ulangan. Menurut saya yang waktu itu masih kecil, tugas dan ulangan yang diberikan lumayan banyak. Diri saya bilang bahwa saya tak akan mampu untuk mengerjakan, tetapi diri saya yang sudah sering berlatih akan soal bilang bahwa ini masalah mudah dan akan cepat selesai saya kerjakan dengan lancar.
Ternyata, hasil tak menghianati usaha yang saya lakukan. Tugas dan ulangan yang diberikan guru cepat saya selesaikan dan mendapatkan nilai yang baik. Pada akhir tahun pembelajaran, saya berhasil mendapatkan peringkat 1 di kelas dan mendapat peringkat 1 seangkatan pula ketika kelas 2 SD saat itu. Saya yang sudah mendapatkan hal tertinggi dalam hal akademik pun tak berhenti dengan sikap puas. Saya kembali belajar untuk meningkatkan diri saya dalam hal lain.
Saya yang melihat bahwa diri saya kurang dalam segi sosial berusaha juga untuk meningkatkan komunikasi. Saya yang awalnya masih malu dalam berteman mencoba keluar dari zona nyaman. Mencoba berkenalan dengan teman baru ternyata suatu hal baru yang menyenangkan. Selain berkenalan, saya mencoba meningkatkan rasa kepedulian saya. Sebenarnya, sedari awal saya bersekolah sudah ada bentuk kepedulian dalam diri saya terhadap lingkungan sekitar. Sama seperti dokter, perlu adanya kepedulian terhadap pasien.
Saya ingin sekali membantu teman saya jika ada yang kesusahan. Saya ingin ramah kepada mereka sehingga mereka bisa bercerita ketika mereka kesusahan, karena tidak nyaman rasanya ketika kita memiliki masalah kita pendam sendiri dan tidak mendapatkan solusi. Sama seperti yang dialami oleh seorang dokter dan pasien, pasien yang sakit pun pasti tak bisa menahan sakit yang dialami. Saya tahu bahwa setiap orang pasti memiliki rasa sakit, tetapi senang rasanya ketika kita bisa seperti dokter dapat membantu pasien dan melayaninya dengan baik.
Perkembangan saya pun semakin pesat melewati hari-hari saya di SD. Banyak prestasi-prestasi yang akhirnya saya raih, mulai dari olimpiade matematika dan sains hingga kejuaraan panahan. Prestasi yang saya capai di jenjang SD ini pun tak tanggung hanya sekadar medali emas atau perak yang saya dapatkan dari prestasi dalam negeri, saya juga sempat mengikuti lomba internasional yang berupa olimpiade matematika yang diselenggarakan di Australia dan Singapura dan mendapatkan medali pula dalam perlombaan tersebut.
Ujung masa SD akhirnya akan saya lewati, yaitu ujian nasional. Ternyata hasil yang saya dapatkan di ujian nasional tidak begitu mulus. Orang tua saya saat itu menginginkan saya untuk melanjutkan SMP di negeri. Saya yang waktu itu belum memiliki mental yang cukup akhirnya meminta untuk melanjutkan di SMP swasta saja. Saya meminta untuk melanjutkan di satu yayasan sama yaitu SMPIT Al Haraki. Selain karena mental yang belum siap bersaing di SMP negeri, teman menjadi tonggak penilaian, saya masih mencari di mana sekolah yang masih banyak terdapat teman SD saya, ternyata rata-rata melanjutkan di Al Haraki kembali.
Mulailah perjuangan saya di SMPIT Al Haraki. Keinginan saya melanjutkan di SMPIT Al Haraki tentunya tidak boleh mengecewakan orang tua. Saya mencoba kembali berjuang untuk mempertahankan nilai-nilai akademik saya dan juga attitude saya terhadap guru maupun siswa lainnya. Saya kembali aktif dalam belajar. Berlatih soal dengan kadar yang lebih banyak sehingga saya dapat memahami semua tipe soal.
Tak hanya akademik, pada jenjang SMP ini pun saya kembali mengukir prestasi melewati olimpiade matematika. Saya pernah berlomba hingga Kota Surabaya dan Negara Singapura kembali lalu kembali mengukir medali. Prestasi saya di jenjang SMP tersusun rapi. Saya menduduki peringkat 1 di kelas maupun paralel sejak kelas 7 semester 1 hingga kelas 9 semester 5.
Perlahan menyesuaikan dengan akademik, saya coba membangun mental saya. Saya mencoba bersosialisasi dengan guru kemana saya harus melanjutkan pendidikan SMA nanti. Akhirnya saya mendapatkan jawaban, jika ingin mendapatkan pembekalan untuk kuliah di PTN maka harus melanjutkan SMA di negeri dan saya memilih untuk melanjutkan di SMA Negeri 3 Depok. Karena hal ini, saya terus mempertahankan nilai saya.
Tibalah hal yang dinantikan oleh siswa di masa akhir jenjangnya, yaitu UN. Namun, pada tahun ajar saya akan mengikuti UN rupanya Indonesia terserang oleh penyakit COVID 19. Siswa dan tenaga pendidik terpaksa harus menjalankan pembelajaran dari rumah atau yang kita sebut saat itu Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Saya yang mendengar ini pun langsung merasa kecewa dan jenuh mengapa harus menjalankan pembelajaran secara daring dari rumah dan UN dihapuskan.
Perjalanan singkat daring saya jalani sepanjang semester 6 kelas 9. Ternyata, Al Haraki menerapkan sistem ujian pengganti UN yaitu asesmen. Saya yang mendengar hal tersebut merasa tertantang dan ingin mengetahui bagaimana soal asesmen tersebut.
Tibalah saat asesmen dijalankan. Ternyata, soal yang diterapkan dalam asesmen ini cukup sulit untuk dikerjakan oleh siswa dan menguras otak karena harus berpikir secara rasional dan menalar. Saya yang sudah terbiasa akan hal itu lewat olimpiade mengerjakan asesmen dengan lancar.
Pengumuman kelulusan pun akhirnya tiba. Hari ini akan diumumkan hasil nilai asesmen serta pemberian surat keterangan lulus pengganti ijazah untuk sementara waktu. Saya merasa sangat bangga kepada diri saya karena bisa mendapatkan nilai tertinggi dalam asesmen.
Sampai akhirnya pada hari wisuda. Wisuda saya di SMP kali ini dilaksanakan secara daring. Cukup sedih ketika harus merasakan momen terakhir bersama guru dan teman melewati layar laptop. Rangkaian demi rangkaian saya ikuti dengan serius. Ada bagian yang mengejutkan saya yaitu pembacaan siswa berprestasi yang diambil dari nilai raport dan juga prestasi. Ternyata, saya mendapatkan prestasi rapor terbaik dengan nilai tertinggi selama SMP dan juga lulusan terbaik SMPIT Al Haraki. Sungguh prestasi yang saat ini masih saya syukuri.
Selesailah masa SMP saya. Selanjutnya saya mendaftarkan diri ke SMAN 3 Depok melalui jalur prestasi raport. Saya mulai memasukkan berkas dan menunggu hingga pengumuman penerimaan. Hari pengumuman telah tiba, ternyata nama saya berada pada urutan ke -2 prestasi raport dan dinyatakan sebagai siswa baru SMAN 3 Depok.
Ketika memasuki jenjang SMA, saya mengalami awal yang kurang menyenangkan karena MPLS atau masa orientasi dijalankan secara online. Saya yang saat itu penasaran dengan lingkungan SMAN 3 Depok sedikit kecewa. Tetapi, hal ini harus saya kubur karena kondisi Indonesia yang belum membaik perihal COVID 19.
Masa awal kelas 10 saya lewati secara normal. Sebagai awalan saya tidak ingin terlalu berambisi, cukup jalani saja, tetapi memiliki target yang ingin saya capai. Target itu adalah saya ingin masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur undangan.
Sebagai hasil dari perjuangan saya dalam bidang akademik, dapat saya lihat melalui raport. Ternyata semester 1 dan semester 2 di kelas 10 lumayan baik karena saya mendapatkan peringkat 2 di kelas. Perjalanan pun berlanjut ke kelas 11. Di tingkat inilah saya mencoba lebih menambah ambisi untuk mencapai target. Saya lebih giat dalam belajar, bangun di sepertiga malam terakhir untuk shalat tahajud, lalu sering juga mengulas pelajaran yang dipelajari tadi di sekolah lalu latihan menggunakan soal.
Pada tingkat ini juga saya mencoba untuk mengikuti beberapa ekstrakurikuler untuk mengembangkan diri. Saya mengikuti 3Cinema yang berjalan di bidang sinema untuk menggali bakat atau hobi saya. Di ekstrakurikuler 3Cinema ini saya juga sering mengikuti lomba film pendek dan beberapa kali juga mendapatkan hasil memuaskan berupa juara. Saya juga pernah membuat series pada Bulan Ramadhan.
Selain 3Cinema, saya juga mengikuti ekstrakurikuler COSS yang merupakan singkatan dari Club of Science and Social. Untuk dapat masuk ke dalam ekstrakurikuler ini, para peserta harus melaksanakan placement test dan memilih bidang yang ingin dimasuki. Saya memilih bidang kimia sebagai pilihan utama dan bidang biologi sebagai pilihan kedua, ternyata saya mendapatkan bidang biologi. Saya bersyukur bisa bergabung di biologi karena saya MIPA dan tujuan saya dokter jadi dirasa cocok.
Tak lama bergabung dengan 2 ekstrakurikuler ini, saya diamanahkan oleh ketua ekstrakurikuler sebelumnya baik di 3Cinema atau COSS untuk membuat visi misi serta mencalonkan diri untuk menjadi ketua selanjutnya. Ketika pemilihan ketua, saya harus menerima dengan lapang dada kekalahan dan menjadi wakil ketua di kedua ekstrakurikuler tersebut.
Sebuah tantangan baru bagi saya untuk memimpin sebuah organisasi. Walau bukan sebagai pemegang komando utama, saya tetap bisa belajar bagaimana menjadi seorang pemimpin, bagaimana cara bekerjasama, bagaimana cara kita untuk saling bahu membahu dalam organisasi untuk kompak. Mungkin beberapa orang bingung bagaimana saya dapat melewati itu semua dan harus mempertahankan nilai. Saya mencoba mengatur waktu lebih efektif dengan mengatur skala prioritas. Saya petakan berdasarkan tenggat waktu paling singkat dan paling dibutuhkan. Tak lupa pula saya tetap menjalankan kewajiban saya untuk belajar dan beribadah. Di titik ini juga saya mulai menjalankan ibadah sunah untuk memperkuat hati.
Kelas 11 pun akhirnya selesai. Ketika mendapatkan raport saya terharu karena bisa berkembang pesat untuk mengembangkan nilai. Saya kembali mendapatkan peringkat 1 di kelas dan peringkat 1 di angkatan. Rasa syukur tak henti saya ucapkan dan dari sini semangat saya kembali berkobar untuk berjuang lebih semangat lagi menghadapi kelas 12.
Memasuki awal kelas 12, pembelajaran sudah dilakukan secara luring penuh. Masa SMA pun tidak jadi hanya sebatas kesan daring saja. Akhirnya, saya dapat merasakan kehidupan menjadi siswa SMA langsung dan merasakan indahnya jenjang ini.
Saya mengawali kelas 12 dengan semangat. Saya yang tidak sabar untuk merasakan kembali sekolah luring selalu datang pukul 06.00 pagi. Keseharian saya pun saya lalui dengan senang. Pembelajaran saya ikuti dengan baik dan latihan soal pun dengan sigap saya kerjakan. Hampir setengah semester saya lalui, sudah banyak tugas dan ulangan saya kerjakan. Saya sempat tersandung sedikit pada pelajaran fisika yang sempat mendapatkan ulangan di bawah KKM. Hal ini yang membuat saya sedikit keringat dingin ketika ingin menghadapi pembagian rapor bayangan tengah semester 5. Ternyata nilai saya masih aman dan hal ini yang akhirnya membangkitkan semangat saya untuk berusaha lebih keras lagi.
Saya menyadari pada kelas 10 dan kelas 11 saya belum sempat meraih prestasi apapun. Semangat saya bangkit untuk meraih prestasi di kelas 12 ini, untuk mengisi kekosongan waktu agar lebih efektif. Alhamdulillah, saya dapat meraih banyak medali olimpiade kimia dan biologi dalam waktu singkat.
Pembagian rapor terakhir akhirnya tiba. Saya kembali menduduki peringkat 1 di kelas dan seangkatan untuk rapor semester 5. Beberapa saat kemudian diumumkan untuk kuota eligible SNBP, saya mendapatkan kuota dan menduduki posisi eligible 1 kelas MIPA pada saat itu.
Saya yang senang karena mendapat kuota eligible pun langsung mendaftar tanpa pikir panjang. Akhirnya kampus dan fakultas yang saya impikan bisa saya pilih. Tanpa pikir panjang, saya langsung memilih Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan pihak sekolah langsung mengisi PDSS.
Waktu yang ditunggu akhirnya tiba. 28 Maret 2023, menjadi saksi hasil perjuangan yang saya lakukan selama bersekolah. Rasa haru dan senang bercampur aduk menyelimuti diri saya. Alhamdulillah, tak berhenti saya mengucap syukur karena saya diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia lewat jalur SNBP ini. Saya pun yang terharu akan pencapaian saya langsung memberitahukan kepada orang tua. Rasa bangga mereka terlihat dari raut wajahnya dan ketika mereka memeluk saya. Nenek saya pun yang saat itu menunggu kabar dari saya juga langsung saya kabarkan. Suasana rumah berubah saat itu, orang tua saya mulai memanggil saya dengan panggilan Pak Dokter.
Sungguh perjuangan yang tak sia-sia. Saya berhasil menggapai mimpi saya. Dari semua perjuangan yang saya lakukan, tak semata-mata hanya karena perjuangan fisik dan otak saja, keterlibatan Allah SWT juga menjadi pengaruh besar dalam pencapaian ini. Saya tak pernah melupakan Sang Maha Pencipta. Sebagai hamba yang taat, tentu perlu untuk selalu memanjatkan doa dan selalu menyertakan Allah SWT dalam setiap perjalanan kita. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Allah SWT, orang tua, adik-adik saya, guru-guru saya, serta teman-teman saya yang selalu mendukung saya di setiap perjuangan yang saya lakukan.
Sebelum memasuki jenjang perkuliahan, saya berkomitmen untuk belajar lebih giat, berorganisasi, dan meningkatkan ibadah. Untuk kedepannya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia saya berkomitmen untuk tetap menjaga tata krama dan sopan santun, serta lebih meningkatkan sifat-sifat atau nilai-nilai yang baik. Saya juga ingin menghilangkan beberapa sifat buruk yang masih tertanam dalam diri saya. Pengaturan waktu juga ingin saya lakukan lebih baik lagi dan kembali bisa mengukir prestasi untuk memajukan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Komitmen saya yang terakhir, saya ingin bergabung di organisasi maupun kepanitiaan untuk menambah pengalaman.
Harapan saya selama berpendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia nanti adalah dapat menjadi mahasiswa yang membanggakan, menjalankan kuliah dengan lancar, mengerjakan tugas tepat waktu dan tidak menunda, memahami materi kuliah dengan cepat, lulus tepat waktu dan mendapatkan predikat cumlaude, serta aktif menjalin komunikasi antar mahasiswa FKUI ataupun mahasiswa fakultas lain yang berada di Universitas Indonesia, aktif berorganisasi maupun kegiatan kampus, serta dapat berguna di lingkungan masyarakat.
Harapan saya terhadap FKUI 2023 Gelora yaitu kita dapat saling support satu sama lain. Bisa kompak menjadi sebuah keluarga, tempat dimana kita bisa bercerita, bisa bersandar, dan bisa saling memahami.
Kilas balik mengingat beberapa dokter yang menjadi penguat saya untuk menetapkan hati memilih jurusan Pendidikan Dokter. Ternyata seorang dokter memiliki kekuatan dari kata-katanya. Satu sisi menyembuhkan, sisi lain bisa melukai. William Osler, salah satu sosok inspiratif di dunia kedokteran pernah membuat pernyataan bahwa dokter yang baik mengobati penyakit, sedangkan dokter yang hebat merawat pasiennya.
Hal ini sejalan dengan dokter-dokter yang pernah saya temui. Bukan hanya obat, kalimat positif dan dukungan yang diberikan berperan besar membantu saya dalam pemulihan. Oleh karena itu, dokter ideal bagi saya adalah dokter yang bisa memahami kondisi pasiennya dan sigap untuk melayani.
Menurut Carol Eustice yang diterbitkan dalam website Verywell Health, komunikasi berperan penting dalam penyembuhan[1]. Ketika dokter memiliki kompetensi dan komunikasi yang baik, biasanya pasien lebih mematuhi prosedur pengobatan. Tentunya hal ini sangat membantu proses penyembuhan. Komunikasi yang baik menjadi nilai luhur yang saya pegang sebagai calon dokter. Komunikasi ini sebagai jalan untuk membentuk hubungan yang baik dengan pasien. Jika rasa hormat dan pengertian adalah sifat yang paling penting dalam menjaga hubungan dokter-pasien yang sehat, komunikasi yang baik adalah kunci untuk dapat memberikan tingkat perawatan terbaik. Hubungan antara pasien dan dokter mulai berubah sejak 1970-an. Buku Sociology as Applied to Health and Medicine menjelaskan bahwa ideologi dan pendekatan baru mengenai perawatan yang berpusat pada pasien sebagai pusat utama[2]. Diantaranya dengan meningkatkan pelayanan melalui integrasi dan koordinasi berbagai pihak. Lagi-lagi komunikasi adalah akar dari perubahan.
Menurut British Medical Association (BMA), hubungan antara dokter dengan pasien yang baik ditandai dengan adanya rasa saling menghormati, komunikasi yang terbuka dan jujur, saling menghormati privasi, menjaga martabat, dan menghargai pilihan pasien[3]. Menurut saya, kriteria tersebut tercermin dari cara seorang dokter dapat berkomunikasi dengan pasiennya. Jika seorang pasien mempercayai saya dan merasa bahwa mereka dapat jujur kepada saya tanpa ada penghakiman terhadap penyakitnya, kemungkinan besar mereka akan memberikan informasi yang dapat membantu saya untuk memberikan perawatan yang lebih baik. Dengan begitu, dokter bisa masuk dalam segala strata kehidupan, sehingga bisa berperan besar dalam penyembuhan di berbagai lapisan masyarakat. Komunikasi yang baik dengan tidak merendahkan kelompok atau anggota tertentu, akan menjadi nilai unggul dan disenangi masyarakat. Bagi saya, hal itulah arti dari dokter ideal yang berkontribusi kepada masyarakat.
Jika saya melihat target beberapa tahun kedepan, tentunya saya ingin menjadi dokter yang memiliki kesan baik bagi masyarakat. Hal ini dapat saya tunjukkan dengan rasa kepedulian terhadap penyakit yang dimiliki pasien. Dalam journal British Journal of General Practice pada tahun 2021, ketika dunia mengalami pandemi COVID-19, ternyata rasa kekeluargaan yang ditunjukkan dengan kerja keras antara dokter, pasien, dan keluarganya dapat membantu penyembuhan pasien[4]. Pada kasus tersebut dapat saya simpulkan, bahwa untuk merawat seorang pasien dengan optimal dan menjadi dokter yang baik dimulai dari rasa peduli dan memahami apa yang dirasakan oleh pasien. Karena dalam keadaan sakit, penyakit itu sendiri dapat mempengaruhi pasien untuk mempercayai, memahami, atau membuat penilaian untuk sampai pada suatu keputusan pengobatan[5].
Untuk masa yang akan datang dalam waktu cepat, preklinik, saya juga memiliki rencana jangka pendek. Rencana utama saya yaitu meraih nilai yang memuaskan. Saya juga memiliki rencana untuk dapat menyelesaikan tugas dengan baik, serta mendapatkan IP per semester yang memuaskan. Tentunya untuk meraih ini semua saya harus punya cara. Cara saya yaitu belajar lebih giat dan lebih fokus. Peralihan dari masa SMA dan kuliah pastinya membuat saya sedikit kaget dalam kebiasaan belajar, saya harus bisa meningkatkan itu. Saya juga harus berusaha lebih rajin dan sering membaca serta mengingat apa yang disampaikan dosen atau yang saya baca melalui jurnal yang diberikan.
Setelah pre klinik, tentunya ada masa klinik atau yang dikenal koas untuk mendapatkan gelar dokter di depan nama kita serta ketika kita nanti sudah menjalankan profesi sebagai dokter. Saya juga memiliki rencana jangka panjang untuk kedua tahap tersebut.
Pertama masa klinik ketika koas. Saya ingin menjalankan masa koas dengan sebaik mungkin. Bisa mendapatkan nilai yang baik selama koas dan memperluas jaringan dengan dokter-dokter. Saya juga ingin membentuk pribadi yang lebih baik. Ingin meningkatkan kerjasama bersama teman sejawat seangkatan. Terakhir, saya ingin mencapai IPK yang memuaskan dan mendapatkan predikat cumlaude ketika saya mendapat gelar dokter di depan nama saya.
Selanjutnya ketika sudah menjalani profesi nantinya, saya ingin menjadi dokter yang baik. Saya ingin menjadi dokter yang ramah melayani pasien. Serta bertanggung jawab menjalankan amanah sebagai bentuk pengaplikasian ilmu dokter yang sudah saya dapatkan pada masa perkuliahan. Saya juga menaruh rencana yang saya targetkan berdasarkan mimpi saya yaitu ingin menjadi dokter anak serta memiliki klinik yang dimana biaya pengobatan yang saya terapkan bersifat seikhlasnya.
Tentunya untuk meraih itu semua saya juga punya usaha yang harus saya lakukan. Saya harus berlatih berkomunikasi dengan lebih baik terhadap teman sejawat, dokter-dokter, dan juga masyarakat. Saya juga harus bisa keluar dari zona nyaman saya untuk tidak menutup diri dan lebih bersosial terhadap lingkungan sekitar. Sikap sopan santun dan tata krama juga harus saya jaga. Serta pengaplikasian ilmu yang saya dapat di perkuliahan juga menjadi komponen penting dalam pencapaian rencana saya.
Harapan saya kepada masyarakat sesuai dengan rencana jangka panjang saya yaitu memberikan kesan baik kepada pasien sehingga mereka ingin kembali. Sesuai dengan rencana saya yang ingin membuat klinik dengan biaya seikhlasnya, harapan saya ketika ada masyarakat yang takut untuk ke dokter bisa datang tanpa rasa khawatir mengenai biaya sehingga anak-anak yang memiliki penyakit mendapatkan penanganan yang sesuai. Oleh karena itu, praktik pengobatan tradisional yang tidak berdasarkan ilmu pasti bisa berkurang.
Pesan saya untuk adik-adik 2024 nanti yang akan melanjutkan perjuangannya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, berusahalah semaksimal mungkin. Kalian bisa gali prestasi sedini mungkin dan pertahankan semangat kalian. Kalian bisa coba lebih produktif dan berkegiatan agar lebih bisa membangun mental yang lebih kuat. Kuatkan tekad dan coba diingat kembali motivasi kalian untuk mencapai titik ini nanti. Buang rasa malas dan coba bangkitkan semangat berjuang sampai titik darah penghabisan. Jika kalian lelah, kalian bisa mencari kata-kata penyemangat untuk mendukung kalian ketika jatuh. Jangan lupa juga kalian punya tuhan yang selalu ada untuk kalian. Tetap beribadah dan terus berdoa, selalu libatkan tuhan dalam perjuangan kalian. Sukses FKUI 2024.
Daftar Referensi
Carol E. The doctor-patient relationship impacting the success of treatment [Internet]. Nevada: Verywell Health; 2020 May 20 [Updated 2020 May 20; cited 2023 August 8]. Available from https://www.verywellhealth.com/the-doctor-patient-relationship-188050
Graham Scambler. Sociology as applied to health and medicine. 7th ed. London: Macmillan Publisher Limited. 2018.
British Medical Association. Doctor patient relationship, Guidance on understanding the doctor-patient relationship. United Kingdom: BMA; 2023 April 26 [Updated 2023 April 26; cited 2023 August 7]. Availabe from https://www.bma.org.uk/advice-and-support/ethics/doctor-patient-relationship/doctor-patient-relationship
Helen Atherton, Tracy Briggs and Carolyn Chew-Graham. Long COVID and the importance of the doctor–patient relationship. British Journal of General Practice. 2021 February ; 71 (703): 54-55.
Vijaykumar Harbishettar, K. R. Krishna, Preeti Srinivasa, and Mahesh Gowda. The enigma of doctor-patient relationship. Indian Journal of Psychiatri. 2019 Apr; 61(Suppl 4): 776–81.
Commentaires