- Muhammad Aditya Rizaldi
- Aug 12, 2023
- 8 min read
Updated: Aug 13, 2023
NARASI PERJUANGAN
"Tidak ada kata mustahil bagi mereka yang percaya." Mungkin itu kata yang paling tepat untuk menggambarkan perjuanganku masuk ke dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Perkenalkan namaku Muhammad Aditya Rizaldi. Kalian bisa memanggilku Adit atau Zaldi. Aku berasal dari Kalimantan Timur, tepatnya di Penajam Paser Utara. Aku bersekolah di MAN Insan Cendekia Paser yang berjarak sekitar 3 jam perjalanan dari rumahku. Aku masuk ke FKUI melalui jalur reguler. Perjuanganku untuk bisa masuk ke kampus impian ini dimulai dari tempat yang mulia itu.
Aku berasal dari Kabupaten Penajam Paser Utara, sebuah kabupaten di seberang Kota Balikpapan yang mungkin banyak orang tidak ketahui. Saat SMP, aku bersekolah di SMPN 5 Penajam Paser Utara. Sekolah yang berjarak sekitar 15 kilometer dari rumahku. Butuh sekitar 40 menit bagiku untuk bisa sampai ke sekolah tiap harinya. Jarak tersebut rela kutempuh tiap hari demi bisa bersekolah di tempat terbaik di kabupatenku.
Di sekolah ini pula aku mulai mengenali kemampuan diriku. Aku masih ingat pertama kali saat guruku mendatangiku untuk mengabari tentang lolosnya aku mengikuti lomba kimia. Kelolosan yang tidak aku sangka akan menentukan arah hidupku hingga sekarang. Dari lomba tersebut aku belajar banyak dan akhirnya ak mengikuti banyak perlombaan, hingga puncaknya aku berhasil sampai ke OSN tingkat Nasional yang diadakan di Jogja pada saat itu, yah walaupun aku hanya keluar sebagai finalis.
Di tahun ketigaku bersekolah di SMPN 5 Penajam Paser Utara, aku mulai mencari tahu sekolah mana yang terbaik bagiku di wilayah kalimantan timur. Akhirnya aku menjatuhkan pilihanku ke MAN Insan Cendekia Paser. Aku memilih sekolah itu karena tertarik dengan sistem klub bidang studinya yang memberikan wadah bagi siswanya untuk menekuni bidang yang diminati oleh masing-masing siswa. Di samping itu, latar belakangnya sebagai sekolah agama membuatku semakin yakin untuk memilih MAN Insan Cendekia Paser sebagai tempatku berlabuh selanjutnya.
Aku pun mengikuti tes seleksi masuk MAN Insan Cendekia yang diadakan dengan skala nasional dan dengan doa yang kuat aku berhasil lolos dan terpilih menjadi salah satu dari 96 murid baru di sekolah tersebut. Aku masih ingat saat pengumuman kala itu, dimana aku tidak tau harus senang atau sedih. Karena meskipun aku di terima, tapi banyak juga teman ku yang tidak diterima. Akhirnya, aku harus mengikhlaskan untuk berpisah dengan teman-temanku saat itu.
Tahun aku diterima di MAN IC Paser adalah tahun dimana COVID-19 sedang memasuki kejayaannya. Akibatnya, aku harus menjalani tahun pertamaku masa SMA-ku secara daring. Di mulai dari masa Matsama—di sekolah lain dikenal dengan MPLS—yang membuatku bisa mengenal banyak teman, hingga memasuki masa kegiatan belajar-mengajar secara daring, dimana rasa malas sangat meningkat sangat mewarnai kehidupanku kala itu. Sangat sulit rasanya untuk bisa mempertahankan rasa semangat belajar pada masa itu. Hal tersebut terbukti dari aku yang mendapat peringkat paralel pertengahan pada semester awal. Hasil pada semester satu itu membuatku semakin tidak percaya diri dengan kemammpuan diriku.
Semester dua sudah dimulai, pembelajaran masih dilakukan secara jarak jauh. Diriku yang mulai kehilangan kepercayaan dirinya, ditambah dengan banyaknya godaan selama pembelajaran daring, sangat menambah rintangan yang aku hadapi. Namun, pada semester dua ini pula, aku mulai bangkit. Perlombaan online pertama yang kuikuti akan segera dimulai. Aku yang merasa memiliki background di bidang IPA memilih untuk menekuni bidang biologi dan akhirnya mengajukan diri kepada guru biologiku untuk mengikuti suatu perlombaan online. Dengan berbekal ilmu seadanya ditambah persiapan yang sangat kurang, aku berhasil mendapat pengalaman dan motivasi yang tidak ternilai. Hal tersebut lebih indah daripada juara lomba maupun menang olimpiade semata.
Perlombaan tersebut memulai langkah baru dalam hidupku. Aku merasa semakin termotivasi untuk terus mengembangkan diriku terutama di bidang biologi. Dengan modal nekat dan buku e-book bajakan yang ku download dari internet, aku berhasil lolos seleksi untuk mengikuti karantina KSN nasional bidang biologi. Lolosnya aku mengikuti karantina ksn ini menjadi akhir dari kehidupan daring dan tibalah aku di sekolah yang nantinya akan mengasahku itu.
Kesan pertamaku saat tiba di sekolahku adalah syok. Syok ketika memikirkan harus terkurung di tempat terpencil seperti ini. Syok harus berbagi kamar tidur dengan 4 teman baru lainnya, dan syok ketika tau bahwa tidak diperbolehkan membawa mie instan ke asrama:3. Di sana aku bertemu dengan teman-teman dan kaka kelas yang nantinya akan menjadi sahabat perjuangan hingga aku bisa sampai sekarang.
Perjuangan selama berbulan-bulan untuk menekuni bidang studiku telah kulakukan. Mojok di ujung perpus sambil membaca buku-buku tebal yang tidak pernah kupahami adalah kegiatanku sehari-hari. Keringat dan tangis sudah pasti banyak tercucurkan demi mencapai apa yang menjadi motivasiku saat itu. Ya untuk menjadi seorang medalis.
Hari yang dinanti-nanti telah tiba. Aku mengerjakan soal dengan pasrah seraya berdoa semoga diberi kesempatan untuk bisa melanjutkan ke tahap berikutnya. Beberapa jam berlalu, dan selesai sudah seleksi KSN di tingkat kabupaten. Hanya ada rasa deg-degan dalam hati seraya menunggu hari pengumuman.
Jika sudah rezeki maka tidak akan kemana. Aku berhasil lolos ke babak selanjutnya untuk bersaing di kancah provinsi melawan sekolah-sekolah unggulan dari seluruh Kalimantan Timur. Persiapan untuk menghadapi KSN provinsi telah kulakukan. Rasa percaya diri telah tumbuh dalam diriku. Sejalan dengan rasa percaya diri itu, aku pun berhasil lolos ke tingkat nasional sebagai passing grade.
Perjuangan meraih medali tinggal selangkah lagi. Persiapan yang sangat lama memberi aku waktu untuk mematangkan diri. Di tengah-tengah persiapanku untuk berlomba di KSN nasional, aku juga mengikuti lomba kedokteran yang diadakan di universitas di Banjarmasin. Pada perlombaan ini, aku mulai mengenal kuliah kedokteran itu seperti apa dan dari sini pula, ketertarikanku untuk masuk kedokteran tumbuh. Pada lomba ini aku meraih juara 2 bersama dua rekanku yang lain.
Setelah berjuang di Banjarmasin, aku pun terbang ke Pekalongan untuk mengikuti karantina KSN nasional yang diadakan oleh IC se-indonesia. Di sana aku bertemu dengan banyak orang hebat dari seluruh Indonesia. Aku yang awalnya sangat percaya dengan kemampuanku harus di buat sadar bahwa selama ini aku hanyalah katak dalam sumur. Masih banyak orang-orang di luar sana yang lebih hebat. Masih banyak di luar sana hal-hal yang tidak kumengerti. Beberapa hari karantina tersebut sangat mengubah pola pikirku.
Aku pun kembali ke sekolahku untuk persiapan perlombaan yang sangat kunantikan. Rasa tidak percaya diri dan pasrah dengan keadaan sangat membuatku lemah. Aku sangat menyesali pemikiranku saat itu. Tidak ada yang tau apa yang terjadi padaku saat itu sehingga membuatku berfikir seperti itu.
Tibalah masa perlombaan. Sehari full berada di dalam ruangan sangat membuat kepalaku sakit. Soal-soal yang di luar nalar membuatku pasrah terhadap keadaan. Ditambah evaluasi jawaban dari para panitia membuatku semakin tidak percaya diri. Dan benar saja, aku belum ditakdirkan menjadi seorang medalis.
Tahun kedua ku pun tiba. Pikiranku hanya dipenuhi dengan perlombaan saja. Dan benar saja, semua perlombaan yang bisa kuikuti pasti akan kuikuti. Kalau tahun pertama sudah rezeki pasti tidak akan kemana, tahun kedua kalau bukan rezeki ya pasti tidak akan dapat. Benar saja, langkahku terhenti di tingkat provinsi. Perasaan saat itu masih terasa hingga sekarang. Rasa malu, rasa kecewa, rasa marah, dan rasa kesal menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Perasaan yang tidak bisa dijelaskan itu membuatku terbakar, terbakar semangat untuk membalaskan dendam pada sisa lomba yang bisa kuikuti. Aku berjanji dalam hatiku bahwa setelah ini, aku akan memenangkan perlombaan yang akan kuikuti. Prestasi menjuarai lomba cerdas cermat kedokteran universitas di samarinda dan lomba olimpiade kedokteran universitas di banjarmasin berhasil kuraih bersama teman-teman seperjuanganku.
Era perlombaanku telah usai. Tibalah masa dimana setiap siswa kelas 12 merasa khawatir akan masa depannya. Aku yang sudah memantapkan diri untuk mengambil kedokteran sudah mulai menyicil materi untuk persiapan utbk. Rasa pusing memilih universitas mana yang akan dituju menambah beban pikiranku saat itu.
Akhirnya, aku menjatuhkan pilihanku pada fakultas kedokteran Universitas Indonesia pada bulan Februari akhir, sangat dekat dengan pendaftaran SNBP. Bagiku yang berasa dari daerah, masuk ke FKUI terkesan sangat mustahil. FKUI bagaikan kampus yang tidak tersentuh bagiku. Hanya saja, motivasiku untuk membanggakan orangtuaku dan guru-guruku mengalahkan rasa ragu dalam hatiku. Dengan bermodal sertifikat yang seadanya tidak membuatku ragu untuk mencoba. Satu prinsip yang selalu membuatku tetap kuat adalah "Tidak ada kata mustahil bagi mereka yang percaya". Itu selalu kupegang hingga hari pengumuman. Pada hari itu pula teriakan dan tangisku pun sudah tak terbendung lagi.
Selama menempuh pendidikan di tingkat menengah kebawah, banyak sekali perilaku-perilaku negatif yang harusnya bisa kuhindari. Saat ini, aku berusaha untuk selalu memperbaiki diriku dan berusaha untuk menjadi versi diriku yang terbaik selama belajar di FKUI nanti.
Aku berharap selama berkuliah di FKUI, aku bisa menjadi lebih baik. Semoga aku bisa nyaman selama menempuh pendidikan di kampus tercinta ini dan semoga aku dan teman-temanku diberi kemudahan dalam menjalani kehidupan belajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Rencanaku kedepannya terlepas dari mengikuti pembelajaran yang ada, aku juga ingin mengembangkan kemampuanku di bidang organisasi. Dengan mengikuti organisasi, kita bisa melatih skill kepemimpinan kita yang secara tidak langsung akan berpengaruh positif terhadap profesi masa depanku yaitu seorang dokter. Kemudian dengan mengikuti organisasi, aku juga bisa berkenalan dengan banyak orang. Hal tersebut bisa menambah relasi yang ku miliki sehingga aku bisa lebih mudah dalam menjalankan tugasku kedepannya
Setelah menyelesaikan masa pre-klinik, masa koas, maupun masa intern. Aku ingin menjadi seorang dokter yang amanah. Dokter yang benar-benar bisa menjadi pembawa kabar bahagia bagi masyarakat yang membutuhkan pertolongan. Dokter yang tidak hanya menyembuhkan fisik, tetapi juga bisa memberi kenyamanan mental pada pasien.
Sebagai seorang calon dokter, tentunya cita-cita terbesarku adalah menjadi dokter yang ideal. Dengan menjadi dokter ideal, maka kemungkinan aku bisa menjalankan tugasku dengan benar semakin besar. Dokter ideal merupakan seorang individu medis profesional yang memiliki keterampilan, sifat – sifat, dan sikap yang bisa menunjang berjalannya perawatan kesehatan yang mumpuni kepada pasien. Dokter ideal harus memiliki keterampilan medis yang memenuhi standar. Dididik secara professional menjadikan dokter sebagai seorang ilmuwan yang akan memberikan pertolongan dan pelayanan medis kepada orang-orang yang membutuhkan [1]. Dokter telah melewati masa pembelajaran yang lama agar keterampilan medis yang dimiliki bisa terasah dan bermanfaat bagi orang lain.
Kemudian dokter ideal juga harus memiliki karakteristik yang baik sesuai etika kedokteran yang berlaku. Dokter ideal juga perlu memiliki pemahaman tentang pendekatan holistik kepada pasien, yaitu memandang pasien sebagai suatu individu yang utuh, bukan hanya melihat suatu gejala atau penyakit tertentu [2].
Dokter ideal juga harus mematuhi etika kedokteran yang berlaku. sikap dokter terhadap sejawat, para rekannya serta terhadap masyarakat dan pemerintah sudah diatur dalam kode etik kedokteran. Terlebih lagi, etik kedokteran juga mengatuh sikap dokter terhadap pasien yang mereka tangani [3].
Sebagai calon dokter yang akan menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, aku harus bisa menjadi seorang dokter yang memenuhi standar yang telah di tetapkan oleh fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Maka dari itu aku harus memiliki sifat integritas, profesionalisme, kepedulian, kolaborasi, dan keunggulan sesuai dengan visi misi RSCM dan FKUI [4].
Dokter ideal bukan hanya seseorang yang memiliki kemampuan, sifat, maupun sikap yang memenuhi standar. Dokter ideal harus bisa memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat. Salah satu cara memberi kontribusi terhadap masyarakat adalah dengan promosi kesehatan. Dikarenakan dokter memiliki posisi strategis dalam kegiatan promosi masyarakat ini, maka diharapkan para dokter selalu memberikan promosi kesehatan terhadap pasien [5]. Bertambahnya interaksi antara dokter dan masyarakat ini diharapkan bisa menambah wawasan tentang kesehatan kepada masyarakat serta dapat mempererat hubungan antara profesi dokter dan masyarakat umum.
Harapanku kepada masyarakat di luar sana agar selalu bisa bersinergi dengan para tenaga kesehatan untuk menghasilkan masyarakat Indonesia yang lebih sehat dan bahagia. Karena kesejahteraan fisik dan mental tidak akan bisa di raih jika tidak ada kerja sama antara masyarakat dengan para tenaga kesehatan baik itu dokter maupun yang lainnya.
Terakhir pesanku untuk Adek kelas yang ingin bergabung menjadi keluarga besar FKUI agar selalu bersemangat mengejar cita-citanya. Selalu berusaha dan jangan pernah menyerah. Selalu berdoa dan jika sudah rezeki, pasti akan dapat. Hanya saja kalian perlu berusaha untuk meraih rezeki itu.
Daftar Pustaka
Johansyah AB. TANGGUNG JAWAB PROFESIONAL DOKTER DALAM PELAYANAN KESEHATAN. UNTAG SURABAYA REPOSITORY [Internet]. 2020 Aug 17 [Cited 2023 Aug 6]; 1-21. Availaible from : http://repository.untag-sby.ac.id/4769/6/JURNAL.pdf. (1)
Larasati TA. Komunikasi Dokter-Pasien Berfokus Pasien pada Pelayanan Kesehatan Primer. JK Unila [Internet]. 2019 Mar. [Cited 2023 Des 10];3(1):160-166. Availaible from: https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/JK/article/download/2221/2190 (2)
Eryati D, Hardisman. Etika Profesi Kesehatan 1st ed [Internet]. Yogyakarta: deepublish : 2014 Mar. [Cited 2023 Aug 6]. Availaible from : http://repo.unand.ac.id/28951/1/Buku%20Etika%20Hardisman-Chapter-1.pdf. (3)
Visi, Misi, dan Nilai Budaya. Jakarta: RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO; 2021 Des 31. Availaible from : https://rscm.co.id/index.php?XP_webview_menu=0&pageid=36&title=Visi. (4)
Yuliyanti S, Sugeng P, Ratnawati. Peran Dokter pada Program Promosi Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. MKB [Internet]. 2018 [Cited 2023 Aug 6];50(3):152-158. Availaible from : https://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mkb/article/view/1340. (5)
Comentarios