- Mohammad Ardiansyah Makruf
- Aug 11, 2023
- 14 min read
Updated: Aug 13, 2023
Narasi Perjuangan
BAB I
MANUSIA
Sudah berapa tahun tidak melihat ke belakang, kembali mengingat kembali cerita dari awal. Nama saya Mohammad Ardiansyah Makruf, saya sering dipanggil Ryan, Lahir di Grobogan tepat Senin 3 Juli 2005, walaupun lahir di sana saya dibesarkan di ibu kota Jawa tengah yaitu Semarang. 15 tahun di sana dan merantau ke SMA Taruna Nusantara selama 2 tahun, dari 17 tahun itu saya melewati banyak sekali pengalaman dan cerita penuh dengan kebahagiaan dan pertemanan. Memori pertama yang paling awal adalah pergi ke dokter karena malnourishment , memang saya anak yang bandel untuk makan pada masa itu. Walaupun begitu saya tumbuh menjadi seseorang yang memiliki badan yang lumayan besar. Di narasi saya tidak akan menceritakan seluruh detail kehidupan tetapi hal yang saya pilih yang penting dan mempengaruhi hidup .
Umur 4-7 tahun, kurang lebih saat TK atau SD, saya ingat di tunjukan sebuah Buku Atlas IPA, semua tentang science ada di buku itu, ayah menceritakan semua yang di dalamnya, selayaknya fiksi atau harapan untuk masa depan yang dipenuhi hal hal hebat dari situlah saya terinspirasi untuk memasuki dunia pengetahuan alam. Kelas 2 SD saya ingat it dengan Ayah untuk Operasi Caesar, walau saya belum bisa masuk, saya melihat bagaimana kerennya seorang dokter, dari situ awal saya diperkenalkan dengan kedokteran. Hampir jika ada kesempatan saya ingin it dengan ayah, walau kadang ayah saya melarang, saya tetap bersikeras untuk ikut, melihat ruangan putih dan suara-suara mesin serasa keren dan sekilas mengerikan, tetapi mungkin itu titik awal saya tertarik menjadi dokter. Kelas 3 SD dari buku-buku pahlawan yang baca saya terinspirasi untuk menjadi seseorang yang membantu banyak orang. Ibu saya pun memberikan saya ilmu luas tentang dunia internasional membuat saya semakin tertarik untuk memaksimal kan diri saya. dari sana Bersatulah keinginan dan mimpi menjadi benih niat untuk menjadi dokter.
Cita-cita itu terus terbawa hingga SMP, saya bersekolah di SMP Islam Al Azhar 23 di Semarang, walau saat itu masih belum pasti ingin menjadi dokter, saya hanya berpikir tuk mengikuti arus. SMP kelas 1 saya hanya anak gemuk yang belum tahu apapun tentang beratnya dunia. Di situ saya terpukul dan jatuh, awalnya saya seorang underdog yang melewati SD dan berprestasi tapi saat itu saya Kembali lagi menjadi 0. Saya menangis pertama kalinya karena nilai tidak memuaskan. Sampai saya memarahi diri sendiri tapi dari situ saya belajar untuk menerima kegagalan, dari situlah saya berjuang. Kelas 7 SMP, saya bukan orang spesial, saya tidak pintar, lumayan tampan tidak, yang suka pasti ada, tapi tetap saja hanya fokus ke Impian saja.
Kelas 2 SMP, saya masuk pertama kali ke kelas berisi teman teman yang memiliki hobi yang sama dengan yaitu apa pun yang jejepangan. Anime, Manga, Tokusatsu, apa pun itu saya tonton dan menjadi sebuah Pelajaran. Melihat pahlawan fiksi ini melindungi manusia atau hal ia cintai menjadikan pembentuk moral untuk menjadi orang yang dapat membantu orang kapanpun dan dimanapun. Dari situ saya mulai berpikir untuk masa depan saya, saya melihat apa yang sesuai dengan kriteria membantu orang dan kemampuan saya waktu itu yang tertarik dengan biologi. Akhirnya saya memilih dan bertekad menjadi seorang dokter tetapi bukan hanya dokter biasa, dokter yang mampu membantu siapa pun, di mana pun, kapan pun, layak seorang pahlawan. Saat kelas 2 SMP pun berlalu, itu merupakan waktu terbaik saya disana, saya menemukan dan merasakan banyak pengalaman saat itu. Saya ingin sekali lagi, mengulanginya walau hanya sekejap.
SMP kelas 3, waktu penentuan, ayah saya selalu mengatakan SMA itu waktu penentu untuk masa depan mu. Saya pun berusaha terbaik saat itu, kebetulan pula saya bertemu guru yang membawa saya menjadi versi terhebat saya. Nama beliau adalah ibu Dewi, dia mengajari ku IPA hingga saya menjadi jatuh cinta kepada Pelajaran tersebut. Hal ini membuat saya meroket menjadi top 5 angkatan saya. Walau saya tetap hanya anak tak jelas, saya berhasil menjadi sesuatu yang dihormati oleh teman teman saya, itu pun membantu saya dalam studi lanjut saya. saya lulus menjadi salah satu lulusan terbaik yang membawa nama sekolah dengan prestasi dan studi lanjut saya. SMA Taruna Nusantara, jujur saja saya tidak mau kesana tapi saya berpikir dengan logika saya bahwa disanalah saya akan belajar, bukan menjadi pintar tetapi menjadi lebih cerdas dalam kehidupan. Walau saya tidak mau, saya tetap mengikuti ujiannya. Ujian pertama, akademik 1 aku melaluinya dengan pasrah dan tiba tiba berhasil lulus. 2 minggu kemudian akademik 2 sama saja dengan tes pertama akhirnya aku pun pasrah dan berhasil lagi. Jujur saja saya tidak kenapa bisa tetapi saya anggap sebagai berkah dari tuhan, kemudian di tengah itu muncul covid-19. Covid-19 itu mengubah segalanya saya tidak bisa mendapatkan graduation yang saya inginkan. Semua hanya online dan seadanya tetapi itulah Nasib saya, dan saya menerima dengan IKHLAS tetapi itu membawa hal baik pula yaitu ujian TN hanya akademik saja, Dengan nilai yang sebelumnya saya kumpulkan saya berhasil masuk ke dalam SMA Taruna Nusantara. Saya tidak menyangka saya bisa masuk, walau saya sudah masuk pula di SMA Negeri 1 di Magelang, akhirnya saya tetap memilih di SMA TN walau saya tahu konsekuensinya.
SMA TN, SMA semi militer di Indonesia yang didirikan pada 14 juli 1990. Dengan beribu alumni di seluruh Indonesia, merupakan sekolah yang didambakan banyak orang. Di situlah saya seorang biasa yang masuk ke dalam sekolah yang bagi beberapa orang hanyalah Impian belaka. Walaupun 1 tahun Saya hanya di rumah karena Online. PDK, pelatihan
dasar kedisiplinan, itulah yang menyambut saya saat diperbolehkan masuk ke dalam TN. 1 bulan penuh saya di gembleng tentang kedisiplinan, fisik, dan mental. Saya yang hanya anak kecil berubah menjadi seseorang yang siap untuk hidup sendiri dengan masalahnya sendiri. Memang sulit, banyak sekali tangisan, tetapi semua itu terlewati menjadi Pelajaran untuk 3 tahun di sana.
Kelas 1 SMA, saya beradaptasi dengan teman berbeda ditambah dengan perubahan menjadi Online. Jujur saja 1 tahun pertama itu saya tidak aktif, pintar saja tidak, dan sangat pemalas menurut saya. Saya merasa tidak peduli ataupun bagaimana pun itu, saya hanya belajar Pelajaran yang mudah atau yang saya sukai saja. Hal tersebut membuat saya terperosok ke jurang remedi. Saya selalu berspekulasi, saat itu saya sendiri tidak bisa melakukan pembelajaran secara Online dan menghasilkan versi saya yang seperti itu. Pengaruh dari hal tersebut juga terbawa ke sosial saya di mana menjadi pendiam dan tidak memiliki teman dekat. Ini membuat banyak masalah ke depan nya saat sudah mulai masuk ke asrama.
Akhir kelas 1, saya ada perintah untuk masuk asrama, hati saya jatuh, saya takut meninggalkan rumah saya tetapi itulah perkembangan keluar dari zona aman selalu takut. Keluarlah saya dari zona aman tersebut masuk ke dalam zona baru. Sangat berbeda, itulah pikiran pertama saya, tempatnya, budayanya, orangnya semua berbeda. Semuanya berbeda dari saya, itu membuat saya dijauhi tetapi lama kelamaan saya menemukan teman-teman yang mau membantu saya dan bisa beradaptasi bersama. Sampai sekarang teman-teman saya itu akan selalu berjasa bagi saya dan saya tidak akan melupakan mereka. Dari sana saya mulai Kembali, nilai membaik dan saya mulai berprestasi Kembali. Mau itu lomba biologi hingga Bahasa jepang. Pada saat itu pula, saya diuji sebagai tim biologi atau Bioholic SMA TN, dan calon dokter. Kelas 2 SMA biologi mempelajari anatomi dan fisiologi manusia, jujur saja saya ada yang remidi tapi saya tidak menyerah dan selalu membantu mengajari banyak teman saya. Masa itulah masa emas saya, belajar dan berlatih, berprestasi dan berteman. Mengikuti berbagai macam kegiatan akademik dan fisik, belajar dari tokoh hebat hingga berlatih sedikit ilmu militer. Akhir dari perjuangan saat itu adalah saat saya mendapatkan nilai 100 di ujian biologi, walau di rapor tak terlihat karena akumulatif tapi itu kebanggaan sendiri untuk saya.
Kelas 3 SMA inilah masa penentu, mau ke mana saya akan pergi, jujur saja saya dari menarget FK UGM sebagai pilihan utama saya. saya mempelajari semua jalur yang bisa, tetapi saya masih termasuknya santai dalam persiapan walau saya tahu tetap harus giat karena ini penentuan nilai untuk SNBP. Mendekati bulan Desember saya mulai melakukan persiapan yaitu mengikuti camp yang di selenggarakan di Jogja. Selama kurang lebih 1 bulan saat yang lain liburan saya berjuang belajar persiapan IUP UGM tapi kenapa saya Bersiap IUP. Karena memang ujiannya lebih cepat dan prinsip yang diajarkan orang tua untuk selalu berusaha lebih, itu membuat saya ingin melanjutkan ke luar negeri karena sulitnya misal saya langsung mengambil dokter di luar negeri, akhirnya saya mengambil IUP sebagai pelicin dalam adaptasinya nanti saat S2 atau Spesialis. Di sana saya mengikuti IELTS hingga belajar semua tes yang harus dipersiapkan. Selama satu bulan itu saya di harus mengerjakan soal selama hampir 8 jam sehari dengan libur di hari minggu. Saya belajar untuk hidup sendiri di tempat yang disiapkan oleh orang tua saya. mengatur jadwal dan diri, itu pun menjadi persiapan saya nanti saat kuliah.
Masuk sekolah Kembali, kawan-kawan saya mulai serius karena sudah semester 6, saya sendiri juga serius, tetapi fokus pada studi lanjut. Jujur saja saya hanya fokus kepada biologi dan Bahasa jepang sisanya saya serahkan ke studi lanjut. Les dan belajar hanya untuk IUP UGM intake 1 dan UTBK itu saja yang saya lakukan saat semester 6. Pada waktu itu juga saya diberi tahu saya hanya ranking 101 untuk SNBP. Saya jujur sedih tapi saya tetap fokus ke IUP UGM, walau tetap SNBP pun saya tulis FK UGM. Semua saya korbankan untuk IUP UGM karena menurut saya itulah jalur saya dimana saya bisa masuk. Saya izin 1 minggu hanya untuk tes di Jogja, tes pertama akademi, saya lolos. Sulit dan menantang tapi Latihan saya tak mengkhianati, tes kedua, tes wawancara, saya gagal, saya terlalu gugup kurang jelas dan memang saya sendiri merasa tidak bagus.
Saya tahu saya gagal setelah menunggu satu minggu dari tes kedua. Saat itu saya terpuruk dan sedih, saya menyerah untuk UTBK, saya menyerah FK. Betul-betul saya tidak ada harapan, tetapi saya berdoa kepada Allah, semoga saya diberi jalan. Teman saya yang mengikuti TS tidak jadi karena skor TOEFL yang kurang, saya pun menawarkan diri karena iseng saja dan data yang dibutuhkan sudah lengkap jadi saya masukan dibantu guru BK saya, dan saya melupakannya saja. Selang beberapa hari saya pun dapat pesan di WA, bahwa saya diundang ke RIK untuk wawancara dan tes psikologi untuk KKI FKUI.
Saya pun meninggalkan semuanya dan bersiap ke Jakarta walau harus tidak mengikuti 1 hari ujian sekolah. Sampai di RIK saya sudah pasrah, saya anggap sebagai pengalaman baru dan tidak terlalu memikirkan hasil dengan senyumanku masuk dan mengikuti rangkaiannya. Di setiap pos saya memberikan jawaban terjujur saya, menurut saya sendiri jawaban itu bukan jawaban yang banyak berpikir Panjang tetapi instinct, betul-betul dari diri saya sendiri karena saya sendiri tidak ada harapan yang bergelora. Selesai semua itu saya hanya berdoa yang terbaik dan Kembali melanjutkan ujian sekolah saya. beberapa hari kemudian, pengumuman pun turun, dan alhamdulillah saya masuk, saya shock, saya sujud Syukur, dan bingung bagaimana, teman-teman saya bersorak saya hanya diam karena betul betul shock.
Selanjutnya jujur saja saya hanya santai, saya lulus dari SMA Taruna Nusantara, dan merasakan kebebasan dengan bersenang sedikit dengan liburan, ya sekaligus bersiap ke Depok, saya berkali kali ke Depok hanya untuk melihat lingkungan dan mengikuti acara di UI. UI open days, betul luar biasa. Saya bertemu kakak-kakak dari reguler dan KKI, saya diceritakan banyak hal dan pengalaman. Wejangan dan peringatan yang menurut saya bermanfaat untuk saya nanti di sana. Saya pula sudah mengelilingi Depok dan UI agar saya tahu jalan dan memang itu membantu karena saya bisa menjadi semacam tourguide untuk teman dan keluarga saya. begitulah kisah saya yang masuk melalui jalur talent scouting dan menjadi salah satu mahasiswa FKUI KKI 2023 yang sedang mengerjakan tugas PSAF dan OKK. Setelah saya bercerita tentang kisah hidup saya yang melambangkan sisi manusia yang penuh perasaan dan opini, selanjutnya adalah sisi sebagai mahasiswa atau nanti seorang dokter di mana fakta dan logika ikut pula bermain dalam kehidupan nyata tanpa terlepas dari kemanusiaan.
BAB II
DOKTER
Apa itu dokter, mungkin banyak media akan mengatakan banyak hal yang berbeda, dari penyelamat, penyembuh hingga pahlawan. Jika sesuai dengan definisi umum, dokter adalah seseorang yang memiliki gelar medis yang memiliki kemampuan untuk merawat orang yang sakit atau terluka Itulah definisi secara umum tetapi apa itu dokter yang ideal bagi pasien. Mungkin secara umum kita berpikir bahwa dokter itu bertugas hanya menyembuhkan pasien tetapi kenyataannya seorang pasien bukan sebuah puzzle yang di sana hanya untuk dipecahkan masalahnya tetapi seorang individu yang tidak bisa dipisahkan dari diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya[1] ini membuatnya memiliki dinamik yang berbeda dalam merawat.
Ini menekankan bahwa dokter yang ideal adalah dokter yang tak hanya memiliki ilmu yang tinggi tetapi juga dokter yang memiliki personal skill yang baik dan dapat berkomunikasi baik dengan pasien[2,3], dengan begitu seorang pasien dapat merasa dirinya dihargai dan dipedulikan oleh seorang dokter. Hal ini menunjukkan pentingnya kemanusiaan dan empati bagi seorang dokter untuk membentuk kepercayaan antara dokter dan pasien[4,5]. hal ini mendukung pendapat saya tentang dokter, seorang dokter harus memiliki keseimbangan dalam 3 aspek, yaitu dalam menjadi manusia yang berhubungan dengan perasaan, dalam menjadi seorang dokter sendiri yang harus mengganggu tanggung jawab sebagai dokter, dan terakhir sebagai individu yang memiliki keinginan dan kebutuhan. 3 hal ini tak dapat dipisahkan dalam menjadi seorang dokter, ini terlihat sekali terlebih yang bekerja dalam bidang klinisi, harus menghadapi pasien setiap harinya. Mau bagaimanapun, seorang dokter harus menghadapi seorang pasien yang sesama manusia dengan keluhan yang bervariasi. Sebagai dokter harus bisa membantu tidak secara penyembuhan penyakit tetapi juga menenangkan pasien atas kekhawatirannya. Untuk berhasil melakukan hal tersebut dibutuhkannya pengendalian dalam penggunaan ilmu dan perasaan. Dokter tak bisa hanya ilmu saja tetapi harus diimbangi dengan empati, perasaan, dan moral. Jika saya mengutip ayah saya yang seorang dokter kandungan, “seseorang bisa belajar 3 tahun untuk memahami ilmu kedokteran, tetapi dokter bersekolah lebih dari itu karena untuk menumbuhkan mindset dan moral sebagai dokter, karena di lapangan nanti itu yang membedakan antara dokter satu dan lainya”.
Menurut saya itu bukti mau bagaimanapun, kita tidak bisa memisahkan antara kemanusiaan dan kedokteran. Jika melihat lapangan nya pun dokter bermoral dan berempati ini, dapat lebih dekat dengan pasien membuat kepercayaan antara dokter-pasien lebih terbentuk membuat nama baik dari dokter, menjadi lebih baik dan lebih diterima di masyarakat. Masyarakat akan lebih mudah dan tidak takut untuk pergi ke dokter, ini akan membantu banyak dalam hal pencegahan penyakit di Indonesia. Sesuatu yang kecil seperti berempati saja memiliki potensi untuk mengubah kondisi medis Indonesia.
Jika disimpulkan saya bervisi ingin menjadi seorang dokter klinisi yang memiliki ilmu yang tinggi, bermoral, dan berperasaan untuk bisa mengontrol 3 aspek menjadi dokter yaitu dalam menjadi manusia, menjadi individu dan menjadi dokter. Ini akan membantu mewujudkan mimpi saya untuk bisa membantu banyak orang, siapa pun, dimana pun, kapan pun.
BAB III
INDIVIDU
Jika saya ditanya, bagaimana kau bisa sesuai dengan visi mu sebagai dokter, saya akan menjawab dengan membuka pikiran saya. Saya masuk ke kelas KKI karena saya ingin melebarkan sayap ke ranah internasional. Di sana saya akan bertemu banyak orang dengan seribu pengalaman yang ingin saya pelajari. Saat ini sebagai mahasiswa saya tahu bukan hanya dari buku ataupun guru saya bisa belajar tetapi juga dari pengalaman mau dari siapa pun itu. Tak hanya itu saja saya pun juga harus menerapkan ilmu saya di masyarakat dengan begitu saya dapat belajar skill yang dapat saya pakai di lapangan. Mendengarkan dan melihat saja itu tidak cukup saya harus juga mencoba dan merasakan agar betul-betul bisa, karena itu saya ingin sekali mengikuti organisasi sosial atau yang ada bidang sosial dan internasional, di mana saya bisa mengasah skill saya di lapangan sosial dan internasional, seperti CIMSA, AMSA, dan masih banyak lainnya. Walaupun pasti nanti berkuliah akan sangat sulit, tetapi saya tetap harus memaksimalkan diri untuk mendapatkan ilmu yang maksimal di FKUI ini.
Semua ini untuk mendukung saya menjadi dokter sesuai visi saya, dan nanti jika saya sudah menjadi dokter, saya akan lanjut ke spesialis dan sub spesialis, agar semakin banyak orang yang saya bisa bantu. Jika bisa mengambil spesialis di luar negeri agar mungkin saya bisa praktek di belahan dunia manapun. Walau saya belum tahu spesialis apa yang akan saya ambil. Tetapi saya tahu apa pun itu, saya harap bisa menjadi manfaat bagi banyak orang. Semoga suatu saat nanti dunia akan lebih terbuka dalam hal ilmu kedokteran, di mana seorang dokter tidak terkekang jika ingin membantu atau menyelamatkan orang, walau tetap ada peraturan untuk memastikan tidak adanya kesalahan. Masyarakat pun semoga semakin paham tentang kesehatan dan mengerti tentang posisi dokter dan bisa saling membantu untuk mewujudkan negara, dunia, yang damai dan sehat. Di mana orang-orang yang kita cintai dapat hidup dengan tenang. Walau itu hanyalah mimpi saat ini saya berharap hal tersebut bisa menjadi target yang bisa kita dekati.
Jujur saja semua ini saya lakukan dengan tujuan akhir nanti di saat saya sudah diujung hidup saya, saya tidak akan menyesali hidup saya dan dapat kembali dengan tenang ke tuhan yang maha esa. Saya sungguh sangat berharap bisa mewujudkan semua itu, di sini di FKUI.
Universitas Indonesia, jujur saja pada awalnya saya tidak ada keinginan untuk masuk ke sini, tetapi takdir berkata lain. Membawa saya ke tempat ini, saya bersyukur karena saya yakin pasti ada arti dan Pelajaran di sini yang tidak bisa saya dapat di mana pun. Walau saya ada sedikit penyesalan saya tetap menjalani kehidupan di sini dengan semangat. Makin lama saya di sini, bertemu teman-teman dan kakak tingkat saya paham luasnya tempat ini. Banyaknya kesempatan untuk lebih dari apa yang saya bisa mungkin itulah alasan tuhan memasukkan saya kesini.
Sejarah panjang pahlawan yang terikat dengan nama FKUI, menjadi beban tersendiri bagi saya, sebagai seseorang yang mendambakan pahlawan untuk berada di satu jalur pendidikan yang sama merupakan sebuah kehormatan tersendiri. Dari sana saya termotivasi untuk lebih, karena saya percaya di sinilah pahlawan diciptakan, layaknya mereka saya pun ingin melakukan sesuatu untuk banyak orang. Semakin lama saya di sini saya merasa semangat tersebut semakin tumbuh. Hal ini membuat saya untuk lebih berkembang, saya saat SMA adalah seorang introvert yang bahkan tak berani memimpin doa awal kelas. Di sini saya bertekad untuk berubah, di pintu gerbang mimpi saya ini, saya ingin menjadi lebih baik 10 kali lipat dari sebelumnya. Menjadi lebih berani, aktif, dan semakin dekat dengan pahlawan yang saya dambakan.
Walau sulit, walau saya di caci maki, walau saya bukan orang yang goodlooking atau keren, saya tetap akan berusaha demi mimpi saya untuk menjadi dokter yang dapat membantu orang, siapa pun, dimana pun, kapan pun. Memang awal ini memang sulit, banyak tugas, banyak Pelajaran yang masih saya tak pahami tetapi itulah semua awal, pasti sulit tapi saya yakin akhirnya akan manis. Ayah saya selalu bilang untuk selalu mengambil sulit nya dahulu, dan inilah “sulit” yang saya ambil dahulu, demi mimpi saya.
Jadi saya berharap, ya mungkin ini pesan untuk saya sekarang dan nanti. Saya yang “sekarang”, saya berharap kau dapat menjadi mahasiswa yang cukup dan dapat mengatur dirimu, aktif selalu, tetapi tak pernah melupakan kebutuhanmu, raihlah cita cita kita walau kau tahu ke depan adalah masa yang sulit karena kau sendiri tahu cita cita kita, itu lebih penting dari apapun. Saya yang di masa depan, yang telah menjadi dokter, jadilah dokter yang sesuai dengan Impian kita walau finansial mengekang jangan pernah membuang harga diri dan tekad mu. Saya tahu itu akan menjadi tantanganmu tapi dirimu ini yang dari masa lalu, akan selalu bersamamu. Mungkin itu yang akan saya sampaikan untuk diri saya.
Mungkin 1 pesan lagi, untuk angkatan 2023. Kita adalah transisi, kita membangun lagi apa yang sebelum harus disesuaikan karena kondisi. Walaupun begitu ini masih awal untuk kita semua, semoga kita akan selalu solid kedepannya, mau itu kita dipisah atau pun terhalang jarak, jangan sampai kita terpecah belah. Mungkin kalian tidak akan membaca pesan ini, tapi terima kasih dan mohon maaf, saya bukan orang yang sama sekali tidak sempurna. Banyak sekali kesalahan yang saya buat, mungkin terlihat sok atau berusaha lebih aktif. Maafkan saya karena saya pun dalam proses berubah menjadi lebih baik. Saya pun masih ada banyak hal yang ingin saya lakukan, mungkin bagi beberapa saya adalah sebuah anomali tetapi itulah saya dilahirkan sebagai sebuah anomali, oleh karena itu Angkatan 2023 nanti saya masih ada atau tidak saya tidak tahu tetapi terima kasih sudah memberikan pengalaman sebagai salah satu dari kalian FKUI 2023. mari kita berjuang bersama untuk mencapai tujuan kita semua.
Terakhir pesan untuk Angkatan 2024, mau siapapun itu. Masuk ke FKUI itu sulit, di dalamnya pun akan sulit, jujur saja pasti ada tempat yang terlihat lebih bahagia dari di sini, tetapi ingat terkadang hal yang baik bukan yang terbaik, yang buruk pun belum tentu yang terburuk. Jika itu adalah mimpimu atau mungkin jalur untuk ke mimpimu itu. Lakukan yang terbaik dan pantang menyerah tuk mencapainya walau kau harus jatuh dan menangis beribu kali, kemudian bangkit kembali. Ingatlah rasa manis kemenangan itu selalu ada dan ada di depan matamu, raihlah karena dengan begitu nanti di akhir hidupmu kau tak akan menyesal tak berusaha lebih di masa mudamu. Untuk kakak tingkat yang membaca ini walau hanya sekilas, terima kasih telah membaca ini dan semoga memuaskan, tolong bimbingannya untuk tahun-tahun kedepannya. Mungkin itu dari saya, mohon maaf jika ada salah dalam penulisan karya ini, sekian terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA :
1. Alligood M. Nursing theorists and their work [Internet]. 9th ed. St. Louis, Missouri: Elsevier; 2018 [cited 2023 Aug 8]. Available from: https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=l7stDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA66&dq=theory+of+transpersonal+caring&ots=yWyGYVKOca&sig=JpTqalY0YM2LAPY-C4kSomlzrTA&redir_esc=y#v=onepage&q=theory%20of%20transpersonal%20caring&f=false
2. Borracci RA, Álvarez Gallesio JM, Ciambrone G, Matayoshi C, Rossi F, Cabrera S. What patients consider to be a “good” doctor, and what doctors consider to be a “good” patient. Revista Medica De Chile [Internet]. 2020 Jul 1 [cited 2023 Aug 8];148(7):930–8. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33399677/
3. Grundnig JS, Steiner-Hofbauer V, Katz H, Holzinger A. “Good” and “bad” doctors - a qualitative study of the austrian public on the elements of professional medical identity. Medical Education Online [Internet]. 2022 Dec 1 [cited 2023 Aug 8];27(1):2114133. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/36004404/
4. Isangula K, Seale H, Jayasuriya R, Nyamhanga T, Stephenson N. What factors shape doctors’ trustworthiness? patients’ perspectives in the context of hypertension care in rural tanzania. Rural and Remote Health [Internet]. 2020 Aug 19 [cited 2023 Aug 8];20(3). Available from: https://www.rrh.org.au/journal/article/5826
5. Wu Q, Jin Z, Wang P. The relationship between the physician-patient relationship, physician empathy, and patient trust. Journal of General Internal Medicine [Internet]. 2021 Aug 17 [cited 2023 Aug 8];37(6):1388–93. Available from: https://link.springer.com/article/10.1007/s11606-021-07008-9
コメント