- Mikail Rayyan Irham Suheimi
- Aug 12, 2023
- 6 min read
Updated: Aug 13, 2023
Narasi Perjuangan
Perkenalkan, nama saya Mikail Rayyan Irham Suheimi, tetapi saya biasa disapa dengan nama Mika. Saya berasal dari SMAN 3 Jakarta yang berada di Jakarta Selatan. Saya baru saja bergabung dengan keluarga besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya merupakan bagian dari kelas khusus internasional atau KKI. Saya dapat masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur talent scouting. Dapat bergabung di FKUI merupakan sebuah kebanggaan besar bagi saya karena saya selalu merasa bahwa FKUI merupakan Fakultas Kedokteran terbaik di Indonesia dan juga sangat sulit untuk diterima. Saya selalu merasa jika saya ingin menjadi seorang dokter, tempat terbaik untuk berkuliah adalah Universitas Indonesia. Pandangan saya terhadap FKUI ini adalah salah satu hal yang memotivasi saya untuk masuk FKUI. Keinginan saya menjadi dokter yang besar memotivasi saya untuk bekerja keras. Keinginan saya menjadi dokter berawal dari keinginan saya untuk menjadi orang yang berguna. Keinginan untuk menjadi orang berguna ini membuat saya sangat tertarik untuk menjadi seorang dokter karena menurut saya seorang dokter merupakan orang yang sangat berguna. Menurut saya dokter adalah sebuah profesi yang sangat berguna karena tugas utama seorang dokter adalah membantu orang. Dokter tidak hanya membantu orang secara individu tetapi juga menjadi orang yang membantu sebuah masyarakat. Tanpa dokter sebuah masyarakat akan kacau. Bantuan dokter memang sesuatu yang dirasakan oleh hampir setiap orang, termasuk saya. Bantuan dokter yang saya rasakan juga memotivasi saya untuk menjadi seorang dokter.
Untuk mencapai sebuah mimpi kita harus berusaha. Saya pun melakukan banyak usaha untuk dapat diterima di Universitas Impian saya. Dari mulai saya berada di sekolah menengah pertama, saya sudah ada keinginan untuk masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pada saat SMP ini saya sudah mulai berusaha agar dapat diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Mungkin usaha saya pada masa SMP belum bisa dikatakan optimal tetapi saya tetap berusaha untuk terutama saat kelas sembilan. Saat kelas sembilan saya belajar setiap hari dan juga mengikuti les agar dapat memasuki SMA terbaik. Saya merasa bahwa saya harus masuk ke SMA terbaik agar dapat masuk ke FKUI. Pada saat saya kelas sembilan itu terjadi sesuatu yang tidak dapat diprediksi, yaitu pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 ini sangat berpengaruh pada saya karena pandemi ini mengubah peraturan untuk masuk SMA. Setelah itu saya belajar bahwa saya harus lebih mempersiapkan untuk hal-hal yang tidak bisa diprediksi. Setelah SMP, saya melanjuti pendidikan di SMA. Saat melanjuti pendidikan di SMA, saya semakin giat dalam belajar karena waktu yang tersedia semakin sedikit. Meskipun pembelajaran pada kelas sepuluh dan sebelas berlangsung secara daring yang terbukti menghambat pembelajaran saya, saya tetap berusaha agar tidak terganggu. Saat saya masuk kelas dua belas, kelas mulai dilaksanakan secara luring. Saya menggunakan kesempatan pembelajaran luring ini untuk belajar yang lebih fokus. Saya mulai lebih memperhatikan pelajaran saat les dibanding saat pembelajaran daring. Saya fokus belajar untuk SNBT dan SIMAK agar dapat diterima di FKUI. Saya juga mulai mempersiapkan semua yang diperlukan untuk masuk FKUI melalui jalur talent scouting seperti menyiapkan TOEFL. Terjadi lagi perubahan saat saya kelas dua belas, yakni perubahan dari tipe soal yang akan digunakan pada SNBT. Saya sudah lebih siap akan perubahan karena pengalaman saat kelas sembilan. Saya lanjut belajar dengan tipe soal yang baru tanpa terganggu oleh fakta bahwa tipe soal berubah. Semester dua tiba, saya mulai lebih memfokuskan untuk SNBT dan memulai menulis draft motivational letter untuk talent scouting karena talent scouting dan SNBT adalah dua jalur yang waktunya terdekat setelah SNBP. Pada semester dua ini juga, saya juga menunggu pengumuman siswa yang dapat mengikuti SNBP. Saat pengumuman siswa yang eligible untuk SNBP, saya lihat daftar siswa dan saya melihat nama saya tertulis di daftar itu. Saat melihat nama saya, saya sedikit pesimis karena peringkat saya yang tidak terlalu tinggi. Saya daftar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia karena saya belum ingin menyerah. Meskipun kurang meyakinkan, saya masih berharap dan tetap realistis. Jadi saya lanjut belajar di tempat les untuk SNBT dan lanjut membuat motivational letter. Hari pengumuman SNBP pun datang. Saya buka website pengumuman. Saat saya membuka pengumuman SNBP, terlihatlah warna merah yang menandakan saya tidak diterima. Namun, hal tersebut tidak membuat saya menyerah justru membuat saya lebih semangat dan fokus dalam belajar agar dapat keterima. Hari-hari dan minggu-minggu berlalu, saya sudah jauh lebih siap dengan motivational letter saya dan pembelajaran untuk SNBT. Saya kumpulkan motivational letter untuk talent scouting dan saya tunggu untuk pengumuman. Sambil saya menunggu saya fokuskan belajar SNBT karena untuk talent scouting saya hanya bisa berharap dan berdoa. Seperti sebelumnya saya tetap optimis dan realistis. Pengumuman pun keluar dan saya dapat panggilan untuk mengikuti wawancara. Mendengar hal itu, saya merasa bahagia dan sedikit takut. Saya merasa bahagia karena saya diberi kesempatan untuk dapat masuk ke FKUI yang sudah lama saya impikan, tetapi saya sedikit takut karena adanya kemungkinan gagal. Saya menenangkan dan mempersiapkan diri secara mental. Saya pun belajar apa yang saya dapat pelajari di internet tentang interview. Hari interview pun datang, jantungku berdebar sangat kencang rasanya satu Indonesia bisa mendengarnya, tetapi aku yakin dengan diriku sendiri karena sudah mempersiapkan diri untuk hari ini. Saya melakukan interview dan semua berjalan dengan lancar. Sekarang, saya hanya bisa menunggu. Masih tersisa beberapa hari di antara wawancara dan pengumuman. Hari-hari itu saya isi dengan belajar SNBT di tempat les karena sekolah sudah selesai. Saya masih belajar dengan giat meskipun masih ada sedikit rasa takut menunggu pengumuman. Hari pengumuman pun datang. Saya melakukan kegiatan seperti biasa. Saya buka pengumuman. Tertulis di website bahwa saya diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Diterima Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan sebuah kebanggan besar bagi saya. Rasa senang dan bangga ini memotivasi saya untuk membuat sebuah komitmen. Sebuah komitmen untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Menjadi lebih baik agar dapat menjadi seorang mahasiswa yang cocok untuk disebut mahasiswa FKUI. Saya akan mengurangi rasa malas yang selalu ada agar dapat mengerjakan tugas dan hal-hal lain yang perlu dikerjakan secara optimal.
Saya memiliki beberapa harapan untuk diri saya sendiri sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan juga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2023. Harapan saya untuk diri saya sendiri adalah untuk memenuhi komitmen saya untuk menjadi orang yang lebih baik. Memenuhi komitmen ini mungkin tidak mudah, tetapi saya akan berusaha seperti saya berusaha untuk menjadi seorang mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya juga berharap memenuhi komitmen ini dapat membuta saya menjadi orang yang lebih baik. Harapan saya untuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2023 adalah mempertahankan solidaritas sesama. Saya berharap kita dapat saling membantu dan tidak meninggalkan satu sama lain.
Untuk menjadi dokter ideal saya harus mengetahui apa yang dimaksud dengan dokter ideal. Menurut St. George’s University ada beberapa karakteristik yang ditemukan di dokter yang baik. Karakteristik-karakteristik yang disebut oleh St. George’s University adalah “Good doctors are good communicators […] good doctors are organized and conscientious […] good doctors are empathetic and make patients feel cared for […] good doctors are curious […] good doctors are collaborative […] good doctors are persistent in advocating for their patients […] good doctors have good bed side manners.”.1 Charles Sturt University juga mendukung dengan mengatakan “Great doctors are great communicators […] Amazing doctors never stop learning”.2 Saya selalu berpikir bahwa tugas seorang dokter adalah untuk melayani orang. Berarti dokter yang ideal adalah dokter yang dapat mengerjakan tugasnya dengan baik dan benar. Karakteristik-karakteristik di atas merupakan karakteristik-karakteristik yang dibutuhkan seorang dokter untuk melakukan tugasnya dengan baik, yaitu melayani pasien.
Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Dedi Afandi “Nilai-nilai utama yang menjadikan profesi kedokteran merupakan profesi luhur adalah altruisme (tanpa pamrih)”.3 Ini menunjukkan bahwa profesi seorang dokter menganut nilai luhur. Altruisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “Paham (sifat) lebih memperhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain”.4 Mengutamakan kepentingan orang lain memang sebuah nilai yang penting dalam dokter karena mementingkan orang lain adalah bagian yang penting dari melayani orang. Tanpa nilai ini dokter tidak dapat menjalankan tugasnya.
Dokter ideal yang sudah diketahui ini sangat berkontribusi pada masyarakat. Salah satu kewajiban sebagai dokter adalah untuk memangku tanggung jawab atas kesehatan masyarakat di sekelilingnya.5 Jadi, dokter ideal yang melaksanakan kewajibannya akan secara otomatis berkontribusi pada masyarakat.
Tentu saja, saya ingin menjadi dokter ideal seperti yang dijelaskan di atas. Saya ingin menjadi dokter yang dapat berkomunikasi dengan baik, berempati, selalu belajar hal baru, dan lebih mementingkan orang lain dari dirinya sendiri agar saya dapat melayani pasien dengan baik yang merupakan tugas seorang dokter dan berkontribusi pada masyarakat.
Untuk menjalankan semua yang saya inginkan dan mengubah semua keinginan saya menjadi kenyataan dibutuhkan sebuah rencana. Saya memiliki dua rencana, yaitu rencana jangka pendek dan rencana jangka panjang. Rencana jangka pendek saya merupakan rencana saya pada saat masa preklinik. Rencana jangka panjang saya mencakup masa klinik dan masa saat menjadi dokter.
Rencana saya pada masa preklinik adalah untuk dapat belajar semaksimal mungkin. Saya akan mencapainya dengan cara mengatur waktu agar dapat mengimbangkan waktu bebas dengan belajar dan mengerjakan tugas.
Masa klinik dan kedokteran saya masih sangat jauh, tetapi saya tetap harus berencana. Rencana saya adalah untuk menjadi dokter yang ideal. Saya akan melaksanakan rencana ini dengan melakukan ini dengan melaksanakan rencana jangka pendek saya, melaksanakan komitmen saya, dan menanamkan karakteristik-karakteristik dokter yang baik pada diri saya.
Sekarang setelah diterima di FKUI, saya mengingat orang-orang yang belum melakukan perjalanan ini. Orang-orang yang mungkin perjalanannya akan lebih susah dari perjalanan saya. Saya punya pesan untuk orang-orang ini. Pesan saya adalah untuk menggapai suatu mimpi dibutuhkan usaha dan mungkin mimpi bukan akhir dari segalanya.
Daftar Pustaka
St. Georges University. What makes a good doctor? 7 surprisingly useful skills for physicians [Internet]. Grenada: St. George’s University; 2021 Jul 6 [cited 2023 Aug 9]. Available from: https://www.sgu.edu/blog/medical/what-makes-a-good-doctor/
Charles Sturt University. A career in medicine: what makes a good doctor? [Internet]. Australia: Charles Sturt University; cited 2023 Aug 9. Available from: https://insight.study.csu.edu.au/a-career-in-medicine-what-makes-a-good-doctor/
Afandi D. Nilai-Nilai Luhur dalam Profesi Kedokteran: Suatu Studi Kualitatif. Jurnal Kesehatan Melayu. 2017 Sep 14: 25-8.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 5th ed. Jakarta: Balai Pustaka; 2016 Okt 28. Altruisme.
Wiradharma D, Hartati SH. Penuntun kuliah hukum kedokteran. 2nd ed. Jakarta: Sagung Seto; 2010.
Comments