- Meyra Talianingasri
- Aug 13, 2023
- 10 min read
Narasi Perjuangan
Halo semuanya! Namaku Meyra Talianingasri dan orang - orang biasa memanggilku Meyra. Mendengar kata “Meyra” pasti kalian berpikir akan bulan Mei, bukan? Yupp, benar saja nama Meyra memang sengaja dipilih oleh Mama dan Papaku karena aku lahir di bulan Mei. Aku berasal dari SMAN 70 Jakarta yang alhamdulillah kini telah diterima sebagai mahasiswa baru FKUI 2023 lewat jalur SNBP. Puji syukur tentunya tak lupa ku panjatkan kepada Allah SWT yang telah meridhoi langkahku hingga bisa diterima di universitas dan prodi impian saya.
Aku adalah anak kedua dari dua bersaudara dan fun fact yang seringkali membuat orang shock adalah aku dan kakakku lahir dengan waktu yang hanya berbeda 1 hari!! Eitsss… tapi, kami berbeda 5 tahun loh!! Menariknya lagi, kini aku dan kakakku sama - sama berhasil menjadi mahasiswa FKUI. Mama dan Papaku bukanlah seorang dokter dan kami juga bukan berasal dari keluarga besar dokter. Tapi, aku dan kakakku berhasil membuktikan bahwa kami bisa menjadi dokter yang dapat membanggakan Mama dan Papa.
Memiliki kakak sebagai pencetus dokter pertama di keluarga besarku tentunya menjadi inspirasi bagiku. Walaupun, pada awalnya aku sempat mengurungkan niatku menjadi dokter hanya karena tidak mau menjadi bayang - bayang kakakku. Kalian yang anak bungsu pasti tau kan rasanya memegang beban yang besar agar dapat bisa atau bahkan lebih baik dari sang kakak? Terlebih lagi orang - orang selalu menanyakan, “Nanti mau jadi dokter juga kayak Kak R?” “Ngikutin kakak ya jadi dokter?”
Yupp… kurang lebih begitu pertanyaan yang amat sangat menyebalkan bagiku!! Tapi, suatu ketika aku sadar bahwa dokter memang cita - citaku sejak kecil. Sejauh mana aku mencari jurusan lain, sejauh mana aku berkamuflase kepada diriku untuk tidak menjadi dokter, sejauh mana aku berdebat dan bertengkar hebat dengan mamaku karena hal ini, dan sejauh mana aku pergi untuk meninggalkan kata dokter, kaki mungil dan hati nuraniku pasti membuatku kembali ke tujuan awalku, yaitu menjadi dokter. Bukan sebagai pengikut atau bayang - bayang orang lain, tapi aku ingin menjadi dokter Meyra dengan caraku sendiri. Dan inilah kisahku hingga bisa diterima di FKUI.
Meyra kecil dulunya sudah dididik tegas oleh Mamaku. Bagi mamaku, pendidikan adalah nomor satu. Aku sudah mulai diajarkan dan bisa membaca di umur 3 tahun, sudah bisa menghitung, dan mengaji bahkan sebelum masuk TK. Sewaktu SD pun aku berhasil diterima di SD 11 Pagi yang saat itu adalah sekolah RSBI dengan jalur masuk lewat tes tulis dan wawancara. Peringkat 1 tak pernah lepas dariku. Kemudian, Meyra 11 tahun ini memilih SMPN 41 Jakarta yang merupakan SMP negeri terbaik kedua se-DKI Jakarta. Baik akademik maupun non akademik, aku perjuangkan di SMP. Terbukti dengan tidak hanya menjadi lulusan terbaik, aku pun berhasil menjadi Ketua OSIS dengan program kerja yang begitu banyak dan sukses.
Akan tetapi…. Pandemi Covid - 19 menghancurkan segala usahaku. Semua sistem pendidikan berubah. UN dihapus, sistem PPDB berdasarkan umur, nilai pun tidak diperhatikan lagi. Bagaikan tertusuk duri bertubi - tubi, segala impian dan usahaku pupus seketika. Meyra yang baru berusia 15 tahun itu harus dapat menerima kenyataan pahit bahwa ia tidak dapat diterima di sekolah impiannya, SMAN 34 Jakarta. Namun, kata - kata yang diucapkan oleh guruku menenangkanku dan masih terngiang di benakku hingga saat ini. “Dimanapun mutiara berada, ia pasti akan tetap bersinar.” Benar saja, 3 tahun berlalu dan aku berhasil meraih peringkat 1 eligible di SMAN 70 Jakarta yang juga sekolah terbaik dengan peringkat ke-71 se-Indonesia.
Menjadi peringkat 1 eligible dari 320 siswa tentunya tidak mudah. Sejak kelas 10 mama sudah mengingatkanku untuk mulai mengejar nilai. Walaupun, pembelajaran saat itu dilakukan hanya lewat virtual zoom, tapi perjuanganku nyata adanya. Di saat yang lain masih terlena dengan fleksibilitas belajar daring, aku sudah mulai memantapkan diriku untuk mencuri start lebih awal. Aku sudah les secara offline di Mitra Pelajar Cinere, belajar dari pagi hingga malam, dan banyak latihan soal. Hal itu terus kulakukan hingga aku naik ke kelas 12 yang mana pembelajaran sudah dilakukan secara offline. Transisi dari online ke offline tidak begitu mengejutkanku. Aku sangat berterima kasih kepada mama dan papa yang senantiasa menjadi support system ku dalam menghadapi semua kondisi yang kulewati.
Eitssss…. perubahan mendadak yang kualami tidak berhenti saat itu. Lagi dan lagi aku harus mengalami perubahan sistem pendidikan secara mendadak. Tahun ini, sistem penerimaan mahasiswa dirombak total. SNMPTN yang berganti namanya menjadi SNBP, SBMPTN menjadi SNBT, penerimaan SNBP yang awalnya berdasarkan 6 nilai IPA kini menjadi semua nilai mata pelajaran, atau bahkan materi SNBT TKA yang dihapus dan berganti hanya dengan nilai TPS & Literasi. Tapi untungnya, aku mengejar nilai semua mata pelajaran dari kelas 10 sehingga apabila penerimaan SNBP yang dipakai adalah semua mata pelajaran bukanlah masalah besar bagiku. Akan tetapi, penghapusan TKA pada SNBT membuatku pupus harapan sesaat. Bagaimana tidak? Logika dan penalaran ku sangatlah lemah. Sedangkan dari dulu, aku sudah merencanakan jika akan ikut SNBT, aku akan meningkatkan score ku di pelajaran TKA. JEDARR!!! TKA DIHAPUS!!! Panik, takut, frustasi, nangis menghantuiku… Lagi dan lagi perjuanganku menghadapi perubahan yang mendadak ini teruslah berlanjut. Jika dibilang angkatan 2023 adalah angkatan coba - coba, bagiku memang benar adanya!! Semua yang kita alami pasti hal baru dan terkesan uji coba sistem! Huh, sangat menyebalkan!!
Meskipun sudah berhasil meraih ranking 1 eligible yang besar kemungkinannya lolos dalam SNBP, tidak menurunkan tekadku untuk tetap belajar SNBT. “Sebesar - besarnya peluang, pasti tetap ada kemungkinan terburuk!” Aku percaya pada prinsip itu. Walaupun banyak orang bilang “Ngapain belajar lagi, kan udah pasti keterima SNBP” “Cie ranking 1 eligible auto lolos SNBP ini mah” dan masih banyak lagi. Aku tidak terlena dengan kalimat itu. Mungkin karena aku sudah terlalu sering dipatahkan oleh perubahan - perubahan yang ada sehingga membuat semuanya berjalan tidak sesuai rencanaku. Rasa sakit dan takut akan terulang lagi kejadian itu membuatku tidak terlena akan keadaan. Di saat sudah berhasil, aku akan terus berusaha untuk mencapai keberhasilan baru. Well,, hal ini terbukti dengan aku yang dulunya takut dan menyerah akan TPS, tapi kini berhasil mendapatkan score tryout SNBT yang menembus angka 700. Sebuah pencapaian besar bagiku karena berhasil menaklukan rasa takutku. Dengan usaha super duper maksimal tentunya!!
Tak terasa h-1 bulan mendekati pengumuman…. Aku terus berdoa, meminta restu mama papa, restu guru sekolah, restu guru les, serta restu teman - temanku. Rasa takut terus menghantuiku. Walaupun mulutku sering berkata pasrah dan menerima apapun hasilnya, tapi tak dapat dipungkiri hati kecilku sangat menginginkan kata “Selamat anda lulus.” Hingga tibalah tanggal 28 Maret 2023. Pengumuman SNBP dibuka pada pukul 15.00 WIB. Dan kalian tau fun fact yang sangat amat lucu?? H-5 menit pengumuman, aku masih les SNBT!! Walaupun lesnya online, tapi saat itu aku lagi mengerjakan soal SNBT. Aku sudah bilang kepada mama papa, “Tunggu aku selesai lesnya, biar nanti aku sendiri yang buka yaaaa!” Dan tau apa yang terjadi?? Pukul 15.00 WIB, tugasku belum kelar, aku masih sibuk memecahkan soal mtk yang membuatku tidak menyadari bahwa jam 3 sudah berlalu. Tapi…. tiba - tiba papaku membuka pintu kamarku dan langsung memelukku. Mamaku yang saat itu sedang berdoa di dalam kamarku pun bingung dan panik. Bagaimana tidak panik, papaku tidak berkata apa - apa dan hanya memelukku.
1 detik…
2 detik…
3 detik…
“Selamat yaa anak bapa jadi calon dokter!”
DARRR!!!! “Selamat” “Calon Dokter??” Tidak percaya akan pendengaranku, aku pun berlari menuju ruang tengah. Kulihat laptop papaku dan logo biru terpampang jelas. Kata “selamat anda lulus” benar adanya. Tak percaya rasanya bahwa impianku benar - benar jadi kenyataan!! Tangis bahagiaku tumpah seketika. Kupeluk mama dan papa. Tangis haru dan ucapan selamat terlontar dari mulut mereka. Tak lupa rasa syukur kuucapkan kepada Allah SWT atas nikmat luar biasa ini.
“Rencana Allah lebih baik dari rencanamu” memang benar adanya. Kini aku sadar bahwa hidup tak selamanya indah dan berjalan sesuai rencana. Sebelum akhirnya diterima di FKUI, aku sudah berkali - kali menghadapi kegagalan yang tentunya sangat amat menamparku. Tapi, percayalah, selagi kita berdoa dan ikhlas menghadapi semuanya, serta tidak mudah menyerah dan terus berusaha, pasti Allah SWT akan melihat perjuangan kita hingga diberikan sebuah ujung yang bahkan lebih indah dari ekspektasi kita.
“Bukan sebagai pengikut atau bayang - bayang kakak, tapi aku ingin menjadi dokter Meyra dengan caraku sendiri” pun terbukti adanya. Aku dan kakakku memang berhasil menjadi mahasiswa FKUI. Tapi…. Untuk mencapai ini semua, kami menempuh jalan yang sangat berbeda. TK kami berbeda, SD berbeda, SMP, bahkan SMA pun berbeda. Perjuangan dan rintangan yang kami hadapi juga berbeda 180°. Namun, alhamdulillah kami berhasil kuliah di tempat yang sama, lewat jalur masuk yang sama, bahkan prodi yang sama. Dan yang terpenting adalah kami berhasil membanggakan orang tua kami!!
Hal menarik tapi cukup sedih adalah aku dan kakakku sama - sama ditinggal pergi oleh kakek dan nenek kami di tahun kami diterima menjadi mahasiswa FKUI. 5 tahun lalu, tahun saat kakakku diterima di FKUI, kami ditinggal pergi selamanya oleh kakek kami. Kini… sesaat setelah aku diterima di FKUI, kami ditinggal pergi selamanya oleh nenek kami. Bagaikan sebuah isyarat dan pesan tersirat yang mengatakan bahwa kakek dan nenek sama - sama ingin melihat kami berhasil diterima di FKUI dulu agar dapat pergi dengan tenang setelah mengetahui cucu - cucunya akan sukses menjadi dokter kelak.
Orang mungkin selalu nanya, “Kenapa harus UI?” Jawabannya simple, karena UI adalah cinta pertamaku. Siapa sih yang ga mau pake jaket kuning apalagi dengan makara hijau. Apalagi kita semua tahu bahwa UI adalah top 1 PTN di Indonesia dan masuk ke dalam jejeran top 10 university se-Asia Tenggara[1]. Program studi kedokteran Universitas Indonesia pun berhasil menjadi satu-satunya Fakultas Kedokteran dari Indonesia yang menduduki peringkat 251-300 dunia pada data pemeringkatan The Quacquarelli Symonds World University Rankings (QS WUR) [2]. Pencapaian ranking dunia tersebut dibuktikan dengan banyaknya dokter - dokter sukses lulusan Universitas Indonesia dan saya ingin menjadi salah satu di antaranya suatu saat nanti. Meskipun, banyak yang bilang kuliah kedokteran itu lama pake banget, tapi aku sudah memantapkan diriku untuk terus berjuang menghadapi rintangan yang ada demi menjadi dokter yang mengabdi kepada masyarakat. Setelah official menjadi mahasiswa FKUI, aku berjanji kepada diriku sendiri untuk menghadapi semuanya dengan ikhlas, menjalaninya dengan enjoy, tapi juga bersungguh - sungguh. Tak lupa untuk selalu meminta restu orang tua di setiap pijakan langkahku.
Aku harap setahun ke depan, aku dapat beradaptasi cepat dengan lingkungan FKUI, memulai kehidupan menjadi seorang mahasiswa yang berperan aktif, baik dalam kegiatan organisasi maupun akademik, meraih IPK cumlaude agar dapat membuka peluang bagi adik - adikku di SMA 70 Jakarta untuk bisa mengikuti jejakku meraih warna biru dalam pengumuman SNBP FKUI. Untuk tiga tahun ke depan, aku harap dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu, melakukan sidang dengan baik, hingga akhirnya aku lulus dan dinyatakan sebagai Meyra Talianingasri, S. Ked. Mendapat gelar S.Ked bukanlah akhir perjuanganku. Lima tahun ke depan, aku akan menjalankan masaku sebagai ko-asisten, menyalurkan teori - teori yang dipahami dan terjun langsung di rumah sakit. Tujuh tahun ke depan adalah masa dimana aku mengucapkan sumpah dokter, siap siaga dan siap melayani pasien, membaktikan hidupku guna berperikemanusiaan. Tentunya hal ini ialah momen yang amat sakral dan bersejarah dalam karir ku untuk menjadi dokter. Delapan tahun ke depan, aku akan menjalankan masa internship ku sebagai dokter magang, lalu bekerja sebagai dokter umum. Lagi dan lagi perjuanganku belum berhenti disini. Sepuluh tahun kemudian, aku akan mengejar gelar spesialis penyakit dalam (internis). Alasanku memilih spesialis penyakit dalam karena papa dan kakek yang memiliki riwayat hipertensi dan sudah menyerang ginjal atau jantungnya. Ketika mereka berobat pasti akan dilarikan ke dokter spesialis penyakit dalam dikarenakan komplikasi penyakit tersebut tidak dapat ditangani oleh dokter umum[3]. Hal itulah yang memotivasiku agar kelak akulah yang akan menjadi dokter mereka. Selain itu, aku ingin menjadi dokter yang dapat menjadi harapan bagi masyarakat, baik bagi pasien maupun mereka yang sehat. Dengan demikian, aku berharap masyarakat akan datang ke dokter tidak hanya untuk mengobati, melainkan juga ingin mencegah terjadinya penyakit.
Pesanku untuk Meyra di 8 tahun kemudian…
“Mengabdilah kepada masyarakat dengan menjadi seorang dokter ideal”
Menurut World Health Organization (WHO), profil dokter ideal adalah dokter yang memiliki citra sebagai “7 star doctors” yaitu care-provider (memberikan pelayanan kesehatan), decision maker (membuat keputusan bijak), communicator, community leader, manager, researcher (mencari hal baru sesuai perkembangan zaman), dan lifelong learner (menuntut ilmu seumur hidup). Sebagai care-provider, dokter FKUI harus memberikan rangkaian lengkap pelayanan kesehatan terhadap pasien. Sebagai decision maker, dokter harus dapat membuat pilihan yang tepat dan bijaksana yang dilandaskan teori & ilmu pengetahuan. Dokter juga harus memiliki skill komunikasi serta community leader yang baik. Hal ini dikarenakan dokter ideal tidak hanya menaruh perhatiannya terhadap pasien sakit, tetapi juga terhadap kegiatan kesehatan masyarakat secara global. Untuk mengemban tugas sebagai seorang dokter, keterampilan manajerial yang baik juga sangat diperlukan. Hal ini bertujuan agar dokter dapat membangun hubungan yang erat dengan mitra lain. Selain itu, dikarenakan ilmu pengetahuan dan teknologi akan terus berkembang, seorang dokter harus menanamkan nilai researcher dan lifelong learner untuk senantiasa menuntut ilmu baru sepanjang hayat hidupnya[4-5].
Dokter lulusan FKUI juga harus memahami dan menerapkan kode etik kedokteran yang meliputi 6 sifat, yaitu sifat ketuhanan, kemurnian sifat, keluhuran budi, kerendahan hati, kesungguhan kerja, serta integritas ilmiah dan sosial. Kode etik tersebut digunakan untuk mengatur hubungan yang baik antara dokter dengan pasien, dokter dengan dokter sejawatnya, dokter terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta dokter terhadap dirinya sendiri[5].
Bagi kalian yang bermimpi masuk FKUI, teruslah bermimpi! “Mimpinya ketinggian!” “Yakin bisa??” STOP!! Gausah kalian peduliin omongan orang lain! Selagi kalian bertekad, terus berjuang, dan tidak mudah menyerah, aku yakin kalian pasti bisa menggapai mimpi kalian! Jika kamu mendapati suatu kegagalan di tengah - tengah usahamu, percayalah “Rencana Allah lebih baik dari rencanamu!” Jika jalan yang kamu lalui berkelok - kelok, it’s okayy!! It’s okay if the road taken is different, but make sure the end of the road is same, yaitu “FKUI” (of course in your own way). Semangat untuk para pejuang FKUI!!
Akhir kata, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan jalan yang saya inginkan, orang tua saya yang senantiasa mendukung dan mendoakan yang terbaik untuk saya, kakak saya yang telah menjadikan inspirasi bagi saya untuk mengikuti jejaknya, guru - guru pengajar yang telah memberikan ilmunya yang sangat bermanfaat, serta teman - teman saya yang senantiasa hadir di kala suka dan duka. Untuk teman - temanku FKUI 2023, kita memulai yang baru sebagai satu angkatan, mari kita lulus bersama sebagai dokter yang setia mengabdi kepada masyarakat. Mari kita berjuang bersama! Bangkit Bersinergi, Setia Mengabdi, FKUI 2023 Gelora!!!
Daftar Referensi
Maudisha. Universitas Indonesia masuk jajaran top 10 universitas terbaik se-Asia Tenggara versi the wur 2023 [Internet]. Jakarta: Universitas Indonesia; 2022 Oct 13 [cited 2023 Aug 6]. Available from: https://www.ui.ac.id/universitas-indonesia-masuk-jajaran-top-10-universitas-terbaik-asia-tenggara-versi-the-wur-2023/
Humas FKUI. Keeping its world ranking, FKUI is still the best in Indonesia [Internet]. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2021 Apr 5 [cited 2023 Aug 6]. Available from : https://fk.ui.ac.id/news-2/keeping-its-world-ranking-fkui-is-still-the-best-in-indonesia.html
Setiawan PB. Buku ajar ilmu penyakit dalam [Internet]. 2nd ed. Surabaya: Airlangga University Press; 2015 [cited 2023 Aug 6]. Available from: https://books.google.co.id/books?id=BICSDwAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PR9&dq=buku+ajar+ilmu+penyakit+dalam&hl=ban&source=newbks_fb&redir_esc=y#v=onepage&q=buku%20ajar%20ilmu%20penyakit%20dalam&f=false
Siddiqui F, Malik AA. Promoting self-regulated learning skills in medical students is the need of time. J Taibah Univ Med Sci [Internet]. 2019 Jun [cited 2023 Aug 6];14(3):277–81. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31435417/
Suyono HH. Sahabat sehat : pola komunikasi ideal dan dokter dambaan pasien [Internet]. Surabaya: Airlangga University Press; 2021 [cited 2023 Aug 6]. Available from: https://www.google.co.id/books/edition/SAHABAT_SEHAT_Pola_Komunikasi_Ideal_dan/ORI3EAAAQBAJ?hl=ban&gbpv=1&dq=Sahabat+sehat+:+pola+komunikasi+ideal+dan+dokter+dambaan+pasien&pg=PA84&printsec=frontcover
Comments