top of page
  • Youtube
Search
  • Maulana Yusuf Angkasa
  • Aug 13, 2023
  • 10 min read

Narasi Perjuangan


Perkenalkan saya Maulana Yusuf Angkasa biasa dipanggil “Maulana” atau “Yusuf”. Asal sekolah SMA saya adalah SMAN 8 Jakarta. Saya masuk FKUI melalui jalur simak reguler. Pandangan saya tentang FKUI adalah salah satu Fakultas Kedokteran terbaik se Indonesia [1] dan motivasi saya masuk FKUI adalah karena menurut saya FKUI adalah wadah yang tepat bagi saya untuk belajar ilmu kedokteran serta jarak kampus yang dekat dari rumah saya.


Pertama-tama saya akan menceritakan dahulu kilas balik saya masuk FKUI dari masa saya SD. Dahulu, saya merupakan siswa yang sering sekali bermain baik setelah sepulang sekolah maupun saat jam pembelajaran. Saat sd, aku sudah diberitahu oleh ayahku bahwa “nanti kamu kalau sudah besar jadi dokter aja sup. Soalnya kalau jadi dokter itu bisa menjadi ladang pahala dan duitnya banyak”. Aku yang masih kecil yang tidak tahu menahu tentang kehidupan pun hanya mengangguk saja mengiyakan perkataan bapak ku. Pernah suatu hari aku ditanya oleh guru, kamu kenapa mau jadi dokter. “Karena bisa menolong orang bu”, jawab ku sambil tidak tahu sebenarnya jawaban asliku. SD 6 tahun alhamdulillah berhasil kujalani dengan baik walaupun sambil mempertanyakan aku nanti besar mau jadi apa ya. Cita cita yang terpikirkan olehku saat SD ada banyak mulai dari ahli sejarah, atlet, tentara hingga dokter. Masing-masing dari cita-cita tersebut, aku juga mempertanyakan pekerjaan ini nantinya melakukan apa ya. Maklum lah pemikiran anak SD yang penasaran akan segala hal.


Perjalanan SMP ku pun dimulai. Aku mulai sedikit banyak mengenal dunia yang kita tinggali ini. Makin beragam orang yang kutemui. Masa masa SMP menurut ku masa bermain main karena masih peralihan dari SD. Salah satu hal yang membuatku kaget saat di SMP adalah banyaknya siswa di satu angkatannnya. Saat SMP, aku tidak terlalu memikirkan jika nanti besar aku mau jadi apa. Isi pikiran ku hanyalah bagaimana ulangan besok, pr besok udah selesai belum ya, proker dan kegiatan ekskul mau apa aja. Sedikit sekali aku belajar full konsentrasi di kelas.


Kelas 7 merupakan masa terbaik di SMP ku karena asiknya pergaulan teman teman kelas, tim yang selalu main bareng saat jam kosong dan suasana yang mendukung. Saat kelas 8 pun aku sering tertidur di kelas karena malamnya begadang hingga jam 3-4 hanya untuk naik peringkat di permainan Mobile Legends. Selain bermain Mobile Legends, saya juga lebih sering berorganisasi dari pada belajar. Sedikit sekali saya membahas jika besar nanti mau jadi apa dikarenakan masa masa itu merupakan masa masa masih bermain menurut saya. Saat naik ke kelas 9 saya sudah mulai serius belajar UN walapun di awal semester saat kelas 9 saya masih sering juga sibuk organisasi.


Di sela-sela serius belajar UN, suatu hari guru BK memberikan tugas berupa membuat peta konsep hidup. Guru BK ku membuat kebebasan tentang apa saja yang akan kamu lakukan sejak kelas 9 sampai besar. Saat mendapat tugas seperti itu, saya merasa sedikit bingung karena sedari kecil saya sering “disetir” oleh orang tua. Akhirnya saya tetap menjawab tugas yang pertanyaaannya “buat alur hidup” dengan seadanya. Mulai dari cita-cita saat SD yang banyak, akhirnya saya tulis kembali dengan tambahan ingin menjadi pemain basket. Tetapi sembari menyusun alur hidup, saya bertanya-tanya tentang perkataaan bapak saya tentang kamu masuk kedokteran aja. Saya saat itu sedang mencari jawaban kenapa harus menjadi dokter padahal saya sangat suka sekali bermain basket. Saya tetap tidak bisa menemukan jawaban yang membuat saya yakin untuk memilih masuk kedokteran pada waktu itu. Waktu pun berjalan dan akhirnya saya masuk SMA. Alhamdulillah saya masuk di salah satu SMA favorit di Jakarta, yaitu SMAN 8 [2]. Saat masuk di SMA 8, saya aga kaget, soalnya banyak teman teman SMP saya yang alhamdulillah masuk di SMA 8 juga. Awal pertama daftar ulang SMA, saya ditemani oleh ibu saya. Saya merasa sangat senang bisa masuk ke salah satu sma favorit di Jakarta. Saat di SMA, saya menemukan teman yang lebih beragam lagi daripada saat smp. Mulai dari ada yang ngekost di samping SMA nya hingga ada yang rela pulang pergi diantar supir dari Tangerang.


Sma kelas 10 ku dimulai dengan form pernyataan pemilihan peminatan jadwal pelajaran. Terdapat peminatan Informatika, Ekonomi, Bahasa Inggris, Bahasa Jerman, dan Sosiologi. Aku akhirnya memantapkan diri untuk mengambil peminatan Informatika. Di kelas Informatika ini, aku menemukan sebuah keanehan tersendiri setelah melihat kelas lain selain kelas ku. Ternyata memang kelas peminatan informatika yang siswinya dikit sekali. Hanya ada 9 siswi dari 37 siswa yang ada di kelas ku. Ini menjadikan kelasku seperti kelas STM yang isinya laki laki semua.


Di masa kelas 10 ini materi sekolah yang paling susah menurutku awalnya kimia karena itu pertama kali saya menemukan kimia ada hitung-hitungannnya. Selama sekolah online ini saya mengalami banyak hal hal baru. Seperti perasaan sepi yang tiba-tiba muncul, perasaan bingung akan keadaan, senang karena online terus dan masih banyak lagi perasaan yang campur aduk di pertengahan masa di SMA, yaitu masa kelas 11. Saya juga memulai banyak hal baru, seperti rutin berolahraga, mengikuti bootcamp yang jangka waktunya 6 bulan bersama teman saya secara online, membuat proker online yang mana tidak pernah terpikirkan oleh saya saat itu bagaimana caranya membuat perlombaan secara online dan masih banyak lagi yang saya lakukan untuk mencoba hal baru. Berangkat dari hal itu saya sudah mulai penasaran apa sih yang saya mau tekuni ketika saya lulus nanti, apakah lempeng mengikuti kata orang tua atau mencoba hal lain saat berkuliah.


Saya mulai mencari tahu apa itu IT, saham, kesehatan mental, dan semua hal saya cari tahu yang menurut saya menarik. Saya juga penasaran dengan dunia olahraga atletik dan basket, mulai dari mekanika yang benar saat lari sprint hingga cara membuat lompatan menjadi lebih tinggi. Saya merasa bersyukur pernah berada di fase ini karena saya menjadi lebih banyak mendapat info-info mengenai apa sih jurusan yang sebenarnya cocok buat saya.


Sampai di suatu saat, ketika saya sedang berolahraga lutut saya mengalami keanehan, seperti sakit saat digerakkan. Awalnya saya kira ini hal biasa karena saya pernah mengalami ini sebelumnya dan alhamdulillah sembuh sekitar sebulan setelah saya melakukan rest dari olahraga. Selang beberapa waktu lama, saya mengalaminya lagi dan kali ini lebih parah, dikarenakan sudah tidak tahan dengan sakitnya, akhirnya saya meminta ibu saya untuk pergi ke rumah sakit dan mengecek ada apa ini sebenarnya dengan lutut saya. Setelah ke dokter tulang saya diberitahu bahwa lutut saya mengalami strain.


Dari situ saya kesal dan depresi dengan keadaan karena sepertinya saya tidak bisa berolahraga lagi. Kemudian ibu saya mengajak ke dokter olahraga untuk membantu setidaknya meminimalkan atau menguatkan area di sekitar tulangnya. Setelah kejadian yang saya alami, saya mulai berfikir, ada benarnya juga ya orang tua saya menyuruh saya masuk ke kedokteran. Disamping menyembuhkan orang, seperti ada rasa ketertarikan yang tinggi tetapi tidak bisa saya ungkapkan. Lebih ke arah perasaan ingin menolong agar orang lain agar tidak mengalami kejadian yang sama seperti saya atau menemukan cara untuk menyembuhkan lutut saya ini.


Selang beberapa waktu setelah kejadian itu, tibalah saya di Penghujung sekolah menengah saya, yaitu kelas 12 SMA. Saat kelas 12 semester awal, saya masih bingung sekali kemana saya akan melanjutkan setelah lulus sma. Alhamdulillah waktu itu sekolah saya mempunyai program yang mana mengundang orang orang dari berbagai universitas dalam negarei atau pun luar negeri seria beberapa sekolah kedinasan seperti Akmil dan Akpol. Selain mengundang orang untuk mempromosikan perguruan tingginya, sekolah saya juga mengundang beberapa ahli yang dalam bidang pekerjaannya, seperti yang sudah menjadi psikolog, tentara, dokter dan masih banyak lainnnya.


Dari acara tersebut, saya mendapatkan banyak sekali informasi tentang hal apa saja yang bisa saya lakukan ketika saya sudah lulus sma. Selain dari acara sekolah, tiap tahunnya sekolah kami selalu mengundang para alumni yang telah lulus di berbagai PTN dalam negeri untuk memberikan pengalaman belajarnya selama masa persiapan menuju PTN dan setelah diterima di PTN impian. Walaupun telah banyak sekali informasi yang saya dapatkan, saya masih ragu tentang pilihan saya saat UTBK nanti. Sering kali saya berdebat dengan bapak saya tentang jurusan yang nantinya akan saya pilih. Bapak saya menginginkan saya masuk di jurusan kedokteran, tetapi batin saya tidak mau. Seperti ada alasan yang kurang tepat bagi saya untuk masuk ke kedokteran.


Pada akhirnya saya tetap menurut bapak saya untuk masuk ke jurusan kedokteran karena saya tidak punya jawaban ketika saya ditanya “memangnya kamu mau di jurusan apa nanti kuliah,” oleh bapak saya. 90 hari menjelang UTBK saya masih dihadapkan dengan ujian praktik. Saat itu, saya tidak terlalu peduli tentang UTBK karena waktu itu saya masih seorang siswa yang malas sekali belajar padahal setiap nilai try out saya belum mencukupi nilai prediksi masuk FKUI. Hari demi hari saya lewati dengan makin banyak bermain tiktok dibanding belajar.


Tibalah sebulan sebelum utbk. Saya makin panik karena banyak sekali materi yang belum saya matangkan terutama di materi Fisika dan Matematika. Saya kebut pelajaran Fisika dan Matematika sambil tetap fokus walaupun saya sering tidak paham apa yang sedang di bahas di aplikasi Zenius dan Youtube.


Tibalah hari UTBK, saya kebagian jadwal di sesi siang di Vokasi UI. Sehari sebelum UTBK, saya mengebut menghafal pelajaran biologi. Saya lakukan itu mulai dari jam 9 malam hingga pagi menjelang Shubuh. Saya tau ini adalah hal yang kurang pantas untuk dilakukan. Alhasil paginya saat di perjalanan saya mengantuk parah dan meminum decolgen untuk menghilangkan rasa sakit di kepala.


Sesampainya di lokasi ujian, saya juga masih merasa “kurang” di materi biologi, alhasil saya membuka catatan saya secara diam-diam tanpa sepengetahuan orang tua saya. Hal yang paling melegakan adalah ketika selesai ujian. Saya merasa sangat “plong” sehabis ujian. Ada perasaan yang campur aduk antara senang dan sedih. Senang karena sudah selesai utbk dan sedih karena kurang maksimal dalam persiapan utbknya.


Hari demi hari saya lewati untuk menunggu pengumuman UTBK sembari makan, tidur, dan nonton setiap harinya. Hari pengumuman UTBK tiba dan saya sengaja tidak melihat hasilnya pas jam 3. Saya menunggu shalat dulu di masjid dan pulang aga lamaan agar hati saya tenang dahulu. Sesampainya saya di rumah, orang tua saya memberitahu bahwa saya tidak diterima manapun di UTBK. Saya tidak sedih karena saya tahu usaha saya kurang maksimal saat persiapan UTBK.


Keesokan harinya saya langsung belajar dengan tekun dan rajin di materi Kimia, Biologi, dan Bahasa karena itu yang saya kuasai. Saya aga sedikit menikmati waktu-waktu ketika ujian mandiri di luar kota, yaitu UGM dan UNAIR. Saya merasa seperti sedang jalan-jalan padahal tau waktu itu tujuan saya untuk ujian mandiri bukan jalan-jalan. Sekitar lebih 5 universitas saya mendaftar, hanya di terima 1, yaitu dipilihan Matematika Universitas Brawijaya. Perasaan saya saat menerima pengumuman selamat itu saya merasa bingung. Bingung karena akan kuliah dan bingung kok bisa keterima. Padahal niat saya awal adalah untuk gap year tapi mungkin ALLAH berkehendak lain.


Akhirnya saya jalani dulu perkuliahan di UB. Saya merasa sangat excited untuk berkuliah. saya mulai memikirkan bagaimana kuliah di UB, mulai dari suasana kotanya, teman temannnya, makanannya dan masih banyak lagi. Saya juga merasa aga sedih karena harus meninggalkan Jakarta untuk pergi ke malang. Saya menjalani perkuliahan di UB hanya 1 semester, semester 2 saya mengajukan cuti untuk belajar persiapan SNBT.


Saya sangat menikmati ketika masa-masa berkuliah di Malang. Saya mendapat teman baru, lingkungan baru, bertemu orang baru yang sangat ramah, dan berbagai pengalaman hidup lainnnya. Saya sangat bersyukur pernah berkuliah di UB, setidaknya itu mengajarkan saya satu hal tentang ada orang tua yang mesti saya tidak boleh buat kecewa dengan saya berkuliah di UB.


Di UB saya akhirnya menemukan alasan yang sangat kuat mengapa saya harus kuliah di kedokteran, yaitu saya ingin menolong orang. Alasan ini saya dapatkan ketika saya bertemu dengan makin banyak orang yang beragam dengan berbagai macam latar belakang. Saya makin yakin ketika setidaknya saya menjadi dokter, saya bisa membantu orang orang yang kesulitan dalam hal ekonomi untuk berobat.


Setelah saya mengajukan cuti di UB, saya memutuskan untuk mendaftar di INTEN. Awalnya saya aga sedikit takut karena harus memulai dari awal lagi, seperti berkenalan dengan orang baru, basa basi perkenalan dan sebegainya. Akan tetapi pikiran itu saya hilang ketika saya berkenalan dengan teman teman baru di Inten. Orang-orang di Inten sangat suportif semua, mulai dari teman-teman, guru-guru, dan bahkan juga admin administrasi nya. Saya merasakan kehangatan ketika belajar di Inten. Tentunya saya menulis ini bukan untuk promosi tetapi karena memang saya mendapatkan pengalaman yang seperti itu di Inten. Teman-teman saya di Inten sangat suportif dan semangat dalam belajar, mulai dari berdiskusi, mengerjakan progress hingga mengerjakan kuis yang diberikan oleh guru.


Hal itulah yang mendorong saya untuk belajar lebih giat dan rajin karena terdorong dari lingkungan juga. Banyak sekali teman-teman saya yang mengincar kedokteran juga, tetapi saya sama sekali tidak merasakan persaingan yang tidak sehat disitu. Justru saya malah makin semangat dalam belajar. Setelah saya lama belajar di inten, akhirnya jadwal SNBT saya tiba. Saya mengikuti SNBT di sesi siang yang bertempat di FIK UI.


Saya merasa lebih siap dibanding tahun lalu karena saya merasa telah banyak belajar di inten. Saat pengerjaan, saya mengalami panik yang bisa dibilang kondisi sangat panik saat materi yang diujikan adalah Pengetahuan Kuantitatif. Saat mengerjakan materi itu saya tidak bisa fokus dan dan menjawab pertanyaan dengan lancar. Akan tetapi, Saya diberitahu sebelumnya oleh pengawas ujian “bahwa setiap sesinya akan diberikan waktu 30 detik, kalian banyak-banyak lah bersyukur,” kata pengawasnya. Akhirnya saya gunakan waktu 30 detik di tiap akhir subtes untuk bersyukur kepada ALLAH. Perasaan “plong” dan lega setelah keluar serta perasaan takut menghampiri saya. Walaupun saya mengalami perasaan yang campur aduk tetapi saya telah merasa lega karena telah menyelesaikan SNBT.


Setelah SNBT saya mengikuti persiapan mandiri di Inten sambil berharap nilai SNBT nya bagus. Saat pengumuman SNBT saya merasa kecewa dan sedih karena belum lolos. Akhirnya saya ditenangkan oleh orang tua saya dan kaka saya untuk jangan menyerah. Setelah hampir seharian menangis, besoknya saya belajar lagi di Inten. Masih banyak teman teman saya yang berjuang untuk mendapatkan PTN. Saya dan teman-teman saya mulai saling menguatkan satu sama lain walaupun dalam keadaan bersedih bersama. Saya telah mendaftar ujian mandiri di banyak tempat. Alhamdulillah akhirnya saya diterima di FKUI. Saya sangat bersyukur sekali bisa masuk FKUI. Perasaan awal saya saat diterima FKUI adalah bingung dan kaget karena tidak menyangka bisa masuk di FKUI ini.


Saya berkomitmen bahwa setelah saya diterima di FKUI ini saya bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi kedepannnya dan dapat membanggakan orang tua saya dengan apa yang saya raih selama berkuliah di FKUI ini. Harapan saya terhadap diri sendiri adalah dapat lebih bertanggung jawab terhadap apa yang telah diberikan kepada saya, dapat mengatur manajemen waktu dengan baik, dan dapat teman-teman yang baik serta suportif selama saya berkuliah di FKUI. Harapan saya untuk FKUI angkatan 2023 adalah agar tetap supaya kompak, membantu teman-temannya yang mengalami kesusahan, dan bisa lulus bersama sebagai dokter lulusan FKUI.


Dokter ideal menurut saya adalah dokter yang bisa beradaptasi dengan memanfaatkan teknologi [3] yang ada, jujur [4], serta tegas [5] agar tidak dipermainkan oleh sekelompok orang. Rencana jangka pendek saya selama masa preklinik adalah saya dapat mengeksplor dan mengembangkan diri saya dalam banyak hal, tidak hanya terpaku di bidang kedokteran saja. Cara saya mencapainya adalah dengan mengikuti UKM film, basket, Amsa/TBM, dan kepanitiaan lainnya. Tentunya saya tidak melakukan itu semua dalam 1 tahun yang berbarengan, menyesuaikan kondisi saya.


Saya juga mempunyai rencana bahwa saya tidak ingin ada satupun mata kuliah yang mengulang. Cara saya melakukannnya belum terpikirkan hal yang matang, cuman yang pasti dalam perjalannnya saya ingin belajar secara tepat. Untuk rencana jangka panjang saya, saya ingin menjadi dokter yang bisa mengabdi di daerah pedalaman atau perbatasan. Cara saya melakukannnya adalah dengan mengikuti program kemenkes “Nusantara Sehat”. Harapan saya untuk masyarakat setempat dengan dikirimnya saya ke daerah pedalaman atau perbatasan pola hidup serta perilaku masyarakat tersebut dapat berubah menjadi lebih baik lagi.


Pesan saya untuk adik-adik yang mau masuk FKUI, tentukanlah dari sekarang apa yang sebenarnya kalian inginkan. Tidak perlu terburu buru dalam menentukannnya serta nikmati setiap proses pencariannnya dan jangan lupa untuk selalu tekun belajar.




Refrensi

  1. 75 best medical schools in Indonesia [Internet]. World : Edu Rank; [update 2023]; cited 2023 Aug 12. Available from: https://edurank.org/medicine/id/

  2. Badrun. Daftar Peringkat SMA Terbaik DKI Jakarta tahun 2019 [Internet]. Jakarta : K-BLOG ; 2019 Jun 18 ; cited 2023 Aug 12. Available from:https://blog.kartunmania.com/2019/06/daftar-peringkat-sma-terbaik-dki-jakarta-tahun-2019/

  3. Presiden Republik Indonesia. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2023 Tentang Kesehatan. Jakarta : Kementrian Sekretariat Negara; 2023. 300 halaman. Report No : Pasal 25 ayat 2

  4. Presiden Republik Indonesia. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2023 Tentang Kesehatan. Jakarta : Kementrian Sekretariat Negara; 2023. 300 halaman. Report No : Pasal 283 ayat 2

  5. Presiden Republik Indonesia. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2023 Tentang Kesehatan. Jakarta : Kementrian Sekretariat Negara; 2023. 300 halaman. Report No : Pasal 273 ayat 2



 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

Comments


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page