top of page
  • Youtube
Search
  • Maro Mugisa
  • Aug 12, 2023
  • 8 min read

Updated: Aug 13, 2023

Narasi Perjuangan


Halo! Perkenalkan, nama saya Maro Mugisa. Orang-orang biasa menyapa saya dengan panggilan Maro. Saya berasal dari SMAN 1 Banjarmasin yang bisa dibilang sebagai salah satu sekolah favorit di kota asal saya, Kota Banjarmasin. Pada tanggal 20 Juni 2023, saya diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Kelas Reguler 2023 melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT).


Sejak kecil, ketika ditanya ingin menjadi apa, saya selalu menjawab, “Aku mau jadi dokter!”. Namun, saat ditanya alasannya, saya masih belum bisa menjawab. Pada saat itu, pandangan saya terhadap seorang dokter adalah sosok yang keren dan bisa menyelamatkan nyawa orang. Meskipun begitu, tidak jarang juga saya menganggap dokter sebagai sosok yang menakutkan. Hal tersebut tentunya disebabkan oleh pemikiran saya yang masih belum dewasa dan juga beberapa pengalaman yang tidak enak saat saya datang ke dokter. Namun, satu pengalaman yang pernah saya alami ini mengubah semua pandangan negatif saya terhadap seorang dokter.


Pada saat saya masih duduk di kelas lima SD, saya diharuskan untuk dirawat di rumah sakit dan menjalani prosedur operasi. Tentunya, bagi anak yang masih berumur sepuluh tahun, mendengar kata “operasi” membuat saya ketakutan. Namun, dokter yang mengoperasi dapat menenangkan dan memberikan saya keberanian untuk melakukan prosedur tersebut. Pada saat itu, saya menyadari bahwa seorang dokter tidak hanya sosok yang menyelamatkan nyawa orang dengan tindakan operasi, tetapi juga sosok yang memberikan ketenangan kepada pasiennya sehingga ia percaya kepada dokter tersebut.


Selain itu, ketertarikan saya terhadap ilmu sains, khususnya ilmu medis, juga membuat saya ingin menjadi dokter. Sejak ditemukan, ilmu medis telah mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Bahkan, sampai sekarang ilmu medis akan terus berkembang. Oleh karena itu, saya ingin menjadi dokter yang tidak hanya mengabdi kepada masyarakat dengan membantu secara langsung, tetapi juga dengan melakukan riset yang bisa membuat ilmu medis semakin berkembang.


Bagi saya, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) merupakan sekolah kedokteran terbaik di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dalam hasil survei QS World University Ranking yang menyatakan bahwa FKUI merupakan fakultas kedokteran terbaik di Indonesia.[1] Saya juga percaya bahwa FKUI merupakan wadah yang tepat untuk mengembangkan potensi yang ada di dalam diri saya, baik untuk menjadi dokter yang dapat membantu masyarakat Indonesia nantinya, maupun untuk menjadi pribadi yang berkarakter positif. Maka, menjadi bagian dari fakultas yang setiap tahunnya selalu berhasil melahirkan dokter-dokter terbaik di Indonesia merupakan salah satu impian terbesar saya.


Motivasi saya untuk menjadi bagian dari FKUI juga tak terlepas dari ketiadaannya sosok dokter di keluarga inti saya. Bahkan, tak ada seorang pun di keluarga saya yang bekerja atau melanjutkan studi di bidang saintek. Hal itu membuat saya termotivasi untuk menjadi dokter pertama di keluarga inti saya. Selain itu, tentunya keinginan untuk belajar di fakultas kedokteran terbaik di Indonesia juga membuat saya ingin menjadi bagian dari FKUI.


Saya tahu jalan saya memang tidak mudah. Ada banyak rintangan yang harus saya hadapi demi masuk ke fakultas impian. Terlebih, saya berasal dari Pulau Kalimantan. Jarang sekali ada siswa dari Pulau Kalimantan yang berhasil masuk ke FKUI. Di sekolah saya pun masih belum ada siswa yang berhasil masuk ke FKUI. Hal tersebut juga memotivasi saya untuk bergabung ke fakultas kedokteran terbaik se-Indonesia ini.


Selanjutnya, saya akan menceritakan sedikit dari perjalanan hidup saya. Semasa SD, saya merupakan siswa yang cukup aktif secara akademis. Bisa dibilang saya merupakan orang yang ambisius. Saat jam pelajaran, tentunya saya selalu berusaha memerhatikan pelajaran dan juga mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik. Hasilnya, saya selalu mendapatkan nilai memuaskan dan tidak pernah keluar dari peringkat 3 besar kelas.


Tibalah kelas 6, tahun terakhir saya di sekolah dasar. Pada waktu itu, para siswa mulai menyiapkan diri untuk Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) 2018. Tentunya guru-guru juga mendorong anak-anak didiknya untuk mulai belajar. Demi mempersiapkan muridnya untuk USBN, sekolah saya melaksanakan program pembinaan, program tambahan belajar satu hari di hari Sabtu. Bagi seorang anak yang dari hari Senin–Jum’at harus belajar fullday di sekolah, akan sangat melelahkan bila waktu belajar di sekolah ditambah satu hari lagi. Namun, saya selalu berusaha untuk mengikuti semua kegiatan pembelajaran agar nilai USBN saya bisa maksimal.


Tantangan lain pun muncul. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menetapkan kebijakan baru terkait sistem ujian akhir jenjang sekolah dasar. Bentuk soal ujian akhir yang semulanya seratus persen pilihan ganda, berubah dengan disertakannya soal esai sebanyak sepuluh persen dari jumlah soal. Hal tersebut merupakan tantangan besar baik menurut guru-guru, maupun menurut siswa-siswa. Hal ini disebabkan persiapan ujian yang selama ini kami lakukan hanyalah untuk soal berbentuk pilihan ganda. Lalu, kami pun mulai menyertakan soal-soal berbentuk esai dalam program persiapan USBN kami.


Selama proses persiapan USBN, saya selalu mendapat hasil bagus baik dalam evaluasi program pembinaan yang dilaksanakan setiap akhir bulan, maupun dalam tryout yang dilaksanakan oleh pemerintah setempat. Terlena oleh hasil yang telah didapat, saya mulai menyepelekan ujian akhir. Saya tidak segiat sebelumnya dalam belajar. Akhirnya, ketika hari ujian tiba, saya tidak bisa mengerjakan soal ujian dengan baik. Hasil ujian yang didapat juga tidak memuaskan. Dari pengalaman tersebut, saya belajar untuk tidak meremehkan sesuatu hanya karena hasil sementara yang memuaskan.


Perjalanan saya dilanjutkan ke masa sekolah menengah pertama. Saya berhasil bersekolah di salah satu SMP favorit di Banjarmasin, SMPN 1 Banjarmasin. Pada masa awal sekolah, saya kesulitan beradaptasi dengan lingkungannya. Atmosfer dan teman-teman baru membuat saya tidak betah di sekolah tersebut. Namun, seiring berjalannya waktu, saya berusaha untuk lebih membuka diri kepada teman-teman baru saya. Pada akhirnya, saya bisa mendapat sahabat baik di sana.


Pada masa SMP, saya masih menjadi siswa yang aktif dalam hal akademis. Namun, berbeda dengan masa SD, saya mulai berpartisipasi dalam lomba-lomba, khususnya lomba matematika. Pada masa ini juga, saya mengikuti program akselerasi, Peserta Didik Cerdas Istimewa (PDCI), sehingga saya bisa menempuh masa SMP dengan waktu hanya dua tahun. Sebagai PDCI, saya dan teman-teman saya diharapkan untuk lulus dengan nilai Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) yang memuaskan. Lalu, beberapa minggu sebelum hari UNBK, wabah Covid-19 datang melanda. Kedatangan wabah tersebut membuat masa SMP saya semakin singkat. Masa akhir-akhir SMP pun tidak bisa saya nikmati bersama teman-teman saya. Namun, di sisi lain saya sedikit lega karena UNBK dibatalkan. Kegagalan USBN SD masih membekas di hati saya.


Tantangan baru pun muncul ketika masa sekolah menengah atas saya dimulai. Kali ini, alhamdulillah, saya juga berhasil bersekolah di salah satu sekolah favorit di kota saya, SMAN 1 Banjarmasin. Masa awal SMA harus saya hadapi dengan sistem belajar baru, pembelajaran secara jarak jauh (online). SE Sesjen Nomor 15 Tahun 2020 mengharuskan para siswa agar belajar dari rumah untuk mencegah penyebaran Covid-19.[2] Terbiasa menerima pelajaran secara langsung membuat saya sulit untuk beradaptasi dengan sistem belajar ini. Kadang, ada guru yang tidak menjelaskan materi yang dipelajari. Bahkan, ada juga guru yang langsung memberi tugas tanpa memberi materi. Hal tersebut membuat saya terkadang harus belajar memahami materi tersebut sendiri.


Namun, sistem belajar baru tersebut tak menghambat saya untuk berkompetisi, salah satunya di Kompetisi Sains Nasional (KSN) yang diselenggarakan oleh Puspresnas. Saya memutuskan untuk mengikuti KSN Bidang Kimia Tahun 2021. Seiring banyak mempelajari kimia, ilmu ini menjadi pelajaran favorit saya pada masa SMA. Pada akhirnya, saya berhasil menjadi Juara 1 KSN-Provinsi Kalimantan Selatan Bidang Kimia Tahun 2021. Saya juga berhasil lolos ke tingkat nasional, meskipun gagal meraih medali. Sayangnya, KSN 2021 masih diselenggarakan secara online sehingga hawa pertandingannya tidak terasa.


Saya terus belajar dengan giat sehingga saya bisa masuk kuota eligible SNMPTN nanti. Namun, pada akhir tahun 2022, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melakukan transformasi seleksi nasional perguruan tinggi negeri (PTN).[3] Awalnya, SNMPTN yang hanya menggunakan nilai mata pelajaran tertentu sebagai alat ukur diganti menjadi Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) yang menggunakan nilai semua mata pelajaran.[3] Begitu pula dengan SBMPTN yang awalnya terdapat tes mata pelajaran diganti menjadi Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) yang berfokus pada kemampuan penalaran dan pemecahan masalah.[3] Meskipun begitu, pada akhirnya, saya berhasil masuk kuota eligible SNBP.


Di sela-sela pendaftaran SNBP, saya memutuskan untuk mengikuti Seleksi Talent Scouting Universitas Indonesia. Tidak disangka-sangka, saya berhasil lolos ke seleksi wawancara. Namun, ternyata kedua hasil seleksi tersebut masih belum memuaskan. Saya ditolak di kedua seleksi tersebut.


Dua penolakan tidak membuat saya menyerah. Saya lanjut les intensif persiapan SNBT. Les intensif sangat menguras saya baik secara mental, maupun fisik. Keluarga saya terus memberi semangat kepada saya. Tentunya, saya terus berdo’a kepada Allah SWT untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Perjuangan kali ini berbuah manis. Saya berhasil lolos di FKUI.


Sebelum saya masuk ke FKUI, saya adalah orang yang pasif dan terlalu mementingkan akademik, sehingga saya berkomitmen untuk bisa menyeimbangkan kegiatan di bidang akademik dan non akademik. Saya juga berkomitmen untuk bisa memanajemen waktu saya dengan lebih teratur. Tentunya, saya juga berkomitmen untuk membangun relasi dengan teman-teman baru dari daerah yang berbeda-beda, sehingga selain mendapat teman, saya juga bisa mengenal kebudayaan daerah mereka.


Harapan saya adalah saya bisa menjadi pribadi yang bisa memberikan manfaat positif, baik bagi kampus, maupun teman-teman saya nantinya. Harapan saya untuk teman-teman FKUI angkatan 2023, Gelora, adalah bisa menjadi angkatan yang solid. Semoga kita bisa saling bahu-membahu ketika ada teman yang kesulitan. Tentunya, saya berharap agar kita semua dapat lulus dan menjadi dokter ideal yang bermanfaat bagi masyarakat nantinya.


Ada beberapa karakteristik yang membuat seorang dokter ideal. Pertama, seorang dokter harus memiliki pengetahuan yang memadai agar dapat dikatakan ideal.[4] Lalu, seorang dokter juga harus memiliki komunikasi yang baik, baik kepada pasien, sesama dokter, maupun kepada senior.[4] Berikutnya, rasa empati yang tinggi juga harus dimiliki oleh seorang dokter.[4] Selain itu, seorang dokter harus memiliki motivasi untuk bisa berkembang menjadi dokter yang lebih baik.[4] Dengan karakter tersebut, seorang dokter diharapkan dapat berkontribusi dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat luas.


Rencana jangka pendek saya selama menempuh pendidikan pre-klinik di FKUI adalah menyeimbangkan antara kehidupan sosial dan kehidupan akademis, mampu mendapat nilai tinggi, dan membangun relasi. Rencana tersebut dapat saya capai dengan membuat skala prioritas terkait apa yang harus dilakukan, belajar dengan sungguh-sungguh, dan aktif dalam kegiatan kepanitiaan dan organisasi. Terkait ketertarikan saya pada ilmu medis, saya juga berencana untuk aktif dalam bidang riset dan penelitian ilmu medis. Salah satu cara saya agar bisa mencapai hal tersebut adalah bergabung dalam Lembaga Penelitian dan Pengkajian (LPP) FKUI. LPP FKUI adalah organisasi kemahasiswaan di FKUI yang berfokus pada aktivitas di bidang riset dan penelitian ilmu pengetahuan, khususnya ilmu medis.[5] Rencana jangka panjang saya saat pendidikan klinik adalah mampu mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah saya dapatkan di pendidikan pre-klinik. Saya juga berencana untuk belajar dari senior-senior yang lebih berpengalaman. Untuk sekarang, saya masih belum memutuskan bidang spesialis apa yang akan saya ambil. Seiring mempelajari ilmu-ilmu kedokteran, saya berharap agar bisa menemukan ketertarikan pada salah satu bidang spesialis.


Harapan saya bagi masyarakat Indonesia adalah agar dapat menyaring informasi terkait dunia kesehatan dengan baik dan benar sehingga tidak mudah terjerumus oleh hoaks-hoaks yang beredar. Selain itu, saya berharap masyarakat dapat percaya dan tidak bersikap skeptis terhadap tenaga-tenaga kesehatan. Tentunya, hal tersebut tidak bisa dicapai jika tidak ada edukasi masyarakat terkait kesehatan.


Sedikit pesan singkat kepada adik-adik calon mahasiswa baru FKUI angkatan 2024. Kalian mungkin akan merasakan masa-masa di mana kalian berada di titik terbawah perjuangan kalian. Namun, ingatlah kembali tujuan kalian berjuang. Saya percaya akan datang secercah cahaya untuk bisa bangkit dari masa itu. Selain itu, jangan lupa ada teman, orang tua, dan juga Tuhan yang selalu mendukung kalian. Saya tunggu kedatangan kalian, ya!


Daftar Pustaka


  1. Hafidz. UI masuk 300 besar versi qs world university ranking [Internet]. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2023 Jun 10 [cited 2023 Aug 4]. Available from: https://www.ui.ac.id/ui-masuk-300-besar-dunia-versi-qs-world-universty-ranking/

  2. Sekretaris Jenderal. Pedoman penyelenggaraan belajar dari rumah dalam masa darurat penyebaran corona virus disease (covid-19). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia; 2020. 20 halaman. Report No.:15 tahun 2020.

  3. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Penerimaan mahasiswa baru program diploma dan program sarjana pada perguruan tinggi negeri. Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia; 2022. 12 halaman. Report No.: 48 tahun 2022.

  4. Khawar A, Frederiks F, Nasori M, Mak M, Visser M, Etten-Jamaludin F, et al. What are the characteristics of excellent physicians and residents in the clinical workplace? A systematic review. BMJ Open [Internet]. 2022 Sep 19 [cited 2023 Aug 8];12(9):8. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9490566/#s4title. doi: 10.1136.bmjopen-2022-065333.

  5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Profil kemahasiswaan [Internet]. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2022 [cited 2023 Aug 8]. Available from: https://fk.ui.ac.id/profil-kemahasiswaan-2.html

 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

Comments


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page