top of page
  • Youtube
Search
  • Madelyn Angela Gunawan
  • Aug 12, 2023
  • 11 min read

Updated: Aug 13, 2023

Narasi Perjuangan


Bagi saya, dokter telah berjasa dalam hidup saya sejak pertama kali membuka mata. Sekitar 17 tahun lalu, di Jakarta, ibu saya mempertaruhkan hidup dan matinya untuk melahirkan saya dengan bantuan dokter. Peran dokter ini mengingatkan saya pada ucapan seorang dokter ortopedi bernama William R. Francis. Beliau berkata, “Walaupun perjalanan tampak panjang dan sulit pada awalnya dengan ketekunan dan dedikasi, pada akhirnya imbalannya bertahan seumur hidup.” Dari ungkapan tersebut, saya dapat menangkap bahwa dokter harus melalui perjalanan yang panjang agar bisa menolong, mengobati, dan menyelamatkan orang lain. Hal tersebut membuat saya sadar bahwa perjalanan menjadi seorang dokter bukanlah langkah yang singkat dan mudah.

Hai semua! Perkenalkan nama saya Madelyn Angela Gunawan dan biasa dipanggil Madelyn. Saya lahir di Jakarta, pada tanggal 30 November 2005. Sebelum saya bergabung di keluarga besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Angkatan 2023, saya menempuh pendidikan saya di Sekolah Kristen Ipeka Puri Indah yang terletak di Jakarta Barat. Puji Tuhan, dengan berkat dan kasih karunia-Nya, saya dapat melanjutkan pendidikan tinggi saya di Universitas Indonesia dengan jurusan Kedokteran Kelas Khusus Internasional (KKI) pada tahun 2023. Dengan doa orang tua dan bantuan dari teman-teman, saya berhasil mendapatkan Universitas Indonesia, sebagai kampus Impian saya melalui jalur SIMAK KKI pada bulan Juni-Juli 2023.

Di benak saya, mendengar kata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) membuat saya ingin melontarkan kata ‘hebat” ataupun “pintar” karena memang saya tahu sejak dulu bahwa menembus masuk FKUI bukanlah perjalanan yang mudah dan bukan membutuhkan sedikit tenaga ataupun waktu.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan fakultas tertua dan terbaik yang ada di Indonesia. Di mata saya, FKUI adalah sebuah universitas yang berkualitas dengan tenaga pendidik, sarana dan prasarana, serta hal-hal lainnya. Bahkan FKUI juga melahirkan dokter-dokter yang hebat. Hal ini terbukti dari banyaknya hasil riset atau penemuan serta kegiatan sosial yang dilahirkan oleh FKUI. Salah satu penemuan yang dihasilkan oleh FKUI adalah metode terbaru untuk deteksi dini kanker paru1. dr. Achmad Hudoyo, SpP (K) merupakan staf pengajar Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI-RSUP Persahabatan menemukan alat pendeteksi dini kanker paru untuk Masyarakat Indonesia. Bahkan beliau beserta tim penelitinya sudah merancang sedemikian rupa agar pendeteksi dini kanker paru ini dapat dimanfaatkan oleh Masyarakat yang berada di pedalaman dengan harga yang terjangkau. Penggunaannya pun juga tidak sulit. Selain peran dr. Achmad Hudoyo, SpP (K) yang saya kagumi, kekaguman saya terhadap sosok dokter juga semakin kuat ketika saya membaca sebuah artikel mengenai sosok dokter yang berasal dari lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang mengabdikan diri di daerah tapal batas, seperti Papua dan daerah-daerah perbatasan lainnya2. Salah satu dokter yang mengikuti kegiatan ini adalah dr. Nadia Amani yang bertugas sebagai dokter umum di Puskesmas Kabare, Raja Ampat.

Dokter merupakan sebuah profesi yang jauh dari latar belakang keluarga saya. Namun, saya ingin menjadi dokter pertama yang berada di dalam keluarga besar saya karena menurut saya tenaga kesehatan terutama dokter dibutuhkan untuk masyarakat maupun untuk keluarga saya. Sejak saat itu, tepatnya saat saya berada di bangku SMP kelas 9, saya ingin melanjutkan pendidikan saya di FKUI. Tidak jarang mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan bahwa menjadi dokter sangatlah lama, susah, dan membutuhkan banyak biaya. Apalagi jika ingin masuk di Universitas Indonesia. Namun dengan tekad dan niat saya, saya akan berjuang sekeras mungkin agar dapat belajar dan menjadi bagian di FKUI.

Keinginan menjadi seorang dokter bertambah dan mulai berapi-api untuk belajar lebih giat agar menjadi mahasiswa di FKUI saat saya mendengar kabar buruk. Pada 2020, saya semakin sadar bahwa peran dokter sangat penting bagi masyarakat. Berawal dari pandemi Covid-19, saya bisa melihat dokter merealisasikan sumpah profesinya untuk mengabdikan diri pada masyarakat: mereka berani mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan nyawa pasien dan memulihkan keadaan dari pandemi. Pada tahun yang sama, keluarga kami harus mendapatkan berita yang tidak mengenakkan di tengah carut-marut pandemi Covid-19: Ayah saya didiagnosis menderita kanker kandung kemih. Akan tetapi, berkat bantuan dokter yang luar biasa, yaitu dr. Heri Tiera, Sp.U, ayah saya dapat bangkit dan melawan kankernya. Akan tetapi, 1 tahun kemudian, tepatnya pada 2021, keluarga kami harus mendapatkan kabar tidak mengenakkan kembali— ibu saya didiagnosis mengalami skoliosis berat dengan tingkat kelengkungan mencapai 60 derajat. Akan tetapi, berkat kuasa Tuhan, melalui dokter dr. Didik Librianto, Sp.OT (K), kelengkungan tulang ibu saya dapat diperbaiki. Pengalaman ini membuat saya semakin menghargai kesehatan dan berusaha untuk melindungi orang di sekitar saya.

Tentunya mendapatkan FKUI sebagai kampus saya untuk 5 hingga 6 tahun kedepan bukanlah hal yang mudah untuk dicapai. Ada banyak sekali rintangan yang harus saya lewati hari demi hari. Berawal dari Sekolah Dasar (SD), saya memiliki nilai yang buruk terutama pada Pelajaran IPA dan juga matematika. Hal itu terjadi karena saya jarang belajar dan ingin terus bermain. Saat itu saya juga bukanlah orang yang mudah bergaul atau bahkan memiliki banyak teman. Namun setelah saya naik kelas ke Sekolah Menengah Pertama (SMP), saya berubah sedikit demi sedikit. Mulai kelas 7, saya membuka diri untuk berteman dengan siapapun. Namun secara akademis, nilai saya pun masih kurang karena memang saya tidak rajin belajar. Ditambah lagi, pada masa-masa itu, saya pun juga sering bertengkar dengan teman-teman saya karena satu dan lain hal. Sehingga itu juga membuat nilai-nilai sekolah saya menjadi menurun dan tidak fokus untuk belajar. Namun seiring berjalannya waktu, kelas 8 SMP nilai secara akademis saya sudah membaik karena saya memiliki tujuan dan target. Saya dan teman-teman saya juga sudah mulai akrab walaupun ada beberapa kali konflik. Di kelas 9 pun nilai saya juga sudah mulai stabil dan memiliki banyak teman. Ditambah lagi, saya juga sudah memiliki tekad untuk menjadi dokter dan masuk ke Universitas Indonesia. Pelajaran favorit saya semasa kelas 9 adalah biologi karena materi yang diajarkan adalah mengenai organ-organ tubuh manusia. Selain itu, guru yang menjelaskan pun juga sangat seru dan membuat saya ingin mengetahui seluruh organ manusia. Walaupun pada semester 2, saya dan juga teman-teman saya harus belajar jarak jauh karena virus Covid-19 yang melanda seluruh dunia.

Memasuki Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan pembelajaran online membuat saya menjadi bosan dan rasanya ingin bertemu dengan teman-teman saya. Banyak kendala yang saya hadapi pada saat saya menjalankan pembelajaran. Banyak orang yang berkata “Masa-masa SMA adalah masa-masa yang indah dan tidak dapat dilupakan.” Namun sayangnya saya tidak merasakan itu. Saya merasa semasa SMA saya harus banyak beradaptasi dengan metode pembelajaran yang sama sekali tidak pernah kita terapkan sebelumnya. Setiap pagi menatap layar gadget hingga sore membuat saya merasa pusing dan tidak nyaman. Namun apa boleh buat. Semua harus berjalan walaupun tidak seperti apa yang saya harapkan. Di masa SMA, saya pun juga memberanikan diri untuk aktif berorganisasi dalam OSIS. Saya belajar banyak pada saat saya menjadi anggota OSIS. Saya belajar bagaimana mengatur waktu untuk mengerjakan tugas sekolah maupun pelaksanaan program kerja OSIS. Selain itu, saya juga belajar bagaimana cara bersosialisasi dengan teman-teman yang berbeda angkatan.

Puji Tuhan kasus Covid-19 di Indonesia mulai membaik dengan diadakannya vaksinasi. Sehingga saat saya berada di kelas 12, pembelajaran pun juga sudah berubah menjadi offline. Di kelas 12 inilah saya merasakan begitu banyak rasa yang bercampur aduk. Pertama, saya harus beradaptasi lagi dengan pembelajaran yang kembali offline. Walaupun perubahan pembelajaran ini tidak menjadi sebuah masalah yang besar bagi diri saya. Kedua, kelas 12 adalah masa dimana pembelajaran cukup singkat karena kami harus menyelesaikan materi secepatnya untuk persiapan Ujian Sekolah (US) yang sudah kembali menjadi ujian tertulis. Disinilah tantangan yang saya rasakan karena semasa pembelajaran daring, ujian akhir tidaklah tertulis melainkan final project. Saya harus berusaha agar nantinya pada saat saya mengerjakan US maupun Ujian Praktik berjalan dengan lancar. Ditambah lagi, karena target saya dalah FKUI, saya juga harus belajar ekstra untuk ujian UTBK. Saat itu saya masih mempersiapkan TKA atau Tes Kompetensi Akademik karena ketentuan belum diubah oleh Kemendikbud. Setelah saya pulang sekolah, saya hanya memiliki waktu 30 menit untuk mandi dan makan karena saya harus mengikuti bimbel mempersiapkan ujian masuk PTN. Rasanya saya berbohong kalau saya berkata saya tidak lelah karena saya harus mengikuti bimbel sampai jam 8 malam. Belum lagi saya harus mempersiapkan tugas atau ujian untuk esok harinya.

Pada bulan Maret 2023, saya mencoba untuk mendaftar Talent Scouting Fakultas Kedokteran. Karena saya sudah merencanakan bahwa saya akan mendaftar jalur Talent Scouting, seluruh berkas yang wajib sudah saya siapkan (Legalisasi rapor, tes IELTS, dan motivation letter). Namun, sayangnya saya ditolak. Saya juga mendatar SNBP karena saya merupakan salah satu siswa yang eligible untuk ikut. Saya pun juga tertolak. Menurut saya ditolak melalui jalur prestasi bukanlah hal yang asing lagi.

Beberapa minggu sebelum US dan Uprak dilaksanakan, saya juga harus mengurus acara tahunan di sekolah kami. Saya juga dipercayakan untuk menjadi ketua divisi bazar. Mempersiapkan acara tersebut tidaklah mudah karena banyak hal yang harus kami siapkan. Setelah US, Uprak, serta kegiatan-kegiatan sekolah sudah selesai, saya langsung mempersiapkan ujian UTBK yang mana ketentuan TKA sudah dihapus. Saat saya mempersiapkan untuk ujian UTBK, saya belajar sangat keras dan saya juga rajin mengikuti bimbel. Dari jam 6 pagi saya sudah bangun untuk persiapan belajar. Lalu lanjut pukul 6.30 pagi hingga pukul jam 00.00 malam saya terus belajar untuk persiapkan UTBK karena saya menaruh seluruh harapan saya pada tes SNBT. Pembelajaran saya juga sempat terpotong karena libur lebaran. Saya dan juga keluarga sempat berlibur selama 1 minggu. Saat liburan saya juga tidak henti-hentinya belajar saat terdapat waktu kosong. Kemudian setelah saya sudah berlibur, saya lanjut untuk persiapan SNBT. Banyak tryout dan juga latihan soal yang saya kerjakan agar saya terbiasa oleh macam-macam soal SNBT.

2 hari sebelum saya ujian SNBT, saya juga ikut ujian IUP UGM gelombang 2. Saat itu saya tidak terlalu berharap untuk mendapatkannya karena hati saya masih ingin masuk ke FKUI. Dan benar saja, hari berikutnya saya tidak lolos IUP UGM. Meski tidak berharap untuk mendapatkannya, saya tetap sedikit kecewa. Namun saya yakin Tuhan punya jalan yang lebih baik untuk saya. Saya juga harus fokus dan tidak boleh terpengaruh oleh hasil ujian saya karena hari berikutnya saya harus mengerjakan SNBT. Pukul 12 siang saya sudah tiba di lokasi ujian SNBT. Walaupun tegang, tapi saya harus bisa mengontrol pikiran saya agar saya tetap tenang dan bisa mengerjakan SNBT. Selesai SNBT, saya merasa badan dan otak saya lelah karena mengerjakan soal yang begitu banyaknya. Saya merasa dapat mengerjakan SNBT walaupun tetap ada keraguan.

Sambil saya menunggu pengumuman SNBT, saya mempersiapkan ujian-ujian mandiri lainnya. Sama seperti sebelumnya, saya belajar dari pagi hingga malam. Menurut saya persiapan ujian mandiri lebih sulit dibandingkan persiapan SNBT karena materi yang harus dipelajari adalah TKA. Saya pun mengikuti IUP UGM gelombang 3 lagi dan ujian dilakukan secara offline sehingga saya harus berangkat ke Yogyakarta 2 hari sebelum ujian. Setelah saya mengerjakan tes, saya merasa lebih bisa dari sebelumnya dan sedikit berharap kalau saya bisa masuk. Pengumuman seleksi juga pada hari yang sama namun malam hari. Tapi, ternyata saya belum memiliki kesempatan untuk menjadi bagian dari UGM dan keesokan harinya saya harus balik ke Jakarta dan belajar kembali. Tidak lama, pengumuman SNBT pun keluar. Lagi lagi saya gagal. Saat itu merupakan titik dimana perasaan saya bercampur aduk. Tentunya saya sedih dan kecewa karena saat itu saya berpikir perjuangan yang saya lakukan tidak membuahkan hasil. Tapi kini saya tahu bahwa perjuangan itu membentuk karakter saya untuk menjadi pribadi yang lebih sabar dan kuat.

Saya juga sempat mengikuti ujian mandiri Undip, UB, UI jalur PPKB tapi masih belum memiliki kesempatan. Sampai dimana saat saya mengikuti ujian SIMAK KKI, 1 hari setelahnya saya mendapatkan pesan bahwa saya lolos ke tahap selanjutnya yaitu MMPI dan MMI. Disitu saya sangat senang namun di lain sisi saya tahu bahwa saya belum benar-benar menjadi mahasiswi FKUI. Jadi saya langsung mempersiapkan diri untuk MMPI dan MMI. Puji Tuhan, perjuangan saya untuk masuk ke FKUI tidak sia-sia karena saya berhasil menjadi bagian dari FKUI 2023. Semua tangisan dan perjuangan saya selama ini terbayarkan.

Karena saya sudah diberikan kesempatan, saya akan menggunakan kesempatan itu dengan baik. Sebelum diterima di FKUI, saya merasa fokus saya di FKUI hanyalah sebatas nilai dan ilmu. Namun, semakin kesini, saya sadar ada hal yang jauh lebih penting dari itu semua yaitu menimba ilmu sebanyak-banyaknya agar nantinya saat saya resmi menjadi dokter, saya dapat berguna untuk masyarakat. Saya mau agar saya dapat berguna untuk banyak orang dan menghilangkan pasien dari penyakit yang membuat mereka menderita. Saya ingin menjadi seorang dokter yang tulus kepada pasien saya suatu hari nanti.

Harapan saya, saya dapat menjadi berkat dimana pun saya berada dengan ilmu yang saya dapatkan selama saya belajar di FKUI. Saya juga berharap saya dan seluruh teman-teman FKUI 2023 dapat berjuang bersama-sama dan saling merangkul sehingga nantinya kami semua lulus 100% menjadi dokter dan tidak ada 1 pun teman yang masih berjuang sendirian. Semoga kami selaku angkatan 2023 dapat menjadi angkatan yang berguna bagi FKUI maupun bagi masyarakat di luar FKUI.

Menurut undang-undang yang berlaku di Indonesia, tepatnya UU nomor 20 tahun 2013, seorang dokter yang ideal memiliki karakter 3K yaitu Kesantunan, Kesejawatan, serta Kebersamaan3. Kesantunan artinya adalah memiliki tutur kata yang baik saat berbicara dengan tenaga kesehatan lainnya ataupun dengan pasien. Kesejawatan adalah memiliki etika menjadi dokter dan menjalankan tugasnya menjadi dokter sesuai yang diucapkan saat sumpah dokter. Sedangkan kebersamaan adalah ikatan kekeluargaan kepada pasien maupun tenaga kesehatan lain. Menurut saya pribadi, dokter yang ideal adalah dokter yang tulus artinya adalah tidak berpura-pura dan Ikhlas. Kedua, berpengetahuan luas dan profesional juga penting karena dokter yang memiliki ilmu yang banyak dan juga keahlian khusus dapat menyembuhkan penyakit pasiennya, serta komunikatif yang artinya ia dapat menyampaikan suatu hal dengan sopan dan halus.

Menurut pandangan saya setiap dokter harus memiliki nilai-nilai luhur agar nantinya saat berinteraksi dengan pasien atau tenaga medis lainnya dapat berjalan dengan lancar. Dedikasi merupakan sebuah nilai yang penting di dalam diri seorang dokter. Arti dedikasi adalah memberikan seluruh hidupnya untuk membantu dan menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan sedikit pun. Dokter yang mendedikasikan hidupnya akan sangat berguna dan berjasa bagi banyak orang yang membutuhkan pertolongannya. Kedua, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Di dalam Pancasila sila ke-2 juga dibahas mengenai kemanusiaan yang adil dan beradab. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan memiliki arti bahwa mencerminkan sikap saling menghormati dan toleransi. Setiap manusia juga memiliki hak dan kewajiban yang sama4. Dokter yang bernilai luhur seharusnya tidak membeda-bedakan satu sama lain baik itu ras, agama, sosial, maupun budaya dan harus menganggap bahwa setiap orang memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

Dari pandangan saya, dokter ideal sangat mampu untuk berkontribusi di dalam lingkungan masyarakat karena ia memiliki sifat yang dibutuhkan oleh masyarakat seperti ketulusan, berpengetahuan luas, komunikatif, dll. Dengan adanya dokter yang memiliki karakteristik seperti itu, saya yakin masyarakat dapat sangat terbantu dan kualitas kesehatan di Indonesia meningkat. Saat pasien berkonsultasi, ia akan mendapatkan edukasi dan memiliki pengetahuan baru. Dengan begitu, akan terciptanya lingkungan masyarakat yang baik.

Melihat dokter yang luar biasa saat menyembuhkan orang tua saya, saya jadi terinspirasi untuk menjadi seperti mereka. Saya ingin mendedikasikan hidup saya untuk melayani pasien yang membutuhkan pertolongan saya tanpa melihat imbalan. Nantinya saya akan berusaha untuk menjadi sosok dokter yang tulus dan berhati baik serta memiliki wawasan yang luas agar nantinya saya dapat mengobati pasien dari penyakit yang mungkin saja asing.

Rencana jangka pendek selama masa preklinik di FKUI adalah untuk tetap bekerja keras dalam menimba dan mencari ilmu sebanyak-banyaknya agar nantinya pengetahuan yang saya miliki dapat saya bagikan kepada masyarakat. Saya juga berencana untuk membangun relasi dengan teman-teman saya di FKUI agar saya memiliki pandangan yang luas terhadap suatu hal. Adapun rencana jangka panjang saya selama masa klinik yakni saya akan melatih diri saya untuk berinteraksi dengan para pasien dan memenuhi kebutuhan pasien. Saya akan belajar dan mengamati para dokter yang sedang melayani pasien agar nantinya jika saya mendapatkan pasien yang memiliki penyakit yang sama, saya sudah familiar dan dapat membantunya. Saya juga akan melatih keahlian saya baik itu mendiagnosa atau bahkan menentukan resep obat.

Saya sangat berharap agar kedepannya kesehatan di Indonesia mulai bertambah baik. Karena setelah krisis ekonomi yang terjadi di masa pandemi dan banyaknya uang yang dikeluarkan pada saat pandemi Covid-19 untuk mengatasi kasus positif Covid-19, akan sulit jika pemerintah memperbaiki masalah kesehatan di Indonesia untuk saat ini. Seperti kesenjangan infrastruktur di Pulau Jawa dengan di luar Pulau Jawa, kekurangannya tenaga kesehatan, dll. Selain masalah pengeluaran, sistem kesehatan juga diperlukan untuk mengubah peraturan, seperti produksi dan distribusi obat-obatan, alat medis, dan perizinan tenaga kerja5. Maka itu, saya memiliki niat untuk mengubah dan memperbaiki sistem kesehatan di Indonesia dengan pengalaman saya pada saat masa klinik atau saat koas karena disitulah saya akan banyak belajar dari dokter dan tenaga kerja yang sudah berpengalaman.

Untuk teman-teman yang sedang berjuang untuk menjadi bagian dari FKUI juga, semangat dan jangan pernah menyerah sebelum kalian berhasil mendapatkan apa yang kalian mau. Memang perjalanan tidak mudah dan rasanya seperti ada lembah besar dan tinggi yang menutupi jalan menuju FKUI, tapi jangan melihat lembahnya dan tetap terus jalan dan berjuang karena perjuangan kalian tidak akan sia-sia. Belum tentu orang yang lebih pintar dari kita bisa lebih berhasil dari kita dan masuk FKUI karena kunci masuk FKUI adalah ketekunan dan kekonsistenan. Kegagalan bukan berarti kita gagal seumur hidup, tapi kegagalan akan membawa kita ke dalam kesuksesan. Sampai bertemu di FKUI teman-teman!!





Daftar Pustaka

  1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Dosen FKUI Kembangkan Metode Terbaru Deteksi Dini Kanker Paru [Internet]. Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2018 Mei 24 [2023 Aug 4]. Available from: https://fk.ui.ac.id/berita/dosen-fkui-kembangkan-metode-terbaru-deteksi-dini-kanker-paru.html

  2. Maudisha. Kisah Dokter Lulusan UI dari Tapal Batas, Siap Berikan Layanan Medis dan Beradaptasi dengan Budaya Setempat. Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2022 Mar 22 [2023 Aug 4]. Available from: https://www.ui.ac.id/kisah-dokter-lulusan-ui-dari-tapal-batas-siap-berikan-layanan-medis-dan-beradaptasi-dengan-budaya-setempat/

  3. Rokom. 3 Karakter ini Harus Dimiliki Seorang Dokter. Jakarta: Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI; 2018 Dec 16 [2023 Aug 4]. Available from: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20181215/4928833/3-karakter-harus-dimiliki-seorang-dokter/#:~:text=Maka%20dalam%20melaksanakan%20tugas%20keprofesiannya,Kesantunan%2C%20Kesejawatan%2C%20dan%20Kebersamaan.

  4. Priasih L, Dwianjani S, Ramadhini TS, Apriliani S. IMPLEMENTASI SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB DALAM KONTEK HAK ASASI MANUSIA. ADVANCES In Social Humanities Research [Internet]. 2023 Jun 4 [cited 2023 Aug 7];1(4):333-334. Available from: https://www.adshr.org/index.php/vo/article/view/38/37

  5. Utomo Ariane, Witoelar Firman. Diagnosing Indonesia’s health challenges [Internet]. Lowy Institute; 2021 Sep 14 [cited 2023 Aug 4]. Available from: https://www.lowyinstitute.org/the-interpreter/diagnosing-indonesia-s-health-challenges



 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

コメント


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page