- Lalu Rami Zabu Fikri
- Aug 11, 2023
- 7 min read
Updated: Aug 12, 2023
NARASI PERJUANGAN
Seorang anak yang penuh dengan angan-angan untuk menjadi seorang dokter. Dipenuhi dengan mimpi yang ucap beberapa orang adalah hal yang mustahil untuk ia lakukan. Lalu Rami Zabu Fikri, akrab dipanggil Rami. Ia berasal dari SMA Negeri 1 Mataram. Pandangannya terhadap FKUI tentunya sangat berbeda dengan sebelumnya. Ia awalnya beranggapan bahwa FKUI adalah tempat khusus hanya untuk anak-anak yang pintar dan berprestasi. Memang benar, namun ia sadar hal tersebut bukan satu-satunya fundamental sudut pandangnya terhadap FKUI. Ternyata ia sadar bahwa FKUI berisi orang-orang yang memiliki solidaritas yang tinggi dan tangguh dalam menghadapi perubahan. Institusi ini hanya diisi oleh orang-orang yang mau belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuannya guna berkontribusi bagi Indonesia maupun mancanegara dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Awalnya ia tidak menyangka akan masuk ke Universitas Indonesia, dan sama sekali tidak ada pandangan kedepannya perihal motivasi maupun tahap lanjutan yang akan dia hadapi. Ia mencoba melihat di sekitarnya, mencoba memahami apa yang menjadi motivasinya untuk masuk ke Universitas Indonesia. Dirinya melihat orang tuanya yang sudah bertekad untuk mewujudkan mimpinya untuk menjadi seorang dokter. Jujur pada awalnya ia sungkan ke orang tuanya karena perihal besarnya biaya yang dibutuhkan untuk masuk ke Universitas Indonesia. Tapi keduanya tetap setuju untuk menyekolahkannya di Universitas Indonesia untuk memberikannya kesempatan mengejar impian. Mereka berkata bahwa impian putranya merupakan impian mereka juga, mereka ingin melihatnya sukses sebagai dokter. Rami juga melihat pasien-pasien yang dirawat oleh ayahnya, yang datang dan pergi setiap harinya ke tempat praktek pribadinya untuk mendapat kesembuhan. Ia melihat berbagai orang dengan latar belakang, penyakit, perasaan, dan persepsi yang berbeda beda datang dan pergi. Tidak peduli status mereka, jika mereka sakit mereka semua akan berkonsultasi dan berobat ke dokter. Dari kedua hal tersebut ia mulai termotivasi. Pertama, dia bertekad untuk membahagiakan orang tuanya yang sudah banting tulang demi menyekolahkannya. Lalu setelah dirinya berhasil membahagiakan orang tuanya dengan mendapatkan gelar dokter, dia ingin berkontribusi langsung untuk masyarakat dengan membuka fasilitas kesehatan di daerah Lombok Timur. Dia ingin tidak hanya memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pasien, tetapi totalitas dalam mengemban tugas sebagai seorang dokter.
Kilas balik perjuangannya dalam berjuang masuk FKUI dimulai pada masa sekolah menengah. Ia dulu adalah seorang siswa di MTs Negeri 1 Mataram. Menginjakkan kaki di tempat tersebut merupakan sebuah kebanggaan tersendiri karena sekolah tersebut merupakan sekolah favorit. Kurikulum yang digunakan pun berbeda dengan sekolah negeri biasanya. Pada saat pertama kali ia masuk dan menginjakkan kaki di kelas 7, ia kaget. Banyak sekali mata pelajaran islam yang harus ditekuni oleh siswa siswi Madrasah tersebut. Namun baginya, ilmu-ilmu dasar agama ini bukanlah suatu beban belajar, melainkan sebuah dasar baginya untuk mendalami lebih dalam mengenai ilmu agama. Mulai dari aqidah, fiqih, al-qur’an dan hadis, hingga sejarah islam. Ia menyadari bahwa dirinya juga tidak berjuang sendirian. Disana ia memiliki banyak teman yang saling membantu satu sama lain. Meskipun begitu, ia masih struggle dalam konsisten belajar. Melalaikan tugas dan menghiraukan penjelasan guru sering ia lakukan. Saat itu ia belum mendapat motivasi untuk mengejar nilai yang bagus. Setahun berlalu, ia mulai menginjakkan kaki di kelas 8. Mata pelajaran yang diajarkan mulai menunjukkan taringnya. Bobot soal yang bertambah, materi yang banyak namun waktu yang sedikit, hafalan, hingga ulangan adalah beberapa hal yang menjadi kesulitannya di kelas 8. Namun disini ia sudah mulai sedikit menunjukkan minat untuk belajar. Ia juga memutuskan untuk mulai aktif dalam ekstrakulikuler sekolah. Ia memutuskan untuk masuk ekstra Karya Ilmiah Remaja (KIR). Disitu ia di tempa dan diajarkan mengenai dasar-dasar untuk membuat karya ilmiah. Walaupun sayangnya ia dulu belum menghasilkan satu pun karya ilmiah. Kelas 9 adalah tempat dimana dirinya mulai serius. Ia mulai aktif belajar dan tidak menyia-nyiakan waktu karena ini merupakan tahun terakhir. Banyak hal yang terjadi, seperti gempa di Lombok berskala 7,0 sr dan COVID-19 mulai menyebar. Namun, Rami berhasil lulus dari MTs Negeri 1 Mataram dengan nilai yang cukup memuaskan. Ia juga mendapat sertifikat karena berhasil menghafal juz 30.
Kemudian kehidupan SMA-nya dimulai. Awalnya ia mencoba mendaftar PPDB jalur prestasi, tapi ia tidak lolos. Kemudian ia mencoba mendaftar jalur zonasi dan lolos sebagai murid di sekolah favorit yaitu SMA Negeri 1 Mataram. Setelah 3 tahun menimba ilmu di madrasah, ia masuk ke sekolah umum lagi. Tentunya dia kaget karena ditempatkan di suatu kelas dengan teman-teman dari berbagai macam latar belakang. Perbedaan ini tidak menghalanginya untuk berteman dengan mereka walaupun secara daring karena dunia masih dilanda COVID-19. Ia memulai kehidupan SMA-nya dibalik layar melalui Zoom atau Gmeet. Setiap harinya ia diberikan tugas melalui chat Whatsapp atau Elearning. Pengalaman yang paling tidak pernah dirinya lupakan adalah ketika ia terkena COVID-19 dan harus isolasi mandiri dari rumah. Ini pertama kalinya ia merasakan rasanya terkena virus ini. Gejala yang ia dulu alami adalah demam tinggi, batuk, pilek, diare, dan asma. Namun berkat support keluarga, terutama dari ayah, ia berhasil sembuh dari COVID-19 setelah sebulan penuh. Dari sini dirinya melihat usaha dan jerih payah para tenaga kesehatan dalam menangani pandemi ini. Mereka rela mempertaruhkan nyawanya demi kesembuhan pasien-pasiennya. Hal ini menumbuhkan rasa semangatnya untuk menjadi seorang dokter. Rami sadar bahwa nilai akademis yang ia butuhkan untuk masuk ke perguruan tinggi favorit tidaklah kecil. Maka ia bertekad untuk mendapatkan nilai terbaik dan diterima di perguruan tinggi terbaik di Indonesia, Universitas Indonesia.
Perjalanannya berlanjut di kelas 11, dimana akhirnya ia mulai merasakan kembali rasanya sekolah luring. Ia bisa bertemu teman-teman dan guru-gurunya secara langsung. Kemudian berlanjut ke kelas 12, ia sadar inilah saatnya untuk mulai serius dalam menggapai impiannya. Sekitar semester 2, ia mendapat informasi bahwa terjadi perubahan dalam skema UTBK. Yang awalnya terdapat tes potensi akademik (TPA) menjadi hanya tes potensi skolastik (TPS). Akhirnya ia terfokus untuk mengejar materi UTBK TPS. Pengumuman eligible sekolah pun dikeluarkan. Ia tentunya senang sekali namanya masuk di daftar eligible sekolah. Ia mencoba jalur SNBP, namun hasilnya nihil. Ia gagal di jalur tersebut. Tentunya ia belum patah semangat. Dirinya mencoba bersungguh-sungguh di UTBK 2023. Ia belajar hingga larut malam, pulang pergi setiap harinya untuk les, dan merelakan waktu bermainnya hanya untuk fokus belajar UTBK. Pada saat pengumuman, yakni di tanggal 20 Juni 2023. Dirinya merasa terpukul ketika melihat namanya tidak lolos di perguruan tinggi favorit impiannya. Disini ia sudah mulai patah semangat dan goyah. Namun kedua orang tuanya selalu mendukungnya. Mereka menyarankannya untuk mengikuti berbagai jalur mandiri. UI, UGM, UNSOED, UB, UNS, UNRAM dan UNPAD adalah nama-nama perguruan tinggi yang didaftarkan untuk jalur mandiri. Atas ijin Tuhan Yang Maha Esa, ia berhasil lulus jalur reguler di Universitas Indonesia pada tanggal 3 Juli 2023 melalui laman penerimaan UI. Kedua orang tuanya sangat senang dengan berita ini. Akhirnya kedua orang tuanya membantu Rami untuk mempersiapkan diri untuk masuk ke perguruan tinggi terfavorit yang sudah menjadi impiannya selama ini, Universitas Indonesia.
Komitmennya sebelum diterima di FKUI tentunya berbeda setelah diterima. Awalnya ia hanya ingin berfokus di bidang akademik saja. Namun setelah mengenal lebih jauh di lingkungan kampus, ia sadar bahwa institusi ini merupakan kesempatannya untuk mengembangkan diri, membangun relasi, dan berorganisasi. Berorganisasi merupakan suatu wadah yang memungkinkan mahasiswa untuk mengembangkan minat, keahlian, dan kemampuan sosial mereka sesuai dengan preferensi masing-masing serta meningkatkan interaksi dengan masyarakat di luar kampus (1). Rami berharap selama berada di FKUI, ia bisa mewujudkan visinya untuk bersungguh-sungguh dalam mendalami ilmu kedokteran dan mewujudkan impiannya.
Seorang dokter yang ideal adalah dokter yang mempraktekkan pengobatan yang sesuai dengan aturan dan kemudian semua yang berpartisipasi dalam lingkungan perawatan medis tersebut puas dengan pelayanan yang diberikan. Namun mereka juga harus dapat membaur dengan pasien-pasiennya (2). Mereka harus mengekspresikan atribut mereka sesuai dengan harapan sosial. Nilai luhur yang dianut oleh sosok dokter dalam melaksanakan praktiknya adalah mengutamakan kepentingan dari pasien, melalui keikhlasan, kerelaan, pengorbanan, kasih sayang, dan upaya maksimal serta mengabdikan seluruh hidupnya demi kepentingan pasien (3). Dokter juga semestinya saling menjaga hubungan antar sejawatnya untuk menjaga pandangan masyarakat terhadap profesi kedokteran dengan tujuan akhir adalah kepentingan pasien.
Kontribusi seorang dokter kepada masyarakat tentunya didasari oleh nilai luhur yang sebelumnya dijelaskan. Namun seorang dokter juga harus bisa melakukan kombinasi dari ilmu pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang diarahkan untuk menjadi pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui tindakan kolektif atau sosial (4). Hal-hal yang dapat dilakukan oleh seorang dokter untuk berkontribusi dalam masyarakat memonitor masyarakat untuk mengidentifikasi masalahnya, memberi informasi yang mendidik kepada masyarakat, dan menjamin adanya tenaga kesehatan untuk menghubungkan masyarakat dengan pelayanan kesehatan profesional.
Secara pribadi ia ingin menjadi dokter yang memiliki sifat altruisme (tanpa pamrih), Karena kepentingan seorang pasien juga merupakan kepentingan dokter tersebut. Ia ingin mengutamakan kepentingan orang lain tanpa mengharap suatu imbalan (5). Menurutnya altruisme merupakan komponen utama dari profesionalitas medis. Maka dari itu, sikap inilah yang dibutuhkan oleh setiap dokter pada masa ini. Rencana jangka pendek kedepannya untuk preklinik adalah untuk survive di lingkungan kampus dengan tekanan akademik yang banyak serta mendalami pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang diperlukan bagi calon profesional medis atau calon ilmu kesehatan lainnya sebelum mereka terlibat dalam pengalaman klinik atau praktik langsung. Jika ia sudah lulus masa preklinik, tentunya ia akan melanjutkan impiannya, yaitu menjadi seorang dokter yang berkontribusi langsung ke masyarakat. Lebih spesifiknya masyarakat daerah Lombok dan sekitarnya. Karena menurutnya, daerah itu masih memerlukan tenaga medis yang profesional untuk melayani masyarakat.
Pesannya untuk adik kelas yang ingin memasuki dunia perkuliahan, terutama FKUI, adalah mereka harus mempersiapkan diri sebaik mungkin. Ilmu kesehatan memang dibutuhkan. Namun yang lebih dibutuhkan dari seseorang yang ingin bergelut di dunia kedokteran adalah kesantunan, kesabaran, dan sifat altruisme yang tinggi supaya dapat mengayomi masyarakat dengan sebaik mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Magfirah I, Prafitriyani S. Pengaruh organisasi terhadap hasil belajar mahasiswa universitas iqra buru (uniqbu). Jurnal JP3. 2019 Sep;9(2):828-9
2. Du L, Xu J, Chen X, Zhu X, Zhang Y, Wu R, et al. Rebuild doctor–patient trust in medical service delivery in China. Scientific Reports [Internet]. 2020 Dec 15 [cited 2023 Aug 08];10. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7738514/
3. Husain AHA. Komunikasi kesehatan dokter dan pasien berbasis kearifan lokal sipakatau di masa pandemi. Jurnal Ilmu Komunikasi. 2020 Aug 31;18(2):126-35.
4. Hasnidar, Tasnim, Sitorus S, Mustar WH, Fhirawati, Yuliani, Yunianto IMAE, dkk. Ilmu kesehatan masyarakat. Medan: Yayasan Kita Menulis; 2020 Sep 15.
5. Galizzi MM, Godager G, Li J, Linnosmaa I, Tammi T, Wiesen D. Economics of healthcare provider altruism. Duouiono [Internet]. 2023 [cited 2023 Aug 08]; Available from: https://www.duo.uio.no/handle/10852/102559
Comments