top of page
  • Youtube
Search
  • Khesia Salvia Putri
  • Aug 11, 2023
  • 12 min read

Updated: Aug 12, 2023

Narasi Perjuangan


Saya Kheshia Salvia Putri, biasa dipanggil kheshia atau ‘kebi’ yang merupakan kependekan dari “kheshia chubby”, ini adalah nama panggilan dari teman-teman saya. Saya berasal dari SMA Negeri 61 Jakarta, sekolah yang berada cukup dekat dengan rumah saya di Duren Sawit dan sekarang saya berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Kelas Khusus Internasional melalui jalur SIMAK Kelas Khusus Internasional.


Saat saya masih kecil dan tidak mengetahui apapun dengan dunia sekitar saya, saya memandang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia hanya sekadar universitas biasa. Lalu, seperti semua manusia, saya pun tumbuh dewasa dan hal pertama yang melintas di kepala saya Ketika mendengar kata FKUI adalah betapa pintar semua orang yang berkuliah disana. Orang-orang yang berkuliah di FKUI berujung menjadi seorang dokter yang unggul dan sangat berjasa dalam bidangnya masing-masing sehingga membuat nama FKUI semakin besar dan terus menarik mata masyarakat Indonesia maupun luar negeri. Saya berbohong jika saya tidak tertarik pada FKUI.


Sebenarnya saya tidak asing terhadap dunia kedokteran dan terus terekspos dengan dunia kedokteran sejak saya kecil. Kedua orangtua saya merupakan seorang dokter spesialis, ayah saya bekerja sebagai dokter spesialis ortopedi dan traumatology, ibu saya adalah seorang dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, jadi saya sering menghabiskan waktu saya menemani mereka bekerja di rumah sakit dan mengobservasi pekerjaan yang mereka lakukan. Mungkin anda yang membaca esai ini menganggap bahwa orang tua saya mendorong saya untuk menjadi dokter juga dan itulah alasan saya ingin menjadi dokter. Hal itu benar, tetapi faktor terbesar adalah dari keinginan saya sendiri. Dari sekian banyak hal yang saya amati, saya melihat betapa senangnya orangtua saya melayani pasien pasien, dan saya melihat juga dampak yang mereka dan dokter lain berikan kepada pasien-pasien tersebut, melihat senyum mereka, rasa harapan yang mereka punya kepada kesehatan mereka, dan keberanian mereka dalam menghadapi rintangan. Hal itu menimbulkan empati dalam diri saya dan saya terinspirasi untuk ingin menjadi dokter. Saya memiliki keinginan untuk membantu orang lain karena saat saya membantu seseorang timbul rasa kepuasan dalam diri saya sendiri dan saya merasa senang dan lengkap ketika saya membuat orang lain merasa lebih baik.


Sama sekali tidak berhubungan dengan dunia medis, ketika duduk di bangku sekolah menengah pertama saya memiliki ketertarikan kepada dunia film. Saat itu saya berfikir untuk membuat film, menjadi aktris, atau menjadi sutradara dan membiarkan sisi artistik saya menjadi liar. Tetapi, saat itu saya belum mempunyai impian yang tetap dan benar-benar ingin saya kejar, maka seiring waktu berjalan mimpi saya pun berubah. Disaat yang bersamaan juga, karena saya belum mempunyai mimpi yang ingin saya raih saat itu maka saya hanya berusaha untuk bertahan hidup saat duduk di kelas tujuh sampai delapan SMP. Pada bagian hidup saya saat itu saya hanya berusaha untuk lulus semua mata pelajaran dan menghabiskan waktu saya bersenang-senang bersama teman-teman saya. Sebelum saya mengetahuinya, saat itu adalah saat-saat dimana saya bisa disebut “bebas” sebelum harus mengorbankan usaha dan waktu saya untuk mengejar mimpi saya menjadi dokter. Saya baru menetapkan keinginan saya saat saya duduk di kelas 9 SMP. Saya berusaha untuk meriset berbagai macam fakultas, program studi, dan universitas yang ada di Indonesia, dan dari berbagai macam pilihan yang ada, saya dapat melihat kedokteran ada di masa depan saya. Pilihan mengenai SMA yang ingin saya masuki juga muncul di permukaan, terdapat 3 SMA favorit yang berada di sekitar wilayah tempat tinggal saya, dan saya memutuskan untuk ingin bersekolah di SMAN 61 Jakarta karena sekolah ini sangat dekat dengan rumah saya dan banyak teman-teman saya yang ingin diterima ke sekolah ini, diterima di sekolah favorit memiliki kesempatan yang tinggi untuk diterima juga di perguruan tinggi di Indonesia.


Tetapi tuhan berkehendak lain. Juga mungkin karena usaha dan doa saya yang kurang, saya belum bisa diterima di SMAN 61 Jakarta saat itu. Saya diterima di SMAN 54 Jakarta yang tidak kalah keren juga, meskipun bukan merupakan SMA favorit, saya dapat belajar banyak dan berteman dengan individu-individu yang unik. Beranjak ke SMA pun keinginan saya untuk menjadi dokter dan masuk ke FKUI pun bertambah sedikit demi sedikit. Saya juga sadar bahwa persaingan untuk masuk ke perguruan tinggi itu tidaklah mudah terlebih pula FKUI yang mempunyai ketetatan tertinggi diantara jurusan lainnya, disitulah keraguan dan pertanyaan “apakah aku sanggup?” timbul di pikiran saya. Lalu saya sadar inilah rintangan pertama yaitu keraguan dan ketakutan yang ada di dalam diri saya sendiri, hal ini yang harus saya lawan, saya tidak boleh menyerah pada mimpi hanya karena ketakutan. Maka, ketika kalimat tersebut timbul lagi di kepala, saya balikkan lagi ke “mengapa aku ingin menjadi dokter?” dan alasan-alasan nya dapat mengatasi ketakutan dan keraguan juga mendorong saya untuk lebih bekerja keras dalam belajar. Semester dua di kelas 10 pun datang, ibu mengusulkan saya untuk mencoba lagi ke SMAN 61 Jakarta dengan bertransfer kesana karena kebetulan SMAN 61 terdapat kursi kosong. Awalnya saya merasa ragu karena rasa nyaman sudah ada di diri saya bersekolah di SMAN 54 Jakarta. Tetapi dengan pertimbangan lanjut, saya memutuskan untuk mencoba transfer ke SMAN 61 Jakarta. Lalu setelah melakukan tes dan wawancara, alhamdulillah saya dapat mengisi bangku kosong tersebut.


Covid-19 melanda negeri ini 4 bulan kemudian, saya yang baru saja berpindah ke SMAN 61 Jakarta berhenti datang ke sekolah dan harus belajar melalui layar laptop di rumah. Saya harus menetap di rumah selama kurang lebih 2 tahun. Ini memperhambat cara saya belajar dan sayangnya nilai-nilai yang saya dapatkan mulai tidak stabil, rasa malas pun juga sering timbul karena berada di dalam rumah terlalu lama, dan saya pun tidak focus dalam menangkap pelajaran. Ditambah juga dengan mengikuti program ekstrakurikuler PERS di sma saya, jadi sulit untuk mengimbangi kedua kegiatan tersebut. Alhasil, nilai yang saya dapat selama kelas sepuluh sampai sebelas tidak terlalu bagus dan tidak buruk juga, biasa saja. Disaat itu pun saya juga merasa bahwa SNMPTN merupakan jalur yang tidak dapat saya gunakan.


Perasaan saya berubah menjadi kenyataan. Duduk di bangku kelas 12 dengan nilai yang saya punya, saya tidak termasuk di dalam kuota siswa eligible SNMPTN di sekolah saya. Tetapi, saya mengatasi kesedihan yang timbul dengan cepat karena saya telah melihat hal tersebut datang di masa depan dan hanya dapat menerima kenyataan juga belajar dari kesalahan yang saya perbuat. Selanjutnya, saya harus lantas mempersiapkan diri untuk UTBK. Mungkin dapat saya katakan ini merupakan salah satu masa-masa yang tidak ingin saya ulangi lagi, tetapi cukup membekas di hati saya. Persiapan yang saya lalui adalah dengan mengikuti bimbel di INTEN, les privat, dan kelas-kelas TPS online yang bisa saya ikuti. Dengan jumlah kelas yang saya ikuti, saya menghabiskan banyak waktu hanya untuk belajar setiap hari dari pagi sampai malam. Saya juga sering mengadakan zoom untuk membahas soal dengan teman-teman jika kami semua mempunyai waktu kosong. Hari demi hari berlalu dan saya melakukan hal yang sama saja setiap hari. Rasa bosan, stress, dan capai pun timbul. Air mata juga sering keluar dari diri saya. Saya anggap bahwa semua ini adalah sebuah ujian dari Allah swt, ia ingin tahu seberapa sanggup dan siap saya untuk menghadapi rintangan-rintangan lainnya di masa depan. Maka, saya pun berdoa dan bercerita kepadanya saat saya beribadah, meminta kepadanya agar perjalanan ini dimudahkan.


Kata “Semangat” timbul di layar laptop di hari pengumuman hasil SBMPTN. Kalau ditanya rasanya seperti apa ditolak melalui jalur SBMPTN, mungkin seperti jantung kamu jatuh dan keluar dari tubuh mu. Seperti sebuah bangunan yang runtuh dengan sendirinya, itulah yang saya rasakan. Saat itu juga saya menangis dan tidak bisa melakukan kegiatan lain, tangisan tidak bisa berhenti selama 2 hari lebih dan setelah itu saya berfikir bahwa saya tidak bisa berlarut dalam kesedihan berlama-lama, masih ada banyak kesempatan lain di depan mata dan saya harus siap untuk menghadapi semua itu. Ujian Mandiri membuka kesempatan yang banyak untuk saya coba. Saya juga sudah mulai mempersiapkan untuk ujian mandiri sejak sebelum pengumuman SBMPTN. Saya mendaftar banyak ujian mandiri dari bermacam-macam PTN yang ada, termasuk SIMAK UI. Saya menjadikan SIMAK UI dan SIMAK UI KKI sebagai priortitas saya karena memang FKUI adalah tujuan saya yang utama. Proses mempersiapkan untuk ujian mandiri yang banyak dibuka lumayan rumit karena setiap universitas memerlukan syarat-syarat tertentu untuk daftar dan waktu belajar yang ada relatif sedikit. Saya hanya mengulang soal-soal yang sudah diterbitkan dari beberapa tahun kebelakang dan membaca materi-materi saintek yang sudah saya pelajari. Saat ujian SIMAK UI KKI saya merasa diri saya kurang persiapan, maka dari itu saya tidak lulus ke tahap wawancara. Banyak ujian mandiri yang lain pun berlalu, dan penolakan demi penolakan yang saya dapatkan. hal ini membuat saya lebih down, rasa percaya diri menurun, dan saya tidak tahu lagi apa yang harus saya lakukan. Tapi saya tahu bahwa saya tidak boleh menyerah, dan harus tetap bekerja keras.


Hari pengumuman SIMAK UI pun tiba. rasa tegang dan takut menghantui diri saya. Ini adalah kesempatan terakhir saya agar diterima di FKUI di tahun 2022, rasanya tidak tenang dan saya harus mengalihkan pikiran dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang lain sampai jam 4 sore tiba. Ibu mengajak saya untuk membuka pengumuman bersama-sama, disaat ini saya sudah menyerahkan diri kepada tuhan dan apapun hasil yang didapatkan, akan saya terima. Ketika meng-klik tombol enter, timbul kata “selamat”, tetapi bukan di fakultas kedokteran. Alhamdulillah saya diterima di fakultas lain di Universitas Indonesia, meskipun itu bukan pilihan pertama, saya tetap sangat bersyukur akhirnya ada PTN yang ingin menerima saya. Maka dari itu, saya menghabiskan satu tahun di fakultas tersebut sebelum berjuang lagi untuk FKUI di tahun 2023.


Selama di fakultas tersebut, saya bertemu dengan teman-teman yang baik, kakak tingkat yang menyenangkan, dan dosen yang senang hati mengajar dan menjawab hal-hal yang saya tidak mengerti. Saya juga memperoleh banyak kenangan-kenangan yang berkesan dan tak terlupakan seperti mengikuti panitia dan organisasi yang tersedia di fakultas tersebut. Tetapi, saya merasa berkuliah disana bukan passion saya, maka saya meminta izin kepada orangtua saya untuk mencoba FKUI lagi di tahun depan. mereka menerima izin saya dan bersedia untuk membantu saya mengejar FKUI selama setahun kedepan.


Menjalani semi gapyear tidaklah mudah, semakin sulit bagi saya untuk mengatur waktu dan membagi prioritas saya untuk kuliah dan mempersiapkan untuk UTBK. Meskipun saya tidak suka, tetapi masa-masa ini harus saya ulangi lagi, kondisi mental dan fisik saya harus kuat untuk menghadapi ini. Saya berusaha untuk menjalankan perkuliahan saya dengan baik pada pagi sampai sore hari, dan di malam hari saya melanjutkan belajar untuk UTBK. Lalu regulasi seleksi perguruan tinggi berubah, dari SNMPTN menjadi SNBP dan SBMPTN menjadi SNBT, UTBK yang awalnya terdiri dari subtes TPS dan TKA tahun ini hanya terdapat TPS saja. Saya berusaha untuk beradaptasi dengan perubahan ini dengan mengikuti les di Konstanta yang kelasnya terisi oleh adik-adik kelas. Saya juga mengikuti camp UTBK yang diselenggarakan selama satu bulan di sebuah hotel di Jakarta dan saya harus berpisah dengan keluarga saya selama satu bulan tersebut. Saat berada di camp, saya menjadi sangat rajin belajar karena banyak motivasi disekeliling saya, teman teman yang mempengaruhi saya untuk belajar dan guru-guru yang siap menjawab pertanyaan saya 24/7. Tetapi sayangnya, dengan jumlah usaha dan doa yang saya lakukan masih belum cukup. hasil pengumuman UTBK di tahun 2023 belum memuaskan, saya masih mendapatkan kata “semangat” di layar saya.


Saya telah melalui banyak rintangan, dan saya tidak akan menyerah sampai semuanya selesai. Jadi, saya tetap berusaha dan belajar untuk kesempatan selanjutnya, yaitu SIMAK KKI. Seperti tahun sebelumnya, saya melakukan latihan soal SIMAK dari tahun-tahun yang lalu dan saya juga sudah mengulas materi-materi saintek dari awal tahun, maka saya merasa sudah siap untuk mengikuti ujian ini. Pada hari ujian, saya menjawab semua soal dengan seluruh kemampuan saya dan juga tidak lupa untuk bertawakal kepada Allah swt. Dua hari kemudian, saya mendapatkan kabar bahwa saya lulus tahap ujian dan akan mengikuti tes wawancara. Walaupun saya lulus tahap ujian saya berusaha untuk tidak terlalu senang karena perjalanan saya belum berakhir. Saya lantas mempersiapkan wawancara dengan menulis pertanyaan-pertanyaan apa saja yang mungkin akan ditanyakan dan melakukan mock interview dengan ibu saya dirumah. Pada hari-h wawancara saya berusaha untuk mengutarakan jawaban saya dengan baik, menggunakan kata-kata yang tepat, dan memberikan kesan yang baik.


Pengumuman hasil SIMAK KKI pun tiba. pada tanggal 5 juli 2023 tersebut, saya hanya merasakan rasa tegang dan khawatir. Kondisi mental dan fisik saya sudah melemah. Seperti hari-hari pengumuman yang lain, saya hanya berdoa dan memohon kepada Allah swt untuk memberikan hal yang terbaik untuk saya. Saya telah melalui banyak penolakan dari selama 2 tahun kebelakang, dan saya tentunya tidak takut jika saya mendapatkan penolakan lagi. Jam 4 sore sudah lewat tetapi saya tidak bisa membuka pengumuman tanpa sholat terlebih dahulu, maka saya sholat terlebih dahulu lalu saya akan membuka pengumuman bersama ayah saya dirumah. Kami duduk di ruang tamu, hanya melihat ke layar laptop, merasa belum siap untuk membuka pengumuman tersebut. Tetapi, sooner or later saya harus tahu. Saya men-klik tombol sembari berfikir “yasudahlah ya, apa yang berhak untuk kita akan datang ke kita.”


Sungguh, apa yang berhak untuk kita akan datang dengan sendirinya pada akhirnya. Kalimat “selamat, anda dinyatakan sebagai calon mahasiswa baru Universitas Indonesia program studi Pendidikan Dokter Kelas Khusus Internasional” terpampang pada layar laptop saya. Semua terasa seperti mimpi. Apakah ini nyata? Setelah 2 tahun perjuangan saya, semua ini nyata? Saya langsung menangis dan bersujud syukur kepada Allah swt karena sudah memberikan ini kepada saya. Saya bukan orang yang jenius, tetapi dengan kerja keras dan doa, saya bisa diterima di FKUI.


Diterima sebagai mahasiswa FKUI artinya bahwa ini adalah sebuah perjalanan yang baru. Saya ingin mengubah diri saya ke versi saya yang terbaik. Sudah saya katakan sebelumnya, pada masa SMA performa saya dalam belajar berkurang, dan saya dilanda rasa malas terus menerus, kadang juga saya mengumpulkan tugas dengan terlambat. Maka, saya ingin mengubah kebiasaan tersebut dan akan menjadi lebih rajin, tekun, disiplin, dan mengeluarkan usaha yang maksimal dalam mengikuti Pembelajaran di FKUI.


Untuk angkatan kami, Gelora, semoga kami dapat mendengar satu sama lain dan merangkul satu sama lain melalui kesulitan yang kami hadapi. Saya harap kita dapat mempertahankan semangat kita, seperti api yang menggelora, dari masa preklinik sampai disaat kita menjadi dokter nanti.


Dokter yang ideal harus memperhatikan dua aspek dalam perawatan kesehatan, yaitu keterampilan profesional dan teknis, juga kemanusiaan dan keterampilan interpersonal (1). Seorang dokter harus mempunyai pengetahuan medis yang cukup dan keterampilan yang baik (5). Dari segi kemanusiaan, kehangatan emosional, empati, dan komunikasi yang baik juga diperlukan (4). Seorang dokter perlu berkomitmen terhadap prinsip-prinsip profesionalisme, berkomitmen pada kesejahteraan pasien secara individu bersama dengan secara kolektif meningkatkan manfaat kesehatan bagi masyarakat (1,5). Dokter yang ideal harus murah hati, rendah hati, tegas, dapat berfikir kritis, dan mudah beradaptasi (2). Seorang dokter juga harus mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, menjadi pendengar yang baik, dan akrif dalam bertanya (3,4). Cara seorang dokter dapat berkontribusi ke masyarakat adalah dengan pertama-pertama mengatahui dan merefleksikan apa peran mereka di masyarakat, apa yang dibutuhkan pasien dan masyarakat, lalu memikirkan apa perawatan dan perhatian yang harus dilakukan, dan terus bersikap profesional dan membangun hubungan yang baik antara dokter-pasien (5). Saya ingin menjadi dokter yang dapat membangun hubungan yang baik dengan pasien saya, dapat mengkomunikasikan masalah-masalah yang dihadapi pasien, dan bersikap professional. Saya juga ingin dapat bekerja sama baik dengan sejawat saya dan dengan tenaga kesehatan yang lainnya. Saya juga ingin menjadi dokter yang passionate dan menyukai profesi sendiri, dalam arti bahwa saya senang untuk menjalan keseharian saya sebagai dokter dan berinteraksi dengan pasien.


Hal-hal yang saya ingin lakukan selama masa preklinik dapat dibilang cukup banyak. Hal yang utama adalah untuk memaksimalkan segi akademik saya dengan mendapatkan IPK yang bagus selama menjalani masa preklinik dan lulus dengan predikat cumlaude, satu-satunya yang harus saya lakukan untuk mewujudkan ini adalah dengan mengerjakan tugas dengan maksimal, belajar jauh-jauh hari ketika ada ujian, dan aktif berpendapat dan bertanya saat kelas berlangsung. Saya juga tertarik untuk mengikuti lomba-lomba akademik maupun non-akademik agar dapat menambah lebih banyak wawasan. Selain itu, saya berharap untuk dapat mengikuti kegiatan organisasi dan kepanitiaan untuk mengembangkan soft skills saya yang kurang seperti skill interpersonal, komunikasi, problem-solving, public speaking, dan lain-lain.


Setelah melalui masa preklinik, masa co-ass atau klinik akan datang sebagai program profesi yang harus dilakukan untuk mendapatkan gelar dokter di masa depan. pada masa ini saya berharap untuk dapat menerapkan teori yang sudah saya pelajari pada masa preklinik. saya akan memanfaatkan masa ini untuk memperdalam wawasan saya. Saat menjadi dokter nanti, tujuan utama saya adalah untuk mewujudkan tingkat perawatan yang maksimal pada setiap pasien yang saya temui. Saya juga berharap untuk menjadi dokter yang mempunyai sikap profesionalisme yang baik, rasa empati yang besar, dan bersikap terbuka atau responsif3. Tidak kalah penting juga, menjadi dokter yang patuh terhadap aturan dan tidak melanggar kode etik yang ada. Saya juga ingin melakukan lebih banyak kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan penyuluhan. Selain menjadi dokter yang baik, saya juga mempunyai impian untuk mengejar sisi artistik saya yang sudah saya singgung di awal tadi, atau membuat bisnis sampingan dengan hal-hal yang saya sukai.


Saya rasa masalah utama terkait kesehatan yang masyarakat Indonesia miliki adalah ketidaksadaran akan penyakit-penyakit yang beredar dan kurangnya kesadaran juga untuk menghindari penyakit tersebut. Masyarakat Indonesia juga mudah mempercayai berita-berita hoax mengenai kesehatan yang tersebar di sosial media. Maka, saya berharap untuk melakukan lebih banyak kegiatan penyuluhan dan pengabdian ke masyarakat agar warga Indonesia mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai penyakit-penyakit tertentu dan mempunyai kemauan untuk merawat dan menghindari diri mereka dari penyakit-penyakit tersebut.


Teman-teman yang mempunyai keinginan untuk masuk FKUI, pesan saya adalah jangan menyerah, dan teruslah berjuang. Ingat, yang berhak untuk kalian akan datang kepada kalian pada saat yang tepat. Saya tahu sekali bahwa rasa penolakan itu sangat tidak enak, mau tidak mau kalian harus berusaha lebih keras. Penting sekali kerja keras kalian karena Tuhan Yang Maha Esa selalu melihat usaha dan doa kalian. Terus belajar dan jangan lupa untuk berdoa kepada Tuhan. Satu hal lagi, berbuat baik kepada keluarga, teman, dan orang-orang disekitar kalian, karena seluruh perbuatan kalian akan berpengaruh di masa depan, semangat teman-teman!



















Referensi :

  1. Dopelt K, Bachner YG, Urkin J, Yahav Z, Davidovitch N, Barach P. Perceptions of practicing physicians and members of the public on the attributes of a “good doctor.” Healthcare. 2021;10(1):73. doi:10.3390/healthcare10010073

  2. Murphy B. These 8 traits make great doctors, and residents can develop them [Internet]. 2023 [cited 2023 Aug 9]. Available from: https://www.ama-assn.org/education/accelerating-change-medical-education/these-8-traits-make-great-doctors-and-residents-can

  3. Skills that make a good physician [Internet]. 2021 [cited 2023 Aug 9]. Available from: https://www.aucmed.edu/about/blog/skills-that-make-a-good-physician

  4. What makes a good doctor? 7 surprisingly useful skills for physicians [Internet]. St. George University School of Medicine ; 2023 [cited 2023 Aug 9]. Available from: https://www.sgu.edu/blog/medical/what-makes-a-good-doctor/

  5. Grundnig JS, Steiner-Hofbauer V, Drexler V, Holzinger A. You are exactly my type! the traits of a good doctor: A factor analysis study on public’s perspectives. BMC Health Services Research. 2022;22(1). doi:10.1186/s12913-022-08273-y

 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

Comments


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page