- Khalisa Safana Feodora
- Aug 13, 2023
- 9 min read
Updated: Aug 13, 2023
Narasi Perjuangan
Perkenalkan nama saya Khalisa Safana Feodora, atau biasa dipanggil Khalisa. Saya berasal dari SMAN 68 Jakarta. Salah satu kebahagiaan terbesar saya tahun ini, diterima sebagai salah satu mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia kelas khusus internasional lewat jalur talent scouting. “kalo sekolah dari SMAN 68 ke Universitas Indonesia mah kayak naik kelas” katanya. Namun tidak seperti yang terucap dari bibir orang-orang, nyatanya untuk menjadi bagian dari keluarga besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2023 bukanlah perjalanan yang mudah bagi saya.
Sejak kecil, mendengar kabar seseorang diterima di FK UI adalah sebuah hal yang saya sangat kagumi. Siapa yang tidak bangga untuk bisa diterima di FK UI ? Tentu semua yang mengalami hal tersebut pasti bangga. Sebagai fakultas kedokteran tertua di Indonesia, FK UI menghasilkan lulusan-lulusan terbaik yang menjadi dokter terpercaya dan berprestasi di Indonesia. Fakta inilah yang mendorong persepsi masyarakat dalam melihat dokter lulusan FK UI. Hal tersebut memotivasi saya untuk mengenyam pendidikan di FK UI. Namun, mengapa kedokteran ?
Semuanya berawal pada tanggal 23 November 2004. Ya, tanggal lahir saya. Lahir di usia 29 minggu, dengan berat 1,2 kilogram, dan panjang 39 sentimeter, ukuran yang cukup kecil untuk dapat diletakkan dalam telapak tangan manusia dewasa normal. Lahir dengan kondisi prematur, membuat saya harus berada di inkubator berbulan-bulan. Frekuensi kunjungan rumah sakit yang kerap terjadi membuat suasana rumah sakit adalah salah satu memori awal saya sebagai balita. Dalam masa pertumbuhan saya, dokter memiliki peran yang besar dalam mendukung orang tua saya dalam membesarkan anak yang sehat. Pahlawan, mungkin itulah kata yang muncul dalam benak saya dan orang tua saya saat melihat figur dokter. Manusia mulia yang rela untuk mengorbankan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam menyembuhkan pasiennya. Sejak saat itu, saya memutuskan sejak awal bahwa figur dokter akan menjadi resolusi saya saat saya besar nanti. Namun, seperti remaja lainnya saya juga belum menemukan prinsip utama saya sendiri secara utuh dan rasa penasaran yang tinggi terhadap berbagai hal.
Seperti remaja pada umumnya, rasa penasaran itu tumbuh terhadap banyak hal sembari bertambahnya umur. Pertanyaan orang-orang sekitar seperti “nanti mau kuliah apa ?” ataupun “nanti kalau sudah besar, mau jadi apa ?” sudah tidak menjadi pertanyaan yang bisa saya jawab asal melainkan menjadi buah pikiran baru untuk saya sebelum tidur. Sampai akhirnya pada masa SMP, saya pun mulai terbuka dengan bidang pekerjaan yang lebih luas lagi. Hal ini mendorong saya untuk mencari tahu bagaimana cara lebih lanjut untuk bekerja di bidang pekerjaan yang ada. Melihat nama Universitas Indonesia di berbagai tulisan artikel sebagai perguruan tinggi negeri favorit di Indonesia meyakinkan tekad saya untuk menjadikan Universitas Indonesia sebagai universitas impian saya. Sembari menjalani kehidupan remaja yang belum menetapkan mimpi-mimpi besarnya, saya tetap berusaha aktif dalam bidang akademik maupun non akademik. Saya berusaha aktif dalam kegiatan organisasi di dalam sekolah seperti OSIS maupun kepanitiaan acara yang dilaksanakan dalam sekolah. Kerap kali saya harus private tambahan agar tidak tertinggal pelajaran sekolah karena jadwal organisasi yang bertabrakan dengan jadwal pelajaran di kelas. Pada saat kelas 9, saya mencoba untuk meningkatkan intensitas belajar saya agar mendapatkan SMA favorit di Jakarta. Mengikuti bimbel juga menjadi salah satu pilihan saya untuk meningkatkan jiwa kompetitif saya dengan pelajar seangkatan di luar sekolah saya. Hari demi hari saya lewati hingga akhirnya seminggu menjelang ujian sekolah dilaksanakan, terjadilah libur 2 minggu dikarenakan virus Covid-19 memasuki wilayah Indonesia. Saat itu, saya berpikir bahwa setidaknya saya bisa mendapatkan waktu yang lebih panjang untuk belajar lebih lanjut dan menyiapkan mental untuk menghadapi ujian. Lagi pula saya pikir saya jadi bisa beristirahat sejenak dengan kesibukan rutinitas siswa kelas 9.
Takdir berkata lain. Liburan yang direncanakan untuk hanya 2 minggu itu ternyata berbalik kenyataan. Iming-iming 2 minggu itu menjadi 2 tahun, membuat angkatan 2023 kehilangan kesempatan untuk melakukan ujian nasional saat SMP. Mendengar kebanyakan cerita teman-teman saya yang merasa senang dengan dihilangkannya ujian nasional, justru saya termasuk orang yang kecewa dengan keputusan tersebut. Jam demi jam sudah saya korbankan untuk menguasai materi yang akan diujikan dan jarak demi jarak harus saya jalankan dari sekolah ke bimbel hingga pulang ke rumah untuk private tambahan terasa sia-sia. Harapan saya pupus untuk mendapatkan nilai tinggi demi masuk SMAN 8 Jakarta. Hingga saatnya seleksi masuk SMA untuk jalur prestasi dibuka, saya tetap bertekad meletakkan SMAN 8 Jakarta pada pilihan pertama. Dengan harapan yang kecil, saya pun terlempar pada pilihan SMAN 68 Jakarta. Rasa sedih tentu ada namun justru hal ini membuat saya mengharuskan diri saya aktif saat masuk SMA. Beradaptasi dengan segala hal yang harus dipindahkan ke dalam digital juga meminimalisir bertemu teman-teman dan keluarga sempat membuat saya mengisi waktu dengan belajar selama kelas 10. Hal ini berlanjut hingga saya disarankan untuk mengikuti Kompetisi Sains Nasional (KSN) oleh wali kelas saya dan memilih kimia sebagai mata pelajaran yang dilombakan. Setelah pemaparan materi dasar dengan beberapa kali pertemuan yang difasilitasi oleh sekolah, para murid yang mendaftar akan diseleksi terlebih dahulu. Saat itu, saya juga cukup kaget karena saya terpilih menjadi salah satu perwakilan sekolah di bidang kimia dengan persiapan yang belum matang. Saya pun segera mengabarkan guru privat saya bahwa saya terpilih menjadi salah satu perwakilan sekolah untuk Kompetisi Sains Nasional (KSN) untuk mengejar materi yang tak terhitung tersebut. Waktu yang saya kerahkan untuk belajar kimia pun makin intens hingga sekali pertemuan les yang seharusnya 2 jam bisa mundur hingga 4 jam. Berkat bantuan dan dukungan guru dan orang tua saya serta pihak sekolah, saya bisa menjuarai peringkat 3 di KSN-K tingkat wilayah Jakarta Pusat 2021. Sehabis mendapatkan prestasi tersebut, saya pun terdorong untuk mengeksplor bidang lain.
Dalam bidang non akademik, saya mencoba untuk mengikuti ajang Puteri Batik Remaja Indonesia di tahun yang sama, ini yang pertama bagi saya untuk melakukan lomba pageant. Gugup rasanya harus berkompetisi dengan peserta lain yang sudah jauh-jauh datang dari berbagai kota. Mewakili nama Jakarta bukanlah hal yang mudah bagi seorang pemula seperti saya hingga saat pada malam puncak acara, tangis pun lepas karena saya tidak masuk dalam top 10. Saya kecewa dengan diri saya sendiri karena tidak berusaha dengan baik dalam persiapannya hingga akhirnya seluruh peserta harus kembali ke atas panggung dan saya terpilih sebagai presentasi terbaik. Sungguh alur yang mengejutkan bagi saya karena saya berpikir ini adalah pertama kali saya untuk mencoba hal di luar keahlian saya namun Tuhan punya rencana lain. Menaiki kelas 11, perlahan kegiatan sudah dilakukan secara hybrid mendorong diri saya untuk aktif di lingkungan sekolah, mengikuti OSIS, berpartisipasi dalam kepanitiaan acara-acara sekolah, serta ikut dalam organisasi di luar sekolah. Akibatnya kepadatan jadwal sempat membuat saya lengah dalam mengejar nilai tetapi saya kembali mengingatkan diri saya dengan tujuan saya yaitu FK UI. Mengerjakan tugas tambahan untuk menambah nilai pun saya kerjakan. Ketiduran saat les di malam hari setelah rapat malam selesai ataupun pulang malam dari sekolah juga sempat saya lewatkan. Memasuki kelas 12, saya akhirnya mengurangi kegiatan organisasi untuk persiapan kuliah. Hari demi hari saya lewati dengan belajar hingga akhirnya hari pengumuman eligible pun ditetapkan. Gugup, khawatir, dan takut adalah rasa yang tepat menggambarkan saya pada saat itu. Satu angkatan berlari-larian dan berebutan untuk dapat melihat papan pengumuman. Alhamdulillah, hasil pengumuman sesuai dengan ekspektasi saya. Lantas saya langsung mengabari ibu saya.
Diterimanya saya sebagai siswa eligible bukanlah tanda kepastian saya akan diterima menjadi mahasiswa FK UI. Rasa khawatir masih merengut diri saya. Bimbingan belajar dan private masih terus saya tekuni. Saya juga menyiapkan TOEFL dan esai untuk persiapan jalur talent scouting. Hampir setiap hari, saya berkonsultasi dan mencari informasi tentang jalur-jalur yang ada. Segala informasi tentang penerimaan mahasiswa baru universitas saya kumpulkan dan tanyakan secara berkala kepada guru BK. Setelah beberapa kali konsultasi, saya menetapkan pilihan saya untuk FK UI pada pilihan SNBP dan talent scouting. Hingga saat acara kumpul angkatan yang juga hari terakhir sekolah, saya mendapatkan notifikasi bahwa saya lolos untuk lanjut ke dalam tahap wawancara. Sepulangnya acara, referensi berbagai wawancara saya telusuri di internet. Latihan wawancara dengan guru les pun saya lakukan hampir setiap hari. Berbagai kemungkinan pertanyaan saya cari jawabannya lewat internet maupun guru dan orang terdekat. Hari wawancara tiba, saya mencoba untuk tetap tenang dalam menjawab semua pertanyaan yang diberikan dan memasrahkan hasilnya. Beberapa hari setelah itu, saya tidak menaruh harapan besar pada pengumuman SNBP tetapi melihat warna merah di laptop cukup membuat tangis saya pecah pada sore hari itu. Tiga hari saya lewati dengan penuh keresahan dan rasa khawatir bila harus tertolak dan harus menjalankan UTBK. 31 Maret 2023, hari pengumuman, salah satu hari terdeg-degan dalam hidup saya. Dilewati dengan terus berdoa dari bangun tidur hingga sore hari itu dan berkat doa dan dukungan dari orang-orang terdekat, saya berhasil mewujudkan salah satu mimpi saya pada sore hari itu. Tangis haru dan bahagia saat saya memeluk kedua orang tua saya atas pengumuman tersebut.
Diterimanya saya menjadi mahasiswa FK UI bukanlah akhir dari mimpi saya. Masih banyak hal yang harus saya jalankan untuk menggapai mimpi-mimpi besar saya selanjutnya. Diperlukannya komitmen dan prinsip secara utuh dalam perjalanan tersebut. Jika komitmen saya saat SMA adalah belajar dengan sesungguhnya agar dapat diterima di FK UI maka tentu akan ada perubahan komitmen untuk kedepannya selama menjadi mahasiswa di FK UI nanti. Berkomitmen untuk menjadi lebih baik yaitu lebih rajin dalam belajar juga hal yang sama dengan tata krama dalam bersosialisasi serta berkontribusi terhadap lingkungan sekitar adalah hal awal yang akan saya jalani. Harapannya dengan komitmen saya saat ini, bisa membantu saya dalam memanfaatkan kesempatan yang ada dalam menjaga dan membanggakan nama baik FK UI. Saya harap saya dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi selama menempuh pendidikan di FK UI. Untuk angkatan FK UI 2023 Gelora, saya harap kita bisa terus bersinergi dalam membangkitkan satu sama lain seperti nama yang dibuat. Saya juga berharap agar kita dapat melewati segalanya dengan semangat yang gelora hingga menjadi dokter kelak seperti nama angkatan yang disematkan.
Dokter adalah suatu profesi yang berdasar pada keilmuan dan kode etik yang bersifat melayani masyarakat dalam upaya kesehatan. Tujuan akhir pengobatan hanya dapat dicapai jika dokter yang baik mempraktikkan pengobatan yang baik dan jika semua yang berpartisipasi dalam perawatan medis merasa puas.[4] Dokter ideal dimana seseorang dokter dapat memberikan layanan terbaik kepada seorang pasien juga senantiasa mengabdikan dirinya kepada bangsa dan negara. Untuk dapat menjadi dokter ideal, perlu menanamkan nilai luhur yang akan menjadi prinsip kedepannya. Nilai luhur terpenting dalam dokter ideal adalah kebaikan yang terkait erat dengan empati karena empati adalah salah satu elemen utama kemanusiaan kita bagi saya. Empati inilah yang akan membuat seorang dokter bisa memahami kondisi pasien di luar aspek keilmuan.[4] Dokter ideal juga dokter yang menghargai komunikasi, perawatan yang berpusat pada pasien, dan berintegritas.[1] Hal inilah yang mendorong dokter ideal tersebut untuk berkontribusi ke masyarakat.
Dengan berkembangnya sistem kesehatan di Indonesia nanti, dokter dapat berkontribusi dengan pengabdian mulai dengan dokter sebagai komunikator juga penyedia layanan kesehatan kepada masyarakat, peneliti yang dapat memajukan inovasi-inovasi terbaru bangsa, ataupun pemimpin komunitas yang berinovasi dalam aspek pelayanan maupun penelitian.[2] Kelak ketika saya menjadi dokter nanti, saya harap saya bisa menjadi dokter ideal yang saya paparkan diatas. Menjadi dokter yang komunikatif terhadap pasiennya, memahami kekhawatiran pasien.[3] Komunikatif yang saya artikan disini juga dalam hal mengerti dan mendengarkan pasien secara menyeluruh.[5] Selain itu, memastikan pasien mendapatkan haknya dalam memilih keputusan lanjutan dengan anjuran yang tepat dari dokter.[3]
Selama masa preklinik, saya akan memanfaatkan ilmu yang diberikan dengan sebaik-baiknya dari segi akademik maupun non akademik mulai dari memaksimalkan IPK dan ikut berkontribusi dalam organisasi kampus yang akan menjadi bekal saya ke depannya. Dalam merealisasikan hal tersebut, saya harus menerapkan cara pembelajaran yang efektif bagi diri saya juga belajar bersama teman-teman agar saling membantu dengan ilmu yang ada. Selain itu, berkontribusi dalam organisasi serta mendorong teman lainnya untuk dapat berpartisipasi dalam kepengurusan organisasi. Kedua hal ini juga butuh tekad yang kuat agar aku yakin bisa menggapainya secara bertahap. Menanamkan daya juang dan semangat yang tinggi pada awal perjalanan akan menjadi tujuan saya agar terbawa dan berlanjut pada masa yang mendatang sehingga perubahan-perubahan positif akan selalu terjadi pada diri saya.
Lalu selama masa klinik, saya harap saya bisa menerapkan apa yang saya sudah pelajari di masa preklinik dan akan berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lainnya agar pasien bisa mendapatkan pelayanan terbaik serta senantiasa mengulang dan mengingat kembali materi preklinik yang sudah diajarkan. Lalu ketika saya menjadi dokter kelak, saya ingin memberikan pelayanan terbaik kepada pasien dengan melayani semua pasien tanpa perbedaan. Serta untuk masyarakat, saya harap juga mengikuti perkembangan dunia kesehatan serta menanamkan kesadaran diri dengan penyakit-penyakit yang ada agar bisa segera memeriksakan diri ketika terjadi gejala yang memungkinkan.
Terakhir, kepada adik kelas yang mendambakan untuk masuk ke FK UI, Tentu butuh tekad dan komitmen yang kuat untuk dapat meraihnya. Berjuanglah dan belajarlah dengan giat ketika orang lain beristirahat. Tentukan lingkungan yang menuntunmu ke arah jalan hidup yang lebih baik. Diterima di FK UI bukanlah akhir dari perjalananmu melainkan awal ke banyak arah jalan selanjutnya yang sesungguhnya. Doa dan dukungan saya menyertai kalian.
Daftar Referensi :
Grundning JS, Steiner-Hofbauer V, Drexler V, Holzinger A. You are exactly my type! the traits of a good doctor: a factor analysis study on public’s perspectives. BMC Health Services Research [Internet]. 2022 Jul 08 [cited 2023 Aug 09];1. Available from: https://bmchealthservres.biomedcentral.com/counter/pdf/10.1186/s12913-022-08273-y.pdf
Supiyanti I, Muhardi. Seven stars moslem doctor sebagai aplikasi internalisasi nilai-nilai islam dalam nilai kerja tenaga medis di indonesia. Paradigma Jurnal Multidisipliner Mahasiswa Pascasarjana [Internet]. 2020 [cited 2023 Aug 09];1(1)36-37. Available from: https://jurnal.ugm.ac.id/paradigma/article/download/59573/pdf
Davis K, Fredericks J, Carbone R, Basdeso A, Lujan J. What makes a good doctor: a qualitative study of patient perspectives. Research Gate [Internet]. 2021 Apr 11 [cited 2023 Aug 09];7-13. Available from: https://www.researchgate.net/profile/Ryan-Carbone-3/publication/348899293_What_Makes_a_Good_Doctor_A_Qualitative_Study_of_Patient_Perspectives/links/60733ec592851c8a7bbe83de/What-Makes-a-Good-Doctor-A-Qualitative-Study-of-Patient-Perspectives.pdf?origin=publication_detail
Alpert JS, Frishman WH. The most important qualities for the good doctor. The American Journal of Medicine [Internet]. 2020 [cited 2023 Aug 09];134(7)1. Available from: https://www.amjmed.com/action/showPdf?pii=S0002-9343%2820%2931012-3
Schnelle C, Jones MA. Characteristic of exceptionally good doctors—a survey of public adults. Pubmed Central [Internet]. 2023 Jan 21 [cited 2023 Aug 09]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9883187/
Comments