top of page
  • Youtube
Search
  • Kayla Rayzel Hidayat
  • Aug 11, 2023
  • 6 min read

Narasi Perjuangan

Perkenalkan nama saya, Kayla Rayzel Hidayat, biasa dipanggil dengan nama Kayla atau Kay. Saya merupakan seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) kelas reguler yang berasal dari daerah Jakarta Barat. Saya berhasil masuk ke Universitas Indonesia (UI) melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT). Dan pada waktu SMA, saya bersekolah di Sekolah Menengah Atas Kristen (SMAK) 1 Penabur Jakarta jurusan IPA.


Menurut saya, FKUI merupakan tempat kuliah terbaik dan tertua di Indonesia untuk belajar ilmu kedokteran yang tentunya bisa dilihat dari sejarahnya. Cikal bakal FKUI sudah dimulai sejak zaman penjajahan Belanda, yaitu pada tanggal 2 Januari 1849, yang terus berkembang hingga menjadi STOVIA pada tahun 1898.1 Kemudian, STOVIA bergabung dengan institusi lain dan terus berkembang hingga akhirnya menjadi FKUI yang sekarang berada di Depok. Selain dari sejarah, saya juga melihat bahwa FKUI telah menghasilkan lulusan yang berkualitas dan terbukti mampu berkiprah di tingkat nasional. Pandangan ini juga yang menjadi motivasi bagi saya untuk memilih bersekolah di FKUI. Ketika saya merasa bahwa saya ingin menjadi seorang dokter, UI merupakan salah satu universitas yang langsung muncul di dalam pikiran saya. Pikiran ini yang membuat saya mencari sedikit informasi tentang UI. Dari sana, saya menemukan bahwa UI merupakan universitas kedokteran berakreditasi A dan nomor satu di Indonesia, dilengkapi dengan fasilitas dan juga dosen-dosen yang berkualitas sehingga bisa menghasilkan lulusan yang sangat baik. Dan akhirnya, saya memutuskan bahwa saya ingin masuk ke FKUI.


Sebenarnya, tidak pernah terlintas dalam pikiran saya untuk kuliah kedokteran di Indonesia sehingga perjuangan saya masuk ke FKUI baru saja dimulai sejak kelas tiga SMA semester genap dan bisa dibilang sudah sangat telat. Saat itu, saya masih dalam proses menunggu pengumuman siswa yang eligible untuk mendaftar Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) dari pihak sekolah. Ternyata, saya termasuk ke dalam daftar tersebut. Saya juga mendapatkan peringkat yang cukup tinggi dan itu merupakan sebuah kejutan bagi saya. Setelah mendapatkan berita tersebut, saya, ditemani oleh orang tua, segera mendaftar untuk ikut serta dalam SNBP. Saya hanya mengisi pilihan pertama saja pada saat itu, hanya FKUI. Namun, saat pengumuman SNBP pada tanggal 28 Maret, saya melihat bahwa saya masih belum berhasil masuk FKUI. Waktu itu, saya tidak merasa terlalu kecewa karena saya juga sudah menduga hasil tersebut. Hal ini karena berdasarkan pemeringkatan di sekolah, ada beberapa orang berperingkat lebih tinggi yang mendaftar ke FKUI juga. Kemudian, saya lanjut mendaftarkan diri untuk ikut SNBT. Saya tetap hanya mengisi pilihan pertama saja, yaitu FKUI. Saya berhasil mendapatkan jadwal tes di gelombang satu pada tanggal 10 Mei. Di saat yang bersamaan, waktu ujian sekolah (US) juga semakin mendekat dan saya mengkhususkan semua waktu saya untuk belajar materi US terlebih dahulu. Dan akhirnya, saya baru mulai mengikuti bimbingan belajar (bimbel) secara rutin satu bulan sebelum SNBT berlangsung. Saya juga terkadang mengikuti beberapa kelas daring yang diberikan oleh pihak sekolah mengenai materi SNBT. Saya saat itu merasa sangat beruntung karena terjadi perubahan isi materi yang diujikan saat SNBT tahun ini sehingga tidak ada lagi tes mata Pelajaran. Dalam waktu yang singkat itu, saya mengerjakan banyak soal latihan dan mengikuti try-out di bimbel. Selama sebulan itu, saya fokus belajar di bimbel dan mengikuti kelas intensive. Terutama karena saya juga sudah tidak perlu pergi ke sekolah lagi, saya bisa mengikuti kelas pagi di bimbel. Sisa waktu di luar bimbel, kadang saya pakai untuk pergi refreshing agar ada balance antara belajar dengan istirahat. Saya biasa refreshing dengan pergi ke mall untuk jajan, melukis di rumah, atau bermain games mobile bersama teman-teman saya. Selama saya berjuang dalam mengikuti SNBT, saya juga tidak lupa untuk berdoa bersama dengan keluarga agar Tuhan membantu saya selama saya mempersiapkan diri dan ketika saya ujian. Saya melakukan rutinitas yang baru ini hingga tiga hari sebelum ujian. Selama dua hari sebelum ujian, saya mempersiapkan diri dengan mendapatkan tidur yang cukup dan juga menjaga diri agar tubuh dalam kondisi yang baik. Sehari sebelum ujian, saya pergi bermalam di hotel yang berada di dekat UI karena rumah saya yang cukup jauh dari Depok, sedangkan saya mendapatkan sesi pagi. Di hari ujian, saya membawa semua perlengkapan yang saya butuhkan dan pergi ke Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), tempat saya akan melaksanakan ujian. Selama ujian, saya merasakan penyertaan Tuhan bagi saya sehingga saya dapat mengerjakan semua soal dengan baik. Dan, ternyata, saat pengumuman SNBT pada tanggal 20 Juni, saya dinyatakan lolos SNBT dan diterima di FKUI.

Selama saya di FKUI, saya ingin berkomitmen untuk menjadi pribadi yang lebih dekat lagi dengan Tuhan. Kedua, saya ingin lebih rajin belajar, dan tidak bergantung pada sistem kebut semalam lagi, menerapkan gaya hidup yang lebih sehat. Dan, terakhir, saya ingin menjadi seseorang yang lebih aktif dalam kegiatan apapun. Saya juga memiliki beberapa harapan bagi diri saya, yaitu mendapatkan Summa Cumlaude dan menyelesaikan pendidikan saya di FKUI dalam waktu secepatnya. Selain itu, saya juga berharap agar angkatan saya, dapat menjadi angkatan yang memberikan dampak baik bagi orang-orang di sekitar kami.


Berbicara tentang fakultas kedokteran, saya jadi mau membahas sedikit tentang pandangan saya akan sosok dokter yang ideal. Menurut saya, dokter yang ideal tidak dilihat dari angka Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), namun dari sikap dan pola pikirnya. Dokter yang ideal adalah dokter yang bisa membantu pasiennya dengan benar, mau terus belajar dan mengembangkan dirinya menjadi versi yang lebih baik lagi bagi kepentingan pasien yang akan ia tangani di masa yang akan datang. Menurut Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek, terdapat tiga karakter (3K) yang harus dimiliki oleh seorang dokter, yaitu kesantunan, kesejawatan, dan kebersamaan, agar dapat menjunjung profesi tersebut.2 Tapi, apa arti dari setiap karakter ini? Pertama, kesantunan yang berarti seorang dokter harus memiliki kemampuan berkomunikasi dan berbahasa tubuh yang bagus, baik itu terhadap pasien maupun rekan sekerjanya. Kedua, kesejawatan yang berarti seorang dokter harus menjunjung tinggi etika kedokteran. Ia juga harus mau terus mengembangkan kemampuan dan pengetahuan yang ia miliki di bidang kedokteran sehingga tidak tertinggal dengan kemajuan yang ada. Ketiga, kebersamaan, yaitu kemampuan seorang dokter untuk bekerja sama dengan orang lain ketika memberikan pelayanan ke masyarakat, serta memiliki hubungan yang benar dengan orang lain. Selain ketiga karakter ini, seorang dokter juga harus menjunjung tinggi Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) yang terurai dalam 21 pasal.3 KODEKI merupakan nilai-nilai tanggung jawab dan aturan yang harus ditaati seorang dokter ketika berpraktik. Di dalamnya juga terkandung nilai-nilai luhur profesi kedokteran. Nilai-nilai ini terlihat dari profesi kedokteran yang mengutamakan kepentingan pasien, bisa berkomunikasi, mampu berempati dan menyayangi, dan berupaya maksimal yang diberikan dalam setiap pelayan terhadap pasien dan juga rekan kerja.4 Seorang dokter yang ideal juga memberikan kontribusi yang melimpah terhadap masyarakat di tempat ia berada, baik di secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu contohnya adalah kontribusi dokter dalam meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan primer5, seperti di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), sehingga memberikan akses hampir ke seluruh masyarakat di Indonesia dalam bidang kesehatan. Serupa dengan pandangan saya dengan dokter yang ideal ini, saya juga ingin menjadi cerminan dari dokter tersebut, walaupun hal tersebut hampir mustahil dan bisa dikatakan sebagai sebatas perkataan saja.


Saat ini, saya hanya memiliki dua rencana jangka pendek selama masa preklinik. Pertama, saya ingin mendapatkan IPK yang bagus karena saya ingin lulus dengan secepat mungkin dan mendapatkan predikat Cumlaude. Hal ini bisa saya capai dengan membuat sebuah jadwal belajar sehingga saya dapat membagi waktu sesuai kebutuhan saya, mendengarkan penjelasan dosen dengan baik di kelas, mencatat materi dengan rajin, dan membaca buku-buku tentang ilmu kedokteran untuk memperdalam ilmu. Kedua, saya ingin aktif di berbagai acara kampus dan unit kegiatan mahasiswa (UKM) karena saya ingin menambah pengalaman saya dalam kegiatan berkelompok dan bekerja sama dengan orang lain, serta dapat berkenalan dengan teman-teman yang baru. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat menantang, khususnya bagi saya yang cukup introvert. Hal ini dapat saya capai dengan aktif mencari informasi tentang kegiatan yang sedang diadakan di kampus dan berani untuk mendaftarkan diri. Sedangkan, untuk rencana jangka panjang selama masa klinik, saya masih belum berencana banyak. Saya hanya berharap saya dapat melakukan yang terbaik di setiap kegiatan yang ada dan mendapatkan ilmu sebanyak-banyak dari pengalaman yang akan saya dapatkan pada saat itu. Hal ini bisa saya capai dengan bersikap aktif selama masa klinik dan berlatih terus menerus untuk menambah experience. Selama masa klinik tersebut juga, saya juga berharap bisa membawa perubahan kecil apapun itu bagi masyarakat yang akan saya layani. Saya ingin agar setiap orang bisa merasakan bahwa akses terhadap pelayanan kesehatan adalah suatu hak yang bisa dimiliki oleh siapapun tanpa melihat latar belakang atau keadaan mereka dan dokter akan melayani mereka dengan sepenuh hati.


Sebelum mengakhiri narasi ini, saya ada beberapa pesan juga untuk para adik kelas yang ingin masuk ke FKUI. Perjalanan perjuangan setiap orang pasti tidak ada yang sama dan terkadang kita sering merasa iri terhadap orang lain yang sepertinya tidak perlu berjuang sesulit kita. Tapi, jangan terlena dengan hal seperti itu. Jalan yang ditempuh untuk masuk ke FKUI memang sulit dan penuh dengan tantangan, tetapi jikalau kamu memang merasa bahwa ini adalah jalan yang Tuhan telah tunjukkan bagimu, jangan pernah menyerah dan teruslah berjuang karena Tuhan pasti akan membantu perjuanganmu. Jika kamu gagal sekali, ulang lagi, jika gagal lagi, ulangi lagi. Ulangi terus hingga kamu berhasil, karena kegagalan adalah kunci kesuksesan selama kamu mendapatkan pembelajaran dari kegagalan itu.




Daftar Pustaka

  1. Hoesein R, Hum M, Tanzil M. Sejarah [Internet]. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; (n.d.). Available from: https://fk.ui.ac.id/sejarah.html

  2. Rokom. 3 karakter ini harus dimiliki seorang dokter [Internet]. Jakarta: Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 16 Desember 2018. Available from: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20181215/4928833/3-karakter-harus-dimiliki-seorang-dokter/

  3. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Kode etik kedokteran Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2012. 80 halaman. Report No.: 111/PB/A.4/02/2013.

  4. What makes a good doctor? 7 surprisingly useful skills for physicians [Internet]. Grenada: St. George’s University; 6 Juli 2021. Available from: https://www.sgu.edu/blog/medical/what-makes-a-good-doctor/

  5. Yuliyanti S, Sugeng P, Ratnawati. Peran dokter umum pada program promosi kesehatan di layanan primer. Majalah Kedokteran Bandung. 2018 September; 50(3):152-8.

 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

תגובות


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page