- Kannaya Putri Maharani
- Aug 12, 2023
- 8 min read
Updated: Aug 13, 2023
Narasi Perjuangan
Halo, teman-teman perjuangan. Perkenalkan, nama saya Kannaya Putri Maharani mahasiswi baru Fakultas Kedokteran jurusan Pendidikan Dokter Kelas Khusus Internasional Universitas Indonesia. Saya mempunyai nama panggilan khusus yang saya dapatkan di rumah yaitu “Ayayya”, sedangkan teman-teman saya akrab memanggil saya menggunakan nama depan yaitu “Kannaya”. Saya lahir pada 11 Januari 2005 di Yogyakarta sebagai anak sulung dari empat bersaudara. Saya menempuh pendidikan sekolah menengah atas di SMA N 3 Yogyakarta. Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan dukungan dari kedua orang tua, kata “Selamat, Anda dinyatakan sebagai calon mahasiswa baru di Universitas Indonesia” berhasil saya dapatkan pada tanggal 31 Maret 2023. Kalimat tersebut menjadi penanda langkah awal saya sebagai mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) program Kelas Khusus Internasional (KKI) melalui jalur Talent Scouting. Pengalaman tersebut menjadi sebuah kenangan yang sangat saya syukuri dan akan terkenang seumur hidup saya. Universitas Indonesia sebenarnya bukanlah merupakan cinta pertama saya, tidak pernah terlintas dalam benak saya jika saya akan menjadi bagian dari keluarga besar FKUI yang sangat bergengsi. Universitas Indonesia yang merupakan representasi institusi pendidikan dengan sejarah paling tua di asia, membuat saya berpikir ratusan kali untuk mengenyam pendidikan di sini. Namun, rasa percaya diri saya muncul saat kelas 2 SMA. Setelah banyaknya browsing dan menonton video Youtube yang bertopik Kedokteran Perguruan Tinggi Negeri (PTN) saya amat tertarik dengan program KKI FKUI dimana kelak kami akan mendapat kesempatan berharga untuk mendapatkan gelar ganda di universitas luar negeri.
Mama saya pernah bercerita bahwa saya bukan merupakan anak yang berprestasi semasa sekolah dasar (SD). Anak yang tahunya hanya bermain sejak pagi hingga sore ini belum mengerti akan pentingnya pendidikan, sampai akhirnya adik saya lahir secara sesar dan mama saya tentunya harus dirawat di Rumah Sakit dalam waktu yang cukup lama. Melihat mama saya ditangani oleh beberapa dokter lebih dari seminggu penuh lamanya menimbulkan banyak pertanyaan dalam diri saya. “Siapa sih mereka? Apa yang sedang mereka lakukan” tanya saya kepada mama. Mama pun menjawab, “Mereka adalah dokter yang telah membantu mama mengeluarkan adik, mereka juga yang berhasil menyelamatkan nyawa mama.” jawab mama saya saat itu. Rasa takjub terpancar dari wajah saya, ternyata ada profesi yang begitu menakjubkan. Mulai saat itulah saya membulatkan tekad untuk kelak ingin menjadi dokter.
Perjalanan saya untuk mewujudkan cita-cita sebagai dokter dimulai sejak masa sekolah dasar (SD) sewaktu kelas 6 SD saya mengikuti berbagai les tambahan pembelajaran untuk mempersiapkan ujian nasional (UN) agar dapat diterima di sekolah menengah pertama (SMP) favorit. Hasilnya, saya berhasil mendapat peringkat 3 besar dalam perolehan nilai UN SD dan berhasil diterima di SMP terbaik di kota saya, yakni SMP N 5 Yogyakarta. Sembari mempertahankan nilai akademik, semasa SMP saya juga kerap mengikuti beberapa lomba seperti olimpiade matematika dan cerdas cermat. Sejak masuk SMP saya juga mengikuti tambahan seperti les privat dan tambahan materi dari sekolah. Tentunya, rasa letih kerap saya rasakan, tetapi saya amat ingin berjuang untuk berkuliah kedokteran. Menuju kelas 3 SMP saya semakin giat belajar juga tambahan les demi mempersiapkan UN SMP. Lagi-lagi target saya yaitu ingin dapat diterima di SMA favorit. Naasnya, setelah belajar materi ujian mati-matian, ujian nasional tiba-tiba dibatalkan karena adanya Virus Covid-19. Persiapan belajar saya untuk ujian nasional pun menjadi sia-sia. Anehnya, tiba-tiba seluruh sistem seleksi masuk SMA juga berubah. Perubahan tersebut sangat tidak masuk akal dan mendadak. Pada masa itu, isak tangis saya terdengar hampir setiap hari karena khawatir tidak masuk SMA favorit. Untungnya banyak protes dilakukan, papa saya bahkan terjun langsung untuk memprotes keputusan yang dikeluarkan oleh dinas. Alhamdulillah, setelah itu seleksi masuk SMA di jogja dapat berubah menggunakan nilai UN SD yang ditambah dengan nilai rapor SMP. Akhirnya, saya berhasil diterima sebagai siswi SMA N 3 Yogyakarta, sekolah favorit tertua sekaligus terbaik di kota saya. SMA N 3 Yogyakarta merupakan salah satu SMA penghasil siswa lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi negeri (SNMPTN) terbanyak di Indonesia yang sekarang telah berubah nama menjadi Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP). Hal inilah yang menjadi bahan pertimbangan terbesar yang mendasari keputusan saya memilih untuk bersekolah di SMA tersebut.
Target saya semasa SMA tak lain adalah lolos seleksi SNBP jurusan kedokteran. Track record alumni SMA saya dalam SNBP & SNBT adalah Universitas Gadjah Mada (UGM) yang kemudian menjadikan PTN tersebut cinta pertama saya. Usaha saya dalam mendapatkan nilai akademik yang baik adalah dengan cara belajar yang tekun serta mengikuti lomba. Tentunya saya kembali mengikuti olimpiade, bidang yang saya pilih adalah biologi karena relevan dengan target saya ingin masuk kedokteran. Sejak kelas 1 SMA saya terus mengikuti les privat serta tambahan pembelajaran dari sekolah. Tak lupa, semasa SMA saya masih terus berusaha untuk meningkatkan nilai rapor. Selain mengandalkan SNBP saya juga tertarik untuk berkuliah di luar negeri, tetapi setelah mengetahui bahwa kuliah kedokteran di luar negeri memerlukan penyetaraan nantinya ketika ingin bekerja di tanah air, saya akhirnya mengurungkan niat untuk berkuliah di luar negeri. Sebagai gantinya, saya mencari opsi lain dan mendapat informasi tentang jalur internasional. Mengetahui hal tersebut saya senang sekali dan tertarik untuk mencobanya. Pilihan saya jatuh pada Kelas Khusus Internasional (KKI) Universitas Indonesia. Tak lama kemudian, tibalah pengumuman siswa eligible, saya memperoleh peringkat dua puluh besar terbaik di angkatan saya. Setelah berbagai perhitungan peluang dan membandingkan dengan hasil diterima tahun lalu yakni lima siswa, saya optimis bahwa saya akan berhasil diterima dalam seleksi SNBP. Sembari menunggu hasil, saya mencoba untuk mendaftar jalur talent scouting UI karena sebelumnya telah mengikuti les bahasa inggris persiapan TOEFL selama hampir satu tahun. Saat itu kata letih sudah tak dapat saya utarakan karena sudah terlalu bosan menggunakannya. Tiada hari tanpa les, ditambah beban tugas di sekolah tidak menyurutkan semangat juang saya menggapai impian. Namun, sayang sekali tuhan berkehendak lain. Pada 28 Maret 2023 ternyata warna merah yang saya dapatkan saat pengumuman SNBP. Kecewa? itu pasti. Berderai air mata saya membaca pengumuman saat itu, tetapi saya masih memiliki keinginan yang amat besar untuk menjadi dokter. Jadi, saya harus cepat-cepat move on dan lanjut belajar mempersiapkan Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT). Selang beberapa hari, tepatnya pada 31 Maret 2023, sebuah keajaiban terjadi. Tak disangka-sangka, saya diterima menjadi mahasiswa baru Universitas Indonesia jurusan Kedokteran Kelas Khusus Internasional lewat jalur talent scouting (TS). Saya amat bersyukur dan langsung berlari menemui kedua orang tua saya. Kami berpelukan cukup lama, tidak menyangka bahwa saya akan lolos dalam seleksi tersebut karena interview yang tanpa persiapan, ditambah dengan kuota yang hanya sedikit. Saya amat mensyukuri apa yang saya dapatkan.
Saya tahu bahwa jalan yang saya pilih ini amat panjang nan berkelok dan tentunya saya akan menghadapi banyak sekali rintangan, tetapi saya yakin akan banyak teman-teman seperjuangan yang akan saling tolong menolong dan bekerjasama untuk meringankan jalan berliku menuju mimpi ini. Saya juga akan berjuang semaksimal mungkin untuk dapat menggapai cita-cita yang saya impikan, yaitu menjadi seorang dokter. Meskipun banyak perubahan akan saya alami, salah satunya yaitu hidup merantau di kota depok. Sendirian tanpa keluarga, saya berkomitmen untuk menjadi pribadi yang lebih mandiri. Belajar untuk memutuskan sebuah permasalahan, mempelajari lingkungan baru, beradaptasi terhadap perubahan, dan mengenal orang-orang baru akan saya lakukan dengan senang hati demi FKUI.
Harapan saya untuk FKUI 2023, Gelora! yaitu dapat mendapatkan lingkungan yang suportif, teman-teman yang bersedia saling membantu, dan meminimalisir konflik dalam angkatan. Saya percaya teman-teman Gelora akan semakin akrab bagaikan keluarga dan kami dapat berprogress bersama-sama untuk menjadi dokter yang tentunya dapat bermanfaat bagi lingkungan sekitar, keluarga, dan masyarakat.
Pandangan saya terhadap dokter ideal adalah dokter yang memiliki profesionalisme tinggi, skill komunikasi, serta rasa kemanusiaan yang besar. Dalam hal ini, maksud saya adalah seorang dokter ideal dapat membantu pasien merasa nyaman dan puas dengan pelayanan yang diberikan. Rasa sabar, empati, dan upaya yang besar dalam berjuang merawat pasien merupakan aspek yang saya perhatikan karena hal ini akan berhubungan dengan hasil akhir tindakan ataupun penanganan yang akan dilakukan oleh seorang dokter. Dokter ideal yang dapat memberikan penjelasan dengan detail menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh masyarakat umum menambah nilai plus. Meskipun, seperti yang kita ketahui bahwa jadwal dokter termasuk padat dan juga mereka memiliki lebih dari satu pasien. Disini peran dokter yang dapat mengkomunikasikan diagnosis secara tepat serta memastikan bahwa pasiennya benar-benar paham akan maksud yang ingin disampaikan sangat diperlukan. Poin ini krusial karena dapat meminimalisir kesalahpahaman, sumber bias, dan perselisihan antara dokter dengan pasien.
Karakter nilai luhur yang dokter ideal harus miliki mencakup 3 K yang terdiri dari kesantunan, kesejawatan, dan kebersamaan. Kesantunan berarti seorang dokter patutnya memiliki keterampilan komunikasi yang baik terhadap pasien, sejawat, dan tenaga kesehatan lainnya. Cara dokter bertutur kata haruslah baik, sikap dan bahasa tubuhnya juga sepatutnya baik. Tentunya, kemampuan ini perlu dibiasakan dan diasah. Juga terdapat karakter kesejawatan yang dapat diartikan bahwa seorang dokter ideal menjunjung tinggi etika profesi. Selanjutnya yaitu karakter kebersamaan. Dokter memberikan pelayanan kepada masyarakat, yang dalam urusan ini perlu untuk terhubung satu dengan yang lainnya. Hal tersebut bertujuan agar dapat dimaksimalkannya pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Sejalan dengan kemunculan banyaknya ilmu kesehatan, Peranan profesi dokter amat dibutuhkan dalam masyarakat. Dokter merupakan salah satu pejuang kemanusiaan. Pertaruhan nyawa, padatnya jadwal yang mengakibatkan kurangnya waktu istirahat, banyak melewatkan momen berharga dengan keluarga merupakan contoh resiko yang harus ditanggung oleh tenaga kesehatan, salah satunya dokter. Mereka merupakan pahlawan yang keberadaannya harus diapresiasi. Tugas dokter tidak hanya menyembuhkan dan merawat pasien, melainkan lebih dari itu. Para dokter juga bertugas untuk memberikan edukasi dan penyuluhan kepada masyarakat. Salah satu contoh besar yang dapat saya ambil yaitu wabah Covid-19. Peristiwa yang merenggut begitu banyak jiwa dan bahkan mengugurkan banyak tenaga medis di seluruh penjuru dunia. Hal tersebut dapat menjadi bukti nyata kontribusi dokter terhadap kesehatan masyarakat.
Lahir di keluarga yang tidak memiliki latar belakang di bidang kedokteran tidak menyurutkan tekad dan mimpi saya. Walaupun saya yakin jalan kedepannya akan lebih rumit dan tentunya pasti akan memerlukan usaha dan waktu lebih dibandingkan dengan teman lain yang terlahir dari keluarga pureblood, saya tetap percaya diri untuk menjadi calon dokter pertama di keluarga saya. Di masa depan saya ingin menjadi dokter yang berkemampuan dan berkemauan besar untuk membantu masyarakat dengan cara memberi konten edukasi tentang kesehatan seperti dr. Ayman Alatas.
Rencana jangka pendek saya untuk 3-4 tahun yang akan datang adalah dapat berprestasi di bidang akademik. Harapan saya yaitu menjadi sosok mahasiswa teladan dengan segudang prestasi, tentunya juga mendapatkan nilai IP mendekati atau bahkan bisa sempurna bernilai 4 di setiap semesternya. Ingin menjadi wisudawan terbaik yang mendapatkan IPK sempurna berpredikat cumlaude. Selain pada bidang akademik, saya juga memiliki rencana untuk bergabung dalam organisasi AMSA. Rencana jangka panjang saya untuk 5-10 tahun yang akan datang yakni menjadi seorang dokter yang dikenal banyak orang. Dikenal karena keramahan dan kecerdasannya agar dapat bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, dan negara. Saya juga sudah membulatkan tekad untuk melanjutkan pendidikan dokter spesialis bidang Orthopaedi demi membantu ayah saya menyembuhkan penyakit yang beliau derita serta dapat membantu masyarakat yang membutuhkan. Saya harap masyarakat, terutama masyarakat Indonesia untuk lebih menjaga pola hidup agar dapat berumur panjang karena tidak banyak penyakit yang akan datang di kemudian hari.
Sebagai penghujung tulisan, saya ingin berpesan bagi adik kelas yang ingin masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) untuk tidak minder dan terus berjuang. Memang perjuangan yang akan dihadapi akan terasa berat, tetapi saya percaya kalian akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan usaha yang telah dilakukan. Doa terbaik dari saya untuk para adik kelas. Semangat!
Referensi:
Murphy B. These 8 traits make great doctors, and residents can develop them [Internet]. Amerika Serikat: American Medical Association; 2023 Jan 14 [cited 2023 Agu 09]. Available from: https://www.ama-assn.org/education/accelerating-change-medical-education/these-8-traits-make-great-doctors-and-residents-can
Alpert JS, Frishman WH. The most important qualities for the good doctor. Am J Med [Internet]. 2020 Nov 11 [cited 2023 Agu 10];134(7):825-826. Available from: https://doi.org/10.1016/j.amjmed.2020.11.002
Tijdink JK. De persoonlijkheid van de dokter [The physician's personality; paramount for success in therapy]. Ned Tijdschr Geneeskd [Internet]. 2018 Dec 5 [cited 2023 Agu 10];162:D3649. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30570947/
Widyawati. 3 Karakter ini harus dimiliki seorang dokter [Internet]. Jakarta: Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2018 Desember 15 [cited 2023 Agu 09]. Available from: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20181215/4928833/3-karakter-harus-dimiliki-seorang-dokter/
Azizah S. Peranan dokter sebagai ujung tombak tenaga kesehatan masyarakat [Internet]. Indonesia: BRI Maslahat; 2021 Okt 25 [cited 2023 Agu 09]. Available from: https://www.bsimaslahat.org/blog/2021/10/25/peranan-dokter-sebagai-ujung-tombak-tenaga-kesehatan-masyarakat/
コメント