- Kanesia Kanahaya Arif
- Aug 12, 2023
- 6 min read
Updated: Aug 13, 2023
Narasi Perjuangan
"Wherever the art of medicine is loved, there is also a love of humanity.”[1]
Sebuah rangkaian kata dari Hippocrates, Bapak Kedokteran, menjadi pilar utama mengapa saya memilih untuk mendedikasikan hidup saya untuk kemanusiaan melalui bidang kedokteran. Perkenalkan, nama lengkap saya Kanesia Kanahaya Arif atau akrab disapa Kanes. Saya lahir di Balikpapan pada 27 Desember 2005 sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Saya lulus dengan predikat “Lulusan Terbaik MIPA” dari 352 siswa MIPA di SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan. Saya berhasil menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran, Program Studi Pendidikan Dokter, Universitas Indonesia melalui Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) program Reguler.
Perasaan bangga menyelimuti saya saat pertama kali dinyatakan menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, fakultas kedokteran pertama dan salah satu yang terbaik di Indonesia.[2] Ketika mendengar tentang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hal yang terlintas dalam benak saya adalah sebuah rasa kagum yang sangat besar. Sejak saat itu, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, yang menjunjung tinggi etika dan profesionalisme serta secara konsisten melahirkan lulusan dokter dengan kualitas terbaik, menjadi tujuan saya.[2] Saya ingin mengasah kemampuan dan mencari pengalaman seluas-luasnya dengan memaksimalkan peluang yang diberikan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Profesi dokter adalah profesi yang saya kenali jauh sebelum menduduki jenjang pendidikan. Cita-cita menjadi seorang dokter adalah impian pertama setiap anak yang tersentuh dengan kemuliaan dan ketulusan yang hadir beriringan dengan profesi tersebut. Mendedikasikan hidup untuk menjadi dokter membutuhkan pertimbangan yang sangat kuat. Terlebih lagi latar belakang saya sebagai sebagai calon dokter pertama di keluarga saya. Sebagai anak perempuan pertama, tumpuan keluarga, ada tekanan tersendiri untuk menjadi kebanggaan keluarga. Segala tantangan tersebut membuat saya lebih terpacu untuk mengasah keterampilan diri dan dikenal karena murni kemampuan saya. Satu hal yang saya ketahui dengan pasti, saya akan memperjuangkan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Kilas balik ke tahun 2014, di mana ada seorang siswa SD yang mengunggah status akan melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia. Siswa SD tersebut adalah saya. Sejak SD, saya sudah memiliki impian besar dan mulai berproses langkah demi langkah. Dari ulangan harian hingga penilaian akhir semester, saya selalu berusaha untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Konsistensi tersebut saya jaga hingga jenjang pendidikan berikutnya. Saat SMP, saya mulai terpanggil untuk mengembangkan kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik, yaitu dengan aktif dalam berbagai kegiatan Community and Service. Saya mengajar bahasa Inggris di PAUD dan Sekolah Bisa, berpartisipasi dalam kampanye #RethinkPlastic, dan ikut serta dalam kegiatan Clean Up Jakarta. Dalam skala yang lebih besar, saya sebagai team leader beserta teman-teman anggota berkunjung ke United Nations Jakarta Office sebagai volunteer Sustainable Development Goals (SDGs). Dengan kapasitas sebagai pelajar, kami ke Baduy yang merupakan salah satu cagar budaya di Banten dan berinteraksi dengan suku Baduy Luar, mencoba memahami kehidupan mereka.
Sejak awal SMA, saya sudah merancang sebuah grand plan yang matang untuk menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya meraih dan mempertahankan nilai akademik yang sangat baik selama 6 semester sehingga menjadi siswa eligible pertama dalam daftar siswa pendaftar SNBP. Ekstrakurikuler yang saya pilih adalah Moonzher Science Olympiad Club atau Moscopic, sebuah klub pembinaan untuk mengikuti Olimpiade Sains Nasional. Di Moscopic, saya menekuni bidang Ekonomi hingga menjadi medalis. Menurut teori ekonomi, usaha minimal untuk hasil tertentu, atau usaha tertentu untuk hasil maksimal. Berdasarkan teori tersebut, saya mengimplementasikan manajemen waktu dan matriks Eisenhower untuk mendapatkan hasil terbaik, yaitu keseimbangan antara pelajaran sekolah yang didominasi sains dan kegiatan OSN yang berbasis ekonomi. Teori biaya kesempatan dan tradeoff juga saya rasakan saat masa dispensasi untuk pelatihan dan persiapan OSN karena saya menyesali beberapa kesempatan yang terlewatkan, seperti kepanitiaan acara sekolah. Hal tersebut tidak sia-sia karena saya kemudian diberikan amanah menjadi ketua Moscopic dan memberikan ilmu yang saya miliki kepada angkatan penerus. Pengalaman kepemimpinan tersebut membuat saya menjadi pribadi yang mampu diandalkan dan disiplin.
Di luar OSN, saya juga aktif mengikuti perlombaan akademis lainnya. Kekuatan diri saya terletak pada kemampuan saya sebagai seorang integrator. Saya mampu menganalisis keterampilan yang dimiliki anggota kelompok, kemudian mengintegrasikan ide masing-masing anggota untuk menghasilkan sebuah output yang optimal. Saya mengutamakan kolaborasi saat bekerja sama dalam tim karena hal tersebut sejalan dengan nilai kesejawatan dalam kedokteran. Akan tetapi, kelemahan saya sebagai pribadi yang perfeksionis terkadang membuat waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan output lebih lama. Maka dari itu, saya selalu mengerjakan segala sesuatu lebih awal dan jarang menunda-nunda untuk memastikan bahwa tugas terselesaikan tepat waktu. Dalam ajang perlombaan, seringkali diadakan presentasi dan focus group discussion untuk menentukan hasil seperti apa yang optimal. Dengan adanya komponen penilaian tersebut, saya tertantang untuk mengasah kemampuan komunikasi dan public speaking agar ide dapat tersampaikan dengan baik. Saya menerapkan pengalaman saya sebagai moderator podcast resmi sekolah yaitu MoonzherFM, hingga Master of Ceremony dan social media takeover dalam berbagai acara dalam perlombaan. Dalam banyak lomba yang saya ikuti, tidak semuanya membuahkan hasil seperti yang saya ekspektasikan. Akan tetapi, saya mengevaluasi hasil tersebut dan berusaha memperbaiki subsistem sekaligus konektivitas dari sistem terintegrasi itu sendiri agar mendapatkan hasil maksimal di perlombaan selanjutnya.
Komitmen saya yang saya jaga selama menempuh jenjang sekolah adalah komitmen dalam beretika, kedisiplinan, serta kejujuran. Setelah menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya akan mempertahankan komitmen tersebut dan menambah nilai komitmen baru seperti kemandirian karena akan tinggal jauh dari keluarga dalam waktu yang relatif lama. Saya juga berkomitmen untuk mengembangkan diri dalam lingkungan terbaik agar dapat meraih target hidup saya.
Pengalaman awal saya setelah diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah menjadi volunteer di AMSA Day UI 2023 dengan tema Hipertensi. Pengalaman tersebut menjadi salah satu titik balik dalam hidup saya. Para volunteer dibekali pengembangan wawasan sebelum dimulainya kampanye, lalu kampanye meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap Hipertensi dilaksanakan secara online dan offline. Saya belajar banyak tentang interaksi sosial kemasyarakatan dan menjadi lebih peka terhadap masalah-masalah yang dihadapi saat ini. Ketertarikan saya terhadap penelitian juga bertumbuh saat berpartisipasi dalam Data Scientist Researcher Hands-On-Workshop yang diadakan IMERI FKUI. Kedua pengalaman baru tersebut memotivasi saya untuk berkontribusi langsung untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pendidikan yang akan saya tempuh di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Selama menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya berharap dapat mempertahankan nilai positif yang ada dalam diri saya, mengasah kemampuan akademik dan non-akademik, membangun relasi yang luas, serta mengembangkan diri saya ke arah yang lebih baik. Saya berharap dapat tumbuh bersama angkatan FKUI 2023 dengan menjalin hubungan kesejawatan yang penuh kepedulian dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan yang berfokus pada kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Tujuan saya menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah untuk menjadi seorang dokter yang ideal. Menurut pemahaman saya, dokter yang ideal adalah dokter yang memenuhi kriteria 5-star-doctor World Health Organization dan menguasai 10 area kompetensi, yaitu profesionalitas, mawas diri dan pengembangan diri, komunikasi efektif, pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis, pengelolaan masalah kesehatan, riset, pengelolaan kegawat-daruratan kedokteran dan kesehatan, dan manajemen pelayanan kesehatan.[3] Nilai luhur yang dianut oleh seorang dokter ideal tentunya berdasar pada Kode Etik Kedokteran Indonesia yang mencerminkan standar moral dan profesionalisme yang diharapkan dari dokter dalam memberikan perawatan kepada pasien dan berinteraksi dengan masyarakat.[4]
Alih-alih “penyembuh” atau “penyelamat”, kata "dokter" berasal dari kata Latin "docere" yang bermakna "mengajar" dalam bahasa Indonesia.[5] Saya menyadari bahwa menjadi seorang dokter tidak terbatas pada menyembuhkan atau menyelamatkan, namun lebih luas daripada itu, yaitu mengajar, mengedukasi, membimbing, dan mengarahkan orang lain. Dalam proses menjadi dokter dibutuhkan kemampuan intrapersonal dan interpersonal yang baik. Saya adalah pribadi yang banyak berpikir secara mandiri namun juga menyukai interaksi personal dengan orang lain. Saat menghadapi suatu masalah, saya cenderung untuk berpikir, menganalisis, dan menginterpretasikan terlebih dahulu sebelum kemudian mengomunikasikan tujuan saya secara efektif kepada lawan bicara. Kemampuan tersebut saya asah untuk mempersiapkan diri menjadi dokter ideal yang tidak hanya menemukan metode penyembuhan atau pengobatan yang terbaik, namun juga mampu mengedukasi pasien agar dapat memahami dan mengikuti petunjuk perawatan, menginformasikan kabar baik dan buruk, serta menjaga ekspektasi yang sesuai.
Perjalanan menjadi seorang dokter relatif panjang dan ilmu yang akan saya pelajari sangatlah luas. Target saya selama preklinik adalah menjalani perkuliahan dengan sebaik-baiknya, aktif dalam organisasi, menjalin relasi yang luas, serta lulus dengan IPK yang sangat memuaskan. Untuk mencapai target tersebut, saya akan memaksimalkan adaptasi dengan lingkungan baru dan mengimplementasikan manajemen waktu yang baik di tingkat pertama ini. Di tingkat selanjutnya, saya akan mengetatkan kedisiplinan dan memanfaatkan kesempatan yang ada. Saya akan melakukan refleksi diri secara rutin untuk dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan agar dapat menjadi versi terbaik dari diri saya.
Aksi dan abdi guna meningkatkan taraf kesehatan masyarakat Indonesia menjadi tujuan utama saya dalam jangka panjang. Disiplin ilmu Kedokteran memiliki keterkaitan erat dalam mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs). Setelah lulus, saya akan mengikuti koas dan magang sesuai program pemerintah untuk mengabdi di daerah yang ditentukan. Saya juga berencana untuk bekerja selama 1 hingga 2 tahun sebagai dokter IGD untuk pasien trauma dan meningkatkan keterampilan dengan mengikuti pelatihan seperti Advanced Trauma Life Support. Saat sudah memenuhi persyaratan, saya akan mendaftar spesialis di Universitas Indonesia dan menjalani profesi sebagai klinisi dan pengajar. Dengan basis ilmu dan pengalaman yang relevan, saya berharap bahwa saya dapat terjun langsung dalam menjalankan aksi dan mengabdi kepada masyarakat pasca studi. Dengan berkembangnya ilmu kesehatan, besar harapan saya agar masyarakat mendapatkan edukasi yang mumpuni untuk menjaga dan merawat diri masing-masing.
Dalam narasi saya, saya telah menceritakan perjuangan dan rencana saya kedepannya. Semoga tulisan ini dapat menjadi motivasi bagi kalian yang memiliki mimpi besar, menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sama seperti saya. Ingatlah bahwa proses yang dilalui setiap manusia berbeda, sehingga sangat penting untuk fokus dan disiplin dalam mencapai tujuan masing-masing. Lakukan yang terbaik dan serahkan kepada Allah SWT.
Daftar Referensi
1. Nomikos IN. Surgical volunteerism. Hellenic Journal of Surgery. 2020 Jan 1;92(1):3–6.
2. Program Pendidikan Dokter - FKUI [Internet]. 2022 [cited 2023 Aug 07]. Available from: https://fk.ui.ac.id/program-pendidikan-dokter.html
3. Kurikulum & Kompetensi - FKUI [Internet]. 2022 [cited 2023 Aug 07]. Available from: https://fk.ui.ac.id/kurikulum-kompetensi.html
4. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Kode etik kedokteran indonesia. Jakarta: Majelis Kehormatan Etika Kedokteran Indonesia Ikatan Dokter Indonesia; 2012. 65 halaman.
5. Sathiadas MG. The doctor as the patient educator. Jaffna Medical Journal. 2019 Dec 30;31(2):1.
Yorumlar