top of page
  • Youtube
Search
  • Joy Romeilynn
  • Aug 11, 2023
  • 6 min read

Updated: Aug 12, 2023

Narasi Perjuangan


Perkenalkan, nama saya Joy Romeilynn. Orang-orang biasa memanggil saya Joy. Saya sebelumnya bersekolah di SMA Methodist Binjai, sebuah sekolah swasta di pusat kota Binjai, kota kecil di Sumatera Utara. Sebagai mahasiswa baru S1 Reguler Pendidikan Dokter tahun 2023 di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Test atau yang biasa disebut SNBT, saya akan menceritakan perjalanan saya pada narasi perjuangan kali ini.


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah impian banyak orang, termasuk saya. Semua orang memiliki pandangan bahwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah salah satu fakultas kedokteran yang terbaik di Indonesia, yang banyak memiliki alumni-alumni yang hebat dan berprestasi. Bahkan, menurut ranking The Quacquarelli Symonds World University Rankings by Subject (QS WUR), Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah satu-satunya fakultas kedokteran di Indonesia yang memiliki ranking di antara 250-300 sedunia[1]. Tentunya hal tersebut memotivasi saya untuk mendaftar masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, karena saya ingin menjadi bagian dari dokter-dokter hebat Indonesia yang menolong, menyembuhkan penyakit banyak orang dan membuat perubahan bagi bidang kesehatan negeri kita.


Sejak saya kecil, orang tua saya selalu menanamkan, bahwa hidup di dunia ini perlu tujuan, yaitu untuk membawa perubahan yang positif bagi banyak orang. Dengan menjadi dokter, saya dapat melakukan hal tersebut. Setiap orang pasti pernah mengalami sakit, termasuk saya. Saya menyadari bahwa tubuh yang sehat adalah suatu aset yang sangat berharga dalam hidup. Namun, hati saya tergerak ketika melihat banyak orang-orang yang berjuang melawan penyakitnya. Banyak orang yang tidak memiliki akses ke layanan kesehatan yang memadai. Banyak juga orang yang harus mengidap penyakit seumur hidupnya. Banyak orang yang melawan penyakitnya diam-diam. Menjadi dokter adalah cara saya menyembuhkan penyakit mereka-mereka yang membutuhkan.


Kilas balik ke masa ketika saya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Saat kelas 7 Sekolah Menengah Pertama, saya belum memikirkan cita-cita saya dengan matang. Dalam pikiran saya bahkan tidak terbesit untuk merantau jauh ke kota Depok untuk kuliah. Saya hanya memikirkan, besok ada tugas apa. Memang, saya pernah bercita-cita menjadi dokter sebelumnya, namun saya tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Begitu pula dengan pada saat saya duduk di kelas 8 dan 9, saya belum terlalu memikirkan cita-cita saya. Saya hanya mendengar saran-saran, baik dari guru maupun orang tua. Ada yang menyarankan untuk menjadi apoteker, insinyur, dokter, dan lain sebagainya. Saya belum menemukan minat dan bakat saya, sehingga ketika ditanyai mengenai cita-cita, saya hanya menjawab dari saran yang pernah saya dengar saja.


Kemudian tahun berganti tahun, saya pun naik kelas ke kelas 10 Sekolah Menengah Atas. Saat itu, teman-teman saya sudah mulai ramai membicarakan tentang perguruan tinggi impian mereka. Hal ini membuat saya menjadi terpikirkan untuk mulai merencanakan masa depan saya. Ketika itu, banyak orang membicarakan mengenai “Top 3” Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia, sehingga saya juga berkeinginan untuk masuk ke salah satunya. Saya pun mulai tertarik ke bidang kesehatan karena minat saya pada bidang biologi dan memilih dua opsi jurusan yang paling saya sukai, yaitu ilmu gizi dan kedokteran. Namun pada saat kelas 11, saya mengalami kebingungan karena saya tidak yakin akan pilihan saya. Orang tua saya juga sempat meminta saya untuk kuliah di Sumatera Utara saja karena khawatir jarak ke Pulau Jawa terlalu jauh, apalagi ini kali pertama saya merantau sendirian. Saya sempat ingin mengubur impian saya untuk merantau, tetapi saya pun berusaha untuk meyakinkan orang tua saya bahwa saya sangat ingin mencapai impian saya dan orang tua tidak perlu khawatir. Saat kelas 12, saya semakin yakin akan pilihan saya untuk berkuliah di Universitas Indonesia. Saya mulai mencari tahu mengenai jalur masuk kuliah. Dari sekolah saya, belum ada alumni yang masuk ke program sarjana di Universitas Indonesia, sehingga saya tidak menaruh harapan banyak ke jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau SNMPTN. Namun, di tahun itu, sekolah saya berkesempatan untuk mengikuti Talent Scouting UI. Karena tertarik dengan program gelar ganda yang menawarkan kesempatan belajar ke luar negeri, maka saya pun mulai mempersiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan, seperti esai motivasi diri, hasil TOEFL, dan juga nilai rapor. Saya memiliki harapan yang besar untuk lolos Talent Scouting karena menurut saya, nilai saya cukup bagus dan peringkat paralel saya tinggi.


Namun sayangnya, saya tidak diterima Talent Scouting. Saya juga sebelumnya sudah ditolak di SNMPTN. Tentunya saya merasa sedih dan kecewa, apalagi saya tidak terlalu mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau SBMPTN. Saya tidak mengikuti bimbingan belajar khusus untuk belajar SBMPTN, dan waktu yang tersisa hanya sedikit. Maka dengan berat hati, saya memutuskan untuk merelakan impian saya masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan memilih Gizi di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Singkat cerita, saya diterima sebagai mahasiswa S1 Reguler Gizi 2022 Universitas Indonesia. Saya sangat senang dan bangga, apalagi saya siswa pertama di sekolah saya yang masuk ke Universitas Indonesia. Saya mulai menjalani hari-hari saya sebagai mahasiswa gizi dan merelakan impian saya untuk menjadi dokter.


Akan tetapi, masih ada keinginan di hati kecil saya untuk menjadi dokter, apalagi ternyata saya menemukan bahwa nilai UTBK saya tahun itu sebenarnya kemungkinan cukup untuk masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia jika mengacu kepada teman-teman yang sudah diterima. Ketika saya mulai berkuliah semester dua di Gizi, saya mulai terpikir untuk mempersiapkan UTBK kembali sembari menjalani kuliah seperti biasanya. Saya tidak mengikuti bimbingan belajar apapun, karena kuliah di Gizi juga sibuk dengan tugasnya yang banyak dan saya juga mengikuti organisasi di tingkat universitas yaitu AIESEC in UI. Setelah ujian tengah semester di Gizi UI dan waktu yang tersisa tidaklah banyak, saya baru dapat benar-benar mempersiapkan diri untuk belajar UTBK dengan buku-buku soal. Saya tidak berharap banyak dengan persiapan saya yang tidak banyak, karena saya berpikir nothing to lose dan saat itu status saya sudah menjadi mahasiswa. Di sisi lain, saya juga sangat berharap saya bisa meraih impian saya menjadi seorang dokter.


Hari pengumuman pun tiba, saat itu saya sedang berada di Sentul, Bogor bersama teman-teman organisasi untuk liburan. Pukul tiga sore pas, saya langsung membuka laman pengumuman SBMPTN. Puji Tuhan, ternyata saya dinyatakan diterima. Saya sangat bersyukur dan senang melihat pengumuman tersebut. Dengan demikian, maka perjalanan panjang saya untuk menjadi seorang dokter pun dimulai.


Sebelum masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya bukanlah seseorang yang terlalu teliti dan rajin, dan juga saya tidak memiliki banyak kesempatan untuk mengembangkan diri karena berasal dari kota kecil. Komitmen dan harapan saya setelah diterima adalah untuk menjadi lebih disiplin lagi terutama dalam belajar, karena proses belajar dalam ilmu kedokteran adalah long-life learning atau pembelajaran seumur hidup. Saya juga berharap untuk lebih mengembangkan diri saya di Universitas Indonesia dengan banyaknya kesempatan untuk mengembangkan diri di sini.


Harapan saya, saya dapat terus berjuang tanpa menyerah untuk menggapai impian saya dan juga memperbaiki kesehatan saya, dan besar harapan saya untuk teman-teman seperjuangan saya yaitu angkatan FK UI 2023: Gelora, untuk menjadi “gelora” dalam ilmu kedokteran Indonesia. Semoga, kita semua meraih impian kita masing-masing untuk menjadi dokter yang ideal menurut versi masing-masing.


Dokter ideal menurut Four I’s Ideal Doctor Model yang menyimpulkan dokter ideal menurut negara-negara Asia adalah dokter yang memiliki keempat hal berikut: integrity, informed, intelligent, dan inspirational[2]. Menurut pandangan masyarakat Asia, termasuk Indonesia, adalah penting bagi seorang dokter untuk menunjukkan integritas, berwawasan tinggi, cerdas, dan memberikan inspirasi kepada masyarakat. Banyak nilai-nilai luhur yang dapat kita lihat dari sosok dokter ideal. Yang pasti, dokter ideal menganut nilai-nilai prinsip etik dalam dunia medis, yaitu beneficence (berbuat baik), non-maleficence (tidak mencelakakan), autonomy (menghormati hak manusia untuk membuat keputusan sendiri), dan justice (keadilan)[3]. Dokter ideal tersebut berkontribusi dalam masyarakat memberikan perawatan medis, menghargai hak-hak pasien, dan menjalankan fungsi pemeliharaan kesehatan masyarakat[4]. Sebagai mahasiswa calon dokter, saya ingin memiliki karakteristik dokter ideal dan menjalankan peran saya dengan baik seperti yang telah dijelaskan di atas.


Rencana jangka pendek saya selama masa preklinik adalah memanfaatkan waktu sebaik mungkin dengan menyeimbangkan kegiatan akademis dan non akademis, sekaligus menjaga pola hidup yang sehat agar sehat secara jasmani dan rohani. Saya juga ingin memperluas relasi dengan teman-teman yang ada di Universitas Indonesia. Cara mencapainya adalah dengan manajemen waktu dan stress yang baik. Rencana jangka panjang saya adalah saya tertarik untuk melanjutkan ke tingkat spesialis. Untuk saat ini, saya tertarik dengan spesialisasi Obstetri dan Ginekologi, Dermatologi dan Venereologi, atau Gizi Klinik, namun seiring waktu selama masa preklinik saya akan lebih mengenal minat saya dan menentukan langkah saya ke depannya. Cara mencapainya adalah memanfaatkan waktu preklinik sebaik mungkin. Untuk kedepannya, harapan saya untuk masyarakat Indonesia adalah masyarakat semakin aware mengenai masalah-masalah kesehatan di Indonesia yang mungkin tidak disadari namun cukup serius, misalnya permasalahan double-burden of disease [5] yaitu penyakit tidak menular mengenai gizi yang berdampak serius.


Pesan saya kepada adik-adik kelas yang ingin masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, adalah beranilah dalam menetapkan target untuk diri sendiri. Tidak apa-apa jika mimpi kalian dianggap terlalu idealis, karena kalianlah yang mengetahui passion diri kalian sendiri. Ikutilah keinginan dan panggilan hati diri sendiri, saran orang lain hanya sebagai bahan pertimbangan saja. Gunakanlah waktu sebaik mungkin dan jangan lupa untuk berdoa dan menyerahkan rencana kalian pada Tuhan karena Tuhan sudah mempersiapkan yang terbaik. Maka dari itu, semangat! Jangan lupa juga untuk menjaga kesehatan selama proses mempersiapkan diri untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan sampai jumpa, semoga kita bertemu di tahun-tahun berikutnya.


Terima kasih sudah membaca narasi perjuangan saya.


Referensi

  1. Humas FKUI. Keeping its world ranking, FKUI is still the best in Indonesia [Internet]. 2021 [cited 2023 Aug 7]. Available from: https://fk.ui.ac.id/news-2/keeping-its-world-ranking-fkui-is-still-the-best-in-indonesia.html

  2. Rosa EY, Sugandi MS. The ideal doctor image in Asian countries: a qualitative study of gen z patient’s perspective. Journal Eduvest. 2023 Jul;3(7):1347-1366.

  3. Williams JR. Medical ethics manual. 3rd ed. Ferney-Voltaire Cedex, France: World Medical Association; 2015.

  4. Nuralim. Tugas dan tanggung jawab dokter menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan dalam pemberian pelayanan kesehatan di Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone. Jurnal Al-Dustur. 2018 Dec;1(1).

  5. Min J, Zhao Y, Slivka L, Wang Y. Double burden of diseases worldwide: coexistence of undernutrition and overnutrition-related non-communicable chronic diseases. Obesity Reviews. 2018;19(1):49–61. doi:10.1111/obr.12605











 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

Kommentarer


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page