top of page
  • Youtube
Search
  • Irmansyah Aditya Ramadhan
  • Aug 12, 2023
  • 7 min read

NARASI PERJUANGAN


Perkenalkan, nama saya Irmansyah Aditya Ramadhan. Sejak kecil, semua orang yang dekat dengan saya selalu memanggil saya dengan nama Adit. Sebelum masuk di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan menjadi mahasiswa baru, saya adalah seorang murid SMA di SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan. Di FKUI sendiri saya adalah mahasiswa dari kelas reguler dan masuk melalui jalur SNBT.


Menurut saya, FKUI merupakan prodi yang berada di tingkat yang sangat tinggi. Jika bisa diibaratkan, FKUI seperti merupakan lantai tertinggi pada sebuah gedung pencakar langit. Hal ini karena FKUI merupakan sebuah prodi yang berkualitas yang sangat tinggi pada Universitas Indonesia, yang merupakan Universitas terbaik di Indonesia. Saya yakin sekali, Orang-orang yang diterima merupakan orang-orang yang terpilih dan pasti berkualitas tinggi. Seluruh mahasiswa yang bisa masuk bukanlah orang sembarangan. mereka adalah orang yang berjuang mati-matian. Hal ini dikarenakan perjuangan mereka hingga titik ini akan menjadi penentu mereka di masa depan kelak. Mereka datang dengan misi yang sama, yaitu lulus dan menjadi dokter.


Saya sendiri sudah memiliki impian untuk masuk FKUI sejak saya berada di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal ini terjadi dikarenakan orang-orang di sekitar saya, baik teman maupun keluarga, selalu mengagung-agungkan FKUI. Perkataan mereka membuat saya tertarik untuk masuk program studi ini. Selain itu, saya sendiri juga tersadar bahwa saya memiliki ketertarikan pada bidang kedokteran. Setiap melihat sesuatu hal yang berhubungan dengan dokter meningkatkan gairah untuk mengejar mimpi saya. Saya juga merasa bahwa dari pelajaran-pelajaran yang sudah saya pelajari sebelumnya, saya memiliki kecocokkan untuk masuk pada Pendidikan Dokter.


Saat saya berada di jenjang SMP, saya masih belum memikirkan untuk berjuang sekuat tenaga. Saya masih menjadi orang biasa yang memiliki sebuah mimpi, yaitu menjadi seorang dokter. Tetapi di masa SMP ini saya mendapatkan dasar-dasar pengetahuan untuk melanjutkan pada masa SMA kelak. Selain itu, pada masa SMP ini juga akhirnya saya benar-benar membulatkan tekad saya untuk menjadi seorang mahasiswa kedokteran, lebih tepatnya di Universitas Indonesia.


Berkat pelajaran yang saya dapatkan di SMP, saya akhirnya diterima di SMA yang saya inginkan, yaitu di SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan. Saya mencoba menepati janji yang sudah saya buat sebelumnya, yaitu belajar sungguh-sungguh supaya dapat lolos di FKUI, Setiap semester saya lalui dengan semaksimal mungkin. Sayangnya, saya hasil yang saya dapat belum mencapai target yang saya buat sebelumnya. Selain itu, saya juga mencoba mengikuti olimpiade untuk dapet menunjang nilai saya dan kelayakan saya agar dapat diterima. Namun, hasil akhirnya mengecewakan saya. Saya tidak dapat melanjutkan olimpiade karena tidak lolos seleksi.


Pada saat saya menginjak kelas 12, terdapat perubahan yang cukup membuat siswa kelas 12 terperangah. Hal ini dikarenakan dikeluarkannya aturan permendikbud No. 48 Tahun 2022 pasal 4 dan 5 yang menyatakan bahwa penerimaan Mahasiswa baru dilakukan melalui jalur yaitu: seleksi nasional berdasarkan prestasi (SNBP), seleksi nasional berdasarkan tes, (SNBT) dan seleksi secara mandiri oleh PTN [1]. Adanya perubahan sistem menjadi SNBT dan SNBP ini membuat harapan saya untuk dapat masuk lewat FKUI menciut. Saya merasa, program studi sekelas FKUI tidak akan mungkin dapat menerima saya. Karena hal ini, pada saat pemilihan program studi, saya tidak memilih FKUI, namun saya justru memilih universitas lain, lebih tepatnya Universitas Airlangga. meskipun begitu, saya tetap masih tidak yakin untuk dapat diterima di universitas tersebut.


Akhirnya tanggal 28 Maret tahun 2023 pun datang. Hari penentuan dimana terdapat siswa yang terpilih dan berbahagia, dan sisanya hanya bisa menelan kegagalan. Pada hari itu, saya adalah salah satu dari orang yang harus berlapang dada dan berpasrah diri. Namun, saya yakin bahwa kekalahan saya pada hari itu bukanlah akhir dari perjalanan. akhirnya, seluruh rasa kecewa saya buang dan saya jadikan tumpuan untuk dapat melangkah lebih jauh. Kegagalan yang mengiris hati sekarang sudah menjadi semangat yang berkobar laksana api yang membara. Seluruh sisa waktu menjelang seleksi berikutnya, yaitu SNBT, saya benar-benar maksimalkan untuk belajar. Banyak sekali sumber belajar yang saya gunakan, mulai dari tempat les, buku-buku mengenai SNBT, serta aplikasi yang menyediakan latihan untuk SNBT. Hari demi hari saya gunakan untuk belajar, hingga hari ujian pun datang.


Berkat seluruh kerja keras yang telah saya lakukan serta doa-doa dari orang di sekitar saya, akhirnya saya berhasil lolos dan memenuhi impian saya. Dengan berbagai rasa resah, gelisah, takut dan akhirnya memilih banyak universitas lain, saya tetap kembali kepada impian awal. Meskipun begitu, dengan tertutupnya satu halaman, terbukalah halaman yang lainnya. Sekarang, perjuangan saya bukanlah berjuang untuk masuk FKUI. Namun, saya harus berjuang sebagai mahasiswa FKUI. Saya yakin ini bukanlah hal yang lebih mudah daripada perjuangan saya yang sebelumnya, justru di titik inilah perjuangan yang sebenarnya dimulai. meski diibaratkan seperti membalik sebuah halaman, bukan berarti bahwa perjuangan yang saya lakukan semudah membalik sebuah sebuah kertas. Saya harus berjuang lebih keras lagi selama menjadi mahasiswa FKUI. Setelah semua perjuangan yang telah saya lakukan, saya tidak akan membiarkan hasil dari perjuangan itu sia-sia begitu saja.


Selama sebelum saya diterima menjadi mahasiswa FKUI, terkadang ada beberapa perilaku yang seharusnya tidak saya lakukan. Contoh yang paling bisa ditulis tebal adalah seringnya muncul perilaku malas dan prokrastinasi. Temuan mengungkapkan bahwa penundaan itu memberi dampak negatif pada prestasi akademik dan keseluruhan pencapaian akademik[2]. Oleh karena itu, Selama saya berkuliah di FKUI, saya akan menghilangkan sifat tersebut dalam diri saya.


Harapan saya untuk diri saya sendiri kedepannya adalah saya dapat bisa mengikuti pembelajaran dengan baik, menyerap ilmu yang saya dapatkan, menumbuhkan perilaku yang lebih baik dan menghilangkan perilaku buruk, lulus tanpa hambatan yang berarti, serta dapat mengaplikasikan dan memberikan ilmu-ilmu berguna yang saya dapatkan selama menjadi mahasiswa pada orang yang membutuhkan. Untuk FKUI Gelora 2023, saya berharap kita dapat menjadi angkatan yang bisa menjalin hubungan erat satu sama lain, dapat saling membantu jika ada yang membutuhkan, dan lulus serta sukses bersama di masa depan kelak.


Dua poin utama seorang dokter ideal menurut K. Chukovsky adalah dokter yang bisa menyembuhkan semua penyakit, yang berarti memiliki banyak sekali ilmu. Selain itu dokter ideal juga harus memiliki kebaikan. Kebaikan tidak harus dimanifestasikan dalam memenuhi keinginan pasien, tetapi dalam kesopanan, kepekaan, kasih sayang, daya tanggap, kemampuan untuk mendengarkan dengan seksama dan menjawab pertanyaan[3]. Menurut saya sendiri, dokter ideal bukan hanya harus memenuhi dua hal tersebut. Dokter ideal juga adalah dokter yang bersedia mengabdi kapanpun jika diperlukan, tanpa membeda-bedakan, dan juga mendedikasikan jiwa raganya untuk menolong sesama. Meskipun begitu, tidak mungkin ada dokter “ideal”. Semua orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dokter akan selalu berkembang dan mencari ilmu sebanyak-banyaknya, tetapi tidak mungkin bisa menyelesaikan seluruhnya seorang diri. Tidak memungkinkan bagi seorang dokter untuk bisa benar-benar menguasai pengobatan di seluruh dunia. Dokter juga memiliki emosi dan perasaan seperti seorang manusia. Mungkin ada saatnya dimana seorang dokter akan mengeluarkan emosi lain selain “kebaikan”.


Mungkin memang terdengar sedikit berlebihan dan mengigau, tetapi saya akan berusaha menjadi dokter yang ideal di masa depan kelak. Saya akan mencoba semaksimal mungkin, memaksimalkan kemampuanku untuk masa depan kelak. Untuk mencapainya pasti butuh sangat banyak perjuangan dan pengorbanan. Pengorbanan dalam hal ini berarti adalah pengorbanan waktu, tenaga, kebahagiaan, dan berbagai hal lain yang dapat menghalangi untuk sampai tujuan. sebagai mahasiswa kedokteran, kita pasti akan melakukan pengorbanan tersebut, salah satu contohnya adalah waktu tidur. Mahasiswa kedokteran merupakan kelompok yang rentan memiliki kualitas tidur yang buruk. Hal ini dikarenakan beban, tuntutan, serta intensitas belajar yang cukup besar bagi mahasiswa itu sendiri, mengingat pentingnya peran mahasiswa tersebut di kemudian hari sebagai seorang dokter[4]. Namun, sukses tidak akan bisa diraih dengan cara instan. sebuah hasil didapatkan dari sebanyak apa seseorang berusaha mendapatkan hasil tersebut. Seperti kata pepatah, “Apa yang kamu tanam adalah apa yang kamu akan panen kelak.”


Tahapan pertama untuk dapat menjadi dokter adalah tahapan preklinik. Pada tahapan pre-klinik, mahasiswa kedokteran melangkah pertama kalinya menuju dunia medis. Mungkin pada awalnya saya akan mengalami takut dan kesulitan, tetapi, seperti yang sudah saya terapkan sebelumnya, saya akan mengubah perasaan tersebut menjadi motivasi. Saya akan meningkatkan diri saya dari berbagai aspek, dari akademik, non-akademik. ataupun sosial. saya akan melaksanakannya semaksimal mungkin, tanpa meninggalkan kewajiban saya. Saya akan terus melangkah maju ke depan hingga akhir masa preklinik dan lulus dengan gelar S. Ked. Saya berharap perjuangan saya kelak akan memberikan hasil yang membanggakan


Setelah melewati tahapan preklinik saya akan melangkah ke tahap berikutnya, yaitu masa klinik. Pada masa ini, mahasiswa kedokteran akan menjadi seorang koas, atau juga disebut dokter muda. Pada masa inilah kemampuan sosial diperlukan, karena mulai tahap ini, kita akan bertemu langsung dengan pasien. Pada masa ini, banyak hal yang bisa dipelajari. Kita bisa menjadikan pasien yang datang sebagai guru kita. Kita akan mendapatkan pengetahuan langsung dari lapangan. Selain itu, kita juga akan bertemu langsung dengan dokter-dokter yang merawat pasien yang berdatangan. Selama masa klinik, saya harap saya dapat memanfaatkan seluruh sumber pengetahuan dengan baik. Kita bisa menjalin relasi dengan dokter-dokter, ataupun mengambil ilmu dari pasien, serta meningkatkan komunikasi, kesopanan, rasa kasih sayang, dan empati terhadap pasien.


Setelah masa klinik selesai, akhirnya saya akan mendapatkan gelar dokter (dr.). akhirnya saya akan menjadi dokter yang akan melayani di masyarakat. Namun, perjalanan tidaklah berakhir di situ. Seorang dokter akan terus belajar dan menambah ilmu hingga akhir perjalanan mereka. Banyak opsi lain yang bisa diambil, salah satunya ada melanjutkan studi menjadi dokter spesialis. Saat ini Indonesia masih kekurangan dokter spesialis baik dalam hal jumlah maupun distribusi. Dokter spesialis masih terkonsentrasi pada ibu kota provinsi, kota-kota besar dan kota dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Distribusi dokter spesialis masih menjadi permasalahan nasional dari tahun ke tahun. Berdasarkan data KKI tahun 2013 terdapat 24.143 dokter spesialis teregistrasi, namun jumlah dokter spesialis yang berpraktek menurut BBPSDM Kemenkes lebih banyak yaitu sebanyak 37.043 (3). Berdasarkan data Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan pembaharuan 31 Desember 2021 terdapat sebanyak 45.828 tenaga dokter spesialis yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Meskipun jumlah dokter spesialis terus bertambah namun masih diperlukan penambahan dalam hal jumlah dan distribusi[5]. Oleh karena itu, di masa depan kelak saya akan berniat menjadi seorang dokter spesialis yang akan memenuhi kekurangan-kekurangan yang ada tersebut.


Mungkin perjalanan seorang dokter dari awal hingga kedepannya terdengar menakutkan bagi orang-orang. Akan tetapi jika belum dicoba kita tidak akan tahu hasilnya. Jika kita memang menjalani dengan serius dan sepenuh hati, bisa saja bukannya kita merasa lelah atau depresi, namun rasa senang dan bahagia lah yang akan menyertai. Bagi orang-orang yang ingin masuk FKUI di masa depan, saya ucapkan semangat untuk kalian. Jikalau memang gagal dalam suatu hal, tetaplah tenang. Ingatlah, banyak jalan untuk menuju Roma, asalkan kita tidak diam di tempat merenungkan kegagalan kita untuk sampai. Ditunggu untuk masuk di FKUI ya. Terus semangat!







Daftar Pustaka


  1. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Penerimaan Mahasiswa Baru Program Diploma dan Program Sarjana pada Perguruan Tinggi Negeri. Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia; 2022. 12 halaman. Report No. 48 tahun 2022

  2. Akpur U. The effect of procrastination on academic achievement: A meta-analysis study. International Journal of Educational Methodology [Internet]. 2020 [cited 2023 Aug 11 ];6(4):681-690. Available from: https://doi.org/10.12973/ijem.6.4.681

  3. Ruslyakova E, Zelenskaya A. Image of “Ideal Doctor” as Basis of Effective Communication between Child and Doctor. EDP Science [Internet]. 2018 Okt 12 [cited 2023 Aug 11 ];50(01149). Available from: https://doi.org/10.1051/shsconf/20185001149

  4. Bianca N, Budiarsa IGNK, Samatra DPGP. Gambaran Kualitas Tidur Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada Tahap Preklinik dan Klinik. Jurnal Medika Udayana [Internet]. 2021 Des 12 [Cited 2023 Aug 11];10(12):2. Available from: https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/81176/42366

  5. Dewi RNVR, Oktamianti P, Muliawati D. Gambaran Kebijakan Pemenuhan Kebutuhan Tenaga Dokter Spesialis di Indonesia. Jurnal Cahaya Mandalika [Internet]. 2023 Jun 12 [Cited 2023 Aug 11]: 3(2), 551-562. Available from: https://doi.org/10.36312/jcm.v3i2.1661

 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

Comments


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page