top of page
  • Youtube
Search
  • Hasan Shodiq Alaydrus
  • Aug 12, 2023
  • 7 min read

Pada tanggal 24 April 2005, tepatnya pukul 01.25, jeritan perjuangan Ibu dan kekhawatiran Ayah mewarnai sunyinya tengah malam kala itu. Lahirnya seorang anak laki – laki yang sehat mengubah kekhawatiran tersebut menjadi suatu tangisan kebahagiaan kedua orang tua saya. Nama memiliki makna lebih dari sekedar kata, Hasan Shodiq Alaydrus adalah nama yang diberikan oleh orang tua saya dengan didasari arti dan segudang harapan untuk kelak dapat tumbuh menjadi anak yang berperilaku baik, jujur, serta taat pada aturan - aturan yang ada dalam kehidupan. Namun, orang – orang kerap memanggil saya dengan nama panggilan “Hasan”.


Saya memasuki sekolah dasar swasta berbasis internasional di umur enam tahun. Saya memasuki SD swasta karena, menurut aturan pemerintahan pada kala itu, umur saya belum mencukupi untuk memasuki sekolah dasar negeri. Sistem pembelajaran yang sangat baik saya rasakan ketika bersekolah di sana, salah satunya merupakan sistem yang mengharuskan siswanya berbahasa inggris setiap harinya ketika di lingkungan sekolah. Berbagai bidang perlombaan juga saya ikuti, terutama di bidang musik dan akademik, dan Alhamdulillah saya berhasil meraih beberapa prestasi, diantaranya juara 1 lomba cerdas cermat dan juara 1 lomba drum band.


Saya melanjutkan studi saya di SMP Negeri 2 yang merupakan SMPN terbaik di Semarang. Disana, pertama kali saya merasakan suatu persaingan akademik yang cukup ketat. Pada semester 1, saya merasa sedikit kewalahan karena berbagai culture shock dari sekolah swasta berbasis internasional ke sekolah negeri. Namun, saya bersyukur dapat beradaptasi dengan cepat dan mengikuti persaingan serta termasuk ke dalam kelompok peringkat atas di sekolah. Saya juga mengikuti lomba karya tulis ilmiah di Korea Selatan dengan membawa pulang medali perunggu. Disitulah asal mula saya mulai menekuni riset – riset dan karya tulis ilmiah. Sayangnya, karena adanya perubahan kebijakan dan COVID-19 yang melanda dunia sehingga mengubah segalanya. Mulai dari Ujian Nasional (UN) yang ditiadakan sampai dengan pembelajaran full daring. Tentunya, saya cukup kecewa dengan keadaan tersebut, tetapi saya tetap harus beradaptasi bagaimanapun keadaannya.


Di tengah maraknya pandemi COVID-19, saya memasuki SMA Negeri 3 Semarang yang merupakan salah satu SMAN terbaik di Jawa Tengah. Saya juga masuk ke dalam kelas unggulan (olimpiade) dengan persaingan yang sangat ketat. Karena pembelajaran dilakukan secara daring, saya memanfaatkan waktu luang untuk meneliti dan mengikuti berbagai Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI). Dengan hasil dari semangat, kerja keras, konsistensi, ketekunan, kedisplinan, berpikir kritis, tekad bulat, dan pantang menyerah untuk dapat meraih hasil yang terbaik, Atas izin Allah SWT, do’a orang tua, serta bimbingan dari para guru, saya berhasil meraih berbagai kejuaraan yang diadakan oleh Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), serta lembaga - lembaga swasta lainnya. Selain itu, manajemen waktu yang baik juga merupakan salah satu faktor utama saya untuk dapat mendapatkan berbagai penghargaan dan mendapatkan nilai yang tinggi dalam bidang akademik.


Layaknya siswa – siswi SMA kelas 12 pada umumnya, saya juga memikirkan tentang masa depan yang perlu dihadapi kedepannya, seperti tentang perkuliahan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan lainnya. Sejak kecil, saya selalu memiliki cita – cita sebagai seorang dokter. Tekad saya yang bulat untuk memilih jurusan kedokteran sebagai destinasi selanjutnya sehingga sayapun mulai fokus untuk mengejar PTN dengan sungguh - sungguh. Saya paham betul bahwa jurusan kedokteran merupakan salah satu jurusan tersulit pada perguruan tinggi sehingga saya perlu belajar lebih keras dari yang lain. Saya juga tidak dapat bergantung pada SNBP karena terdapat enam orang diatas saya yang mendaftar di jurusan dan universitas yang sama seperti saya. Tanggal 28 Maret 2023 merupakan pengumuman SNBP, dimana tanggal ini meninggalkan rasa kecewa yang tidak ingin terulang kembali. Bukan karena tidak mendapatkan warna biru, melainkan karena teman - teman yang nilainya dibawah saya banyak sekali yang lolos karena mereka memilih jurusan selain kedokteran. Namun, saya tidak bisa membuang waktu untuk bersedih terlalu lama, saya memiliki tujuan yang harus saya gapai bagaimanapun caranya selama itu dengan cara yang benar. Mendaftar UTBK atau SNBT tidak lama setelah pengumuman SNBP merupakan bukti garis start saya untuk fokus belajar mengejar cita – cita. Di tempat bimbingan belajar, tidak jarang saya pulang diatas pukul 24.00. Bahkan, seringkali bertemu dengan keluarga hanya di setiap hari Minggu saja. Sungguh perjuangan yang menguras pikiran dan tenaga, tetapi saya yakin terhadap hasil yang akan saya peroleh dan menghilangkan pikiran yang tidak berguna, seperti menyerah, apalagi mundur. Saya selalu berpegang teguh pada prinsip saya, yaitu "apa yang kamu tanam, itu yang kamu tuai". Tidak lupa saya juga mendaftar pada berbagai jalur prestasi sehingga menambah peluang bagi saya untuk masuk ke PTN. Apabila seseorang bertanya pada saya apakah saya tidak lelah? Tentu, lelah pasti dimiliki. Tubuh saya berkata untuk menyerah, tetapi hati saya berkata “Percayalah dengan perjuanganmu saat ini, pasti akan terbayar”. Saya terus mengulang keseharian saya setiap hari, pagi sampai malam, senin sampai senin lagi, hingga hari saya melaksanakan SNBTpun berlangsung. Sayangnya, pada hari itu, saya berada di kondisi yang kurang fit sehingga tidak dapat mengerjakan dengan maksimal. Akhirnya, seorang anak yang berusaha sampai meneteskan darah berulang kali ini tertolak Fakultas Kedokteran lagi. Ketika saya berada di titik terendah tersebut, saya merasa keadaan sangat tidak adil. Namun, ternyata saya hanya diajarkan untuk bersabar. Dua hari setelah pengumuman SNBT, saya diterima di Universitas Diponegoro dan Universitas Sebelas Maret serta pada tanggal 3 Juli 2023 saya diterima di Universitas Indonesia pada jalur PPKB kelas Reguler, ketiganya diterima di jurusan impian saya, yaitu Pendidikan Dokter. Banyak pelajaran hidup yang saya dapat dari perjuangan mengejar PTN. Saya yakin akan ada lebih banyak pelajaran yang lebih berharga dan berwarna ketika saya berkuliah di Universitas Indonesia.


Puji syukur atas izin Allah SWT, saya dapat menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya tidak pernah membayangkan bisa menjadi mahasiswa fakultas kedokteran terbaik di Indonesia1. Hasil tersebut bukan saya raih sendirian melainkan terdapat dukungan dari keluarga, terutama ibu saya, yang telah mendukung dan percaya sepenuhnya kepada saya. Hal ini merupakan dukungan terbaik yang saya miliki. Bahkan, ibu saya tidak pernah marah ataupun kecewa kepada saya ketika mendapatkan penolakan dari beberapa PTN. Konon katanya, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan fakultas dengan tingkat kesulitan masuk yang sangat tinggi. Tidak jarang beberapa siswa – siswi sampai rela mengulang tahun berikutnya untuk mencoba memasuki jurusan impian semua orang ini. Motivasi saya bekerja keras untuk memasuki Fakultas Kedokteran tidak lain adalah ingin membahagiakan dan membanggakan orang tua serta dapat lulus dengan hasil yang terbaik.


Untuk mencapai hal tersebut, saya berkomitmen untuk belajar dengan sungguh - sungguh dan tidak membatasi diri untuk terus menambah ilmu apapun itu, terutama yang berhubungan dengan kedokteran. Saya akan membuat time schedule setiap harinya, memanfaatkan waktu dengan baik, serta selalu menjaga perilaku sebaik mungkin. Selain itu, saya juga berharap kekompakan dan kerja sama teman – teman Angkatan 2023 dalam keadaan susah maupun senang sehingga kami dapat lulus dan bersumpah dokter bersama - sama. Saya berharap setiap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Angkatan 2023 dapat memiliki kepedulian yang tinggi terhadap sesama, saling membantu apabila ada yang kesulitan, dan menguatkan satu sama lain sebagai satu kesatuan FK UI 2023. Harapannya, saya dapat merealisasikan rencana – rencana tersebut dan dapat mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan baik. Saya juga berharap Angkatan 2023 selalu solid dan dapat saling mengandalkan. Rasa saling memiliki tersebut dapat menciptakan lingkungan belajar yang rukun dan nyaman.


Sebagai Mahasiswa Kedokteran, saya bercita – cita untuk menjadi seorang dokter yang ideal, dokter yang memiliki pengetahuan ilmiah – etis keterampilan dan tingkah laku bermoral. Dokter yang ideal merupakan dokter yang memiliki karakter yang baik2 dan memiliki kemampuan menjelaskan yang masuk akal atau logis3. Menurut saya, dokter yang ideal adalah dokter yang tulus menolong pasien dengan melakukan sesuatu, baik aksi maupun verba yang merujuk kepada kebaikan hidup pasien. Nilai luhur yang dimiliki pada dokter yang ideal, yaitu nilai menghargai ketika pasien berbicara sehingga pasien merasa dihargai dan nyaman untuk bercerita. Kemudian, perlu diperhatikan untuk pandangan terhadap pasien bukan dianggap sebagai orang yang memiliki penyakit, melainkan orang yang memiliki keunikan. Hal tersebut terbukti membuat pasien lebih nyaman dan tenang4. Dokter yang ideal sangat diperlukan oleh masyarakat. Mengapa? Tentu saja karena kepercayaan masyarakat terhadap tenaga kesehatan perlu ditingkatkan. Apabila masyarakat memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap dokter dan tenaga kesehatan lainnya, risiko terjadinya kekerasan atau pemberontakan pasien kepada tenaga medis dapat dihindari5. Saya pribadi ingin menjadi seorang dokter yang bertanggung jawab terhadap pasien dengan cara memastikan pasien terjamin mendapatkan layanan pengobatan yang maksimal. Saya juga ingin menjadi dokter yang bisa diandalkan, tidak hanya memiliki attitude yang baik, tetapi juga memiliki pengetahuan yang luas dan mumpuni. Saya harap dapat mewujudkan mimpi saya sebagai dokter yang ideal dan berguna bagi masyarakat kelak.


Sebelum itu, saya harus menghadapi tantangan di depan mata terlebih dahulu, yaitu tahap pre – klinik. Pada tahap ini, saya akan memaksimalkan perluasan informasi terkait kedokteran dan ilmu – ilmu yang diperlukan secara maksimal supaya memiliki kemampuan intelektual dan wawasan yang luas. Dengan cara membuat rutinitas belajar harian yang tepat dan efisien sehingga hal tersebut dapat tergapai dengan baik. Setelah saya menempuh tahap pre – klinik selama 7 sampai 8 semester, saya akan melanjutkan pendidikan menuju tahap klinik/koas dan akan memanfaatkan kesempatan serta pengalaman yang diberikan dengan baik sehingga saya juga memiliki pengalaman yang mumpuni. Tentu saja, rutinitas belajar tetap berjalan dengan penyesuaian jadwal – jadwal yang berlaku dengan harapan saya dapat lulus tahap koas ini dalam kurun waktu 1,5 sampai 2 tahun. Kemudian, Saya harus menghadapi Uji Kompetensi Mahasiswa Program Dokter (UKMPPD), dan selanjutnya menjalani program internship selama 1 tahun untuk menjadi dokter umum. Saat ini, saya berencana menjadi dokter spesialis anestesi, tetapi keputusan tersebut dapat berubah seiring dengan berjalannya proses menjadi seorang dokter. Semoga niat tulus saya sampai ke hati masyarakat dan dapat memperbaiki beberapa stigma negatif yang berkembang belakangan ini terhadap tenaga medis.


Untuk siswa – siswi yang ingin masuk ke dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya harap kalian benar – benar memanfaatkan waktu kalian sebaik mungkin karena memasuki universitas terbaik dengan jurusan tersulit bukan merupakan hal yang mudah. Usahakan untuk meningkatkan value diri kalian dengan mengikuti berbagai perlombaan ataupun pengalaman organisasi. Last but not least, belajarlah sekeras mungkin karena saingan kalian juga akan berpikir demikian.



Referensi

  1. FHUI H, UI perguruan tinggi teratas di Indonesia. Depok: Webometrics; 2021 Feb 25 [cited 2023 Aug 5]. Available from: https://law.ui.ac.id/ui-perguruan-tinggi-teratas-di-indonesia-versi-webometrics-2021/

  2. Borraci RA, Gallesio JM, Ciambrone G, Matayoshi C, Rossi F, Cabrera S. What patients consider to be a ‘good’ doctor, and what doctors consider to be a ‘good’ patient. Rev Med Chil. 2020 Jul;148(7):930-938

  3. Naik BS, Basu A. The doctrine of “reasonable doctor” in medical negligence: need to be more reasonable. J Forensic Leg Med. 2022 Nov;92:102451

  4. Urrutia-Arroyo. Perceptions regarding intercultural education in the doctor-immigrant patient relationship in Chilean doctors. Rev Peru Med Exp Salud Publica. 2018 Apr-Jun;35(2):205-213

  5. Kumari A, Kaur T, Ranjan P, Chopra S, Sarkar S, Baitha U. Worksplace violence against doctors: characteristics, risk factors, and mitigation strategies. J Postgrad Med. 2020 Jul-Sep;66(3): 149-154







 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

Comments


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page