top of page
  • Youtube
Search
  • Fitri Anggraeni
  • Aug 13, 2023
  • 12 min read

Narasi Perjuangan

SANTRI BISA RAIH MIMPI!!

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Hallo semuanya... Perkenalkan nama saya Fitri Anggraeni, atau akrab dipanggil Fitri. Saya berasal dari salah satu sekolah swasta di Cirebon. Tepatnya di Madrasah Aliyah Nahdlotul Ulama Buntet Pesantren Cirebon (MANU PUTRI BPC). Tempat dimana berkumpulnya para santri untuk tholabul ilmi, mengganti kebodohan dengan kecerdasan, dan merakit asa serta cita-cita. Walau jarang sekali orang mengetahui sekolah ini, tapi MANU PUTRI adalah tempat yang begitu istimewa dan sangat berarti bagi saya. Karena dari MANU PUTRI lah saya bisa membuat jembatan asa untuk meraih mimpi.

Disini saya akan bercerita tentang bagaimana perjuangan saya untuk bisa MERAIH MIMPI. Perjuangan yang penuh arti untuk bisa menjadi bagian dari keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) program S1 Reguler.

Bagaimana pandangan saya terhadap FKUI? [FKUI adalah Fakultas Kedokteran terbaik di Indonesia dan seperti yang kita ketahui FKUI mempunyai banyak sekali prestasi-prestasi yang membanggakan baik di kancah nasional ataupun internasional]. FKUI pun melahirkan dokter-dokter yang cerdas dan intelektual. Salah satu alasan mengapa saya ingin melanjutkan pendidikan saya di FKUI adalah karena FKUI memiliki visi yang begitu hebat yang membuat hati saya tergugah untuk berusaha menggapainya. [Menghasilkan dokter dengan wawasan dan kualitas global, mampu menjadi agen perubahan (agent of change) serta beretika tinggi, melalui pengalaman istimewa (infinite experience) dalam kerangka Sistem Kesehatan (Akademic Healty System/AHS)]. MasyaAllah visi yang sangat luar biasa bukan?

Jika ditanya apa motivasi saya untuk masuk FKUI? Jawabannya adalah HIKMAH. Mengapa demikian? Sejujurnya menjadi dokter bukanlah satu-satu nya cita-cita yang saya minati. Karena menjadi seorang muballigh, juga menjadi salah satu cita-cita saya sejak kecil. Jika mengingat kembali memori saat kecil, disaat ditanya apa cita-cita mu? Teman-teman saya menjawab: ” aku ingin jadi model“ , “aku ingin jadi polisi” , “aku ingin jadi pemadam kebakaran” , “aku ingin jadi pengusaha” , “aku ingin jadi chef” , “aku ingin jadi perawat”, bahkan ada yang mengatakan “aku ingin jadi dokter”. Tidak dengan saya, seorang anak perempuan yang masih berumur 10 tahun, bercita-cita menjadi seorang muballigh. Muballigh? Ya, Muballigh. Mengapa muballigh? Jawabannya hanya satu, yaitu karena saya sangat mengidolakan ustadzah Oki Setiana Dewi (salah satu muballigh asal Indonesia yang dakwah nya tersebar dimana-dimana). Saking semangat nya ingin menjadi seperti beliau, sampai setiap hari saya tak pernah absen untuk selalu mendengarkan dakwah beliau melalui siaran TV channel (ISLAM ITU INDAH). Namun seiring waktu berjalan, dalam proses pendewasaan, menjadi seorang dokter kian jadi sebuah titik yang harus saya gapai. Seperti yang saya katakan “HIKMAH”. Ada hubungan apa motivasi saya dengan hikmah? Mari saya ceritakan. Berawal dari sakit yang dulu pernah saya alami, yang mengharuskan saya untuk selalu mengunjungi rumah sakit untuk berobat jalan setiap bulannya, melihat dokter yang begitu sabar dan ikhlas mengobati, akhirnya menggugah hati kecil ini untuk mendalami lebih dalam bagaimana profesi dokter yang sesungguhnya. Terbiasa dengan lingkungan rumah sakit, yang saya amati ternyata ada ritme tersendiri dalam pergerakannya. Saya memperhatikan bagaimana dokter serta civitas rumah sakit yang bekerja dengan sangat telaten juga berwibawa. Tidak hanya itu, kekaguman saya tidak berhenti ketika melihat para dokter muda, yang belakangan saya ketahui sebagai koas dan residen, berlarian di koridor rumah sakit. Sangat nampak semangat yang membara dan tanggung jawab serta amanah dari wajah mereka. Tanpa sadar saya ingin menjadi salah satunya, Ingin menjadi seperti mereka. Karena saya pernah merasakan bagaimana rasa sakit yang mereka alami, oleh sebab itu saya ingin mengobati dan menyelamatkan mereka dengan ilmu dan pengetahuan yang saya miliki.

Jika melihat kebelakang, dari perjalanan hidup yang saya alami, menjadi seorang santri adalah hal yang sangat saya syukuri.

[(العِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ، وَالْبَرَكَةُ بِالْخِدْمَةِ، وَالْمَنْفَعَةُ بِالطَّاعَةِ) ]

(ilmu di peroleh dengan mengaji, barokah diperoleh dengan mengabdi, dan hidup bermanfa’at diperoleh dengan mematuhi)]. Ya, saya bangga menjadi santri. Perihnya hidup dan lelahnya mencari ilmu sudah saya alami. Saya dididik, ditempa, untuk menjadi pribadi yang tangguh demi terciptanya generasi yang beramal ilmiah dan berilmu amaliyah. Tahap demi tahap coba saya lalui, mengeja apa yang belum pernah saya baca, menghafal sesuatu yang sama sekali belum pernah saya kenal, menguak ta’bir yang tersimpan dibalik lembar demi lembar, hingga memahami mutiara manikam yang penuh arti dalam kitab-kitab kuning dan kitab suci. Sebagai santri, saya tetaplah manusia. Tak lepas dari rasa bosan yang terus menyapa. Namun, saya mencoba menyadari bahwa masalah yang datang menerjang bukanlah untuk membebani, namun untuk menguji seberapa jauh ilmu yang saya tekuni. Ning Chasna Nayluver (putri dari Gus Kautsar dan Ning Jazil, salah satu ulama yang berasal dari Jawa Timur) dawuh: “ Ilmu adalah Ahammul Muhimmat, sesuatu yang paling berharga. Dimana yang berharga tak mungkin diraih dengan cuma-cuma. Ilmu bagaikan gadis cantik yang tertutup dari laki-laki manapun, butuh keseriusan dan etika untuk mendapatkannya.”

Tak terasa 6 tahun sudah perjalanan dan pengembaraan yang penuh suka cita, tak lupa dengan pengorbanan serta air mata yang saya jalani. Menjadi seorang santri sekaligus siswi ditengah arus modernisasi digital dan hebohnya kaum milenial yang terus menghantui bukanlah hal yang mudah untuk di lalui. Disaat remaja seusia saya sedang asyik dengan hebohnya dunia, lain halnya dengan saya, seorang santri yang sibuk dengan tugas dan amanah yang diemban. Disaat remaja seusia saya sedang galau dengan kisah asmaranya, lain hal dengan saya yang galau dengan hafalan yang terus mengintai. Dan masih banyak lagi hal yang saya syukuri walau lelah dijalani. Banyak sekali luka-liku, pembelajaran dan hikmah yang dapat saya ambil untuk bekal saya di masa yang akan datang. Menjadi seorang santri sekaligus siswi adalah suatu kebanggaan tersendiri. Karena kita dituntut untuk bisa menyeimbangkan terhadap keduanya. Harus bisa mengatur dan membagi waktu sebaik mungkin antara pondok dan sekolah. Ketika di pondok, kita harus bisa meng-handle segalanya, terutama ketika kita menjabat sebagai seorang pengurus. Maka tugas dan tanggung jawab yang di emban pun lebih berat dari santri biasa. Begitupun ketika di sekolah kita harus bisa menjadi seorang siswi yang rajin, tekun, serta fokus belajar agar target dan tujuan bisa di raih dengan prestasi. Dan Alhamdulillah, berbagai prestasi telah saya dapatkan, baik prestasi dalam Akademik maupun Non-Akademik, mulai dari selalu mendapatkan peringkat kelas, menjuarai berbagai lomba pidato di berbagai ajang perlombaan, hingga berbagai prestasi lainnya yang dapat mengharumkan nama sekolah dan pondok saya tercinta. Terdata dalam nama-nama siswi Elegable dan peringkat pararel adalah hal yang sangat saya syukuri. Karena butuh perjuangan yang yang tidak mudah untuk bisa mendapatkannya. Tentunya banyak sekali pengalaman yang saya dapat dari kedua tempat ini. Dan saya berharap semoga ilmu yang saya dapat bisa bermanfa’at kelak bagi seluruh ummat. Ning Sheila Hasina (putri dari salah satu Masyayikh Pondok Pesantren Lirboyo Jawa Timur, putri dari KH. Zamzami Mahrus dan Ibu Nyai HJ. Hannah Zamzami) dawuh: “ Bagaimana kita mau mengharapkan anak-anak kita terdidik dengan baik? Jika diasuh ibu yang tidak berpendidikan, maka JADILAH TERDIDIK SEBELUM KALIAN MENDIDIK ”. Maka dari itu, sebagai seorang santri, saya belajar dengan tekun dan bersungguh-sungguh. Agar kelak ketika saya menjadi seorang ibu, saya bisa mendidik anak-anak saya dengan sebaik mungkin dengan ilmu yang saya punya. Karena,

الأم مدرسة إذا أعددتَها، أعددتَ شَعْباً طَيِّبَ الأعراق]”

Yang berarti Ibu adalah Madrasah pertama bagi anak-anaknya, jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama hal nya engkau persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya].”

Dari menjadi santri, saya bisa menjadi seorang wanita yang tangguh, wanita yang kuat, wanita yang gigih, wanita yang mandiri, wanita yang bisa mengendalikan dirinya, wanita yang bisa me-manage waktu dan kehidupannya, serta wanita yang sederhana dalam tutur kata dan perilakunya. Santri harus serba bisa! Kalimat itu yang saya pegang sampai saat ini. Rasanya saya ingin sekali berbagi pengalaman ketika saya mengajar ngaji adik-adik kecil di Madrasah, karena ada tantangan tersendiri yang saya rasakan. Saya diminta menjadi seorang ibu sebelum menjadi seorang istri, saya diminta memahami berbagai sifat anak sedangkan saya sendiri belum mempunyai anak, dan saya diminta berbicara tentang mendidik anak kepada orang tua yang memiliki anak. MasyaAllah Tabarakallah... Alhamdulillah Ya Allah walau lelah namun ini adalah nikmat yang sangat luar biasa, bisa merasakan bagaimana bahagia dan lelahnya menjadi seperti seorang ibu, mendidik dan membimbing mereka semua. Dari mereka (semua adik-adik yang teteh sayangi), saya belajar apa makna sabar dan berjuang, menahan emosi, dan menjalankan amanah serta tanggung jawab atas tugas yang di emban.

Kepada kedua orangtua saya tercinta, serta keluarga yang amat saya sayangi. Kepada pa’yai (KH. IMAM JAZULI LC.MA) dan ummi tercinta (NYAI HJ. MALIKA LULU, S.PSI) selaku pengasuh pondok pesantren Bina Insan Mulia. Kepada bapak kyai (KH. TB. Ahmad RIFQI CHOWAS) dan ibu nyai tercinta (NYAI HJ. ARUSYAH BURHANUDDIN) selaku pengasuh pondok pesantren Darussalam Buntet Pesantren Cirebon. Kepada pak ustadz (USTADZ BADRU SAMSU) dan ibu tercinta (IBU SINDI AI NUR AINI) selaku pengasuh Ma’had Al-Mujahidin. Serta kepada guru-guru yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu namun tak mengurangi rasa hormat dan ta’dzim saya. Saya haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Terimakasih atas ilmu yang diberikan, waktu yang diluangkan, dan kasih sayang yang selalu dilimpahkan, terimakasih banyak atas segalanya.

لولا المربي ما عرفت ربي]

“Seandainya tidak ada guruku, niscaya aku tidak mengenal tuhanku]”

Saya memiliki sebuah mimpi yang dirasa cukup sulit untuk saya gapai. Mengapa demikian? Karena saya sadar dengan sesadar-sadarnya, seorang santri yang kesehariaannya hanya mengaji, mengabdi, dan mematuhi dawuh kyai, tetapi dia sangat berambisi dan bertekad untuk menggapai mimpi yang tinggi. Apakah bisa? Terlebih tempat saya menimba ilmu adalah tempat yang tidak familiar, dimana mungkin saja mayoritas orang tidak mengetahuinya. Namun seperti kata di awal yang sudah saya katakan sebelumnya, saya akan buktikan pada dunia bahwa SANTRI BISA RAIH MIMPI!! Dengan bekal mengaji, mengabdi, dan mematuhi dawuh kyai. Danapa yang terjadi? Qodarullah, Allah mengijabah dengan begitu mudahnya... Karna, ”THE POWER OF DO’A”, jalur langit itu nyata adanya. Munajat yang selalu saya langitkan, do’a ridho serta restu dari kedua orang tua dan guru-guru yang selalu saya haturkan, dan semangat belajar yang selalu saya kobarkan tak henti-hentinya... tak lain adalah demi tercapainya sebuah mimpi yang selalu saya semogakan, “Become a Doctor (menjadi seorang Dokter)”. Yaa.. itulah impian terbesar saya.

Teringat dengan untaian kata yang pernah saya tulis dengan tinta hitam di buku diary saya beberapa bulan yang lalu: “Suatu saat nanti, saya akan berada ditahap MENYADARI, setelahnya saya berada pada tahap MENSYUKURI, sambil tersenyum bahagia dan haru saya berkata, Yaa Rabb... ternyata karena alasan terbaik ini, engkau timpakan ujian kepahitan. Ternyata semua terbaik untukku. Tanpa ujian itu, saya tidak akan merasakan BERIBU PELAJARAN dan KEBAHAGIAAN yang kau beri setelahnya”. Tepat pada tanggal 28 Maret 2023 atau 6 Ramadhan 1444 H, jam 5 sore, di Pondok Pesantren Darussalam tercinta, ketika sepulangnya dari ngaos pasasaran, ngaos kitab Al-Minahussaniyah bersama bapak kyai dan para santri, saya dan teman-teman saya berkumpul di kobong santri (kobong jironah) dan membuat satu halaqoh, untuk bersama-sama membuka pengumuman SNBP. Perlahan-lahan harapan itu kembali muncul, harapan untuk bisa menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) yang sejak lama saya tuju. Tidak bereskpetasi adalah omong kosong besar, nyatanya harapan itu semakin menjadi dalam diri saya. Angka demi angka saya masukkan dengan tangan gemetar dan jantung berdebar, tak lupa dengan lirihan kalimat tasbih dan sholawat yang selalu saya ucap, kemudian tertampang kata “SELAMAT ANDA DINYATAKAN LOLOS SELEKSI SNBP 2023” Allahu Akbar.. tangis ini pecah begitu saja, mengisi seisi ruangan dengan suara rintih dan sendu diiringi air mata. Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. Kalimat tahmid tak henti-hentinya terucap dari bibir ini. Ya Allah.. begitu besar kuasa mu, begitu baik nya engkau padaku. Allah mengirimkan jawaban terindah dari semua do’a yang selama ini telah saya, kedua orang tua dan guru-guru panjatkan. Euforia itu akhirnya muncul, sebuah keberhasilan atas apa yang sudah saya perjuangkan, atas apa yang telah mengganggu kenyamanan tidur, waktu yang tak ter ukur, dan hal yang selama ini saya nantikan. Rasa senang, bahagia, terharu, dan kaget yang bersatu padu membentuk sebuah rasa yang tidak bisa digambarkan oleh kata-kata. Kutipan itu benar adanya, bahwa USAHA TAKKAN PERNAH MENGKHIANATI HASIL. Pada akhirnya, disinilah saya, Keluarga besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI 2023) yang akan menjadi perjalanan berkesan lainnya dalam hidup saya. Lolos Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) di Universitas Indonesia Fakultas Kedokteran (FKUI) adalah hadiah terindah dari Allah, yang tak pernah saya duga. Namun itulah kekuatan doa, dibalik giatnya belajar dan tekad saya yang besar, ada Munajat serta Tirakat kedua orangtua saya dan kyai serta guru-guru saya yang begitu kuat. Sampai-sampai Allah ridho, mengijabah doa hambanya, dan permudah segalanya. Perlu menjadi catatan! Bahwa doa yang kita panjatkan tidak akan kembali dalam keadaan kosong, ingat... Allah tidak tidur.

Satu hal lagi, HIDUP ini adalah PILIHAN. Pilih maju atau mundur, pilih menang atau kalah, pilih tersenyum atau marah, pilih memaafkan atau membalas, pilih menyayangi atau membenci, pilih bersyukur atau kufur, pilih semangat atau putus asa, tapi ingatlah Allah selalu memberi yang terbaik untuk kita. Namun terkadang saya heran dengan orang-orang yang tidak sabar dengan kuasa allah. Mereka memaksa kehendaknya dengan berbagai cara, seolah Allah tak mendengar apa yang kita pinta, padahal hanya demi tercapainya nafsu semata. Ingat dawuh Gus Baha (Salah satu ulama yang berasal dari Rembang): “ Allah akan mengabulkan doa-doa kita ketika sudah siap, bukan ketika kita menginginkannya”. MasyaAllah Tabarakallah, singkat namun penuh makna. Dari dawuh beliau, saya belajar makna sabar dan berjuang. Allahu akbar!

Juga dawuh kedua orang tua saya yang selalu saya ingat dan saya simpan dalam memori untuk dijadikan pengingat di setiap langkah ini adalah: “Fit, jadilah dokter yang bermanfaat bagi seluruh ummat, mengobati, mengabdi dan melayani yang membutuhkan. Dan ingatlah, menjadi seorang dokter bukanlah profesi untuk mengumpulkan kekayaan semata, tapi minta lah doa ridho serta restu sebanyak-banyak nya dari setiap orang yang kamu obati, karena doa ridho serta restu dari mereka semua lah yang akan mengiringi setiap langkah yang membawa kemanapun kamu pergi”.

Banyak sekali hal yang saya jadikan komitmen untuk diri saya. Terutama dalam time management. Dan saya bertekad untuk belajar dengan giat, lebih kreatif inisiatif dan produktif dalam segala hal, lebih berani untuk mengemukakan pendapat, bisa berbaur dengan teman-teman yang lain tanpa terhalang rasa minder yang berlebih, serta konsisten terhadap apa yang menjadi tujuan. Agar bisa menjadi mahasiswa yang aktif dan berprestasi di Universitas Indonesia. Dan bisa menjadi seorang dokter yang memiliki kompetensi tinggi baik pengetahuan ilmiah, keterampilan teknis, pengetahuan etis, juga tingkah laku yang baik serta tanggung jawab atas tugas dan amanah yang diemban.

Saya berharap, semoga allah selalu meridhoi setiap langkah yang saya ambil. Agar saya dapat mengikuti segala proses pembelajaran di FKUI dengan lancar dan mudah tanpa ada hambatan, serta dapat memperoleh nilai yang memuaskan, dan tentunya bisa menjadi seorang dokter yang bisa meng-handle segalanya. Sedangkan harapan saya untuk angkatan FKUI 2023 yaitu saya harap angkatan ini menjadi angkatan yang saling membahu satu sama lain tanpa memandang status dan derajat, selalu mengedepankan kejujuran kedisiplinan kebersamaan dan tentunya kompak serta solid sesuai dengan slogannya “Bangkit bersinergi, setia mengabdi, FKUI 2023, GELORA!!!” dari awal menjadi MABA hingga akhir perjalanan yaitu wisuda kita semua (calon para dokter) nanti tanpa berkurangnya anggota satu orang pun.

Dokter ideal. Apa itu dokter ideal? Mari kita bahas, [dokter ideal adalah Seorang dokter yang mempunyai peran sentral dalam memberikan pelayanan kesehatan. Maka dalam melaksanakan tugas keprofesiannya, seorang dokter harus mempunyai karakter 3 K, yakni Kesantunan, Kesejawatan, dan Kebersamaan. Karena sumpah dokter saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa seorang dokter cukup kompeten. Dibutuhkan 3 K tadi. Mengapa karakter ini penting? Alasannya cukup fundamental, agar pengetahuan di bidang kesehatan dapat semakin berkembang dengan adanya semangat kolaborasi lintas bidang]

Saya ingin menjadi seorang dokter muslim yang ideal, yang menanamkan ilmu padi. Ilmu padi? Ya, ilmu padi. [P berarti Profesional (yakni bekerja secara profesional, efektif, efisien, dan optimal untuk mewujudkan derajat kesehatan yang lebih baik). A berarti Amanah (yakni bekerja dengan kejujuran dan dapat dipercaya untuk mewujudkan kesehatan lahir dan batin). D berarti Disiplin (yakni tepat waktu dan istiqomah/konsisten). I berarti Ikhlas (yakni bekerja tanpa pamrih, tulus, tidak merendahkan pihak lain dan tetap ridho serta sabar dalam menerima hasil sebagai ketetapan yang terbaik dari Allah)].

Rencana jangka pendek saya selama preklinik yaitu memaksimalkan potensi diri agar lebih baik lagi, mengerjakan tugas tanpa adanya menunda waktu, beradaptasi dengan sistem akademik fakultas, mengikuti beberapa organisasi kemahasiswaan FKUI demi mengembangkan soft skills, mengasah potensi diri, dam memperluas relasi baik dalam FKUI ataupun FK diseluruh penjuru dunia. Selain itu saya ingin belajar menjadi mahasiwa yang produktif. Dengan cara berupaya semaksimal mungkin, belajar dengan tekun, serta gigih, semangat dan konsisten agar semua rencana saya tercapai dengan hasil yang memuaskan, dan bisa menjadi mahasiswa kedokteran yang berprestasi. Sedangkan rencana jangka panjang saya selama klinik yaitu saya akan berupaya meningkatkan ambisi dan pemahaman lebih terkait berbagai penyakit yang dialami pasien. Dengan cara mempelajari semua ilmu yang ada di lab, memperhatikan dan terlibat dalam operasi para dokter, dll. Saya pun ingin mencari pengalaman lebih banyak dirumah sakit selama menjalani tahap koas, intership, dan residensi. Selain itu saya ingin membina hubungan yang baik dengan teman sejawat dan guru-guru saya serta meneladani ilmu yang beliau miliki. Terakhir, saya memiliki rencana ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang subspesialis dan menjadi seorang dokter spesialis. Bismillah semoga allah ridhoi.

Harapan saya untuk masyarakat yaitu, masyarakat Indonesia ataupun masyarakat di berbagai penjuru dunia lebih banyak untuk mengetahui, memahami, serta menyadari tentang pentingnya menjaga kesehatan. Dan lebih bisa menjaga diri dari berbagai macam penyakit yang mengintai.

Seseorang yang begitu istimewa bagi saya, mengutip sebuah kalimat yang begitu indah dan cantik dari kitab Ta’lim Muta’allim, yang membuat hati kecil ini menjadi bangkit untuk selalu semangat menjalankan hari-hari yang cukup berat.

يا عالي الهمة... بقدرما تتعنّى.. تنال ماتتمنى]”

Apa yang kamu impikan tentu akan kamu dapatkan sesuai dengan kadar kerja keras yang kamu lakukan].”

Ucapanmu akan selalu menjadi pengingat dikala semangat ini kian memudar. Terimakasih banyak atas semangat yang selalu kau ucapkan, atas doa yang selalu kau panjatkan, dan atas waktu yang selalu kau luangkan, terimakasih banyak orang baik.

Akhir cerita, Pesan saya untuk adik-adik kelas atau siapapun diluar sana yang bercita-cita menjadi seorang dokter dan ingin menempuh pendidikan di FKUI, saya hanya ingin mengatakan “SEMANGAT KALIAN SEMUA!!! Ingat usaha takkan pernah mengkhianati hasil. Maka berjuanglah dengan semaksimal mungkin dan berdoa kepada sang pemilik semesta. Ingat... bagaimana, siapa, dan apapun latar belakang kita, bukan lah hambatan untuk kita meraih cita.

SEMANGAT UNTUK PARA PEJUANG!!!


Daftar pustaka:

  1. FKUI. Alumni [internet]. Jakarta pusat: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Not Date. Available from: https://fk.ui.ac.id/alumni.html

  2. Universitas indonesia. Fakultas Kedokteran [internet]. Jakarta pusat: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Not Date. Available from: https://www.ui.ac.id/akademik/fakultas/fakultas-kedokteran/

  3. Setiawan M. Menjadi Santri Yang Berilmu Beramal Dan Bermanfaat [internet]. Bogor: Pondok Pesantren Fajrussalam; 2021 Juli 4. Available from: https://fajrussalam.ponpes.id/info/2021/07/05/menjadi-santri-yang-berilmu-beramal-dan-bermanfaat/

  4. LTN NU JABAR. Ciri Ahlussunnah Wal Jama'ah itu Sanad Ilmunya Jelas [internet]. Jawa Barat: itnnujabarorid; 2021 Desember 11. Available from: https://ltnnujabar.or.id/ciri-ahlussunnah-wal-jamaah-itu-sanad-ilmunya-jelas/3/

  5. Rusydina RM, Jahsyi ZB. Wanita Inspiratif [Internet]. Yogyakarta: UMY; 2020 Juni 2. Available from: https://unires.umy.ac.id/2020/01/02/wanita-inspiratif/

  6. Afandi D. Jurnal Kesehatan Melayu [internet]. Riau: Fakultas Kedokteran Universitas Riau; 2017. Available from: https://doi.org/10.26891/jkm.v1i1.2017.25-28

  7. UIN JKT. Dokter Muslim Harus Siap Melayani Masyarakat [internet]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah; 2010 Juni 12. Available from: https://www.uinjkt.ac.id/dokter-muslim-harus-siap-layani-masyarakat/

  8. Naeseorang yang begitu istimewa dan spesial. Kitab Ta’lim Muta’allim (karangan Syekh Burhanuddin Az-zarnuji). Pondok Pesantren Darussalam, Cirebon: 2023 Agustus 05.

 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

Comments


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page