- Felicia Kallista Efendi
- Aug 12, 2023
- 7 min read
Updated: Aug 13, 2023
Narasi Perjuangan
Nama saya Felicia Kallista Efendi. Saya biasa dipanggil Felfel. Saya menempuh jenjang pendidikan SMA di SMAS Katolik Ricci 1 yang berlokasi di Glodok. Saya diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) kelas Reguler melalui jalur tes atau yang lebih dikenal dengan sebutan SNBT (Seleksi Nasional Berbasis Tes). Lewat esai ini, saya akan menceritakan perjuangan saya masuk FKUI.
Menurut pandangan saya, FKUI merupakan fakultas kedokteran terbaik dan paling bergengsi yang ada di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan melalui peringkat 201 - 250 yang diraih oleh FKUI pada data QS World University Rankings by Subject 2023: Medicine.[1] Berdasarkan data tersebut pula, dapat diketahui bahwa FKUI menempati posisi pertama dengan jurusan kedokteran terbaik di Indonesia.[1] Di samping itu, pada tahun 2014, FKUI telah memperoleh akreditasi A menurut Badan Akreditasi Nasional – Perguruan Tinggi (BAN-PT).[2] FKUI juga terkenal akan berbagai prestasi yang acapkali ditorehkan oleh mahasiswa-mahasiswinya, baik di kancah nasional maupun internasional. Oleh sebab itu, di benak saya, FKUI selalu menjadi fakultas kedokteran nomor satu sekaligus fakultas impian banyak orang yang bercita-cita menjadi dokter, termasuk saya.
Sejak kecil, saya bercita-cita menjadi seorang dokter. Ketertarikan saya terhadap anatomi serta fisiologi tubuh manusia turut menguatkan saya untuk mempertahankan cita-cita itu. Akan tetapi, pada saat itu, saya hanya menganggap bahwa dokter adalah salah satu pekerjaan yang mudah dan menyenangkan. Saya belum memiliki tujuan yang jelas dengan cita-cita tersebut. Seiring berjalannya waktu, pandangan dan motivasi saya untuk menjadi dokter pun berubah saat saya mengetahui sosok dr. Lie Dharmawan. Beliau adalah seorang dokter yang mendirikan rumah sakit apung dengan tujuan membantu orang-orang yang mengalami kesulitan geografis dan ekonomi dalam menjangkau fasilitas kesehatan.[3] Sosok dr. Lie ini sangat menginspirasi saya. Saya akhirnya memahami bahwa dokter merupakan suatu pekerjaan yang mulia karena mereka mengerahkan seluruh tenaganya untuk melayani masyarakat yang membutuhkan pertolongan medis. Karena hal inilah, saya bertekad untuk menjadi seorang dokter yang berdedikasi kepada masyarakat serta mengabdi kepada bangsa dan negara. Saya yakin bahwa dengan bermanfaat bagi banyak orang, tentunya saya bisa membanggakan kedua orang tua yang telah bersusah payah mendidik dan membesarkan saya. Keinginan untuk membanggakan dan membahagiakan orang tua ini―selain tekad untuk bermanfaat bagi masyarakat dan pandangan saya terhadap FKUI―juga menjadi salah satu motivasi saya masuk FKUI.
Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, dokter merupakan cita-cita saya sejak saya masih duduk di bangku taman kanak-kanak (TK). Namun, hingga saya menginjak bangku SMP, saya masih belum tahu ingin menempuh studi kedokteran di universitas apa. Hal ini dikarenakan pengetahuan saya mengenai universitas masih sangat minim. Akibatnya, satu-satunya hal yang bisa saya lakukan pada saat itu adalah belajar dengan rajin dan giat.
Memasuki jenjang SMA, saya mulai mengetahui berbagai informasi mengenai Universitas Indonesia dengan beberapa jalur masuknya yang terdiri atas Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), dan jalur mandiri yang lebih dikenal dengan sebutan SIMAK UI. Sayangnya, pada saat itu, pandemi COVID-19 membuat kegiatan belajar mengajar harus dilakukan secara daring. Akibatnya, materi pelajaran yang disampaikan pun kurang maksimal. Padahal, saya sangat membutuhkan pemahaman yang menyeluruh terhadap materi-materi pelajaran IPA (Fisika, Kimia, dan Biologi) sebagai bekal untuk mengikuti SBMPTN.
Oleh karena itu, ketika liburan kenaikan kelas 12, saya pun mengulas kembali materi pelajaran kelas 10 dan 11. Saya juga mulai mencoba mengerjakan beberapa Tryout (TO) UTBK yang diadakan oleh salah satu platform secara daring. Namun, ketika liburan telah usai, waktu saya untuk belajar UTBK pun semakin sempit karena saya baru pulang sekolah pada sore hari. Belum lagi ditambah dengan banyaknya tugas mata pelajaran yang harus saya kerjakan. Meskipun demikian, saya tetap berusaha meluangkan waktu untuk mempersiapkan UTBK.
Kemudian, pada bulan Desember 2022, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, Nadiem Makarim, mengumumkan bahwa tes mata pelajaran yang telah bertahun-tahun menjadi bagian dari UTBK akan dihilangkan dari seleksi berbasis tes yang akan datang. Di satu sisi, saya sangat bersyukur karena hal ini berarti tes seleksi akan lebih mudah. Namun, di sisi lain, saya juga merasa khawatir karena dengan dihilangkannya tes mata pelajaran tersebut, tentu saja persaingan akan semakin ketat. Saya pun mencoba menghilangkan kekhawatiran itu dengan mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi UTBK dengan format baru ini.
Namun, menginjak kelas 12 semester 2, berbagai ujian (ujian praktek, ujian akhir sekolah, dan ujian sekolah) pun datang silih berganti. Akibatnya, saya benar-benar tidak mempunyai waktu untuk belajar UTBK maupun mengikuti berbagai TO UTBK. Pada 17 Februari 2023, pendaftaran SNBP (Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi)―nama baru dari SNMPTN yang memiliki sedikit perbedaan pada sistem seleksinya―pun dibuka. Saya mendaftar SNBP dengan menjadikan FKUI sebagai satu-satunya pilihan saya. Saya sangat berharap bisa diterima FKUI melalui jalur ini. Maka dari itu, selama menunggu pengumuman SNBP, saya berdoa kepada Tuhan agar saya diizinkan masuk ke PTN impian saya ini. Selain itu, saya juga belajar UTBK sebagai persiapan seandainya saya tidak diterima melalui jalur SNBP ini.
Pada 28 Maret 2023, setelah melewati rangkaian ujian yang cukup melelahkan, tibalah hari pengumuman SNBP. Saya merasa sangat gugup. Setelah memasukkan nomor pendaftaran dan tanggal lahir pada laman pengumuman SNBP, saya pun diarahkan ke laman hasil seleksi. Ternyata, Tuhan memiliki rencana lain. Harapan saya untuk diterima di FKUI melalui jalur SNBP tinggal angan-angan belaka. Saya sangat sedih dan tidak percaya dengan hasil yang saya peroleh. Bahkan, saya memuat laman tersebut berulang-ulang walaupun warna merah dan tulisan “tidak lulus” terpampang dengan jelas.
Meskipun merasa sedih, saya sadar bahwa SNBP bukanlah satu-satunya jalan menuju PTN impian saya. Masih ada jalur berikutnya yang bisa saya ikuti, yakni SNBT. Saya pun memilih untuk bangkit dari kegagalan tersebut dan kembali mempersiapkan diri untuk mengikuti SNBT-UTBK. Saya kemudian mendaftarkan diri dengan mencantumkan pilihan jurusan dan universitas yang sama seperti pada pendaftaran SNBP. Saya mendapatkan jadwal pengerjaan UTBK gelombang satu, yakni pada tanggal 14 Mei 2023 di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Hal ini menandakan bahwa saya masih memiliki waktu lebih dari satu bulan untuk mempersiapkan UTBK dengan baik. Setiap hari, selama satu bulan tersebut, saya mengikuti bermacam-macam TO dari berbagai platform dan mengulas hasil TO yang sudah saya kerjakan.
Tidak terasa, tanggal 14 Mei pun tiba. Saya berangkat ke lokasi UTBK dengan perasaan gugup. Setibanya di sana, saya mereviu kembali pembahasan TO sembari menunggu waktu untuk memasuki ruangan pengerjaan. Setelah memasuki ruangan tersebut, saya pun semakin gugup. Pada pukul 12.30 WIB, pengerjaan UTBK akhirnya dimulai. Selama tiga jam lima belas menit, saya mengerjakan 7 subtes―diawali oleh subtes Pengetahuan dan Pemahaman Umum (PPU) dan diakhiri dengan Literasi Bahasa Indonesia (LBI)―dengan sungguh-sungguh. Setelah menyelesaikan ujian tersebut, saya meninggalkan ruangan ujian dengan secercah harapan bahwa apa yang baru saja saya kerjakan bisa membawa saya menuju FKUI, kampus impian saya.
Sambil menunggu pengumuman hasil SNBT, saya mulai mempersiapkan diri untuk mengikuti SIMAK UI dengan tujuan berjaga-jaga jika saya tidak berhasil di jalur SNBT. Selama kurang lebih satu bulan, saya berlatih soal-soal dan mencoba mengerjakan beberapa TO SIMAK UI. Akhirnya, tibalah hari yang ditunggu-tunggu. Ketika jam tiga sore, saya pun membuka laman pengumuman dengan perasaan gelisah dan takut yang bercampur menjadi satu. Saya kemudian memasukkan nomor peserta beserta tanggal lahir dengan tangan gemetar. Setelah menekan tombol enter, saya kalang kabut mencari kata-kata yang menunjukkan hasil seleksi SNBT tersebut. Saya sangat terkejut begitu menemukan kata selamat pada laman tersebut. Saya tidak bisa berkata apa-apa lagi saking bahagianya dan hanya bisa mengucap syukur karena telah diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi impian saya, yaitu FKUI.
Sebelum masuk FKUI, saya terkadang masih kurang berempati terhadap sesama. Padahal, rasa empati merupakan salah satu hal yang sangat dibutuhkan oleh seorang dokter. Maka dari itu, setelah masuk ke FKUI, saya berkomitmen untuk menumbuhkan rasa empati terhadap orang-orang di sekitar saya. Selain itu, saya juga bertekad untuk lebih cekatan dalam mengerjakan segala sesuatunya selama di FKUI ini. Terakhir, saya berkeinginan pula untuk mengembangkan solidaritas yang kuat dengan teman-teman angkatan FKUI 2023.
Adapun harapan saya selama di FKUI, yaitu memperoleh nilai atau IPK yang maksimal. Saya juga berharap agar dapat berprestasi dalam bidang akademis ataupun non-akademis. Selain harapan untuk diri saya sendiri, saya juga memiliki harapan untuk angkatan FKUI 2023. Saya berharap angkatan 2023 ini memiliki solidaritas yang tinggi dan dapat lulus bersama-sama dari FKUI.
Saya sadar bahwa masuk FKUI ini hanyalah awal dari perjuangan saya. Oleh karena itu, saya sudah mulai memikirkan rencana jangka pendek dan jangka panjang sebagai penentu arah perjuangan saya ke depannya. Untuk rencana jangka pendek, yaitu selama masa preklinik yang nantinya akan saya jalani, saya berencana untuk mengikuti berbagai kompetisi, terutama dalam bidang akademis. Di samping itu, saya juga memiliki rencana untuk berpartisipasi aktif dalam organisasi maupun kelembagaan. Oleh karena itu, saya akan belajar dengan giat dan berusaha lebih keras agar rencana saya dapat terlaksana.
Selain rencana jangka pendek tersebut (masa preklinik), saya juga mempunyai beberapa rencana jangka panjang. Pertama, saya berencana untuk menjalani masa klinik (coass) dengan baik. Setelah itu, saya berkeinginan untuk berpraktik sebagai dokter yang melayani masyarakat selama satu atau dua tahun sebelum melanjutkan studi dengan mengambil pendidikan spesialis. Selanjutnya, saya juga berencana untuk mengadakan penyuluhan kepada masyarakat dengan harapan masyarakat akan lebih memahami berbagai hal terkait kesehatan. Terakhir, saya mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi seorang dokter ideal yang dapat membantu banyak orang dan berkontribusi besar dalam masyarakat.
Sebelum berbicara lebih lanjut mengenai dokter ideal, kita harus mengetahui lebih dahulu definisi dari dokter ideal. Dokter ideal adalah dokter yang memiliki karakter 3 K, yaitu Kesantunan, Kesejawatan, dan Kebersamaan.[4] Sumber lain menyebutkan bahwa dokter ideal adalah dokter yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik serta kompetensi yang tinggi, profesional, jujur, dan lain-lain.[5] Sedangkan bagi saya, dokter ideal merupakan dokter yang memiliki rasa empati yang tinggi, mengutamakan pelayanan kesehatan masyarakat tanpa pandang bulu, dan menjunjung tinggi kode etik kedokteran. Oleh sebab itu, nilai luhur yang harus dimiliki oleh seorang dokter ideal adalah nilai kemanusiaan dan keadilan. Dengan karakter serta nilai luhur ini, seorang dokter ideal tentunya akan memberikan pertolongan kepada masyarakat yang membutuhkan pelayanan medis, apalagi mereka yang mengalami kesulitan ekonomi, sehingga dokter ideal ini pasti akan memiliki kontribusi yang besar untuk masyarakat.
Terakhir, bagi adik-adik kelas yang ingin masuk FKUI, saya hanya ingin berpesan, belajarlah dengan tekun dan sungguh-sungguh. Jangan menggunakan waktu kalian untuk hal yang sia-sia karena waktu tidak akan pernah bisa diulang. Satu hal yang perlu kalian ingat, yaitu hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha. Oleh sebab itu, maksimalkan usaha kalian dan lakukan yang terbaik. Selain itu, jangan lupa juga untuk selalu mengandalkan Tuhan dan berdoa kepada-Nya, karena tanpa izin dan perkenanan-Nya usaha kalian tidak ada artinya.
Referensi
Quacquarelli Symonds. QS world university rankings by subject 2023: medicine [Internet]. London: Quacquarelli Symonds; 2023 Mar 22 [cited 2023 Aug 6]. Available from: https://www.topuniversities.com/university-rankings/university-subject-rankings/2023/medicine
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Program pendidikan dokter [Internet]. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; [date unknown] [cited 2023 Aug 6]. Available from: https://fk.ui.ac.id/program-pendidikan-dokter.html
doctorSHARE. Rumah sakit apung dr. Lie Dharmawan [Internet]. Jakarta: doctorSHARE; [date unknown] [cited 2023 Aug 6]. Available from: https://www.doctorshare.org/program-jangka-pendek/rs-apung-dr-lie-dharmawan
Rokom. 3 karakter ini harus dimiliki seorang dokter [Internet]. Jakarta: Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2018 Dec 15 [cited 2023 Aug 6]. Available from: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20181215/4928833/3-karakter-harus-dimiliki-seorang-dokter/
Utami SN. Sikap yang harus dimiliki seorang dokter [Internet]. Jakarta: Kompas.com; 2021 Oct 12 [cited 2023 Aug 6]. Available from: https://www.kompas.com/skola/read/2021/10/12/110000269/sikap-yang-harus-dimiliki-seorang-dokter?page=all
Comments